Anda di halaman 1dari 6

TATA CARA IBADAH YANG BAIK

Ibadah adalah hak Allah yang menjadi kewajiban hamba. Kebaikannya akan kembali
kepada hamba itu sendiri. Karena sesungguhnya Allah tidak membutuhkan hambaNya.

Dan Barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya
sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semestaalam(seluruhmakhluk).[alAnkabut/29:6].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan di dalam tafsir beliau tentang ayat ini: Yaitu,
barangsiapa melakukan amal shalih, maka sesungguhnya manfaat amal shalihnya akan
kembalikepadadirinyasendiri,karenasesungguhnyaAllahTaalaMahaCukup(yaknitidak
membutuhkan) dari perbuatan-perbuatan hamba. Walaupun mereka semua berada pada hati
hambaNya yang paling bertakwa, hal itu tidaklah menambah sesuatupun dalam
karajaanNya.
Walaupun manusia dengan akalnya dapat memahami mengenai kewajiban beribadah kepada
Rabb-nya, namun dia tidak mungkin mengetahui cara beribadah kepada Allah secara benar
hanya dengan melandaskan pada akal dan perasaannya. Sehingga Allah mengutus rasul-
rasulNya dan menurunkan kitab-kitabNya untuk memberikan petunjukNya.

Allah berfirman:

Maka jika datang kepada kamu (manusia) petunjuk dariKu, lalu barangsiapa mengikuti
petunjukKu, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. [Thaha/20 : 123].

Adapun sebelum diutus rasul dan tanpa petunjuk Rasul, maka manusia itu di dalam keadaan
jahiliyah. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan Hikmah (as Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatanyangnyata.[alJumuah/62:2].
KAIDAH-KAIDAH IBADAH
Ibadah yang benar kepada Allah dibangun di atas dasar-dasar atau kaidah-kaidah yang kokoh.
Ini semua dijelaskan oleh Allah di dalam kitabNya, dan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa
sallamdidalamSunnahnya,sertaolehparaulamaAhlusSunnahwalJamaah.
1. Ibadah adalah tauqifiyah.
Maknanya, ibadah tidak dilakukan kecuali dengan apa yang diperintahkan atau dituntunkan
wahyu Allah Taala. Karena sesungguhnya akal semata-mata tidak dapat menjangkau
perincian masalah ibadah, masalah halal-haram, dan masalah-masalah yang dibenci atau
dicintaiolehAllahTaala.
Allah berfirman:

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga)
orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [Hud/11:112].
Ayat ini dengan tegas menyatakan, beribadah harus mengikuti perintah Allah dan
tidak boleh melewati batas.

2. Ibadah harus dilakukan dengan ikhlas, bersih dari noda-noda syirik.


Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan. Adapun menurut syara, yang dimaksud
ikhlas adalah memurnikan niat dalam beribadah kepada Allah, semata-mata mencari ridha
Allah, menginginkan wajah Allah, dan mengharapkan rahmatNya, takut terhadap siksaNya,
dan mencari pahala (keuntungan) akhirat. Serta membersihkan niat dari syirik niat, riya,
sumah, mencari pujian, balasan, dan ucapan terimakasih dari manusia, serta niat duniawi
lainnya.
RasulullahShallallahualaihiwasallambersabda:






Sesungguhnya Allah tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni
untukNya dan untuk mencari wajahNya. [HR Nasaa-i, no. 3140]. [5]

RasulullahShallallahualaihiwasallamjugabersabda:

AllahTabarakawaTaalaberfirman:Akupalingtidakmembutuhkansekutu. Barangsiapa
beramal dengan suatu amalan, dia menyekutukan selain Aku bersamaKu pada amalan itu,
Aku tinggalkan dia dan sekutunya. [HR Muslim no. 2985].
Jika ibadah dicampuri dengan syirik, maka syirik itu menggugurkan ibadah tersebut,
betapa pun banyak ibadah yang telah dilakukan.

3.Ibadahharusmutabaah,yaitumeneladani Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam .


Orang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad n adalah utusan Allah, maka syahadat
tersebut memuat kandungan: meyakini berita beliau, mentaati perintah beliau, menjauhi
larangan beliau, dan beribadah kepadaAllahhanyadengansyariatbeliau.
AllahSubhanahuwaTaalaberfirman:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kamu (umat
Islam, yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (pahala) hari Kiamat, dan dia
banyak menyebut Allah. [al Ahzab/33 : 21].
Sehingga, siapapun yang beribadah dengan tidak mengikuti Sunnah (ajaran) Nabi
MuhammadShallallahualaihiwasallam,makaibadahnyatersebuttertolak.

4. Ibadah yang telah ditetapkan, meliputi sebabnya, jenisnya, kadarnya, caranya, waktunya,
dan tempatnya, maka wajib dilakukan sebagaimana yang dituntunkan. Tidak boleh melanggar
ketentuan-ketentuan tersebut. Sehingga, barangsiapa beribadah kepada Allah, namun
ibadahnya itu tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh syariat, maka ibadahnya
tersebut tertolak.
Contoh:
a). Sebab. Orang yang bertahajjud pada malam 27 Rajab dengan sebab anggapan bahwa
malamituadalahmalamIsraMiraj.
Sebagaimana sudah diketahui, tahajjud termasuk ibadah sunnah, namun ketika dia
menghubungkan dengan sebab yang tidak benar menurut syariat, maka ibadahnya tersebut
menjadibidah.
b). Jenis. Ibadah qurban telah ditetapkan jenisnya dengan binatang ternak, yaitu onta, sapi,
atau kambing. Jika ada orang berqurban dengan kuda, kelinci atau ayam, maka qurban itu
tertolak.

5. Ibadah harus dilakukan dengan dasar kecintaan, mengharapkan rahmat Allah, takut
siksaNya dan disertai ketundukan dan pengangungan kepada Allah.
Ketika Allah memuji Nabi Zakaria sekeluarga, Dia berfirman:

Sesungguhnya mereka (Nabi Zakaria sekeluarga) adalah orang-orang yang selalu bersegera
dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami. [al
Anbiya/21:90].
Barangsiapa tunduk kepada seorang manusia disertai kebenciannya kepadanya, maka
ia tidak menjadi seorang yang beribadah kepadanya. Dan seandainya seseorang mencintai
sesuatu dan ia tidak tunduk kepadanya, maka ia tidak menjadi seorang yang beribadah
kepadanya. Sebagaimana seseorang mencintai anaknya, dan kawannya.
Oleh karena itu, dalam beribadah kepada Allah tidak cukup dengan salah satu dari
kedua sifat itu saja. Tetapi seorang hamba, (ia) wajib menjadikan Allah sebagai yang paling
dicintai daripada segala sesuatu, dan menjadikan Allah yang paling diagungkan daripada
segala sesuatu. Bahkan tidak ada yang berhak mendapatkan kecintaan dan ketundukan yang
sempurna, kecuali Allah. Sehingga apa saja yang dicintai bukan karena Allah, maka
kecintaannya itu rusak. Dan apa saja yang diagungkan bukan dengan perintah Allah, maka
pengagungannya itu batil.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam syairnya, beliau menjelaskan
tonggak ibadah, sebagai berikut:
Dan ibadah kepada (Allah) Yang Maha Pemurah,
adalah puncak kecintaan kepadaNya bersama kepatuhan
dari orang yang beribadah kepadaNya.
Itulah dua kutub yang orbit ibadah beredar pada keduanya.
Orbit itu tidak akan beredar sampai kedua kutubnya tegak.
Dan beredarnya dengan perintah. Yaitu perintah RasulNya.
Tidak dengan (perintah) hawa nafsu, kemauan diri sendiri, dan setan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Di antara Salaf mengatakan,
Barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan kecintaan, maka dia seorang zindiq
(munafik). Barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan harapan, maka dia seorang
Murjiah. Barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan rasa takut, maka dia seorang
Haruri. Dan barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kecintaan, rasa takut, dan harapan,
maka dia seorang yang beriman,bertauhid.

6. Kewajiban ibadah tidak gugur dari hamba, semenjak baligh sampai meninggal dunia.
AllahTaalaberfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali
Imran/3:102].
Manusia yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah ialah Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam, dan beliau berkewajiban beribadah sampai wafatnya. Maka
orang-orang yang derajatnya di bawah beliau, tentu lebih wajib untuk beribadah kepada Allah
sampai matinya.
AllahTaalaberfirman:

Dan beribadahlah kepada Rabb-mu (Penguasamu) sampai al yaqin (kematian) datang


kepadamu. [al Hijr/15:99]
Para ulama ahli tafsir bersepakat, makna al yaqin dalam ayat ini adalah kematian. Hal
ini, sebagaimana tersebut dalam firman Allah pada ayat lain, yang memberitakan pertanyaan
penduduk surga kepada penduduk neraka:




Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka (penduduk neraka)
menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami
tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil,
bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari
pembalasan,hinggadatangkepadakamialyaqin(kematian).[alMuddatstsir/74:42-47].
Setelah kita mengetahui kaidah-kaidah tentang ibadah ini, maka ketahuilah, seseorang
yang memiliki anggapan bahwa kewajiban beribadah kepada Allah dengan syariat Nabi
Muhammad gugur atas diri seseorang yang telah mencapai hakikat atau marifat, sungguh
anggapan ini bertentangan dengan al Qur`an, al Hadits dan kesepakatan umat Islam,
semenjak dahulu sampai sekarang.

Ustadz Abu Ismail Muslim Atsari.2012. Tata Cara Ibadah Yang Baik. Diambil dari
https://almanhaj.or.id/3391-kaidah-kaidah-ibadah-yang-benar.html pada Tanggal 13
September 2016, Pukul 14.57 WIB.

Anda mungkin juga menyukai