Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejalaklinik
yang dapat timbul pada mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan
berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan
anemia defisiensi Fe.
• 7Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area
permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim,
distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan
endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar
– Terasa berat di abdomen bagian bawah.
c. Gejala traktus urinarius
– urine frequency,
– retensi urine,
– obstruksi ureter dan hidronefrosis.
d. Gejala intestinal:
– konstipasi obstruksi intestinal.
e. Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
– Nyeri, dapat disebabkan oleh Penekanan saraf, Torsi bertangkai, Submukosa
mioma terlahir.
Patofisiologi
• Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri
dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai
bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan 12q13-15.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di
samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,
progesteron dan human growth hormone.
Diagnosis
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:
• 1. Anamnesis
– Ø Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
– Ø Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.
– Ø Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
• 2. Pemeriksaan fisik
– Ø Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
– Ø Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut
menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
– Ø Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.
• Gejala klinis
– Ø Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal.
– Ø Adanya perdarahan abnormal.
– Ø Nyeri, terutama saat menstruasi.
– Ø Infertilitas dan abortus.
• Pemeriksaan luar
– Ø Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas.
– Ø Pemeriksaan dalam
– Ø Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas dan
ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
• 3. Pemeriksaan penunjang
– Ø USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
– Ø Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa
jaringan.
– Ø Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya
pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan
uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
– Ø Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
– Ø Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
– Ø Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
Komplikasi
• Ø Perdarahan sampai terjadi anemia.
• Ø Torsi tangkai mioma dari : mioma uteri subserosa dan mioma uteri
submukosa.
• Ø Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
• Ø Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
• Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
– § Infertilitas.
– § Abortus.
– § Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
– § Inersia uteri.
– § Gangguan jalan persalinan.
– § Perdarahan post partum.
– § Retensi plasenta.
• Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
– § Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
– § Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai. 2,3,8,9,10
– § Diagnosis Banding
– § Tumor solid ovarium.
– § Uterus gravid.
– § Kelainan bawaan rahim.
– § Endometriosis, adenomiosis.
– § Perdarahan uterus disfungsional.
Faktor Predisposisi
• Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang
diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
– Ø Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
– Ø Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
– Ø Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. 14 Terlepas dari
faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
– Ø Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen
dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.
Diagnosis Banding
• Diagnosis Banding
1. Kehamilan
– Uterus membesar merata. Tes Kehamilan positif
2. Pseudosiesis
– Terdapat Amonorhea, perut membesar tetapi uterus sebesar biasa,
tanda tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
3. Kistoma Ovarii
– Mungkin ada amenorrhea , perut penderita membesar tetapi ukuran
uterus biasa.
4. Vesica Urinariae dengan retensio urinae
– Uterus biasanya membesar
5. Menopause
– Terdapat Amenorrhea. Umur wanita kira kira di atas 43 tahun. Uterus
sebesar biasa, tanda tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
Pencegahan
1. Pada pemeriksaan fisik, mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan
ginekologi rutin.
• Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus
oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk
memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
2. Pemeriksaan penunjang
• a. Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi
transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain pada
rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi
melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan
gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur
maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan
dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma uteri.
b. Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya
kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis
dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi
mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat
menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor, dan terbagi atas :
1.Penanganan konservatif.
Bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
• Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria
ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
• Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikeluhkan olah pasien.
• Perdarahan uterus berlebihan :
– Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama
lebih dari 8 hari.
– Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
– Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi
– Nyeri hebat dan akut.
– Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
– Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
c) Penanganan Radioterapi
• Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
• Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
• Bukan jenis submukosa.
• Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
• Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
• Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan
• d). Miomektomi
• Jika pasien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dapat di pilih
miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua mioma yang ditemukan
dan membentuk kembali uterus. Pasien harus menerima jika timbul
masalah sewaktu melakukan miomektomi, ahli bedah dapat melanjutkan
dengan histerektomi. Setelah miomektomi, 40 persen wanita yang
berkesempatan hamil akan hamil. Yang bertentangan dengan fakta ini
adalah pada 5 persen pasien. Mioma timbul kembali dan jumlah wanita
yang sama terus mengalami menoragia sehingga memerlukan
penggunaan hormone, reseksi histeroskopik atau histerektomi.