Anda di halaman 1dari 8

NAMA :IZZAN GHANI WAFIN_301210045

NAMA: MUHAMMAD LUQMAN HAKIN_301210059

Akhlaq Islami dalam kaitannydia situs pribadi

1.SUMBER DAN CIRI CIRI AKHLAQ ISLAM


Dalam Islam, Al Qur’an dan As-Sunnah selain dijadikan sebagai pegangan hidup juga
dijadikan sebagai dasar atau alat pengukur baik buruknya sifat seseorang. Apa yang baik
menurut Al Quran dan As-Sunnah itu berarti baik dan harus dijalankan, sedangkan apa yang
buruk menurut Al Quran dan Sunnah berarti tidak baik dan harus dijauhi.

Sebagai dasar umum dari pendidikan akhlak adalah QS. At-Tahrim ayat 6 :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim/66 : 6).
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela.
Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak adalah al-Qur’an dan sunnah, bukan
akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.

Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban


manusia dan mengobati Ti bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental. tujuan berakhlak yang
baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat

Ciri ciri Akhlaq Islami sebagai berikut:


a) Kebajikan yang mutlak
menjamin kebajikan mutlak, karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur
b) Kebajikan yang menyeluruh
akhlak Islam menjamin kebaikan untuk seluruh umat manusia baik segala zaman, semua
tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak
dikerjakan oleh umat manusia diluar kemampuannya
c) kemantapan
kebaikan yang mutlak sesuai dengan diri manusia akan tetapi akhlak atau etika ciptaan
manusia bersifat berubah-ubah dan tidak selalu sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam
satu bangsa atau zaman
d) Kewajiban yang wajib dipenuhi
sumber akhlak itu berasal dari Islam dan guna dari sebuah peraturan adalah ditaati. sebab
Ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan
duka, juga tunduk pada Kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang
kepada-Nya
e) Pengawasan yang menyeluruh
Agama Islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat. Islam menghargai hati
nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha.

2.PRIBADI SEBAGAI HAMBA ALLAH

“Ingatlah ketika Tuhan Pemeliharamu berfirman kepada para malaikat,”Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…” (Qs Al-Baqarah [2]: 30)”

“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beriibadah kepada-Ku (Qs
Al-Dzariyat [51]: 56)”

Dalam Al-Qur'an, manusia dipandang sebagai berikut: pertama, Tuhan memilih manusia
sebagai wakil-Nya (khalifah) di bumi, yang berarti bahwa Dia memberi manusia kekuatan
untuk menguasai bumi, tetapi dengan syarat bahwa mereka tetap taat pada Tuhan, menjadi
hamba Tuhan (‘abd Allah).
Kedua, sebagai hamba dan khalifah-Nya, manusia menjadi pasif, tunduk pada kehendak
Tuhan, di satu sisi, dan aktif sebagai agen Tuhan serta melakukan kehendak Tuhan di dunia,
di sisi lain.
Manusia dipilih Tuhan sebagai wakil-Nya (khalifah Allah) sekaligus hamba-Nya (‘abd
Allah). Sebagai seorang hamba, manusia harus tunduk total pada Tuhan dan menerima secara
sempurna semua yang dikehendaki-Nya. Sebagai wakil-Nya, manusia harus aktif di dunia
untuk menjalankan kehendak Tuhan di muka bumi. Menjadi manusia seutuhnya adalah
menerima dengan kepasrahan total pada apa yang berasal dari Tuhan dan memperlakukan
makhluk ciptaan-Nya sebagai media perantara utama berupa karunia untuk terciptanya
keteraturan.
Konsekuensi konsep hamba dan wakil Tuhan adalah bahwa derajat laki-laki dan perempuan
bukan terletak pada diri mereka sendiri, tetapi dilihat dari segi kepasrahan dan kepatuhan
mereka kepada Tuhan. Derajat manusia dinilai dari segi derajat pengabdiannya terhadap
Tuhan. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia untuk dapat mengetahui dan menguasai
alam adalah sah dengan syarat: mereka mengenali sifat teomorfis mereka dan konsisten
dalam kepatuhan dan kepasrahan kepada Tuhan.
Konsep Islam tentang manusia (insan) sebagai anthropos yang mencakup laki-laki dan
perempuan dapat diringkaskan sebagai perkawinan kedua kualitas tersebut dalam diri
manusia. Manusia diberikan kehendak bebas. Akibatnya, manusia dapat memberontak
terhadap kodrat primordialnya dan menjadi aktif melawan surga serta pasif pada kodrat
rendahnya sendiri dan dunia indrawi. Dengan begitu, tak semua manusia menjadi hamba dan
wakil Tuhan. Kesempurnaan mode pasif dan aktif tersebut dimiliki para nabi dan orang-orang
suci. Walaupun demikian, semua manusia memiliki martabat (dignity) dan hidup mereka
adalah sakral karena kodrat primordial mereka, yang mana seluruh anak turunan Adam dan
Hawa mempunyainya pada kedalaman diri mereka.Hubungan manusia dengan Allah adalah
hubungan makhluk dan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan hidup manusia selalu
mempunyai keberadaan kepada yang lain. dan tumpuan an-nasr takok ketergantungan antara
ketergantungan kepada yang maha kuasa, Yang maha perkasa, yang Maha bijaksana, Yang
Maha Sempurna ialah Allah robbul alamin
ketergantungan manusia kepada Allah difirmankan dalam surat al-ikhlas ayat 2 .Mengapa
manusia harus tunduk pasrah dan patuh pada kehendak-Nya? Seluruh pandangan filosofis,
teologis, dan sufistis dalam sejarah Islam bersepakat bahwa Tuhan adalah pencipta manusia.
Tuhan sebagai penyebab ontologis eksistensi manusia. Karena itu, manusia memiliki utang
kepada Tuhan dan hak-hak kita diturunkan sebagai pemenuhan tanggung jawab manusia
terhadap-Nya dan kepatuhan pada kehendak-Nya.
Relasi manusia dengan Tuhan dimulai dari pertanyaan: apa yang Tuhan inginkan dari
manusia? Berdasarkan Al-Qur'an, kita dapat menyimpulkan jawaban dari pertanyaan di atas
adalah ‘ibadah (worship). ‘Ibadah berarti melayani (service). Menyembah Tuhan berarti juga
melayani-Nya. Banyak tafsir dari istilah ‘ibadah, mulai dari tindakan ibadah biasa sampai
mencintai dan mengetahui Tuhan.
Dalam Islam, tujuan eksistensi manusia adalah menyembah dan melayani Tuhan. Hanya
dengan melaksanakan maksud dan tujuan penciptaan tersebutlah manusia menjadi manusia
sepenuhnya. Sebaliknya, walaupun kita adalah “manusia” dalam diri kita, tetapi kita bukan
manusia dan hidup bukan sebagai manusia yang utuh. Oleh karena itu, raison d’etre (alasan
keberadaan) manusia adalah untuk menyembah Allah dan dengan demikian mewujudkan
keadaan penghambaan yang sempurna, yang berarti menyadari apa arti menjadi manusia
sepenuhnya.

3.PRIBADI SEBAGAI ANAK


Apabila keliru dalam mendidik akhlak anak di dunia maka anak akan tidak mengenal
akhlak yang lebih lanjut, anak Dapat melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan
lain sebagainya. Maka model pendidikan akhlak anak tidak langsung berkata itu baik atau
buruk. Apabila seorang anak baru saja belajar membaca dan menurut kita itu buruk atau jelek
Namun seharusnya kita tidak mengatakan demikian sebab dapat menyakiti hati dan patah
semangat tetapi kita beri semangat dan dorongan yang dapat memacunya. Seperti halnya
dalam Alquran surat Luqman memberikan kita wawasan atau pesan untuk generasi
selanjutnya dalam mewarisi akhlak dan poin-poin tersebut antara lain:
Dilarang berbuat Syirik atau menyekutukan Allah
kewajiban berbakti kepada orang tua
keharusan tetap berbakti kedua orang tua di dunia saja karena kesirikan mereka
perintah menegakkan salat Amar ma'ruf nahi mungkar dan sabar
tidak boleh bersifat sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri
perintah bersikap sopan santun dalam berjalan atau berbicara

4.AKLAQ KEPADA ORANG TUA


Pengertian akhlak dan kedua orang tua diatas dapat dikatakan bahwa akhlak kepada
kedua orang tua adalah jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan baik karena kebiasaan
tanpa pemikiran dan pertimbangan sehingga menjadi kepribadian yang kuat didalam jiwa
seseorang untuk selalu berbuat baik kepada orang yang telah mengasuhnya mulai dari dalam
kandungan maupun setelah dewasa.Adapun akhlak terhadap orang tua adalah sebagai
berikut : Menyayanginya, mencintainya,menghormatinya, mematuhinya, dan merendahkan
diri padanya serta sopan kepadanya.
Kita mengetahui dan menyadarinya dengan sepenuh hati bahwa hidup bersama orang
tua merupakan nikmat yang luar biasa, yang tidak dapat tergantikan dengan apapun didunia
ini. Ketika orang tua kita meninggal alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada yang dapat
dipandanginya lagi.Pandanglah kedua orang tua dengan penuh kasih sayang , janganlah
memandangnya dengan pandangan marah dan bersuara keras kepadanya.Dalam AL-Qur’an
surat Alisra’ ayat 23-24 Allah mengatakan , “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-dua sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka selaki-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku , kasihanilah mereka keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”
Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih dikenal dengan istilah Birrul Walidain artinya
menunaikan hak orang tua dan kewajiban terhadap mereka berdua. Tetap mentaati keduanya ,
melakukan hal-hal yang membuat mereka senang dan menjauhi berbuat buruk terhadap
mereka. Berbakti kepada kedua orang tua adalah menyampaikan setiap kebaikan kepada
keduanya, mencintai dan mengikuti perintahnya yang baik, dan menjauhi larangannya dan
mencegah gangguan yang akan menimpanya bila mampu
Berbakti kepada orang tua memiliki amal yan tinggi, antara lain:
1. Amal Yang Paling Utama
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal yang paling utama. Dari
Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu ia berkata;
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Amalan apa yang
paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku melanjutkan,
“Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Lalu aku bertanya
lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Al Bukhari dan
Muslim).
2. Bernilai Jihad
Berbakti kepada orang tua senilai dengan jihad fi sabilillah. Sehingga pada beberapa hadits,
beliau menganjurkan orang yang akan berjihad untuk berbakti kepada kedua orang tua.
Dari Abdullah bin Ash ia berkata;
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu meminta kepada
beliau untuk berjihad. Maka beliau bersabda, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” ia
menjawab, “Ya.” Beliau pun bersabda, “Maka bersungguh-sungguhlah dalam berbakti
kepada keduanya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim
3. Berpahala Hijrah
Berbakti kepada orang tua juga bernilai hijrah. Ada seseorang yang berniat berhijrah ke
Madinah, lalu Rasulullah memerintahkannya untuk tetap di negerinya dalam rangka berbakti
kepada kedua orang tua.
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lalu berkata “Saya
berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, aku mengharapkan pahala dari Allah.”
Beliau bertanya, “Apakah salah satu orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab, “Ya, bahkan
keduanya masih hidup.” Rasulullah bertanya lagi, “Maka apakah kamu masih akan mencari
pahala dari Allah?” Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda, “Pulanglah kepada kedua
orang tuamu lalu berbuat baiklah dalam mempergauli mereka.” (HR. Muslim).
4 Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu
Ungkapan surga berada di bawah kaki ibu merupakan ungkapan yang bersumber dari hadits
dan menunjukkan betapa luar biasa keutamaan berbakti kepada ibu.
“Jahimah pernah datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu berkata, “Ya Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam, aku ingin berperang dan sungguh aku datang untuk meminta
pendapatmu.” Beliau bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu?”Ia menjawab, “Ya.”
Maka beliau pun bersabda, “Tetaplah bersamanya karena sesungguhnya surga ada di
kakinya.” (HR. Ibnu Majah dan An Nasai)
5. Dipanjangkan Umur, Ditambah Rezeki
Di antara keutamaan berbakti kepada kedua orang tua adalah sama dengan keutamaan
silaturahim yakni dipanjangkan umur dan ditambah rezekinya.
“Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, maka hendaklah ia
berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturahim” (HR. Ahmad)
6. Memperoleh Ampunan Allah
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal yang dengannya Allah
mengampuni dosa-dosa seorang hamba.
“Siapa yang mendapati salah satu dari kedua orang tuanya kemudian ia tidak diampuni, maka
Allah telah menjauhkannya (dari rahmat)” (HR. Ahmad)
7. Taat Kepada Orang Tua Merupakan Bentuk Ketaatan Kepada Allah
“Taat kepada Allah (salah satu bentuknya) adalah taat kepada orang tua. Durhaka terhadap
Allah (salah satu bentuknya) adalah durhaka kepada orang tua” (HR. Thabrani)
8. Keridhaan Allah Ada Pada Keridhaan Orang Tua
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda;
“Keridhaan Tuhan ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Tuhan ada pada kemurkaan
orang tua” (HR. Tirmidzi)
9. Bentuk Taubat Kepada Allah
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu ia berkata;
“Seorang laki-laki datang menghadap Nabi lalu berkata, “Sesungguhnya aku telah melakukan
satu dosa yang sangat besar. Apakah aku bisa bertaubat?” Beliau balik bertanya, “Apakah
engkau masih memiliki ibu?” ia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau
masih memiliki bibi (saudari ibu)?”ia menjawab, “Ya.” Maka beliau bersabda, “Maka
berbaktilah kepadanya.” (HR. Tirmidzi)
10. Tiket Menuju Surga
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan tiket menuju surga. Dalam hadits diistilahkan
orang tua adalah “ausathu abwaabil jannah” pintu surga yang tengah-tengah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda;
“Orang tua adalah paling pertengahan dari pintu-pintu surga. Jika kamu mau, sia-siakanlah
pintu itu (kau tidak mendapat surga) atau jagalah ia (untuk mendapatkan pintu surga itu).”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

5.AKHLAQ TERHADAP MASYARAKAT


Misi utama diutus Rasulullah Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak
mulia, “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”. Sebagaimana
dijelaskan dalam firman-Nya (Q.S. Ibra>hi>m/14 : 1) “Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang
Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan
kepada cahaya terangbenderang dengan izin Tuhan”. Menurut Quraish Shihab,
“mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya”, artinya mengeluarkan manusia
seluruhnya dari aneka gelap gulita, apapun bentuk dan jenisnya, termasuk akhlak yang tercela
manusia.
Pada dasarnya, akhlak terbagi menjadi 2 macam jenis
Al-Akhlaku al- Mahmud’ah (akhlak baik atau terpuji)
Perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain .
Al-Akhlaku al- Madhmumah (Akhlak buruk atau tercela)
Perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain.
Firman Allah Swt.
ِ ‫ص ٍة ِذ ْك َرى ال َّد‬
‫ار‬ َ ِ‫اِنَّآاَ ْخلَصْ نَهُ ْم بِخَال‬
Artinya : Sungguh, Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan) Akhlak yang
tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Shaad :
46)
Dari penjelasan di atas Akhlak merupakan anugrah. Jika kita mengamalkan akhlak kepada
hal-hal yang baik maka dampaknya pun akan baik untuk diri kita sendiri atau pun orang lain,
seperti yang akan penulis bahas mengenai akhlak baik terhadap sesama manusia, diantaranya
Al-Shafaqah, yaitu sikap yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain
Rasulullah SAW bersabda :
‫ال فِى قَ ْلبِ ِه َرحْ َمةًلِلبَ َش ِر‬
َ ‫اب َع ْب ٌد َولَ ْم يَجْ َع ِل هَّللا ُ تَ َع‬
َ َ‫خ‬
Artinya: Merugilah seseorang hamba, yang dalam hatinya tidak di beri Allah sifat belas
kasihan terhadap orang lain. HR ibnu Asakir, yang bersumber dari Amri bin Hubai.
Al-Ikhaa’, yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain
Al-Nasiihah, yaitu memberi nasiahat atau suatu upaya untuk memberi petujuk-petunjuk yang
baik kepada orang lain
Al-Nasru, yaitu suatu upaya untuk membatu orang lain, agar tidak mengalami suatu kesulitan
atau memberi pertolongan. Dalam HR. Bukhary dan Muslim di katakan bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
ْ ‫لِيَ ْنص َُرال َّر ُج ُل أَ َخاهُ ظَا لِ ًما أَوْ َم‬
‫ظلُوْ ًما‬
Artinya: Hendaklah seseorang itu suka memberi pertolongan kepada saudaranya; baik yang
menganiaya, maupun yang dianiaya.
Kazmu al- Ghaizi, ( Menahan Amarah), yaitu upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai oleh
perasaan marah terhadap orang lain
Al-hilmu (sopan santun), yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain
Al-`Afwu (Suka memaafkan), Yaitu sikap dan prilaku seseorang yang suka memaafkan
kesalahan orang lain.
Dari penjelasan di atas, jika seseorang dapat mengamalkan dan mengaplikasikan dalam
kehidap sehari hari, maka jelas menghormati manusia, menguatkan persaudaraan atas dasar
iman, kemanusiaan dan kebangsaan dan juga menguatkan kepekaan kepedulian dan tanggung
jawab akan terealisasi dan terciptanya kemakmuran dalam kehidupan bermasyarakat.
Akan tetapi akan bertolak belakang jika apa yang dilakukan seseorang merupakan Al-
Akhlaku al- Madhmumah atau akhlak buruk kepada sesama manusia seperti mudah marah
(Al-Ghadab), iri hati atau dengki (Al-hasadu atau Al-Hiqdu), Mengumpat (Al-Ghibah),
sombong, sikap kikir (Al-Bukhlu), dan berbuat aniaya (Al-Zumlu). Maka itu akan membuat
suatu kehancuran akhlak dalam bermasyarakat dan persaudaraan, bahkan itu akan membuat
suatu kebinasaan dalam sebuah bangsa sepeti yang dikatakan Syauqi Bey, bahwa
‫ت اَ ْخاَل قُهُ ْم َذهَبُوْ ا‬
ْ َ‫ت فَا ِء ْن هُ ُموْ ا َذهَب‬ ُ ‫اِنَّ َمااألُ َم ُم األَ ْخاَل‬
ْ َ‫ق َما بَقِي‬
Artinya: “kekalnya suatu bangsa selama kekalya akhlak, jika akhlaknya lenyap, musnah pula
lah bangsa itu”
Dari penjelasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak merupakan hal yang
paling penting dalam kehidupan, karena itu bisa menjadi cerminan diri seseorang. Dan
pribadi manusia yang dicontohkan dalam Islam, adalah manusia yang selalu dekat dengan
Tuhan-nya dan selalu baik dengan sesamanya.
Karena itu, persoalan akhlak harus menjadi sifat utama dalam setiap individu manusia, untuk
mendorong segala macam perbuatannya sehingga harapannya untuk mencapai kebahagiaan
dalam hidupnya akan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai