Anda di halaman 1dari 23

MYOMA UTERI

MYOMA UTERI ( TUMOR RAHIM )


DEFINISI :
 Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim.
 Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun
 Penyakit multifaktorial (penyebabnya beragam).
 Ogan kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ
genitalia. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan,
salah satunya adalah myoma, myoma dapat mengenai organ genitalia
interna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak
terkecuali pada myoma uteri atau dikenal dengan tumor rahim.
leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpanginya. Sering ditemukan pada wanita
usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat
lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus,
membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik
EPIDEMOLOGY
• Mioma terjadi pada kira kira 5 persen wanita selama masa
reproduksi.
• Mioma lebih sering pada wanita nulipara atau wanita yang
mempunya 1 anak.
• Ditemukan pada wanita usia reproduktif (20-25%). Pada usia >
35 tahun kejadiannya lebih tinggi., yaitu mendekati angka
40%.
Disebabkan karena adanya hubungan kejadian myoma urterus
dengan esterogen . Pada masa usia menopause terjadi regresi
mioma uterus.
• Di amerika wanita kulit hitam 3 kali menderita mioma uteri
lebih banyak di bandingkan wanita kulit putih (di karenakan
perbedaan pola hidup )
Etiologi
• Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim.
• Pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen.
Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan
jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri
ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia
reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause
(mengecil pada pascamenopause) Sering kali mioma uteri membesar ke
arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim.
• Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa German yang berarti lahir).
Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
• 1. Lokasi
– Ø Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
– Ø Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
– Ø Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
• 2. Lapisan Uterus
– Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu
:
a. Mioma Uteri Subserosa
– Ø Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
– Ø Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter.
– Ø Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan
sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin
mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor
yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik
• b. Mioma Uteri Intramural
– Ø Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak
merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,
uterus bertambah besar dan berubah bentuknya.
– Ø Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
– Ø Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai
mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat
dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
c. Mioma Uteri Submukosa
Ø Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma
bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah
terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Ø Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun
intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan
yang tidak berarti.
Ø Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai
terapinya dilakukan histerektomi.
Manifestasi Klinik
 kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak
sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :


 Besarnya mioma uteri.
 Lokalisasi mioma uteri.
 Perubahan-perubahan pada mioma uteri.

 Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejalaklinik
yang dapat timbul pada mioma uteri:

a. Perdarahan abnormal
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan
berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan
anemia defisiensi Fe.
• 7Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area
permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim,
distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan
endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar
– Terasa berat di abdomen bagian bawah.
c. Gejala traktus urinarius
– urine frequency,
– retensi urine,
– obstruksi ureter dan hidronefrosis.
d. Gejala intestinal:
– konstipasi obstruksi intestinal.
e. Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
– Nyeri, dapat disebabkan oleh Penekanan saraf, Torsi bertangkai, Submukosa
mioma terlahir.
Patofisiologi
• Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri
dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai
bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan 12q13-15.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di
samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,
progesteron dan human growth hormone.
Diagnosis
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:
• 1. Anamnesis
– Ø Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
– Ø Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.
– Ø Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
• 2. Pemeriksaan fisik
– Ø Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
– Ø Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut
menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
– Ø Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.
• Gejala klinis
– Ø Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal.
– Ø Adanya perdarahan abnormal.
– Ø Nyeri, terutama saat menstruasi.
– Ø Infertilitas dan abortus.
• Pemeriksaan luar
– Ø Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas.
– Ø Pemeriksaan dalam
– Ø Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas dan
ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
• 3. Pemeriksaan penunjang
– Ø USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
– Ø Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa
jaringan.
– Ø Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya
pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan
uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
– Ø Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
– Ø Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
– Ø Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
Komplikasi
• Ø Perdarahan sampai terjadi anemia.
• Ø Torsi tangkai mioma dari : mioma uteri subserosa dan mioma uteri
submukosa.
• Ø Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
• Ø Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
• Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
– § Infertilitas.
– § Abortus.
– § Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
– § Inersia uteri.
– § Gangguan jalan persalinan.
– § Perdarahan post partum.
– § Retensi plasenta.
• Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
– § Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
– § Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai. 2,3,8,9,10
– § Diagnosis Banding
– § Tumor solid ovarium.
– § Uterus gravid.
– § Kelainan bawaan rahim.
– § Endometriosis, adenomiosis.
– § Perdarahan uterus disfungsional.
Faktor Predisposisi
• Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang
diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
– Ø Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
– Ø Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
– Ø Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. 14 Terlepas dari
faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
– Ø Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen
dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.
Diagnosis Banding
• Diagnosis Banding
1. Kehamilan
– Uterus membesar merata. Tes Kehamilan positif
2. Pseudosiesis
– Terdapat Amonorhea, perut membesar tetapi uterus sebesar biasa,
tanda tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
3. Kistoma Ovarii
– Mungkin ada amenorrhea , perut penderita membesar tetapi ukuran
uterus biasa.
4. Vesica Urinariae dengan retensio urinae
– Uterus biasanya membesar
5. Menopause
– Terdapat Amenorrhea. Umur wanita kira kira di atas 43 tahun. Uterus
sebesar biasa, tanda tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
Pencegahan
1. Pada pemeriksaan fisik, mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan
ginekologi rutin.
• Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus
oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk
memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.

2. Pemeriksaan penunjang
• a. Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi
transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain pada
rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi
melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan
gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur
maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan
dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma uteri.
b. Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya
kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis
dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi
mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat
menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor, dan terbagi atas :

1.Penanganan konservatif.
Bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.

Cara penanganan konservatif sebagai berikut :


• Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
• Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
• Pemberian zat besi.
• Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu
sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat
ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang
ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu.
• Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena
memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama
pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
• Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek
terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan
pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin.

2. Penanganan operatif, bila :


• Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
• Pertumbuhan tumor cepat.
• Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
• Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
• Hipermenorea pada mioma submukosa.
• Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a) Enukleasi Mioma
• Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya
aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak
dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau
sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan
mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan
berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.

• Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists


(ACOG) adalah sebagai berikut :
– Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
– Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
– Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang.
b) Histerektomi

• Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria
ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
• Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikeluhkan olah pasien.
• Perdarahan uterus berlebihan :
– Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama
lebih dari 8 hari.
– Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
– Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi
– Nyeri hebat dan akut.
– Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
– Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
c) Penanganan Radioterapi
• Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
• Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
• Bukan jenis submukosa.
• Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
• Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
• Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan
• d). Miomektomi
• Jika pasien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dapat di pilih
miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua mioma yang ditemukan
dan membentuk kembali uterus. Pasien harus menerima jika timbul
masalah sewaktu melakukan miomektomi, ahli bedah dapat melanjutkan
dengan histerektomi. Setelah miomektomi, 40 persen wanita yang
berkesempatan hamil akan hamil. Yang bertentangan dengan fakta ini
adalah pada 5 persen pasien. Mioma timbul kembali dan jumlah wanita
yang sama terus mengalami menoragia sehingga memerlukan
penggunaan hormone, reseksi histeroskopik atau histerektomi.

Anda mungkin juga menyukai