Anda di halaman 1dari 15

TUBEKTOMI

STERILISASI PADA WANITA

ANDI MARWAH BAKRI


181051301059
BIOLOGI C
LATAR BELAKANG
■ Menurut World Health Organization (WHO,2014) penggunaan kontrasepsi telah
meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia, Amerika Latin dan terendah di Sub-
Sahara Afrika (Sumber: Journal Kesehatan Masyarakat, 2017)
■ Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang relatif
masih tinggi. Menurut Kepala BKKBN Pusat dr Surya Chandra. Penduduk pertengahan
2017 sebesar 262 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% artinya
dalam satu tahun penduduk indonesia bertambah sekitar 4 juta jiwa. ( Sumber: Tribun
Jogja.com)
■ Pasangan suami istri yang sudah tidak menginginkan kehamilan biasanya akan
mempertimbangkan untuk melakukan sterilisasi. Maka biasanya tindakan ini diambil
oleh wanita atau pria yang sudah memiliki lebih dari tiga anak, berusia di atas 30 tahun,
atau tidak menginginkan keturunan lagi. Sterilisasi juga kerap menjadi pilihan bagi
mereka yang kehamilannya berisiko tinggi.

Salah satu cara sterilisasi organ reproduksi Wanita untuk


mecegah kehamilan dilakukan melalui prosedur yaitu
“TUBEKTOMI”
Kontrasepsi Permanen (Sterilisasi)

•Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan


dengan cara mengikat dan memotong saluran
telur (pada perempuan) = Tubektomi atau
saluran sperma (pada lelaki)= Vasektomi.

TUBEKTOMI (Ligasi tuba)

•Tindakan penutupan terhadap kedua saluran


telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel
telur tidak dapat bertemu dengan sperma
laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.
Sumber: Journal Majority, 2017
Kelebihan Tubektomi/Ligasi Tuba
■ Memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam mencegah
kehamilan (Efektifitas hampir 100%)

■ Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

■ Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormon ovarium)

■ Kegagalan dari pihak pasien hampir tidak ada.


■ Hanya perlu satu kali menjalani tubektomi.
Kekurangan
■ Risiko dan efek samping pembedahan.
■ Risiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainnya,
terutama berkaitan dengan anestesi.
■ Kadang-kadang sedikit merasakan nyeri pada saat
operasi.
■ Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi
tidak benar.
■ Kesuburan sulit kembali.

https://youtu.be/JMG7WC1FZkE
Tubektomi secara umum ada beberapa cara:
1. Diikat: saluran tuba dibuat semacam simpul lalu diikat atau
diberi penjepit.
2. Diputus, ada beberapa cara yaitu:

• diikat dulu lalu dipotong ujungnya (metode Pomeroy, metode


yang paling banyak dipakai).
• dipotong dulu lalu ujung-ujungnya diikat masing-masing.
• dipotong lalu ujungnya di-cauter atau istilah lain, dilaser, untuk
membuntu saluran.

3. Disisip semacam spiral (metode Essure-Adiana): dengan


disisip spiral logam, jaringan akan terluka dan membentuk
jaringan baru yang akan membuntu saluran tuba.
4. Fimbriectomy: pemotongan bagian fimbria, yaitu bagian
berumbai di ujung saluran tuba.
Syarat untuk melakukan tubektomi

Syarat dilakukan MOW Menurut Saiffudin (2002)


yaitu sebagai berikut:

■ Syarat sukarela

■ Syarat bahagia

■ Syarat medik
Waktu pelaksanaan tubektomi

■ Setiap waktu selama siklus menstruasi


■ klien tidak hamil.
■ Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase
proliferasi).
■ Pasca keguguran
■ Pasca persalinan
■ Pasca persalinan dianjurkan 24 jam atau selambat-
lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin

Sumber: http://www.nafiun.com/2012
Kasus 1
■ Seorang dokter dari India ditahan polisi, R.K Gupta. Dokter berusia 59 tahun itu dinilai
bersalah dalam kasus tubektomi massal di Wilayah Bilaspur yang menyebabkan
tewasnya 13 perempuan.
■ Dikutip Dream dari Time, Jumat 14 Niovember 2014, Gupta melakukan operasi terhadap
83 perempuan dalam rentang waktu enam jam pada sabtu pekan lalu. Sebanyak 13
perempuan diantaranya meninggal setelah melakukan proses operasi sterilisasi. Gupta
pun dianggap bersalah dan ditangkap rabu malam.
■ Gupta Mengatakan “Ini buka salah saya, pemerintah memaksa saya untuk memenuhi
target”, kata Gupta dikutip oleh media India. Dokter menyebut kematian para
perempuan yang ikut dalam sterilisasi itu disebabbkan oleh obat-obat yang diberikan
setelah operasi.
■ Pemerintah india memang tengah menggencarkan program pengendalian laju
pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk India mencapai 1.25 miliar jiwa. Menjadi
yang terbesar ke dua setelah Cina. Sehingga, pemerintah India menggencarkan
program pengendalian, semacam keluarga berencana.
■ Sterilisasi merupakan cara populer di India untuk mencegah ledakan jumlah
penduduk. Didorong oleh intensif dari pemerintah, warga India berbondong-
bondong melakukan operasi. Tercatat, 4 juta orang melakukan sterilisasi,
kebanyakan dari mereka adalah perempuan.
■ Banyak perempuan India mendapat Intensif sebesar US$ 23 atau sekitar Rp.275
ribu setelah melakukan operasi sterilisasi. Petugas kesehatan pun mendapat
intensif – meski lebih sedikit jika berhasil membawa perempuan melakukan operasi
sterilisasi.
(Sumber: Dream.co.id, 2014)
ANALISIS SWOT

KEKUATAN KELEMAHAN
1. Program pemerintah India/anjuran 1. Perempuan tidak berdaya karna
2. Perempuan yang melakukan Tubektomi program pemerintah.
mendapat intensif sebesar Rp. 275 rb 2. Dokter tidak berdaya karna harus
3. Intensif diperoleh juga oleh petugas mencapai target dari pemerintah
kesehatan/dokter
PELUANG ANCAMAN
1. Dapat menghentikan kesuburan 1. Terjadi demam pasca operasi dan
2. Dapat mengendalikan laju pertumbuhan luka pada kandung kemih.
penduduk 2. Obat-obatan pasca operasi berakibat
buruk

Berdasarkan analisis SWOT kasus pada tabel 1


maka dapat disimpulkan bahwa kasus tersebut
bersifat tidak Tidak Etis.
KASUS 2

Ny. Ali yang melakukan Tubektomi 2 tahun yang lalu, atas anjuran
dokter. Ia melakukan tubektomi pada saat umur 40 tahun yang pada
waktu itu sudah memiliki dua orang anak, dan akan melahirkan anak
ke-3 dengan SC atas Indikasi CPD, yaitu jika terjadi kehamilan lagi
akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius. Multipara memiliki
resiko terjadi komplikasi selama hamil dan bersalin lebih tinggi. Ia
bekerja sebagai buruh cuci, sedangkan suaminya tidak bekerja. Dari
segi Ekonomi Keluarga Ny. Ali tergolong keluarga menengah ke
bawah, apabila jumlah anaknya bertambah lagi akan kesulitan untuk
menghidupinya.
(Sumber: Suryadun.blogspot.com, 2014)
ANALISIS SWOT
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Umur Ny.Ali sudah berumur 40 1. Keluarga Ny.Ali tergolong keluarga
tahun. menengah ke bawah.
2. Memiliki 2 anak, dan akan
melahirkan anak ke- 3.
3. Apabila anak bertambah lagi akan
kesulitan untuk menghidupinya.
4. Adanya indikasi CPD.
5. Multipara memiliki resiko terjadi
komplikasi selama hamil dan
bersalin lebih tinggi.
6. Atas anjuran dokter
PELUANG ANCAMAN
1. Dapat menghentikan kesuburan 1. Terjadi demam pasca operasi dan
luka pada kandung kemih.

Berdasarkan analisis SWOT kasus pada tabel 1 maka dapat disimpulkan


bahwa kasus tersebut bersifat Etis.
TESTI TUBEKTOMI
■ Cerita Ny Nita, umur 32 thn dengan 3 org anak.
“Seblum bercerai sy melahirkan anak yg bungsu dg cara cesar. ketika itu hub sy dg
suami sdh ambang cerai. ketika mau cesar sy mmutuskan utk steril (Tubektomi) &
ditnda tangani suami. krn sy tdk th jenis2 steril, sy pikir tdnya steril itu hny diikat sj.
dokter sblum mnjalankan steril pun tdk mnjelaskan pd sy sbgai pasien apa sj jenis steril
& apa resikonya?. sy br th steril yg dilakukan oleh dokter adlh steril tubektomi pomeroy
trhdp sy stlh anak sy brumur 2 thn. itupun tdnya dirahasiakn oleh eks mertua sy krn
beliau adlah perawat di rmh skt tmpt sy melahirkan. sy menyesali kejadian ini. tp nasi
sdh jd bubur ya. 4 thn kmudian sy menikah lg. suami sy yg skrg th kndisi sy. sy ingin
skali menyenangkan dia dg hadirnya anak dr ktrunan dia. prlu diketahui sy jg prnh
mnderita infeksi rahim ketika habis melahirkan anak yg ke 2, tp dokter sdh menyatakan
sy sembuh. mohon informasinya ya mengingat umur sy yg tdk lg muda. trm ksh
( ra2kids79@gmail.com )
Tidak Menutup kemungkinan adanya
penyesalan karna sterilisasi dengan
Tubektomi merupakan Kontrasepsi
permanen.
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai