Anda di halaman 1dari 2

Resume Islam Sebagai Rahmat Bagi Semesta

Nama : Callula Rizky Shauma


NPM : 2106733774

Tujuan dari pembelajaran ini adalah bagaimana kita bisa merefleksikan misi Islam
sebagai agama dan bagaimana kita sebagai muslim bisa menata hidup sesuai dengan misi Islam
sebagai agama kita. Al-quran mengatakan, “Dan tidaklah kami utus Engkau Muhammad kecuali
sebagai rahmat bagi semesta.” Ayat ini menegaskan bahwa Islam hadir dalam kehidupan
manusia untuk bisa menjadi anugrah atau rahmat bagi semesta alam.
Dengan misi ini, Islam menegaskan bahwa jati diri manusia, laki-laki maupun
perempuan, mempunyai status yang melekat di dalam dirinya sebagai hanya hamba Allah.
Artinya adalah manusia dilarang keras untuk menyembah apapun dan siapapun selain Allah. Ini
adalah inti dari ajaran tauhid. Mengesakan Allah artinya tidak melakukan penyerahan diri
sebagai makna dasar dari kata Islam, tidak melakukan penyerahan diri kecuali kepada Allah.
Manusia dilarang keras untuk melakukan ketaatan kepada sesama makhluk Allah dalam
hal maksiat kepada Allah. Ketaatan manusia kepada sesama makhluk Allah bukan kepada figur,
melainkan kepada nilai kebaikan bagi sesama. Di samping status melekat manusia sebagai hanya
hamba Allah, setiap manusia juga punya amanah melekat di dalam dirinya sebagai khalifah fil
ardh. Ini dibawa sejak lahir dan akan dibawa sampai mati.
Nilai manusia di hadapan Allah hanya tergantung kepada takwa. Takwa adalah sikap
benar-benar hanya menuhankan Allah (tauhid) yang melahirkan kemaslahatan kepada makhluk
Allah. Takwa juga dapat didefinisikan sebagai iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan,
yang menimbulkan hubungan baik terhadap makhluk-makhluk Allah. Sebaik-baik manusia
adalah yang paling bermanfaat, memberi anugrah bagi sesama manusia.
Jati diri manusia yang sebenarnya bukan fisiknya, melinkan nonfisik yang terdiri dari
spiritual dan intelektual. Fisik manusia akan mati dan ditinggalkan, tetapi aspek nonfisik manusia
akan tetap hidup dan mempertanggungjawabkannya. Karena itu, manusia dinilai oleh Allah dari
sejauh mana dia mendayagunakan akal dan hati nuraninya untuk mewujudkan kemaslahatan
yang seluas-luasnya.
Sebagai muslim manusia punya kewajiban untuk menjaga tauhid kepada Allah. Ini juga
menjadi identitas dari keislaman sesuatu atau seseorang, yaitu iman kepada Allah yang
melahirkan kemaslahatan ke diri sendiri dan orang lain. Inilah yang disebut Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin yang maksudnya Islam menjadi rahmat bagi semesta alam.
Di dalam Islam terdapat rukun Islam yang berfungsi sebagai sebuah sistem untuk
mengingatkan seorang muslim agar bisa teguh menjaga tauhid secara konsisten. Rukun Islam
yang pertama adalah syahadat yang menegaskan tidak ada Tuhan selain Allah. Setiap orang yang
menempuh segala cara yang dilarang Allah demi memperoleh harta secara tak terbatas dan
berkuasa tanpa batas, maka ini sudah menunjukkan sikap kepada penuhanan selain Allah,
meskipun tanpa menamainya dengan “Tuhan”.
Rukun Islam yang kedua adalah salat. Di dalam salat, kita berdialog dengan Allah. Salat
menegaskan bahwa hidup dan ibadah kita hanya untuk Allah. Pembuktian setiap ucapan kita
dalm salat adalah setelah salat. Tanda salat yang diterima oleh Allah adalah orang yang setelah
salat muncul kesadaran spiritualnya untuk selalu melibatkan restu Allah dalam setiap
tindakannya di luar salat sehingga mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar.
Rukun Islam yang ketiga, yaitu menunaikan zakat. Zakat adalah perintah dari Allah untuk
berbagi harta dengan mereka yang kurang mampu. Dalam zakat, ada kesadaran bahwa semua
harta yang kita punya tidak lepas dari jasa orang lain. Harta yang kita miliki ada hak orang lain
yang harus kita berikan. Zakat diterima tergantung dengan sikap kita saat dan setelah
memberikan zakat.
Rukun Islam keempat adalah puasa. Saat puasa Ramadhan, sepanjang siang kita dilarang
untuk minum minuman yang sudah halal dan milik kita, dilarang makan makanan yang sudah
halal dan milik kita, dilarang untuk berhubungan seksual dengan suami atau istri yang sudah
halal. Kalau kita berpuasa dengan segenap jiwa raga, maka kita bukan hanya puasa secara fisik,
melainkan juga secara mental. Jika kitab isa berpuasa secara fisik dan mental, maka sebelas
bulan lainnya adalah pembuktian apakah puasa Ramadhan kita diterima oleh Allah atau tidak.
Terakhir adalah haji. Di dalam haji banyak sekali ritual yang bersifat simbolik. Misalnya,
thawaf (mengelilingi baitullah dalam hitungan tertentu). Secara fisik tubuh kita mengelilingi
baitullah, secara spiritual kita sedang dilatih bahwa seluruh gerakan kita dalam kehidupan tidak
boleh menjauh dari Allah dan perintah-Nya. Contoh lain, yaitu bermalam di Muzdalifah. Ritual
ini mengingatkan kita bahwa hidup di dunia hanyalah sementara dan harus digunakan sebaik-
baiknya agar menjadi bekal kita di kehidupan yang abadi di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai