i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya merupakan aktivitas kehidupan masyarakat yang selalu berkembang
dan menjadi warisan secara berkelanjutan bagi setiap generasi. Budaya terbentuk
dari berbagai aktivitas masyarakat, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, perkakas, bahasa, bangunan, pakaian, serta karya seni. Menurut Edward
Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh seseorang sebagai
anggota masyarakat, termaksud perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Bagi
masyarakat Buton suku Wolio perayaan ini dilaksanakan dengan istilah “haroana
mauludhu” yang dilaksanakan sebagai upacara merayakan maulid Nabi
Muhammad SAW sesuai perhitungan tahun hijriah.
Perayaan Maulid Nabi merupakan salah satu perayaan rutin masyarakat islam
yang diadakan berdasarkan perhitungan tahun hijriah di berbagai daerah di
Indonesia. Ritual peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini merupakan
perwujudan kecintaan umat Muslim pada sosok sang pembawa petunjuk. Proses
akulturasi dengan unsur budaya lokal di masing-masing daerah telah menciptakan
warna tersendiri dalam prosesi perayaan maulid oleh berbagai suku dan tempat.
Salah satu suku di Indonesia yang memiliki ritual peringatan maulid nabi
Muhammad SAW dengan bernuansa khas adalah suku Wolio di Buton Sulawesi
Tenggara.
Riwayat sejarah masyarakat Buton bahwa perayaan maulid Nabi diduga
berawal pada masa Pemerintahan Sultan Murhum (Lakiaponto) yang memerintah
sejak 1538 M. Ketika itu perayaan maulid masih bersifat sangat sederhana. Masa
pemerintahan Sultan Dayanu Ihsanuddin (1629 M), peringatan maulid dilakukan
pada tanggal 12 Rabi'ul Awal bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad
SAW dengan dipimpin langsung oleh Sultan beserta para perangkat Masjid
Keraton Butuni.
Ritual yang dilakukan oleh keluarga Keraton Butuni tersebut dinamakan
'Goraana Oputa' atau munajat sang Sultan. Ritual ini menggambarkan suatu
bentuk permohonan Sultan kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan
dalam menjalankan ajaran Rasulullah. Ritual yang melibatkan masyarakat Buton
secara umum dinamakan 'Maluduna Miabari' (maulid seluruh masyarakat).
Prosesi ritual ini, dibacakan riwayat kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang
terangkum dalam kitab Barzanji dan disediakan berbagai jenis makanan yang
disuguhkan secara khusus.
Hingga saat ini, tradisi perayaan Haroana Mauludhu (maulid nabi) ini masih
dipertahankan oleh masyarakat Buton khususnya suku Wolio di Kelurahan
2
dan benar-benar berlaku dalam kehidupan suku Wolio di Kelurahan Maliaro kota
Ternate. Melalui usulan ini akan dilakukan penelitian “Tradisi Haroana
Mauludhu Sebagai Wujud Kecintaan Masyarakat Buton Pada Nabi Muhammad
SAW dalam prespektif Etnomatematika” (Studi Kasus di Kelurahan Maliaro Kota
Ternate).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bentuk Pelaksanaan Ritual Haroana Mauludhu
Tradisi (Bahasa Latin: traditio,”diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian
yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilkukan untuk sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupam suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar
dari tradisi adalah informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tradisi Haroana (haroa) adalah
hidangan yang berupa makanan, lambang bekal bagi roh orang mati yang
dianggap akan menempuh suatu perjalanan yang jauh atau hidangan berupa
makanan (lauk pauk, kue tradisional) yang disiapkan untuk menyambut malam
pada bulan ramadhan.
Haroana Mauludhu adalah ritual perayaan hari besar islam sebagai bentuk
syukuran masyarakat suku Wolio dalam memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad S.A.W. dengan melantunkan lagu-lagu Barzanji Mauludhu untuk
menceritakan proses kelahiran nabi Muhammad dari kecil sampai menjadi
seorang nabi. Lahirnya Nabi Muhammad adalah berita gembira yang menjadi
berkah bagi semesta. Muhammad adalah representasi dari sosok yang membawa
jalan terang bagi manusia. Kelahiran nabi Muhammad bagi masyarakat Buton
dirayakan dengan haroa dan membaca doa syukur bersama-sama. Menurut adat
Buton, haroa tersebut dibuka oleh sultan pada malam 12 hari bulan. Kemudian
untuk kalangan masyarakat biasa memilih salah satu waktu antara 13 hari bulan
sampai 29 hari bulan Rabiul Awal.
Tradisi masyarakat Buton, haroa adalah ritual perayaan hari besar Islam atau
bentuk syukuran atas nikmat dan karunia Tuhan, dimana pelaksanaannya
diadakan di rumah-rumah warga yang diikuti semua anggota rumah. Demikian
juga dengan para tetangga turut diundang baik yang berbeda suku maupun agama.
Keluarga maupun para tamu/tetangga yang diundang duduk berkumpul di satu
ruangan, dan di tengahnya ada nampan yang berisikan kue-kue seperti onde-onde,
cucuru (cucur), bolu, baruasa (kue beras), ngkaowi-owi (ubi goreng), dan
sanggara (pisang goreng). Semua kue tersebut diletakan tala (talang) mengelilingi
piring yang berisikan nasi dan di atasnya ada telur goreng. Usai pembacaan doa,
acara selanjutnya adalah makanmakan. Saya teringat antropolog Victor Turner
yang mengatakan bahwa makna ritual adalah memperkokoh jaringan sosial di
antara seluruh anggota masyarakat. Silaturahmi dengan tetangga, serta kian akrab
dengan semua keluarga.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Maliaro Kota Ternate. Alasan
peneliti melaksanakan penelitian pada masyarakat Buton suku Wolio karena
peneliti ingin mengetahui Tradisi Haroana Mauludhu sebagai wujud kecintaan
masyarakat Buton suku Wolio pada Nabi Muhammad S.A.W. di Kelurahan
Maliaro Kota Ternate. Waktu yang butuhkan untuk penyelesaian penelitian
direncanakan selama 3 (tiga) bulan.
1. Data Primer
Data yang secara langsung diperoleh dari informan yang terkait dengan fokus
penelitian. Menjadi informan atau narasumber adalah tokoh adat masyarakat
Buton suku Wolio di kelurahan Maliaro Kota Ternate.
7
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung dari berbagai sumber informasi
antara lain: a) Buku-buku ilmiah yang mengenai tentang Tradisi Haroana
Mauludhu; dan b) Hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan terkait Tradisi
Haroana Mauludhu.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M., Hakam, KA. Effendi, R. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Sulaeman, M. (2012). Ilmu Budaya Dasar: Pengantar ke Arah Ilmu Sosial Budaya
Dasar/ISBD/Social Culture. Bandung. Refika Aditama.
Hasan Hanafi, Oposisi Pasca Tradisi (Yogyakarta: Sarikat, 2003), 2.
Anonim. 1682. Haroana Maludu Yibuthuni. Koleksi Naskah Abdul Mulku Zahari.
Buthuni.
Anonim. 1753. Haroana Rasulu Yibuthuni. Koleksi Naskah Abdul Mulku Zahari.
Buthuni.
13
B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik Sarjana S2/Magister S3/Doktor
Nama Institusi Unkhair UGM UPI
Jurusan/Prodi PMIPA/Pend.Mat MIPA/Mate Pend.Matematika
maika
Tahun Masuk-Lulus 1991 - 1995 2003 - 2006 2011 - 2015
C.2. Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang Tahun
Dana
1 Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek DIKTI 2018
Berbantuan ICT dalam Meningkatkan
Kecakapan Matematis Siswa SMA Daerah
3T di Provinsi Maluku Utara
2 Pengembangan Model Pembelajaran FAKULTAS 2018
CETTAR MEMBAHANA dalam
Pembelajaran Matematika
3 Eksplorasi Kemampuan Pemahaman DIKTI 2018
Matematis Siswa SMP melalui Penerapan
Discovery Larning pada Materi Himpunan
4 Eefektivitas Pembelajaran Berbasis Proyek FAKULTAS 2020
Berbantuan ICT dalam Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Statistis Siswa
SMP Negeri 2 Kota Ternate pada Materi
Statistika
15