Anda di halaman 1dari 10

EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL


PADA KLIEN DENGAN MASALAH KECEMASAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing Akademik : Tanti Suryawantie, S.Kep.,Ns., M.H.Kes

Disusun oleh :

SITI RAHMALIA NURAENI

NIM : KHGD20006

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
KARSA HUSADA GARUT
TA. 2020-2021
EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL
PADA KLIEN DENGAN MASALAH KECEMASAN

1. Diagnosa : Kecemasan b.d krisis situasi : selalu merasa didesak oleh tugas
kuliah
No Intervensi 1 : Konseling Kecemasan Individu
1 Judul Pengaruh Terapi Berpikir Positif Dan Cognitive
Behavior Therapy (CBT) Terhadap Penurunan
Kecemasan Pada Mahasiswa Universitas
Mulawarman
Nama Peneliti Muhammad Ali Adriansyah, Diah Rahayu,
Netty Dyan Prastika
Jurnal Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman,
Vol. 4, No. 2
Tahun Publikasi 2015
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
eksperimen
Populasi, Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman angkatan 2012/2013, 2013/2014
dan 2014/2015 yang berjumlah 330 mahasiswa.
Jumlah sampel penelitian adalah 40 orang
mahasiswa yang terbagi dalam dua kelompok
yaitu 20 orang mahasiswa akan diberikan terapi
berpikir positif dan 20 orang mahasiswa akan
diberikan cognitife behavior therapi (CBT).
Hasil Penelitian Ada penurunan kecemasan pada subjek setelah
diberikan terapi berpikir positif dengan nilai U
= 62.000 dan p = 0.000. Ada penurunan
kecemasan pada subjek setelah diberikan
cognitive behavioral therapy (CBT) dengan
nilai U = 91.000 dan p = 0.003.
Berdasarkan hasil uji hipotesis bahwa subyek
yang diberikan terapi berpikir positif mendapat
mean post = 13.60, sedangkan subyek yang
diberikan cognitive behavioral therapy (CBT)
mendapat mean post = 15.05. Hal ini bermakna
No Intervensi 1 : Konseling Kecemasan Individu
cognitive behavioral therapy (CBT) lebih
efektif dalam menurukan kecemasan.
2 Judul Penerapan Teknik Cognitive Restructuring
dalam Konseling Perorangan untuk Mereduksi
Gangguan Kecemasan
Nama Peneliti Anna Rufaidah, Yeni Karneli
ISSN, DOI, Jurnal ISSN 2580-2046 (Print) | ISSN 2580-2054
(Electronic)
DOI: 10.26539/teraputik-42417
Tahun Publikasi 2020
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan pendekatan
studi kasus
Subjek Penelitian Sumber data adalah seorang klien dalam
layanan konseling perorangan yang mengalami
gangguan kecemasan pada sosok ibu rumah
tangga berusia 38 tahun. Instrumen yang
digunakan adalah wawancara konseling,
observasi dan dokumentasi.
Hasil Penelitian Hasil observasi kondisi klien sebelum
konseling ditemukan bahwa, perilaku klien
dalam kehidupan sehari-harinya jadi terganggu,
klien sulit makan, enggan keluar rumah, sering
merasa cemas. Selama proses konseling
diamati bahwa klien dapat bersikap jujur dan
terbuka, setelah layanan diberikan klien
mengalami beberapa perubahan perilaku seperti
terlihat lebih sehat, sudah mau makan, kembali
tersenyum, sudah mulai bersemangat kembali
untuk bersosialisasi dengan tetangga sekitar.
Hal ini terlihat juga pada dokumentasi dalam
penggunaan media sosialnya yang
menampilkan foto-foto kehidupan klien yang
lebih bersemangat dan bahagia.
Teknik cognitive Restructuring dalam layanan
konseling perorangan dapar mereduksi
gangguan kecemasan yang dialami oleh klien.
Teknik ini merestrukturisasi pikiran klien yang
negatif dan irasional agar menjadi positif dan
rasional. Teknik ini dapat dikatakan efektif
untuk mereduksi gangguan kecemasan pada
No Intervensi 1 : Konseling Kecemasan Individu
diri klien yang dibuktikan dengan adanya
perubahan perilaku dan pemikiran pada diri
klien.
3 Judul Pengaruh Konseling Rational Emotif
Behavioral Therapy (REBT) dalam
Mengurangi Kecemasan Peserta Didik Kelas
VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung
Nama Peneliti Andi Thahir, Dede Rizkiyani
ISSN, Jurnal p-ISSN 2089-9955 e-ISSN 2355-8539
KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling
(E-Journal)
Tahun Publikasi 2016
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
pre- Experimental designs. Peneliti
menggunakan One-Group Pretest-Posttest
Designs
Subjek Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
pre- Experimental designs. Peneliti
menggunakan One-Group Pretest-Posttest
Designs
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data yang telah
dianalisis, terlihat terdapat adanya penurunan
tingkat kecemasan di SMP Gajah Mada Bandar
Lampung. Dapat dilihat dari hasil penelitian
setelah dan sebelum diberikannya layanan
konseling Rational Emotif Behaviooral
Therapy (REBT). Sedangkan perbandingan
skor pre-test 55,7 post-test 33,7 yang berarti
terjadi penurunan sebesar 18,7.
Dari hasil uji t menggunakan program SPSS
versi 16, tthitung lebih besar dari t-tabel
(24.044˃1.734), dengan demikian kecemasan
peserta didik mengalami perubahan setelah
diberikan layanan Rational Emotif Behavior
Therapy (REBT). Maka disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh Rational Emotif Behavior
Therapy (REBT) dalam mengurangi kecemasan
peserta didik di SMP Gajah Mada Bandar
Lampung
No Intervensi 2 : Teknik Relaksasi
1 Judul Analisis Pengaruh Intervensi Breathing
Exercise Terhadap Tingkat Kecemasan Siswa
Bimbingan Belajar Sakura
Nama Peneliti Toto Aminoto
ISSN, DOI, Jurnal p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-3801
Tahun Publikasi 2018
Metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah one group design dengan pendekatan
pre-post test design.
Populasi, Sampel Populasi pada penelitian ini adalah semua
peserta bimbingan belajar di Bimbel Sakura.
Jumlah populasi 121 orang. Teknik sampling
yang digunakan adalah purposive sampling.
Sampel yang memenuhi kriteria 31 responden
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
tingkat kecemasan sebelum dilakukan
breathing exercise adalah 28,83. Setelah
dilakukan breathing exercise rata-rata tingkat
kecemasannya 17. Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa sebelum breathing
exercise maka tingkat kecemasannya tergolong
cemas berat. Sedangkan sesudah breathing
exercise maka tingkat kecemasannya
mendekati cemas sedang.
Hasil uji paired t-test menunjukan nilai sign
=0,00 dan nilai p 0,010 (p < 0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah breathing exercise. Dari
hasil perhitungan menunjukan bahwa terjadi
penurunan tingkat kecemasan yang berarti
breathing exercise mampu menurunkan tingkat
kecemasan.
2 Judul Kegiatan Relaksasi Sebagai Coping Stress Di
Masa Pandemi Covid-19
Nama Peneliti Alma Fildzah Aufar, Santoso Tri Raharjo
ISSN, Jurnal ISSN 2655-8823 (p) ISSN 2656-1786 (e)
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik
Tahun Publikasi 2020
Metode Penelitian Studi Pustaka
No Intervensi 2 : Teknik Relaksasi
Pembahasan Salah satu metode yang dapat dilakukan oleh
seorang pekerja sosial dalam melakukan
praktik konseling terhadap klien individu,
keluarga, kelompok yaitu dengan melakukan
relaksasi.
Proses kegiatan relaksasi ini berpegang kuat
pada pengaturan pernapasan serta sugesti agar
dapat merasakan ketenangan dan
menghilangkan kecemasan. Agar klien
merasakan rileks di seluruh tubuhnya dari
ujung kepala hingga ujung kaki, aktivitas
relaksasi ini dilakukan dengan memberikan
sugesti kepada klien. Selain itu, klien juga
dituntun untuk dapat mengistirahatkan
pikirannya dan merasakan kenyamanan, damai,
bahagia atau perasaan positif lainnya pada
dirinya
Kesimpulan Dengan adanya berbagai media yang
mendukung informasi terkait pentingnya
menjaga kesehatan bukan hanya fisik tetapi
juga mental pada masa pandemi Covid-19 ini
juga khususnya pengedukasian lebih terkait
dengan salah satu teknik yang dapat dilakukan
yaitu relaksasi diharapkan dapat membuat
kondisi yang baru ini dapat dijalani dengan
lebih baik lagi.

PEMBAHASAN
Teori cognitive behavioral memandang bahwa perkembangan manusia didasarkan
pada pengalaman belajar yang berbeda pada masing-masing individu, pengalaman unik
yang diberikan oleh lingkungan dan pemahaman kognisi individu terhadap dunia.
Pendekatan cognitive behavioral ini b

iasanya memerlukan satu atau kombinasi dari prinsip: 1) Koreksi keyakinan kontra
produktif atau interpretasi; 2) Belajar dan menguji cara alternatif untuk menafsirkan
pengalaman seseorang; 3) Membantu konseli untuk mengubah bagaimana dia berperilaku
dalam situasi ini; 4) Belajar menerima dan menguji cara baru untuk memahami diri
sendiri, pengalaman seseorang dan asumsi tentang masa depan.

Tujuan konseling cognitive behavioral ini adalah untuk menghapuskan pandangan


konseli tentang self-defeating dan membantu mereka menjadi lebih toleran dan terlihat
rasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, konseli diajarkan bagaimana mereka
menggabungkan kepercayaan self-defeating, bagaimana mereka memelihara cara berpikir
yang salah ini, apakah mereka bisa melakukan untuk mengurangi cara berpikir ini, dan
bagaimana mereka bisa mengajarkan diri mereka sendiri cara baru untuk berpikir bahwa
mereka sendiri akan memimpin perubahan berdasarkan cara mereka sendiri tentang
perilaku dan perasaannya

Teknik-teknik konseling dalam pendekatan cognitive behavioral ini adalah Self-


Talk, Reframing, Thought Stopping, Cognitive Restructuring, Rational Emotive Behavior
Therapy (REBT), Bibliotherapy, Journaling, Systematic Desensitization, dan Stress
Inoculation Trainin.

Pendekatan cognitive behavioral ini digunakan untuk membantu penderita


gangguan kecemasan dalam mengubah makna ketakutan dan gejala mereka, dan untuk
membingkai kembali keyakinan terdistorsi yang terkait dengannya emosi maladaptif
seperti rasa bersalah, malu, malu dan marah (Alladin, 2016, p. 34). Dalam hal ini,
pendekatan cognitive behavioral digunakan untuk mereduksi kecemasan yang dialami
oleh siswa.

Kecemasan pada siswa dapat diartikan sebagai kondisi yang penuh khawatiran dan
ketakutan, merasa tertekan, tidak tenang, merasa bersalah, merasa tidak aman dan
berpikiran kacau yang disertai ketegangan fisik terhadap situasi tertentu. Ciri-ciri siswa
yang mengalami kecemasan terbagi menjadi tiga bagian yaitu secara fisik, perilaku dan
kognitif. Upaya mereduksi kecemasan siswa dapat dilakukan oleh guru BK/Konselor
melalui konseling cognitive behavioral. Langkah-langkahnya yaitu 1) mengidentifikasi
gejala-gejala kecemasan siswa dan mengetahui tingkat kecemasan yang dialaminya, 2)
melaksanakan konseling cognitive behavioral yaitu dengan memulai Konseling (2 menit),
mendiskusikan isi dalam sesi (5 menit), mengecek kejadian minggu sebelumnya (10
menit), melaksanakan inti konseling (25 menit), menetapkan tugas untuk pertemuan
selanjutnya (5 menit), dan mengevaluasi sesi (5 menit). Setelah pelaksanaan konseling
selesai, selanjutnya melakukan tahap 3) Tindak lanjut. Untuk itu, ketika konseling
cognitive behavioral ini diaplikasikan, maka diketahui berpotensi untuk mereduksi
kecemasan siswa.

Pandemi Covid-19 bukan hanya mengancam atau berpengaruh pada kesehatan fisik
masyarakat tetapi juga pada kesehatan jiwa. Adaptasi terhadap perubahan yang terjadi
dalam menjalani aktivitas keseharian “yang baru” bukan merupakan hal yang mudah.
Kesulitan menghadapi perubahan ini dapat menimbulkan stres.

Salah satu metode yang dapat dilakukan dalam melakukan praktik konseling
terhadap klien individu, keluarga, kelompok yaitu dengan melakukan relaksasi. Relaksasi
adalah suatu kegiatan melemaskan otot-otot pada tubuh yang berguna untuk mengurangi
ketegangan yang dirasakan oleh tubuh.

Manfaat yang dapat dirasakan setelah melakukan proses relaksasi antara lain
menurut (Utami, 2001) yaitu:

1. Membantu seseorang lebih mampu menghindari melakukan hal-hal yang


berlebihan akibat dari stress.
2. Berkurangnya masalah yang timbul akibat stres seperti akit kepala, tekanan
darah tinggi, insomnia dan perilaku buruk lainnya.
3. Mengurangi kecemasan dan menunjukan efek psikologis yang positif pada
seseorang.
4. Meningkatkan semangat dalam menjalankan aktivitas.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal

Proses kegiatan relaksasi ini berpegang kuat pada pengaturan pernapasan serta
sugesti agar dapat merasakan ketenangan dan menghilangkan kecemasan. Agar klien
merasakan rileks di seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, aktivitas
relaksasi ini dilakukan dengan memberikan sugesti kepada klien. Selain itu, klien juga
dituntun untuk dapat mengistirahatkan pikirannya dan merasakan kenyamanan, damai,
bahagia atau perasaan positif lainnya pada dirinya (Budi, 2010). Maka selanjutnya
tantangan dalam keberhasilan dari kegiatan relasasi untuk menghilangkan kecemasan
bahkan stres semasa pandemi ini adalah penyampaian sugesti yang kuat agar dapat
diterima dengan baik oleh klien atau siapapun yang melaksanakan kegiatan tersebut.

Kementerian Kesehatan Republik Indoenesia juga membuat poster menarik sebagai


salah satu bentuk Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) dengan tagar Kelola Stres. Poster
digital ini berbicara mengenai teknik relaksas untuk mengatasi stres yang dapat dilakukan
dengan cara yang mudah yaitu melalui 3 langkah: (1) Menginstruksikan untuk duduk
dengan posisi yang dianggap dapat membuat nyaman dan santai (dalam ilustrasi duduk
bersila) juga mata terpejam sekaligus membayangkan hal yang menyenangkan, (2)
Menginstruksikan untuk menerapkan rasa bersyukur terhadap nikmat yang telah
diberikan oleh Tuhan YME serta sikap ikhlas dan sabar, (3) Menginstruksikan untuk
menarik nafas dari hidung kemudian menahannya dalam 3 hitungan dan selanjutnya
menghembuskan nafas melalui mulut serta sambal membayangkan seolah beban yang ada
sudah dilepaskan. Poster ini juga telah tersebar di berbagai media online Direktorat
Pencegahan dan Penanganan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Drektorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, 2018)

Anda mungkin juga menyukai