Anda di halaman 1dari 121

BAB V

AL ISLAM
5.1 Dienul Islam
Kata di:n berasal dari katada:na yadi:nu yang berarti cara, peraturan, undang-undang,
taat dan patuh, pembalasan, perhitungan dll. Sedangkan kata Islam berasal dari kata kerja
aslama yuslima isla:man yang berarti berserah diri, atau dari kata salima yang berarti
selamat, sejahtera atau damai.
Dengan demikian dienul islam ialah agama yang menentukan manusia untuk berserah diri
kepada Allah SWT, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia, menciptakan perdamain
antara sesama manusia.
Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW merupakan ajaran hidup yang
sempurna, mencakup dan sangat kompleks, namun tetap sederhana dan diletakkan pada posisi
yang serasi dan berkeseimbangan dalam segala aspeknya.
5.2 Manusia dan Agama

Manusia sejak berada di alam arwah telah ditanamkan benih iman, kepercayaan
dan penyaksian (syahadah) terhadap keberadaan Allah SWT. (QS. Al Araf: 172).
Manusia adalah makhluk bertuhan atau homo divinan. Allah SWT menciptakan
manusia dengan berbagai naluri termasuk didalamnya naluri bertuhan, naluri agama, yakni
agama Islam. Fitrah bertuhan ini akan bertambah kokoh manakalah ditunjang dengan
pengembangan daya nalarnya untuk membaca ayat-ayat Allah SWT yang berupa ayat kauniyah.
5.3 Tauhid
1. Pengertian Tauhid
Tauhid berasal dari kata wahada jahhidu - tauhid, artinya menjadi satu, manunggalkan, dan
maniadakan bilangan darinya.
Dalam agama Islam Kalimat Tauhid laa ilaa haa illallah marupakan ajaran yang
menempati posisi kunci atau sentral. Kalimat Ilah mengandung arti Yang Berhak Disembah
yaitu dari segi kebesaran, keagungan, dan dan ketinggian derajat-Nya layak untuk disembha oleh
manusia dimana mereka menundukkan kepala dalam beribadah.
Jadi Tauhid berarti mengeskan atau menunggalkan Allah SWT sebgai satu-satunya pencipta,
penguasa, dan pengatur alam semesta beserta isinya. Beriman kepada Allah SWT atau
mentauhidkan Allah SWT baru dapat dikatakan sempurna kalau didalamnya terdapat tiga prinsip
yang bulat dan padu yaitu: menyakini dalam hati (tasdi:qun bi al-qalbi), diikrarkan dengan
ucapan atau lisan (iqra:run bi al-lisa:ni) dan diamalkan dengan tindakan yang konkret dan real
(almalun bial al-jana:ni)dalam kehidupan sehari hari
2.

Unsur-unsur Tauhid
Unsur tauhid yang terkandung dalam pengertian ayng objektif dan proporsional ada tiga
yakni: Tauhid Rubuhiyah, Tauhid Mulkiyah, tauhid uluhiyah.
Tauhid Rubuhiyah

Berarti kesadaran dan keyakinan bahwa Allah_Lah satu-satunya Dzat yang menciptakan serta
mengatur alam semesta dengan seluruh isinya (Rabbul alamin. Allah adalah satu-satunya Dzat
yang mencipta, mengasuh, memelihara, dan mendidik umat Manusia (Rabbun-Nas)
Tauhid Mulkiyah
Berarti mengimani dan mengakui Allah Allah sebagai satu-satunya Dzat yang menyandang
nama dan sifat-sifat kemuliaan sebagaimana tercermin dalam asmaul:husnayang salah satu di
antaranya adalah Allah bersifat Ma:lik,Raja diraja pemilik dan penguasa seluruh jagad raya
Tauhid Uluhiyah
Mentauhidkan Allah tidak cukup sekedar menyakini dan mengakui bahwa Allah satu
satunya dzat yang mencipta,memelihara serta pemilik tunggal terhadap alam semesta dengan
segala isinya.Pengakuan terhadap Keberadaan Allah SWT harus disertai dengan adanya
perubahan sikap hidup.Dan mentauhidkan Allah yang dapat melahirkan perubahan sikap hidup
secara total
Menurut Ibnu Taimiyah yang dimaksud dengan tauhid Uluhiyah adalah Dzat yang dipuja dengan
penuh keintaan hati.Tunduk kepada_Nya, tempat berpasrah diri ketika berada dalam kesulitan.
3. Kosentrasi pernyataan La Ilaha illah Allah
Pernyataan la ila ha illah Allah pada hakekatnya mengandung empat sikap sebagai
konsekuensinya yaitu :
Tidak ada yang dipertuhankan yang berhak di cintai kecuali hanya cinta kepada Allah semata
Tidak ada sesuatu yang dipertuhankan yang berhak ditakuti kecuali hanya takut kepada Allah
semata

Tidak ada sesuatu yang dipertuhankan yang berhak ditaati kecuali hanya taat kepada Allah
semata

Tidak ada sesuatu yang dipertuhankan yang berhak diagungkan dan disembah kecuali hanya
menyembah dan mengabdikan diri kepada Allah semata
4.Pengaruh tauhid dalam kehidupan

Tauhid bila diyakini dan dihayati secara sungguh sungguh akan melahirkan sikap hidup
yang tegar, konsisten (istiqamah), yang akan dapat merubah seluruh hidupnya. Abu ala maududi
menemukan beberapa macam pengaruh yang positif, antara lain :
Seseorang akan memiliki pandangan yang luas, karena ia percaya bahwasanya allah-lah yang
memberikan rezeki dan manusia hanya dapat beriktiar dan bertawakkal.

Akan melahirkan rasa bangga dan harga diri. Ia mengetahui bahwa tidak ada yang memberi
manfaat dan mudharat kecuali allah dan tidak ada yang menghidupkan dan mematikan kecuali
Allah S.W.T

Manusia akan mengetahui dengan penuh keyakinan, bahwa tidak ada jalan untuk mencapai
keselamatan dan keberuntungan kecuali semata- mata dari anugerahnya.

Akan menumbuhkan rasa rendah diri pada diri manusia karena ia memiliki keyakinan bahwa
yang berkuasa atas diri dan segala kemampuannya adalah Allah SWT.
Akan menumbuhkan sikap optimisme dan jauh dari putus asa dan hilang harapan dalam keadaan
bagaimanapun juga karena ia beriman kepada yang memiliki langit dan bumi.
5. Tauhid yang membebaskan
Ketika manusia memiliki keyakinan akan kekuasaan. Keesaan, dan kebesaran Allah SWT
terhadap segala sesuatu baik yang ada dibumi maupun yang ada dilangit maka ketundukan dan
ketaatan seseorang hanya kepada Allah SWT tidak lagi kepada penguasa, materi, nafsu akan
kekuasaan dan yang lainnya, manusia akan terbebaskan dari segala bentuk belenggu dunia dan
hanya akan patuh kepada-Nya.
Tauhid membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia yang didasarkan
kepada jabatan kekuasaan, dan kedudukan dalam masyarakat. Sehingga seorang hamba shaya,
buruh, pembgantu,m tidak harus merasa malu dan takut berhadapan dengan pejabat negara,
gubernur, bupati, konglomerat dan kyai dan seluruh manusia memiliki derajat yang sama
dihadapan Allah SWT. Seseorang juga tidak harus berada dibawah belenggu persepsi dan opini
manusia yang lainnya selama apa yang diucapkan dan dilakukan adalah benar dalam pandangan
Islam.

Tauhid juga membebaskan manusia dari cinta kepada dunia. Keyakinan terhadapa kekuasaaan
Allah bahwa rezki sepenuhnya berada dalam kendali-Nya akan membebaskan manusia dari
perbudakan manusia atas manusia karena tidak ada lagi manusia yang dengan menjual harga
dirinya, imannya bahkan keyakinan kepada adapa saja dan siapa saja disebabkan oleh cinta harta.
Nafsu dan kekuasaan adalah nafsu yang paling besar dimilikin manusia selain nafsu sex.
Serah telah membuktikan manusia senantiasa ingin saling menguasai, ingin mengontrol,
memrintah, dan menundukkan manusia yang lainnya dalam konteks yang lebih besar nasfu
kekuasaan ini dalam bentuk penjajahan negara atas negara. Hanya tauhid yang mampu
membebaskan manusia dari belenggu nafsu kekuasaan. Manusia dengan kenyakina akan
kekuasaan dan kebesaran Allah SWT tidak akan pernah melihat kekuasaan sebagai alat untuk
menindas, menguasai bahkan membunuh orang lain. Kekuasaan bagi mereka yang bertauhid
adalah amanah alat untuk mengangkat manusia dari kebodohan. Kesengsaraan, ketertindasan,
dan kezaliman manusia yang lainnya.
Makadengan begitu tidak akan terjadi penindasan, penyiksaan, pembunuhan manusia oleh
manusia atas nama negara, agama kelompok, dan suku tetapi yang ada adalah perdamaian bagi
semua.
5.4 Ibadah
1.

Pengertian
Ibadah secara umum berarti merendahkan diri atau tunduk sedankan secara khusus
ibadah berarti bertakarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

2.

Pembagian ibadah

Ibadah umum:
Segala perbuatan baik yang dilakukan manusia untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

Ibadah Khusus:

Apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, cara, gerakan, waktu pelaksanaan, bacaanya dan
lain-lain.
Contoh:
Sholat, puasa, haji. Tharah, (bersuci; mandi wajib; tayammum, wudhu)
3.

Qaidah pelaksanaan Ibadah


Ibadah Umum:
Semua boleh kecuali yang dilarang.
Ibadah khusus
Semua tidak boleh kecuali yang diperintahkan

5.5 Akhlak
1.

Pengertian
Akhlak adalah sehgala sesuatu perbuatan yang dilakukan manusai tanpa sipikirkan terlebih
dahulu. Akhlak terbagi atas dua, yakni akhlak mazmumah dan akhlak mahmudah.

2.

Macam-Macam Akhlak

Akhlak Kepada Allah SWT.

Akhlak Kepada sesama manusia

Akhlak Kepada lingkungan (alam semesta)

Akhlak Kepada diri sendiri

Akhlak Kepada orang tua

BAB VI
Kitab Sholat
6.1 Pengetian Sholat
Sholat adalah rukun Islam yang kedua. Merupakan ibadah yang dilaksanakan oelh
seluruh umat islam sesuai dengan tuntunan pelaksanaannya. Sholat terbagi atas 2 (dua) yakni
sholat wajib dan sholat sunnat. Sholat wajib terdiri atas 5 waktu yaitu: Subuh, Dzuhur, Ashar,
Magrib, dan Isya.

6.2

ISLAM DALAM PANDANGAN MUHAMMADIYAH


A. Pendahuluan
Muhammadiyah, sebagai gerakan keagamaan yang berwatak sosio-kultural, dalam dinamika
kesejarahannya selalu berusaha merespon berbagai perkembangan kehidupan dengan senantiasa
merujuk pada ajaran Islam (al-ruj il al-Qurn wa al-sunnah, menjadikan al-Quran dan asSunnah sebagi sumber rujukan). Di satu sisi sejarah selalu melahirkan berbagai persoalan, dan
pada sisi yang lain Islam menyediakan referensi normatif atas berbagai persoalan tersebut.
Orientasi pada dimensi ilahiah inilah yang membedakan Muhammadiyah dari gerakan sosiokultural lainnya, baik dalam merumuskan masalah, menjelaskannya maupun dalam menyusun
kerangka operasional penyelesaiannya. Orientasi inilah yang mengharuskan Muhammadiyah
memproduksi pemikiran, meninjau ulang dan merekonstruksi pemikiran keislamannnya.
Pemikiran keislaman meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan tuntunan kehidupan
keagamaan secara praktis, wacana moralitas publik dan discourse (wacana) keislaman dalam
merespon dan mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia. Masalah yang selalu hadir dari
kandungan sejarah tersebut mengharuskan adanya penyelesaian. Muhammadiyah berusaha
menyelesaikannya melalui proses penafsiran dinamik antara normativitas ad-dn (agama), berupa
al-ruj ila al-Qurn wa as-Sunnah (keharusan merujuk kepada al-Qurn dan as-Sunnah),
historisitas (kenyataan sejarah tentang adanya) penafsiran atas ad-dn, realitas kekinian dan
prediksi masa depan. Mengingat proses penafsiran dinamik ini sangat dipengaruhi oleh asumsi
(pandangan dasar) tentang agama dan kehidupan, di samping pendekatan dan teknik pemahaman
terhadap ketiga aspek tersebut, maka Muhammadiyah perlu merumuskannya secara spesifik.
Dengan demikian diharapkan rhul ijtihd (semangat untuk menggali ajaran agama dari sumbersumbernya) dan tajdd (upaya pemurnian dan pembaharuan pemikiran keislaman) terus tumbuh
dan berkembang.
Dari wacana yang terus bergulir, orang pun selalu mempertanyakan: Bagaimana
Muhammadiyah memahami Islam sebagai sebuah kebenaran mutlak untuk mendapatkan

jawaban yang yang mendekati kebenaran Islam yang sejati? Apa rumusan kongkret pandangan
Muhammadiyah tentang Islam? Dan, yang tidak kalah pentingnya, bagaimana melaksanakannya
di dalam tindakan nyata?
Dalam hal ini Muhammadiyah telah memiliki tiga rumusan penting, yang diasumsikan bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Pertama: rumusan tentang Masilul Khamsah (Masalah
Lima); kedua: rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (yang dikenal di
kalangan warga Muhammadiyah dengan singkatan MKCH), dan ketiga: rumusan tentang:
Pedoman Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah.
B. Masalah Lima
Rumusan awal mengenai Islam dalam pandangan Muhammadiyah tertuang dalam Himpunan
Putusan Tarjih Muhammadiyah mengenai Masilul Khamsah (Masalah Lima) tanpa ada
rujukan nashnya (baik berupa nash al-Quran maupun as-Sunnah).
Dari rumusan Masilul Khamsah terkandung rumusan fundamental (pandangan dasar) tentang
Islam dalam pandangan Muhammadiyah, yang tertuang dalam penjelasan mengenai: agama,
dunia, ibadah, sabilullah dan qiyas.
Pertama, mengenai masalah agama, Muhammadiyah merumuskan:
1. Agama yakni Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. ialah apa yang
diturunkan Allah di dalam al-Quran dan yang terdapat dalam as-Sunnah yang shahih, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan
akhirat.
2. Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di
dunia dan akhirat.
Kedua, mengenai masalah dunia, Muhammadiyah merumuskan:
Yang dimaksud urusan dunia dalam sabda Rasulullah s.a.w.: kamu lebih mengerti urusan
duniamu ialah segala perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya para Nabi (yaitu perkara-

perkara/ pekerjaan-pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan


manusia).
Ketiga, mengenai masalah ibadah, Muhammadiyah merumuskan:
Ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan jalan menaati segala perintahperintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah.
Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus:
a. Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah
b. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkah dan
cara-caranya yang tertentu.
Keempat, dalam masalah sabilullah, Muhammadiyah merumuskan:
Sabilullah ialah jalan yang menyampaikan kepada keridhaan Allah, berupa segala amalan yang
diizinkan oleh Allah untuk memuliakan kalimat (agama)-Nya dan melaksanakan hukum-hukumNya.
Kelima, dalam masalah qiyas , Muhammadiyah merumuskan:
1. Setelah persoalan qiyas dibicarakan dalam waktu tiga kali sidang, dengan mengadakan tiga
kali pemandangan umum dan satu kali Tanya-jawab antara kedua belak pihak
2. Setelah mengikuti dengan teliti akan jalannya pembicaraan dan alasan-alasan yang
dikemukakan oleh kedua belah pihak dan dengan menginsyafi bahwa tiap-tiap keputusan yang
diambil olehnya itu hanya sekadar mentarjihkan di antara pendapat yang ada, tidak berati
menyalahkan pendapat yang lain.
Memutuskan :
a. Bahwa dasar muthlaq untuk berhukum dalam agama Islam adalah al-Quran dan al-Hadits
b. Bahwa di mana perlu dalam menghadapi soal-soal yang telah terjadi dan sangat dihajatkan
untuk diamalkannya, mengenai hal-hal yang tidak bersangkutan dengan ibadah mahdhah padahal
untuk alasan atasnya tiada terdapat nash sharih dan tegas) di dalam al-Quran atau as-Sunnah

shahihah maka dipergunakanlah alasan dengan jalan ijtihad dan istinbath dari pada nash-nash
yang ada melalui persamaan illat ; sebagaimana telah dilakukan oleh ulama-ulama salaf dan
khalaf.
C. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
Matan Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, yang kemudian disingkat menjadi
MKCH, pada mulanya merupakan putusan dari Sidang Tanwir Muhammadiyah, tahun 1969, di
Ponorogo, Jawa Timur dalam rangka melaksanakan amanat Muktamar Muhammadiyah ke-37
tahun 1968 di Yogyakarta. Kemudian dirumuskan kembali dan disempurnakan pada tahun 1970
dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta.
MKCH hasil Sidang Tanwir Muhammadiyah, tahun 1969, di Ponorogo, Jawa Timur terdiri dari 9
(sembilan) ayat, yang kemudian di dirumuskan kembali dan disempurnakan pada tahun 1970
dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta menjadi 5 (lima) ayat.
Pada tahun 1968, Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema Tajdid
menggagas pembaharuan dalam 5 (lima) bidang, yaitu:
1. Ideologi
2. Khittah Perjuangan
3. Gerak dan Amal Usaha
4. Organisasi
5. Sasaran
Tajdid dalam bidang ideologi akhirnya menjadi menjadi salah satu keputusan Muktamar
Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta, yang terkenal dengan istilah: Keyakinan dan Cita-Cita
Hidup Muhammadiyah.
Pertanyaan-pertanyaan tentang siapa konseptor MKCH, sampai saat ini tidak pernah terjawab
dengan pasti, tetapi beberapa nama tokoh Muhammmadiyah tercatat sebagai penggagas yang
memiliki saham terbesar dalam perumusan MKCH tersebut. Tokoh-tokoh tersebut antara lain:

1. Buya KH. Malik Ahmad


2. Buya AR Sutan Mansur
3. Prof.Dr.H.M. Rasyidi
4. KHM. Djindar Tamimy
5. KH. Djarnawi Hadikusuma
6. KH. AR Fachruddin, di samping tokoh muda, pada waktu itu, Drs. Mohammad Djazman alKindi.
Diperoleh data, bahwa pada tahun 1968-1970, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah
merumuskan sebuah buku panduan yang bertajuk Pribadi Muslim dan Ibdur Rahmn
untuk pimpinan-pimpinan Muhammadiyah. Rumusan inilah yang (diasumsikan) banyak
memberi inspirasi kepada para tokoh Muhammadiyah untuk menggagas MKCH.
Pada tahun 1970 Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk Tim Ideologi yang dipimpin
oleh KHM. Djindar Tamimy dan Drs. Mohammad Djazman al-Kindi, yang kemudian memberi
saran, tanggapan, penyempurnaan terhadap (konsep) MKCH hasil Sidang Tanwir tahun 1969 di
Ponorogo, Jawa Timur. Dan hasilnya menjadi rumusan baku MKCH yang terdiri dari 3 (tiga)
kelompok rumusan dari 5 (lima) ayat, dari (semula) 9 ayat.
Kelopok Pertama adalah kelompok Ideologi, yang mengandung pokok-pokok persoalan yang
bersifat ideologis (terdiri atas ayat 1 dan 2), yang berisi:
Ayat 1 : Muhammadiyah adalah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Ayat 2 : Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada para rasul-Nya, sejak Nabi Adam a.s. sampai dengan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan
hidup materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.
Kelompok kedua adalah kelompok faham agama dalam Muhammadiyah (terdiri atas ayat 3 dan
4), yang berisi:

Ayat 3 : Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a) al-Quran; b) al-Hadits,


dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
Ayat 4 : Muhaammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidangbidang: a) aqidah, yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan; b) akhlaq, yaitu ajaran
yang berhubungan dengan pembentukan sikap mental ; c) ibadah, yaitu ajaran yang berhubungan
dengan peraturan dan tatacara hubungan manusia dengan Tuhan; d) muamalah duniawiyah,
yaitu ajaran ayng berhubungan dengan pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat.
Kelompok ketiga adalah kelompok fungsi dan misi Muhammadiyah (tersebut dalam ayat 5),
yang berisi:
Ayat 5 : Muhammadiyah mengajak segala lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunisa Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa
dan negara Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila untuk berusaha bersama-sama
menjadikan negara Republik Indonesia tercinta ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafr (negara yang adil makmur dan diridhai Alah SWT).
C. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
1. Pendahuluan
a. Memahami Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang
bersumber Al-Quran dan Sunnah menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam
menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya
masyarakat utama yang diridloi Allah SWT.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani kehidupan
dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis,
mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan
perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).

b.Landasan dan Sumber


Landasan dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ialah Al-Quran dan Sunnah
Nabi dengan pengembangan dari pemikiran-pemikiran formal (baku) yang berlaku dalam
Muhammadiyah, seperti; Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Muqaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Kepribadian muhammadiyah, Khittah Perjuangan
Muhammadiyah serta hasil-hasil Keputusan Majelis Tarjih.
c. Kepentingan
Warga Muhammadiyah dewasa ini memerlukan pedoman kehidupan yang bersifat panduan dan
pengkayaan dalam menjalani berbagai kegiatan sehari-hari, Tuntutan ini didasarkan atas
perkembangan situasi dan kondisi antara lain:
1) Kepentingan akan adanya Pedoman yang dijadikan acuan bagi segenap anggota
Muhammadiyah sebagai penjabaran dan bagian dari Keyakinan Hidup Islami Dalam
Muhammadiyah yang menjadi amanat Tanwir Jakarta 1992 yang lebih merupakan konsep
filosofis.
2) Perubahan-perubahan sosial-politik dalam kehidupan nasional di era reformasi yang
menumbuhkan dinamika tinggi dalam kehidupan umat dan bangsa serta mempengaruhi
kehidupan Muhammadiyah, yang memerlukan pedoman bagi warga dan Pimpinan Persyarikatan
bagaimana menjalani kehidupan di tengah gelombang perubahan itu.
3) Perubahan-perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis (berorientasi pada nilai guna
semata), materialistis (berorientasi pada kepentingan materi semata), dan hedonistis (berorientasi
pada pemenuhan kesenangan duniawi) yang menumbuhkan budaya inderawi (kebudayaan
duniawi yang sekular) dalam kehidupan modern abad ke-20 yang disertai dengan gaya hidup
modern memasuki era baru abad ke-21.
4) Penetrasi budaya (masuknya budaya asing secara meluas) dan multikulturalisme (kebudayaan
masyarakat dunia yang majemuk dan serba milintasi) yang dibawa oleh globalisasi (prosesproses hubungan-hubungan sosial-ekonomi-politik-budaya yang membentuk tatanan sosial yang
mendunia) yang akan makin nyata dalam kehidupan bangsa.
5) Perubahan orientasi nilai dan sikap dalam bermuhammadiyah karena berbagai faktor (internal
dan eksternal) yang memerlukan standar nilai dan norma yang jelas dari Muhammadiyah sendiri.

d. Sifat
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah Memiliki beberapa sifat/kriteria sebagai berikut:
1) Mengandung hal-hal pokok/prinsip dan penting dalam bentuk acuan nilai dan norma.
2) Bersifat pengkayaan dalam arti memberi banyak khazanah untuk membentuk keluhuran dan
kemuliaan ruhani dan tindakan.
3) Aktual, yakni memiliki keterkaitan dengan runrutan dan kepentingan kehidupan sehari-hari.
4) Memberikan arah bagi tindakan individu maupun kolektif yang bersifat keteladanan.
5) Ideal, yakni dapat menjadi panduan untuk kehidupan sehari-hari yang bersifat pokok dan
utama.
6) Rabbani, artinya mengandung ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang bersifat akhlaqi yang
membuahkan kesalihan.
7) Taisir, yakni panduan yang mudah dipahami dan diamalkan oleh setiap muslim khususnya
warga Muhammadiyah.
e. Tujuan
Terbentuknya perilaku individu dan kolektif seluruh anggota Muhammadiyah yang menunjukkan
keteladanan yang baik (uswah hasanah) menuju terbentuknya masyarakat utama yang diridlai
Allah SWT.
f. Kerangka
Materi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah dikembangkan dan dirumuskan dalam
kerangka sistematika sebagai berikut:
1) Bagian Pertama: Pendahuluan
2) Bagian Kedua: Islam dan Kehidupan
3) Bagian Ketiga: Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah
a) Kehidupan Pribadi
b) Kehidupan dalam Keluarga
c) Kehidupan Bermasyarakat

d) Kehidupan Berorganisasi
e) Kehidupan dalam Mengelola Amal Usaha Muhammadiyah
f) Kehidupan dalam Berbisnis
g) Kehidupan dalam Mengembangkan Profesi
h) Kehidupan dalam Berbangsa dan Bernegara
i) Kehidupan dalam Melestarikan Lingkungan
j) Kehidupan dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
k) Kehidupan dalam Seni dan Budaya
4) Bagian Keempat: Tuntunan Pelaksanaan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memimpin
pelaksanaan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ini dengan mengerahkan segala
potensi, usaha, dan kewenangan yang dimilikinya sehingga program ini dapat berhasil mencapai
tujuannya. Karenanya, berikut ini disusun langkah-langkah pokok sebagai Tuntunan Pelaksanaan
dalam mewujudkan konsep Pedman Hidup Islami dalam Muhammadiyah.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah mengikat seluruh warga, pimpinan, dan lembaga
yang berada di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai program khusus yang harus
dilaksanakan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kebaikan hidup bersama dan
tegaknya Masyarakat Utama yang menjadi rahmatan lilalamin
a) Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting di bawah
kepemimpinan Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertanggung jawab di setiap daerah masingmasing untuk melaksanakan, mengelola, dan mengevaluasi pelaksanaan program khusus
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
b) Pelaksanaan penerapan/operasionalisasi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah di
setiap tingkatan hendaknya melibatkan semua Majelis, Lembaga, Badan dan Organisasi Otonom
dalam satu koordinasi pellaksanaan oleh Pimpinan Persyarikatan yang terpadu dan efektif serta
efisien menuju keberhasilan mencapai tujuan.
5) Bagian Kelima: Penutup

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah akan terlaksana dan dapat mencapai keberhasilan
jika benar-benar menjadi tekad dan kesungguhan sepenuh hati segenap warga dan pimpinan
Muhammadiyah dengan menggunakan seluruh ikhtiar yang optimal yang didukung oleh berbagai
faktor yang positif menuju tujuannya.
Dengan senantiasa memohon pertolongan dan kekuatan dari Allah SWT. insya-Allah
Muhammadiyah dapat melaksanakan program khusus yang mulia ini sebagai wujud ibadah
kepada-Nya demi tegaknya Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafr (Negara Yang AdilMakmur dibawah Naungan Ampunan Allah).
Nasrun min Allh wa Fathun Qarb.
D. Memahami dan Mengamalkan Islam
Islam secara normatif harus dipahami secara tepat, dan pada tahap implementasinya .
memerlukan kecerdasan umatnya untuk menerjemahkan dalam konteks yang berbeda-beda.
Itulah kurang lebih yang meresahkan KHA. Dahlan, setelah melalui pengembaraan
intelektualnya dalam realitas kehidupan umat Islam yang ternyata menurut pengamatannya
masih memahami dan mengamalkan Islam secara sinkretik. Ketika pengertian tentang (agama)
Islam sudah dipahaminya, lalu muncul pemikiran pada dirinya bahwa untuk melaksanakan
(agama) Islam sebagaimana yang dipahaminya itu umat Islam di Indonesia, bahkan di
seluruh dunia, harus diberi pengertian yang tepat tentang (agama) Islam, lalu diarahkan untuk
dapat melaksanakannya secara proporsional. Itulah gagasan KHA. Dahlan yang kemudian
dikenal luas sebagai seorang Kyai yang sangat cemerlang pada masanya, di ketika hampir semua
orang di sekelilingnya merasa puas dengan apa yang (sudah) ada, menikmati kejumudan dan
menjadi muqallid am (loyalis a priori).
KHA. Dahlan memahami bahwa al-Quran adalah sumber utama yang menjadi rujukan baku
untuk siapa pun, di mana pun dan kapan pun dalam ber-(agama)-Islam. Konsep normatif Islam
sudah tersedia secara utuh di dalamnya (al-Quran) dan sebegitu rinci dijelaskan oleh Rasulullah
s.a.w. di dalam sunnahnya, baik yang bersifat qaul (tindakan), fil (ucapan) dan taqrr(sikap).
Hanya saja apa yang dikerjakan oleh Rasulullah s.a.w. perlu diterjemahkan ke dalam konteks
yang berbeda-beda, dan oleh karenanya memerlukan ijtihad.

Ijtihad dalam ber-(agama)-Islam bagi KHA. Dahlan adalah harga mati. Yang perlu dicatat
bahwa Dia menganjurkan umat Islam untuk kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah secara
kritis. Ia sangat menyayangkan adanya sikap taqlid umat Islam terhadap apa dan siapa pun yang
pada akhirnya menghilangkan sikap kritis. Ia sangat menganjurkan umat Islam agar memiliki
keberanian untuk berijtihad dengan segenap kemampuan dan kesungguhannya, dan dengan
semangat untuk kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah ia pun ingin merombak sikap taqlid
menjadi minimal menjadi sikap ittiba . Sehingga muncullah kolaborasi antara para Mujtahid
dan Muttabi yang secara sinergis membangun Islam Masa Depan, bukan Islam Masa Sekarang
yang stagnant (jumud, berhenti pada kepuasaan terhadap apa yang sudah diperoleh), apalagi
Islam Masa Lalu yang sudah lapuk dimakan zaman. Semangatnya mirip dengan Muhammad
Abduh: al-Muhfazhah Al al-Qadm ash-Shlih wa al-Akhdzu bi al-Jadd alAshlah(melestarikan sesuatu yang baik dan mengambil sesuatu yang lebih baik).
1. Prinsip-prinsip Utama Pemahaman Agama Islam
Muhammadiyah memperkenalkan dua prinsip utama pemahaman (agama) Islam:
1. Ajaran agama Islam yang otentik (sesungguhnya) adalah apa yang terkandung di dalam alQuran dan as-Sunnah dan bersifat absolut. Oleh karena itu, semua orang Islam harus
memahaminya.
2. Hasil pemahaman terhadap al-Quran dan as-Sunnah yang kemudian disusun dan dirumuskan
menjadi kitab ajaran-ajaran agama (Islam) bersifat relatif.
Dari kedua prinsip utama tersebut, pendapat-pendapat Muhammadiyah tentang apa yang disebut
doktrin agama yang dirujuk dari al-Quran dan as-Sunnah selalu (dapat) berubah-ubah selaras
dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan zaman. Hal ini bukan berarti Muhammadiyah tidak
bersikap istiqamah dalam beragama, tetapi justeru memahami arti pentingnya ijtihad dalam
menyusun dan merumuskan kembali pemahaman agama (Islam) sebagaimana yang diisyaratkan
oleh al-Quran dan as-Sunnah. Dipahami oleh Muhammadiyah bahwa al-Quran dan as-Sunnah
bersifat tetap, sedang interpretasinya bisa berubah-ubah. Itulah konsekuensi keberagamaan umat
Islam yang memahami arti universalitas kebenaran ajaran agama yang tidak akan pernah usang
dimakan zaman dan selalu selaras untuk diterapkan di mana pun, kapan pun dan oleh siapa pun.

2. Mengamalkan al-Quran
Untuk memahami al-Quran menurut Muhammadiyah diperlukan seperangkat instrumen yang
menandai kesiapan orang untuk menafsirkannya dan mengamalkannya dalam kehidupan nyata.
Semangatnya sama dengan ketika seseorang berkeinginan untuk memahami Islam, yaitu:
ijtihad.
Kandungan al-Quran hanya akan dapat dipahami oleh orang yang memiliki kemauan dan
kemampuan yang memadai untuk melakukan eksplorasi dan penyimpulan yang tepat terhadap
al-Quran. Keikhlasan dan kerja keras seorang mufassir menjadi syarat utama bagi setiap orang
yang ingin secara tepat memahami al-Quran. Meskipun semua orang harus sadar, bahwa sehebat
apa pun seseorang, ia tidak akan dapat menemukan kebenaran sejati, kecuali sekadar
menemukan kemungkinan-kemungkinan kebenaran absolut al-Quran yang pada akhirnya
bernilai relatif. Akhirnya, kita pun dapat memahami dengan jelas sebenar apa pun hasil
pemahaman orang terhadap al-Quran, tafsir atasnya (al-Quran) tidak akan menyamai
kebenaran al-Quran itu sendiri. Karena al-Quran adalah kebenaran ilahiah, sedang tafsir
atas al-Quran adalah kebenaran insaniah. Akankah kita menyatakan bahwa Manusia akan
sebenar Tuhan? Jawaban tepatnya: mustahil. Oleh karena itu, yang dituntut oleh Allah
kepada setiap muslim hanyalah berusaha sekuat kemampuannya untuk menemukan kebenaran
absolut al-Quran, bukan harus menghasilkan kebenaran absolut, karena kenisbian akal manusia
tidak akan pernah menggapai kemutlakan kebenaran sejati dari Allah.
Akhirnya, kita pun harus sadar bahwa tidak akan ada pendapat (hasil pemahaman al-Quran) yang
pasti benar. Tetapi sekadar mungkin benar.
3. Mengamalkan Ajaran Islam Berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah
Ketika kita berkesimpulan bahwa hasil pemahaman siapa pun, kapan pun dan di mana pun
terhadap al-Quran adalah relatif, maka alangkah bijaksananya bila kita rujuk as-Sunnah sebagai
panduan dalam beragama. Karena, bagaimanapun relatifnya hasil pemahaman al-Quran, hasil
interpretasi Rasulullah s.a.w. baik dalam bentuk perkataan, tindakan dan taqrr merupakan
interpretasi atas al-Quran yang terjamin kebenarannya. Asumsi ini didasarkan pada paradigma
ishmah ar-rasl. Ada jaminan dari Allah bahwa Nabi Muhammad s.a.w. akan selalu benar

dalam berijtihad, karena setiap langkahnya akan selalu diawasi oleh-Nya. Teguran atas kesalahan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w. akan selalu dilakukan oleh Allah, dan hal itu tidak
dijamin akan terjadi pada selain Rasulullah s.a.w.
Persoalannya sekarang, seberapa mungkin kita kita (umat Islam) berkemampuan untuk
menerjemahkan as-Sunnah dalam realitas kehidupan kita? Dan pola apakah yang paling tepat
untuk kita pilih? Ternyata kita pun sering terjebak pada ketidaktepatan dalam menerjemahkannya
(as-Sunnah), karena keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki. Kita pun sering melakukan
kesalahan dalam memilih pola yang tepat untuk memahami as-Sunnah. Mungkin terjebak pada
kutub ekstrem tekstual, atau rasional yang mengarah pada kontekstualisasi yang eksesif
(berlebihan).
Untuk itu, yang kita perlukan sekarang adalah: membangun kearifan menuju pada
pemahaman yang sinergis dan seimbang.
4. Berislam Secara Dewasa
Muhammadiyah selama ini memperkenalkan Islam yang arif, yang dirujuk dari apa yang
dikandung dalam al-Quran dan as-Sunnah dengan memperkenalkan pola istinbath yang
proporsional.
Muhammadiyah menyatakan diri tidak bermazhab, dalam arti tidak mengikatkan diri secara
tegas dengan mazhab-mazhab tertentu baik secara qaul maupun manhaj. Tetapi Muhammadiyah
bukan berarti antimazhab. Karena, ternyata dalam memahami Islam Muhammadiyah banyak
merujuk pada pendapat orang dan utamanya juga Imam-imam mazhab dan para pengikutnya
yang dianggap rjih (kokoh/kuat) dan meninggalkan yang marjh (rapuh/lemah).
Pola pikir yang diperkenalkan Muhammadiyah dalam memahami ajaran Islam adalah berijtihad
secara: bayn, qiys dan ishtishlh. Yang ketiganya dipakai oleh Muhammadiyah secara
simultan untuk menghasilkan pemahaman Islam yang kontekstual dan bersifat (lebih)
operasional.

Ijtihd bayn dipahami sebagai bentuk pemikiran kritis terhadap nash (teks) al-Quran maupun
as-Sunnah; ijtihd qiys dipahami sebagai penyeberangan hukum yang telah ada nashnya
kepada masalah baru yang belum ada hukumnya berdasarkan nash, karena adanya kesamaan
illt; dan ijtihd ishtishlh dipahami sebagai bentuk penemuan hukum dari realitas-empirik
berdasarkan pada prinsip mashlahah (kebaikan), karena tidak adanya nash yang dapat dirujuk
dan tidak adanya kemungkinan untuk melakukan qiys.
Hasil pemahaman dari upaya optimal dalam berijtihad inilah yang kemudian ditransformasikan
ke dalam pengembangan pemikiran yang mungkin saja linear atau berseberangan, berkaitan
dengan tuntutan zaman. Demikian juga dalam wilayah praksis, tindakan keberagamaan yang
ditunjukkan dalam sikap dan perilaku keagamaan umat Islam harus juga mengacu pada kemauan
dan kesediaan untuk melakukan kontekstualisasi pemahaman keagamaan (Islam) yang
bertanggung jawab. Tidak harus terjebak pada pada pengulangan dan juga pembaruan, yang
secara ekstrem berpijak pada adagium purifikasi (pemurnian) dan reinterpretasi (penafsiran
ulang) baik yang bersifat dekonstruktif (membuang, meniadakan dan menganggap tidak
berlaku) maupun rekonstruktif (memperbaharui, menyelaraskan dan menjadikannya relevan).
Sekali lagi, yang perlu dibangun adalah: kearifan dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Di
mana pun, kapan pun dan oleh dan kepada siapa pun. Sebab, keislaman kita adalah keislaman:
yang harus kita pertaruhkan secara horisontal (hablun minanns, hubungan antarmanusia) dan
sekaligus vertikal (hablun minallh, hubungan antara manusia dengan Allah).
E. Penutup
Akhirul kalam, Muhammadiyah telah menyiapkan perangkat rumusan pemahaman
keislamannya, baik yang bersifat konseptual maupun operasional. Pandangan Muhammadiyah
tentang Islam sudah tertuang secara sistematik dalam tiga rumusan penting: secara konseptual
tertuang dalam rumusan Masilul Khamsah (Masalah Lima) dan Matan Keyakinan dan Citacita Hidup Muhammadiyah, sedang secara operasional tertuang dalam Pedoman Kehidupan
Islami Warga Muhammadiyah.
Persoalannya kemudian adalah: bagaimana kita membangun kesadaran warga Muhammadiyah
untuk memahami dan mengamalkannya? Langkah-langkah strategis dan kongkret seperti apa
yang harus dilakukan untuk itu?

Tugas Mahasiswa : Menyelenggarakan diskusi kelompok dengan tema pokok: Mencari Jati Diri
Islam dalam Pemahaman Muhammadiyah dan Strategi Pengamalannya.
Hasil diskusi kelompok disusun kembali menjadi sub-tema diskusi paripurna untuk tugas mata
kuliah Kemuhammadiyahan.
Daftar Pustaka:
Abdul Munir Mulkhan, Teologi dan Fiqh Dalam Tarjih Muhammadiyah, Cet. I, Yogyakarta:
SIPress, 1994.
Asjmuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi, Cetakan III,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Margono Poespo Suwarno, M., Gerakan Islam Muhammadiyah, Cet. V, Yogyakarta: Penerbit
Persatuan Baru, 2005.
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
Dalam Perspektif Historis dan Ideologis, Cet. III, Yogyakarta: LPPI-UMY, 2003.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah,
Yogyakarta: Persatuan, 1974.
, Kepribadian, Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Khittah Perjoangan Muhammadiyah,
Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1989.
, Kaji Ulang Masalah Lima dan MKCH Muhammadiyah, Yogyakarta: PPMBPK, 1990.
, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Edisi Revisi, Cetakan Keenam,
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Manhaj
Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Keputusan Munas Tarjih Muhammadiyah, Tahun
2000, di Jakarta, tidak diterbitkan.

MATERI
DARUL ARQOM DASAR
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
(IMM) CABANG JEMBER
Akhlaq Islam
Sebagaimana masyarakat Islam itu memiliki keistimewaan di bidang aqidah, ibadah dan
pemikiran, Islam juga memiliki keistimewaan dalam masalah akhlaq. Akhlaq merupakan bagian
penting dari eksistensi masyarakat Islam. Masyarakat yang mengenal persamaan keadilan,
kebajikan dan kasih sayang, kejujuran dan kepercayaan, sabar dan kesetiaan, rasa malu dan
kesetiaan, izzah dan ketawadhuan, kedermawanan dan keberanian, perjuangan dan
pengorbanan, kebersihan dan keindahan, kesederhanaan dan keseimbangan, pemaaf dan
penyantun, serta saling menasihati dan bekerjasama (taawun). Mereka beramar maruf dan nahi
munkar, melakukan segala bentuk kebaikan dan kemuliaan, keutamaan akhlaq, semua dengan
niat ikhlas karena Allah, bertaubat dan bertawakal kepada-Nya, takut menghadapi ancaman-Nya
dan mengharap rahmat-Nya. Memuliakan syiar-Nya, senang untuk memperoleh ridhaNya,
menghindari murka-Nya, serta nilai-nilai Rabbaniyah lainnya yang telah banyak dilupakan oleh
manusia.
Ketika kita berbicara tentang akhlaq, maka akhlaq itu tidak hanya menyangkut hubungan antara
manusia dengan manusia saja, tetapi juga mencakup hubungan manusia dengan penciptannya.
Masyarakat Islam sejak dari hal-hal yang kecil telah mengharamkan segala bentuk kerusakan dan
moralitas yang buruk. Bahkan dalam beberapa masalah bersikap keras, sehingga
memasukkannya dalam kategori dosa-dosa besar. Seperti misalnya mengharamkan arak dan judi,
keduanya dianggap sebagai perbuatan kotor dari perbuatan-perbuatan syetan. Kemudian
pengharaman zina dan setiap perbuatan yang mendekati perzinaan. Seperti kelainan seksual yang
merupakan tanda rusaknya fitrah dan hilangnya kejantanan. Masyarakat Islam juga
mengharamkan praktek riba dan memakan harta orang lain dengan jalan yang bathil, terutama
jika orang itu lemah, seperti anak-anak yatim. Juga mengharamkan sikap durhaka kepada kedua
orang tua, memutus hubungan kerabat, mengganggu tetangga, menyakiti orang lain baik dengan
lisan atau tangan, dan menjadikan di antara tanda-tanda kemunafikan seperti: dusta, berkhianat,
tidak menepati janji, serta penyelewengan yang lain.

Terhadap setiap kerusakan yang menyimpang dari fithrah yang sehat dan akal yang cerdas, maka
Islam datang untuk mengingkarinya dan terus menerus mengingkarinya. Demikian juga akhlaq
mulia yang sesuai dengan fithrah yang sehat dan akal yang waras akan memberi kebahagiaan
bagi individu maupun masyarakat maka Islam telah membenarkan dan memerintahkan serta
menganjurkannya.
Bagi siapa saja yang membaca Kitab Allah dan hadits-hadits Rasul SAW akan melihat bahwa
sesungguhnya akhlaq merupakan salah satu pilar utama bagi masyarakat Islam dan bukan
sesuatu yang berada di pinggir atau masalah sampingan dalam hidup. Al Quran menyebut
akhlaq termasuk sifat-sifat utama dan orang-orang yang beriman dan bertaqwa, di mana tiada
yang masuk syurga selain mereka, tiada yang bisa selamat dari api neraka selain mereka dan
tiada yang dapat meraih kebahagiaan dunia akhirat selain dari mereka. Akhlaq merupakan bagian
dari cabang-cabang keimanan, di mana tak sempurna keimanan seseorang kecuali dengan
menghiasi keimanan tersebut dengannya. Barangsiapa yang berpaling dari akhlaq Islam maka ia
telah menjauhi sifat-sifat orang yang beriman dan berhadapan dengan murka Allah serta
laknatNya.
Berikut ini kami kemukakan sebagian ayat-ayat Al Quran mengenai akhlaq Islamiyah sebagai
gambaran/contoh sesuai dengan urutan mushaf:
Bukankah menghadaphan wajahmu ke arah timur dan Barat itu satu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatirn, orang-orang miskin, rnusafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang betaqwa. (Al Baqarah: 177)
Ayat yang mulia ini mengumpulkan antara aqidah, yaitu beriman kepada Allah, hari akhir,
malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi, dengan ibadah, seperti shalat dan zakat dan dengan akhlaq,
yaitu memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim dan seterusnya,
sampai menepati janji, sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Kemudian
menjadikan keterkaitan yang rapi tersebut sebagai hakikat kebajikan dan hakikat beragama serta
hakikat ketaqwaan, sebagaimana hal itu dikehendaki oleh Allah.

Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (Yaitu)
orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orangyang
menunaikan apa-apa yang Allah perintahkan supaya ditunaikan, dan mereka takut kepada
Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari
keridhann Tuhan-nya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan;
orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Ar-Radu: 19-22)
Gambaran akhlaq dalam ayat ini memiliki keistimewean, yakni dengan mengumpulkan antara
akhlaq Rabbaniyah seperti takut kepada Allah dan takut akan buruknya hisab dengan akhlaq
lnsaniyah seperti menepati janji, sabar, silatur rahim, berinfaq dan menolak kejahatan dengan
kebaikan. Sesungguhnya orang merenungkan ayat tersebut akan medapatkan bahwa pada
dasarnya akhlaq itu seluruhnya bersifat Rabbaniyah. Karena pada hakekatnya kesetiaan itu
adalah setia terhadap janji Allah, dan shilah adalah melaksanakan perintah Allah, sabar sematamata untuk memperoleh ridha Allah, berinfaq juga mengeluarkan rezeki Allah, maka seluruhnya
menjadi akhlaq Rabbaniyah yang sampai kepada Allah. Apalagi disertai dengan mendirikan
shalat karena shalat itu seluruhnya termasuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah dan
menerima sesuatu yang ada di sisi Allah.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (Yaitu) orang-orang yang khusyu
dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhi diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannnya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di baik itu maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanatamanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka
itulah orang-orang yang akan mewarisi (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka
kekal di dalamnya. (Al Muminun: 1-11)
Dalam ayat ini kita dapatkan bahwa khusyu di dalam shalat, menunaikan zakat dan memelihara
shalat itu termasuk dalam lingkup ibadah, selain juga berpaling dari hal-hal yang tidak berguna,
memelihara kemaluan dari yang haram dan menjaga amanat-amanat dan janji.
Dan hamba-hamba (Allah) Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan

kata-kata yang baik. Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, jauhkan adzab Jahannam
dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahanam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak
menyembah Tuhan yang lain selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), yakni akan dilipat
gandakan adzab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan
terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka
kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orangorang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orangorang) yang mengerjakan perbuatan yang tidak berguna, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan
mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orangorang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah dari isteri-isteri kami dan dari keturunan
kami sebagai peryenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.
Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena
kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,
mereka kekal selama-lamarya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (Al
Furqan: 63-76)
Maka sesuatu apa pun yang diberikan kepadamu itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan
yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya
kepada Rabbnnya mereka, mereka bertawakal. Dan (bagi) orang yang menjauhi dosa-dosa besar
dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan (bagi)
orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabb-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan rnusyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka

diperlakukan dengan zhalim, mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah
kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim. (Asy Syura:
36-40)
Ada dua hal dalam ayat ini yang sangat penting untuk diperhatikan oleh masyarakat Islam, yaitu:
Pertama, menetapkan prinsip syura sebagai unsur terpenting bagi terbentuknya kepribadian
masyarakat Islam. Untuk itu syura diletakkan di antara mendirikan shalat dan mengeluarkan
zakat yang di dalam ayat ini diungkapkan dengan berinfaq terhadap sebagian dari rizki yang
dikaruniakan oleh Allah. Dan tidak samar bagi seseorang kedudukan shalat dan zakat dalam
agama Islam, maka sesuatu yang diletakkan di antara keduanya bukanlah masalah sekunder atau
remeh dalam agama Allah.
Kedua, terus berjuang ketika mereka ditimpa oleh suatu kejahatan. Maka bukanlah sikap seorang
Muslim menyerah pada suatu kezhaliman atau tunduk kepada kezhaliman dan permusuhan.
Tetapi membalas kejahatan itu dengan kejahatan yang serupa agar ia (kejahatan tersebut) tidak
berlanjut dan tidak berani lagi berbuat macam-macam. Adapun kalau kita mau memberi maaf,
maka pahalanya ada pada Allah.
Dari ayat-ayat pilihan yang telah kami kemukakan tersebut, nampak jelas bagi kita akan
kedudukan akhlaq Islam dan posisinya dalam pembentukan masyarakat Islam. Yang disebutkan
ini baru sebagian kecil dan ayat-ayat yang terdapat dalam Al Quran Al Karim yang membahas
tentang akhlaq. Karena Al Quran, baik yang diturunkan di Mekkah ataupun di Madinah penuh
dengan ayat-ayat yang mengemukakan kepada kita berbagai contoh akhlaq yang mulia. Yang
menggabung antara idealita dan realita, antara spintual dan material atau antara agama dengan
dunia, dengan seimbang dan serasi, yang belum pernah dikenal dalam aturan yang mana pun
(selain Islam).
Para pembaca Al Quran bisa merujuk pada surat Al Anam sehingga bisa membaca sepuluh
wasiat pada ayat-ayat yang akhir sebagai berikut:
Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatanperbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah

kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yaatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan
apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu, dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan
bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah
kau mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (Al Anam: 151153)
Atau merujuk pada surat Luqman dan membaca tentang wasiat Luqman kepada anaknya, atau
merujuk pada surat Ad Dahr dan membaca sifat-sifat orang-orang baik:
Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di mana-mana.
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orangorang yang ditawan. (Al Insan (Ad-Dahr): 7-8)
Atau kembali pada surat Al Baqarah dan membaca pada bagian akhir dari surat ini ayat-ayat
Allah mengenai diharamkannya riba dan nadzar seseorang untuk makan riba dan bahwa Allah
dan Rasul-Nya akan memerangi mereka jika mereka tidak mau bertaubat dan berhenti untuk
cukup dengan modal harta mereka.
Atau kembali pada surat An-Nisa tentang bagaimana memberi wasiatwasiat yang baik kepada
kaum wanita:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa
dan janganlah kamu menyusahkan mereka. (An-Nisa: l9)
Atau membaca surat yang sama yaitu tentang hak-hak kerabat keluarga:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. (AnNisa: 36)
Atau membaca surat Al Maidah:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk)

berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al Maidah: 90)
Kata Ijtinaab sebagaimana terdapat pada ayat tersebut tidak dipergunakan oleh Al Quran
kecuali bersamanya kesyirikan dan dosa-dosa besar.
Sehingga pembicaraan akan panjang jika kita teliti pembahasan masalah akhlaq dalam ayat-ayat
Al Quran yang mulia, karena sebagian besar perintah-perintah Al Quran dan laranganlarangannya berkaitan erat dengan sisi terpenting dari kehidupan manusia, itulah sisi moral.
Filsafat Ibadah Islam
Pendahuluan
Islam sebagai agama bisa dilihat dari berbagai dimensi; sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan
sebagai aturan. Apa yang diyakini oleh seorang muslim, boleh jadi sesuai dengan ajaran dan
aturan Islam, boleh jadi tidak, karena proses seseorang mencapai suatu keyakinan berbeda-beda,
dan kemampuannya untuk mengakses sumber ajaran juga berbeda-beda. Diantara penganut satu
agama bisa terjadi pertentangan hebat yang disebabkan oleh adanya perbedaan keyakinan.
Sebagai ajaran, agama Islam merupakan ajaran kebenaran yang sempurna, yang datang dari
Tuhan Yang Maha Benar. Akan tetapi manusia yang pada dasarnya tidak sempurna tidak akan
sanggup menangkap kebenaran yang sempurna secara sempurna. Kebenaran bisa didekati
dengan akal (masuk akal), bisa juga dengan perasaan (rasa kebenaran). Kerinduan manusia
terhadap kebenaran ilahiyah bagaikan api yang selalu menuju keatas. Seberapa tinggi api
menggapai ketingian dan seberapa lama api itu bertahan menyala bergantung pada bahan bakar
yang tersedia pada setiap orang. Ada orang yang tak pernah berhenti mencari kebenaran, ada
juga yang tak tahan lama, ada orang yang kemampuannya menggapai kebenaran sangat dalam
(atau tinggi), tetapi ada yang hanya bisa mencapai permukaan saja.
Agama Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan
manusia. Sebagai aturan, agama berisi berisi perintah dan larangan, ada perintah keras (wajib)
dan larangan keras (haram) , ada juga perintah anjuran (sunnat) dan larangan anjuran (makruh).
Sumber hukum dalam Islam adalah al Quran, tetapi al Quran hanya mengatur secara umum,
karena al Quran diperuntukkan bagi semua manusia sepanjang zaman dan dis eluruh pelosok
dunia. Detail hukum kemudian dirumuskan dengan ijtihad. Karena sifatnya yang regional dan
menzaman maka fatwa hukum bisa bisa berbeda-beda, ada yang menganggap bahwa hasil

ijtihadnya itu sebagai hukum Tuhan, dan ada yang menganggap bahwa dalam hal detail tidak ada
hukum Tuhan.
Syariah
Pilar yang kedua sebagai asas tegaknya masyarakat Islam setelah aqidah adalah berbagai syiar
atau peribadatan yang telah diwajibkan oleh Allah bagi kaum Muslim in. Dan Allah telah
membebankan kepada mereka untuk melaksanakannya sebagai media untuk bertaqarrub kepadaNya. Dan sebagai realisasi dari hakekat keimanan mereka dan keyakinan mereka untuk bertemu
dan memperoleh hisab-Nya.
Berkenaan dengan rukun Islam tersebut Rasulullah SAW bersabda dalam hadistnya yang mulia:
Islam dibangun (ditegakkan) di atas lima dasar: Syahadah (menyaksikan) bahwa tiada ilah
selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu memenuhinya. (HR. Bukhari-Muslim).
Kewajiban-kewajiban tersebut dinamakan syaa-ir, karena ia merupakan tanda-tanda yang
nampak, untuk membedakan dan memisahkan antara kehidupan seorang Muslim dengan non
Muslim. Sebagaimana nantinya dapat membedakan antara kehidupan masyarakat Islam dengan
non Muslim. Menegakkan syiar-syiar tersebut dan mengagungkannya merupakan bukti atas
kuatnya aqidah dalam hati dan ketetapannya di dalam dada. Allah berfirman:
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagunglan syiar-syi ar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (Al Hajj: 32)
Secara harfiah, syari`ah artinya jalan, sedangkan sebagai istilah keislaman, syari`ah adalah
dimensi hukum atau peraturan dari ajaran Islam. Mengapa disebut syari`ah adalah karena aturan
itu dimaksud memberikan jalan atau mengatur lalu lintas perjalanan hidup manusia. Lalu lintas
perjalanan hidup manusia itu ada yang bersifat vertikal dan ada yang bersifat horizontal, maka
syariah juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan menusia dengan sesama
manusia. Aturan hubungan manusia dengan Tuhan berujud kewajiban manusia menjalankan
ritual ibadah (Rukun Islam yang lima). Aturan dalam ritual ibadah berisi ketentuan tentang
syarat, rukun, sah, batal, sunnat (dalam haji ada wajib), makruh. Prinsip ibadah itu tunduk
merendah kepada Tuhan, tidak banyak mempertanyakan kenapa begini dan begitu, pokoknya
siap mengerjakan perintah dan tidak berani melanggar sedikitpun.
Sedangkan lalu lintas pergaulan manusia secara horizontal disebut mu`amalah. Prinsip
bermu`amalah adalah saling memberi manfaat, mengajak kepada kebaikan universal (alkhair) ,

memperhatikan norma-norma kepatutan (al ma`ruf) dan mencegah kejahatan tersembunyi (al
munkar). Karena manusia sangat heterogin, maka aturan bermu`amalah sifatnya dinamis, dan
merespond perubahan, dengan prinsip-prinsip (1) pada dasarnya agama itu tidak picik, mudah
dan tidak mempersulit (`adam al haraj). (2) memperkecil beban, tidak untuk memberatkan (at
taqlil fi at taklif), dan (3) pengetrapan aturan hukum secara bertahap (at tadrij fi at tasyri`).
Karena adanya prinsip-prinsip inilah maka peranan manusia dalam hal ini ulama- dalam
merumuskan aturan-aturan syari`at sangat besar dalam bentuk ijtihad, yakni dengan akal dan
hatinya merumuskan ketentuan-ketentuan hukum berdasarkan al Quran dan hadis. Al Quran
menjelaskan sangat detail tentang waris, tetapi selebihnya hanya dasar-dasarnya saja yang
disebut. Tentang politik misalnya, al Quran tidak menentukan bentuk negara, apakah republik
atau kerajaan. Contoh pemerintahan Nabi dan khulafa Rasyidin juga sangat terbuka untuk
disebut kerajaan atau republik.
Dari sudut keilmuan, syari`ah kemudian melahirkan ilmu yang disebut fiqh, ahlinya disebut
faqih-fuqaha. Karena fiqh itu produk ijtihad maka tidak bisa dihindar adanya perbedaan
pendapat, maka lahirnya pemikian mazhab; yang terkenal Syafi`i, Maliki, Hanafi dan Hambali.
Ulama yang tinggal di kota metropolitan pada umumnya memiliki pandangan yang dinamis dan
rasionil, sedangkan ulama yang tinggal di kota agraris (Madinah misalnya) pada umumnya
puritan dan tradisional. Kajian fiqh berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, maka disamping
ada fiqh ibadah, fiqh munakahat, fiqh al mawarits juga ada fiqh politik (fiqh as siyasah),
sekarang sedang dikembangkan fiqh sosial, fiqh jender, fiqh Indonesia, fiqh gaul dan sebagainya.
Memahami Ajaran Islam Dalam Struktur ISLAM-IMAN-IHSAN
Dalam hadis yang terkenal dikisahkan adanya dialog malaikat Jibril (yang menyamar menjadi
tamu) dengan Nabi Muhammad tentang Islam, Iman dan Ihsan. Nabi menerangkan bahwa Islam
adalah syahadat, salat dst (rukun Islam), Iman adalah percaya kepada Allah, malaikat dst (rukun
iman) sedangkan ihsan adalah kualitas hubungan manusia dengan Tuhan (merasa melihat atau
sekurang-kurangnya merasa dilihat oleh Tuhan ketika sedang beribadah, an ta`budallaha ka
annaka tarahu wa in lam takun tarahu fa innahu yaraka). Konsep ihsanlah nanti yang menjadi
pijakan ilmu tasauf, yaitu rasa dekat dan komunikatif dengan Tuhan.
Sebagai sistem, teori struktur Islam-Iman-Ihsan dapat dimisalkan sebagai buah kelapa dimana
Islam adalah kulit, Iman adalah daging kelapa, sedangkan ihsan adalah minyaknya, ketiganya
saling berhubungan. Kulit kelapa yang besar biasanya dagingnya besar dan minyaknya banyak.

Daging kelapa bertahan lama jika ia tetap terbungkus kulitnya, jika dipisahkan maka ia cepat
membusuk. Iman akan mudah luntur jika tidak dilindungi oleh amaliah ibadah. Tetapi ada juga
kelapa yang kulitnya besar ternyata tidak ada dagingnya, dan apalagi minyaknya (gabug).
Demikian juga ada orang yang demontrasi Islamnya sangat menonjol, tetapi kualitas imannya
lemah, apalagi moralitasnya.
Hakikat Islam
Pengantar
Sebagai sebuah entitas yang multi-interpretable, Islam menjadi mungkin untuk didekati dalam
banyak perspektif, seperti perspektif budayanya, jurisprudensinya, spiritualitasnya saja dan lain
sebagainya. Terlepas dari banyaknya perspektif yang dapat kita gunakan tersebut, dalam konteks
perkaderan di IMM, diperlukan perspektif pemahaman yang segar atas Islam. Dalam arti Islam
tidak hanya boleh dipahami dalam perspektif rasionalisasi realitas dan gejala empiris semata,
akan tetapi perspektif pemahaman atas Islam tersebut harus dapat menyentuh sisi-sisi emosional
(afektif) kesadaran keagamaan dan kesadaran ketuhanan (god concicousnes) kader-kader Ikatan.,
yang diharapkan mampu menumbuhkan tata nilai etis Islam yang membimbing kader menuju
ridho Allah. SWT. Oleh sebab itu disamping internalisasi sisi-sisi normatif teks juga harus
dikedepankan penciptaan suasan yang islami secara formal.
Handout Materi
Kata Islam berasal dari kata Islaman yang merupakan derivasi (isytaq) dari kata aslama,
berbentuk kata benda kerja (verbal noun/ mashdar), yang berarti keparahan dan ketundukan
secara mutlak terhadap hukum-hukum Tuhan. Sikap yang sebenarnya adalah kecenderungan
asasi (fitrah) dari semua makhluk yang ada di semesta ini: maka apakah selain dari agama Allah
yang kamu pegang, padahal telah berserah diri (Islam) kepadaNya apa-apa yang ada di langit dan
di bumi (ali imron: 83). Oleh sebab itu berislam berarti proses aktif seeorang untuk meleburkan
diri dalam ketentuan-ketentuan Tuhan yang telah digariskan di alam semesta serta telah
dititahkan dalam bentuk wahyu dan tauladan rasul-rasulnya. Risalah ilahiyah yang diwahyukan
inilah yang disebut sebagai risalah munazzalah yang merupakan fitrah asazi manusia. Fitrah ini
tidak akan pernah bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal (fitrah majbulah) yang
dapat dicapai manusia walaupun tanpa agama.maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (fitrah munazzalah); tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu (fitrah majbulah) tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah) agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. 30: 30).
Konsep mengenai tata nilai universal ini menegaskan bahwa apabila manusia mengikuti
fitrahnya maka akan dapat menemukan nilai kebenaran yang berhubungan dengan sistem tingkah
laku terhadap sesamanya dan alam sekitarnya. Hanya saja dibutuhkan petunjuk ilahi yang
membimbing manusia menuju tuhannya, disamping itu manusia cenderung tidak bersikap kritis
terhadap tata nilai yang sudah mentradisi dalam masyarakat, inilah kedua alasan yang
menjadikan kehadiran rasul merupakan suatu keharusan. Nabi bersabda: sesungguhnya aku
(Muhammad) diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia (muttafaqalaihi).
Dengan rasul-rasul tersebut Allah membimbing manusia untuk menemukan makna hidup sejati
dan sistem tingkah laku (code of conduct) serta cara pandang manusia terhadap tuhannya, alam
semesta dan dirinya sendiri, oleh sebab itulah maka risalah yang dibawa utusan-utusan Tuhan
tersebut pada esensinya adalah sama dan selaras. Karena system tata nilai tersebut berasal dari
tata nilai ideal yang tertinggi (matsal Al ala) yang ketika berada dalam kondisi otentiknya hanya
mampu tercakup dalam pengetahuan tuhan yang maha luas (ecclesiastical) dan transenden dan
pada Allah lah nilai-nilai tertinggi (al Matsal Ala) dan dialah yang maha perkasa lagi maha
bijaksana (An nahl: 60).
Jika seseorang tidak berislam maka jiwanya akan tersesat dan terbelenggu oleh taghut. Perkataan
taghut adalah kata keterangan pelaku (Fail) dalam format penegasan (sighoh muballaghoh)
berasal dari kata kerja tagha yang bermakna bertindak menguasai, tirani dan hegemoni. Maka
berislam yang esensial adalah bagaimana melepaskan ikatan yang menyebabkan manusia tidak
bebas dan merdeka dari kekuatan tiranik sesama makhlukNya yang berarti membuatnya telah
keluar dari fitrah.
Kemudian siapa yang dapat dikategorikan sebagai muslim dan non muslim?. Disini kita akan
menghadapi dua sudut pandang yang berbeda yakni agama sebagai institusi (organized religion)
dan agama sebagai tata nilai fitri. Sebagai institusi maka agama mengidentifikasi adanya insider
dan outsider dalam agama Islam. Identifikasi ini selain bertujuan praktis untuk amar makruf nahi
munkar (oleh sebab itu kaum muslimin pengikut Muhammad disebut sebagai umat penengah dan
sebaik-baik umat) menuju fitrah manusia yang asasi yaitu kesamaan konsep ketuhanan
(kalimatun sawa), juga untuk internalisasi semangat fitri kepasrahan tersebut dalam jiwa setiap
muslim.

Sedang dalam perspektif islam sebagai fitrah manusia maka semua manusia memiliki potensi
untuk menjadi muslim asalkan ia bersikap lapang dan secara tulus mengikuti fitrah kemanusiaan.
Karena Islam disini bermakna sebagai kualitas ketauhidan sebagai mana kata Ihsan dan Iman.
Kualitas yang bisa dimiliki siapa saja. Kualitas ini bisa terdegradasi dalam bentuk-bentuk yang
minus seperti fasik, zindik, maupun munafik bila seseorang keluar dari fitrahnya. Oleh sebab itu
pengikut Muhammad di Al Quran disebut sebagai kaum beriman dan bukan kaum muslimin.
Lawan kategoris dari kata muslim adalah kafir yang secara genetic berarti menyembunyikan,
atau menutup. Jadi ia adalah kualitas sikap hidup seseorang yang menutup hatinya dari
bimbingan Tuhan melalui fitrah kemanusiaan (majbullah) dan fitrah ilahiyahnya (munazzalah).
Dalam persfektif agama sebagai institusi maka Islam mengenal kafir zhimmi yakni kaum
beragama lain yang mau berdamai dengan kelompok kaum muslimin dan tidak mengadakan
permusuhan, serta kafir harbi yakni umat beragama lain yang berbuat kerusakan dimuka bumi
serta memusuhi umat Islam. Karena saat ini tidak dapat kita temukan lagi institusionalisasi Islam
dalam bentuk khilafah yang tunggal maka konsep ini sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan.
Sedang dalam perspektif substantifnya kafir berarti mengingkari keberadaan gharizah (insting)
fitri manusia yang asasi. Oleh sebab itu kata kafir dalam Al Quran mempunyai banyak kategori
yakni kafir inkar (yang bermakna tidak mengakui ketuhanan, keesaan, dan risalahnya), kafir
jahid yang bermakna mengingkari adanya tauhid rububiyah, kafir nifak yakni kafirnya orang
munafik dan kafir nikmat yakni seseorang yang mengingkari kemaha pemurahan Allah.
Dalam perjalanannya tata nilai, pandangan hidup dan pandangan dunia yang berasal dari Tuhan
tersebut kemudian mengambil bagian dari sejarah kehidupan manusia. Unsur kesejarahan inilah
yang sering dilupakan manusia, manusia sering mengklaim bahwa apa yang sampai kepada
mereka adalah Islam yang otentik dan tidak lepas dari kesejarahan manusia. Padahal semenjak
keberadaannya ke bumi, Islam telah menjadi bagian dari sejarah umat manusia, yang
interpretable sesuai dengan kondisi ruang dan waktu sang penafsir serta kondisi obyektif yang
meliputi penafsirnya.
Kesejarahan Islam tersebut mengambil bentuk dalam peradaban manusia dalam disiplin
keilmuan, yang meliputi hukum, telogi, falsafah dan mistisme dan dalam wujud kongkrit
kebudayaan dan peradaban umat manusia. Bentuk sejarah inilah yang sekarang sampai kepada
kita saat ini.
Oleh sebab itu dalam ber-Islam kita dilarang bertaklid, disamping karena hubungan dengan tuhan

melibatkan kualitas interaksi yang sifatnya private juga hal tersebut berarti menganggap Islam
yang mengada dalam sejarah kemanusiaan tersebut adalah islam yang otenik. Sikap ini sangat
berbahaya karena sering kali terjadi deviasi bahkan pemalsuan ajaran Tuhan yang sekarang
disampaikan Tuhan melalui rasulnya akibat proses sejarah dan kesengajaan oknum tertentu.
Untuk menentukan otensitas islam maka kita harus melakukan penggalian geneologis dalam
lapisan-lapisan sejarah itu sehingga kita akan dapat menangkap makna dalam dan pemahaman
yang seharusnya atas keberadaan Islam di dunia ini. Dengan begitu akan ada kontinuitas dalam
menangkap makna dan semangat Islam semenjak zaman nabi sehingga ke masa kini. Tidak bisa
kita hanya memahami Islam dari sumber-sumber terkini karena kalau ada distorsi konsep,
semangat maupun nilai kita tidak akan pernah dapat melacaknya. Untuk melakukan penggalian
geneologis ini maka kita membutuhkan banyak diiplin keilmuan dasar seperti bahasa dan
penguasaan sumber utama Islam (Al Quran dan Hadist) yang memadai dan keilmuan keislaman
lainnya. Wallahualam Bissowab.
Pemantapan
Disampaikan diakhiri session atau diakhir pelatihan, bisa berupa pemantapan dengan komunikasi
verbal dan atau dengan tulisan ataupun, pemantapan yang berifat menyegarkan seperti
permainan, simulasi dan sebagainya. Dianjurkan untuk memberikan pemantapan ini pada akhir
session karena suasana yang ada masih terbangun dan fokus peserta masih terjaga, dengan
alokasi waktu kira-kira 10-15 menit.
Contoh-contoh pertanyaan untuk pemantapan:
Makna generik dari kata Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah, dengan demikian
apakah semua penyerahan diri kepada Allah atau yang dianggap Allah walaupun melalui jalan
yang tidak diajarkan oleh nabi dapat disebut sebagai ber-Islam?
Seorang yang berijtihad dengan mandiri akan bertanggungjawab terhadap hasil ijtihadnya
sendiri, oleh sebab itu sebaiknya kita menyadarkan keislaman kita dengan bertakliq kepada
imam tertentu karena kita tidak akan bertanggungjawab terhadap hasil ijtihad tersebut karena
semua telah ditanggung imam yang bersangkutan, bagaimana komentar anda tentang pertanyaan
ini?
Dalam surat At Taubah disebutkan dan barang siapa menghukumi dengan selain apa yang
diturunkan Allah maka mereka termasuk orang-orang yang kafir. Saat ini di Indonesia yang kita
pakai adalah hukum yang diturunkan oleh Allah, apakah kita termasuk orang kafir?

Tujuan dari shalat adalah untuk menumbuhkan sikap amar maruf nahi munkar, kalau sikap ini
sudah kita miliki berarti kita tidak perlu melakukan sholat. Bagaimana komentar anda atas
pernyataan ini?
Islam dan Peradaban
Pengantar
Islam dan peradaban merupakan kajian yang sangat penting bagi aktivis muda Islam mengingat
Islam historis kurang mendapat tempat dalam kajian para aktivis muda Islam. Kecenderungan
yang terjadi di banyak kelompok kaum muda Islam yang lebih fasih bicara revolusi bolzevik di
Rusia ketimbang revolusi yang terjadi di jazirah Arab ketika lahirnya Islam 15 abad silam.
Padahal di dunia barat, revolusi yang di pimpin Rasulullah dianggap sebagai revolusi paling
berhasil dalam sejarah kemanusiaan.
Bicara tentang Islam memang tidak hanya bicara aspek normatif semata (Al-Quran dan alhadits), karena kajian historis Islam membuka ruang bagi munculnya pemahaman baru bagi
konsepsi-konsepsi populer semisal demokrasi, HAM, supremasi sivil, dst yang sesungguhnya
sangat kompatibel terhadap landasan nofmatif Islam. Dengan kata lain, teori-teori dan discourse
peradaban (sivilisation) yang mewarnai dinamika intelektual kita hari ini dalam praksisnya
pernah dipercontohkan oleh Rasulullah SAW ketika memimpin Negara Madinah Al-Munawarah.
Karenanya, kajian tentang konstruksi peradaban Islam merupakan kajian wajib bagi kader-kader
muda IMM sebagai pilar ideologis yang tentunya niscaya mewarnai aktivismenya.
Handout Materi
Ibnu Khaldun menggunakan istilah Umran Hadhari, bagi menjelaskan peradaban, untuk
membandingkan dan membedakan masyarakat nomaden yang sering berpindah-pindah dengan
masyarakat kota yang menetap tinggal di suatu tempat dan membina sebuah peradaban.
Hadhari diterjemahkan sebagai kemajuan peradaban.
Setiap peradaban memiliki tubuh dan jiwa tidak ubahnya seperti manusia. Tubuhnya adalah
keberhasilan-keberhasilan materiilnya berupa bangunan, industri dan peralatan serta segala
sesuatu yang berhubungan dengan kemakmuran hidup dan kesenangan duniawiyah. Sedangkan
jiwa peradaban adalah seperangkat ideologi, konsep, tata nilai, moralitas dan tradisi yang
tercermin dari perilaku individu dan kelompok, interaksi antara individu atau kelompok dengan
yang lainnya; dan pandangan mereka tentang agama dan kehidupan, alam dan manusia, serta

individu dan kelompok.


Peradaban-peradaban besar yang dikenal oleh manusia, mempunyai ragam yang berbeda dari
yang satu dengan yang lainnya dari sudut sikapnya terhadap materi dan mental spiritual. Ada
peradaban yang lebih menonjol sisi materiilnya daripada sisi spiritualnya. Sementara peradaban
yang lain lebih menonjol sisi moril spirituilnya dari pada sisi materiilnya. Dan selebihnya ada
yang mempunyai keseimbangan kedua sisi moril spirituil dan materiilnya.
Sejarah Peradaban Islam
Franz Rosenthal, seorang sarjana Barat yang menterjemahkan buku Muqaddimah Ibnu Khaldun
ke dalam Bahasa Inggeris, menulis bahawa tamadun atau peradaban Islam, yang dirujuk kepada
Andalus, bukan sebuah peradaban kerana kekuatan tentara, keluasan wilayah dan penduduk yang
besar; tetapi karena kekuatan ilmu atau knowledge triumphan. Islam secara normatif mempunyai
sifat-sifat kemajuan peradaban karena Islam datang bersama sifat-sifatnya yang positif, yang
tidak mungkin bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal (liberatif dan emansipatif),
seperti liberal, toleran, anti kekerasan, adil, anti eksploitasi, egaliter, plural, dan lain-lain.
Hal ini terlihat dari konstruksi peradaban yang dibangun Rasulullah ketika memimpin negara
Madinah Al-Munawarah. Sebuah negara kota yang membangun keadaban bukan dari dominasi
mayoritas apalagi kekuatan tentara penduduk, melainkan hasil kompromi politik antar suku
untuk hidup bersama secara damai. Sebuah peradaban dimana keadilan ditegakkan tanpa represi
negara (karena belum ada birokrasi), perdagangan yang berlangsung tanpa penghisapan, serta
pluralitas suku dan agama yang hidup berdampingan.
Sepeninggal Rasulullah SAW, Islam dipimpin oleh Khulafaurrasyidin. Pada masa kehalifahan ini
teritorial Islam mengalami perluasan yang menakjubkan. Wilayah kekaisaran romawi dan yunani
yang menolak terus menerus dieksploitasi secara cepat dibebaskan dan menjadi imperium Islam.
Pasca kekhalifahan, kekuasaan Islam berpindah-pindah sebagai konsekuensi politis dinasti
muawiyah ke Damaskus dan abbasiyah ke Bagdad. Pada era ini pun dimensi ilmu secara
menyeluruh, kebudayaan, pemikiran, ekonomi, kesenian dan sebagainya mendapat hak yang
secukupnya.
Maka lahirlah pencipta besar, pemikir kreatif dunia Islam seperti Al-Khawarizmi, ahli matematik
yang ulung; Ibnu Sasawayh, dokter pakar diet; Al-Fargani, ahli astronomi; Tsabit bin Qurrah, ahli
geometri; Ar-Razi, dokter penemu penyakit cacar dan darah tinggi; Az-Zahrawi, ahli bedah; AlKhazin, ahli matematik; Ibnu Haytham, ahli fizik; Al-Biruni, tokoh astronomi; Ibnu Sina, dokter;

dan banyak lagi.


Kemegahan peradaban islam berakhir dengan serbuan tentara Mongol pada pertengahan abad ke13 yang meluluh lantakkan kota Bagdad, seiring dengan tumbuhnya benih-benih kebangkitan
kembali Eropa dengan renaisancenya. Sementara islam memasuki masa-masa zaman kegelapan
sampai pada awal abad ke-19. karena hampir sebagian besar daerah kekuasaan Islam telah
menjadi daerah kekuasaan imperialisme bangsa Eropa sebagai wujud dari kebangkitan Eropa.
Selain serbuan tentara Mongolia dan perang salib, serta perpecahan diantara para pemimpin
negara, untuhnya peradaban Islam klasik menjelaskan kepada kita betapa ketika artikulasi
keagamaan diinstitusionalisasikan dalam kebijakan negara, maka yang terjadi adalah monopoli
kebenaran atas nama negara. Kisah Ahmad ibnu Hanbal ketika menentang pemikiran Khalifah
al-Makmun tentang al-Quran kemudian dianggap menyimpang dari negara adalah kisah tragis
pemasungan kebebasan berpikir. Problem mendasar inilah yang telah melemahkan peradaban
Islam, dengan cirinya sebagai peradaban ilmu (knowledge triumphan).
Masa kegelapan Islam baru berakhir dan memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan pada awal
abad ke-19. seiring dengan lahirnya tokoh-tokoh pembaharu Islam ddan berbagai gerakan islam
di dunia Arab. Pertama, gerakan muncul di Mesir dengan tiga tokoh, yaitu: Jamaluddin Al
Afghani ynag berkebangsaan Afghanistan dijuluki sebagai tokoh Renaisance islam,
Muhammad Abduh yang berkebangsaan Mesir bercita-cita terwujudnya kejayaan dan kemulyaan
umat islam dinegeri manapun, serta Rasyid Ridho dan Muhammad Iqbal. Walaupun sebelum
mereka sudah terlebih tumbuh benih-benih kebangkitan melalui tokoh-tokoh seperti Ibnu
Taimiyah dan Abdul Wahab dengan gerakan wahabi-nya (Islam murni). Gerakan pembaharuan
Islam ini secara langsung juga mempengaruhi lahirnya gerakan Islam serupa di banyak negara
muslim seperti Indonesia dengan lahirnya Muhammadiyah.
Masa Depan Peradaban Islam
Peradaban yang dimiliki oleh zaman modern ini yaitu peradaban barat, adalah satu sosok
peradaban tidak dipungkiri- mempunyai ciri menghormati kebebasan manusia, khususnya di
dalam negerinya, memberi kebebasan seluas-luasnya bagi kecenderungan dan sumber daya
manusianya sehingga mampu menaklukkan alam untuk dimanfaatkan dan meledakkan
kekuatan nuklir untuk kepentingan dirinya; mampu terbang di angkasa seperti layaknya burung;
mampu berenang dalam laut seperti layaknya ikan; mampu menempuh jarak diatas bumi yang
sangat jauh dengan kecepatan tinggi; bahkan mampu mempelajari angkasa luar hingga sampai ke

luar galaksi kita, sampai pada revolusi biologi dan revolusi ilmu pengetahuan sehingga mampu
menciptakan alat yang sangat menakjubkan yang mampu memudahkan bagi manusia untuk
menyiasati waktu dan daya pikirnya yaitu komputer. Penemuan-penemuan itu berkat kemajuan
ilmu pengetahuan manusia yang dipakai dan diaplikasikan dalam teknologi.
Meskipun keberhasilan upaya manusia untuk menemukan sarana dan prasarana yang demikian
canggih, ternyata yang menjadi kenyataan berbicara lain; bahwa peradaban ini belum
memberikan kebahagiaan yang diharapkan atau ketentraman yang diidamkan. Sebab peradaban
ini ibarat jasad yang ruhnya tikus! Kekurangan peradaban modern inilah yang merasuk ke
dalamnya materialisme pragmatis yang membuat kita berkata bahwa itu adalah jiwa peradaban
Barat, dasar filfasatnya, sifat dasarnya, dan inti ideologi menjadi karakternya, yaitu sisi-sisi yang
harus diberi pencerahan dan muatan.
Problem ini pula yang menjadi persoalan mendasar di negara-negara muslim sebagai penganut
ideologi kapitalis objek. Narkotika dan obat terlarang, kejahatan, kemiskinan, kesenjangan
ekonomi, dsb menjadi pemandangan umum dibanyak negara muslim. Nilai barat yang
sesungguhnya tidak kompatibel dengan Islam diserap sedemikian rupa sehingga menyebabkan
terjadinya ketegangan di banyak Negara muslim. Konsekuensinya adalah menguatnya kelompok
fundamentalisme Islam sebagai respon atas ketidakadilan timur-barat, desarnya liberalisme
kapitalisme, dan kemajuan teknologi yang lepas kontrol nilai.
Namun sebagian umat Islam memberi respon moderat atas ketegangan ideologi tersebut.
Perlawanan ideology secara revivalis tidak akan meruntuhkan ideologi kapitalisme liberal,
melainkan hanya akan mengalienasi kelompok fundamentalis dari arus utama gerakan Islam.
Pencerahan dunia Islam melalui pendidikan dan pengentasan kemiskinan merupakan jawaban
paling realistis, disamping penguatan kebudayaan Islam yang populis di ruang public (public
spare) umat Islam. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih humanis merupakan
tawaran terbaik sebagai anti tesis keringnya ideologi kapitalisme. Konstruksi peradaban inilah
yang tak dimiliki kapitalisme liberal; liberatif dan emansipatif.
Konflik dan pergulatan peradaban Barat dan Islam sempat membeku dengan munculnya
peradaban sosialis-komunis yang saat itu direpresentasikan oleh Uni Soviet dan Cina. Namun,
setelah ambruknya kekuasaan Uni Soviet (1992) yang ada di hadapan peradaban Barat adalah
peradaban Islam. Itu berarti Islam menjadi batu sandungan yang sangat tajam dan bisa menjegal
kepentingan-kepentingan Barat-kapitalis, saat ini Amerika Serikat sebagai komandannya dan

mampu menjadi potensi yang mampu menggusur serta meluluhlantakkan peradaban Barat di
masa depan.
Gerakan kembali kepada Islam yang seringkali diartikulasikan sebagai Gerakan Kebangkitan
Islam biasa tampil dengan slogan: Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah. Tetapi walau
dengan slogan yang sama, mengapa wujud kebangkitan tersebut berbeda-beda? Inilah yang
menjadi tantangan bagi umat Islam. Apakah mereka bisa mewujudkan kebangkitan tersebut yang
mana akan menentukan prospek masa depan. Gerakan kebangkitan terutama bersifat intern,
pribumi, positif, dan ideologis, yang berlangsung di tengah masyarakat muslim. Ia harus
berhubungan, dan bahkan mungkin berbentrokan dengan kekuatan-kekuatan yang ada di
gelanggang internasional.
Masa depan peradaban Islam ditentukan oleh faktor-faktor yang sangat mendasar sekali. Apabila
kita tidak mencermati dengan apa yang terjadi dan memprediksikan dengan apa yang akan
terjadi, maka keberadaan peradaban Islam akan terancam hancur terkikis oleh pengaruh Barat
yang dominan dalam berbagai segi atau dalam berbagai hal. Malik bin Nabi (1905-1973),
pemikir gaya Ibnu Khaldun, dari Aljazair, pernah mengajukan formula kebangkitan Islam yang
sederhana: Kaum muslim kembali ke sumber utamanya, Al-Quran dan Hadits, sambil
mengambil berbagai unsur yang baik dari luar, bak memasukkan unsur lain ke dalam pohon
yang kita tanam, agar unggul, tanpa ia sendiri kehilangan aroma dan rasa aslinya.
Ketauhidan
Ajaran Tauhid bukan hanya ajaran Nabi Muhammad SAW, tetapi merupakan ajaran setiap
nabi/rasul yang diutus Allah SWT.
(QS. Al-Anbiya: 25 ).
Pendahuluan
Tauhid diambil dari kata Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku
kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam
Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Tauhid berdasarkan kepada la ilaha illa Llah,
Muhammadur-Rasulullah: Tidak ada tuhan yang wajib disembah dengan sebenarnya
melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah. Atau asyhadu an la ilaha illaLlah, wa
asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah: Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang wajib disembah

dengan sebenarnya melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah.
Dalam ayat, antaranya, yang terjemahannya : Ketahuilah bahwa tiada tuhan melainkan Allah
. (Surah Muhammad: Ayat 19).
Penyaksian itu adalah hasil dari keyakinan iman tanpa ragu tentang hakikat keTuhanan yang
Maha Esa, yang merupakan penguasa bagi segalanya. Keyakinan ini datang sebagai telaah ilmu
dan juga kesadaran batin yang disebut sebagai ilmul-yakin, atau ainul-yaqin atau haqqul-yaqin.
Ilmul-yaqin merupakan tahap keyakinan yang menimbulkan kebenaran tauhid hasil dari
pengetahuannya, dengan berdasarkan bukti-bukti yang berifat nakli atau akli atau intelektual.
Ainul-yaqin timbul sebagai tahap tertentu dalam kesadaran batin berkenaan dengan hakikat
tauhid. Haqqul-yaqin merujuk kepada pengenalan hakikat tauhid berdasarkan kepada
penyaksian batin musyahadah tentang kebenaran itu yang tidak meninggalkan keraguan
lagi.
Bukti Ke-Esa-an Allah
Dan Dia-lah yang telah menciptakan semua langit dan bumi dalam enam hari (QS. Hud: 7)
Hadist Rasulullah SAW yang dirawikan dalam Shahih Muslim bersabda
Sesungguhnya Allah telah memberikan ketentuan-ketentuan dari seluruh makhluk, sebelum dia
menciptakan semua langit dan bumi, 50.000 tahun lebih dahulu. Dan ArsyNya adalah di atas
air
Salah satu pokok yang harus diyakini dalam beragama ialah Islam itu untuk manusia yang hidup,
bukan untuk orang mati. Sama halnya dengan penciptaan langit dan bumi, Allah SWT
mengindikasikan bahwa penciptaan langit dan seisinya dikhususkan untuk manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna, ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah di atas yang menegaskan
bahwa alam dan seisinya telah Allah persiapan 50.000 tahun sebelum makhluk di dunia ini
diciptakan.
Kesan yang kita dapatkan dari semua ini adalah bahwa semuanya ini telah dijadikan dengan
tidak sembarangan saja (Abatsan), atau dibiarkan kacau-balau (Sudan), atau tak tentu arah
(Bathilan). Lalu untuk apa Allah menjadikan semuanya ini?. Untuk apa Allah memberitahukan
semua kejadian ini dengan cara demikian?. jawabannya adalah: Sebagai contoh kepada
manusia, siapakah diantara kamu yang lebih baik amalannya. Maha Kuasa Allah, yang
mempunyai Ketinggian (Jalal) dan Kemuliaan (Ikram), Kegagah-Perkasaan (Al Izzah) dan

Kekuasaan (As-Sulthan), dan Kerajaan (Al Malik) serta Pengetahuan (Al-Ilm) dan Nikmat yang
tak terhingga.
Allah SWT menciptakan ketujuh langit sebagai atap yang memayungi manusia. Allah telah
menciptakan bumi ini untuk dimanfaatkan oleh manusia sebagai tempat hidup. Manusia diberi
akal oleh Allah untuk memaknai kesemuanya ini, sedang Allah maha kuasa lagi maha
berkehendak. Apakah wajar jika manusia melupakan kenikmatan ini?. Jika kita mampu
memaknai itu semua, sesungguhnya Allah telah memberikan tanda-tanda ini untuk dijadikan
sebagai petunjuk bagi manusia bahwa kita tidak dibiarkan dengan sekehendak kita dalam hidup
di dunia ini.
Sama hal nya jika kita memaknai agama sebagai pengatur kehidupan manusia dalam menghargai
dan memanfaatkan ciptaan Allah. sebagaimana dijelaskan diatas maka sesungguhnya agama
memiliki posisi penting dalam menuntun manusia, sebab agama hanya berlaku bagi manusia
yang masih hidup. Agama harus kita definisikan sebagai pengatur kehidupan manusia sebelum
menuju kematian bukan sesudahnya. Perintah-perintah, larangan, anjuran, ibrah yang ada dalam
Al Quran semuanya ditujukan kepada manusia, kesemuanya mencerminkan proses bagaimana
kehidupan di dunia ini seharusnya dijalankan. Dalan surat Al-Anfal ayat 24 Allah berfirman
Wahai orang-orang yang berian penuhilah panggilan Allah dan RasulNya jika kalian semua
dipanggil untuk sesuatu (Islam) yang menghidupkan makna ayat ini dengan tegas menjelaskan
bahwa agama itu diberlakukan untuk digunakan manusia dalam menjalani hidup. Sedangkan
ayat-ayat yang menjelaskan tentang kejadian setelah kematian, seperti surga dan neraka,
pengadilan Allah (hisab) dan lain sebagainya, kebenarnya hanya sebatas untuk diyakini secara
mutlak.
Kebenaran diatas bagi kehidupan manusia akan sangat penting, baik sebagai motivasi hidup
maupun pedoman hidup manusia untuk lebih bertanggungjawab dalam segala aktivitas. Sebab
kehidupan setelah kematian merupakan kelanjutan dari kehidupan pertama manusia di dunia. Hal
ini menunjukkan bahwa dua kehidupan ini berifat kausalitas, yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya.
Urgensi tauhid dalam Islam
Urgensi tauhid dalam islam dapat terlihat dari dari
a) Sejarah perjuangan Rasulullah saw, dimana hampir selama periode Makkah Rasulullah saw

mengerahkan usahanya untuk membina tauhid ummat Islam. Rasul selalu menekankan tauhid
dalam setiap ajarannya, sebelum seseorang diberi pelajaran lain, maka tauhid ditanamkan lebih
dahulu kepada mereka.
b) Setiap ajaran yang menyangkut ibadah mahdloh umpama nya senantiasa mencerminkan jiwa
tauhid itu, yakni dilakukan secara langsung tanpa perantara.
c) Setiap perbuatan yang bertentangan dengan jiwa dan sikap tauhid yaitu perbuatan syirik
dinilai oleh al-Quran sebagai : Dosa yang paling besar, (an-Nisa 48). Kesesatan yang paling
fatal, (an-Nisa116). sebab diharamkannya masuk sorga (al-Maidah 72). Dosa yang tidak akan
diampuni oleh Allah SWT (an-Nisa 48).
Manifestasi Tauhid
Itikad dan keyakinan tauhid mempunyai konsekuensi bersikap tauhid dan berfikir tauhid seperti
ditampakkan pada :
a) Tauhid dalam ibadah dan doa. Yaitu tidak ada yang patut disembah kecuali hanya Allah dan
tidak ada dzat yang pantas menerima dan memenuhi doa kecuali hanya Allah. (Al-Fatihah 5).
b) Tauhid dalam mencari nafkah dan berekonomi. Yaitu tidak ada dzat yang memberi rizki
kecuali hanya Allah (Hud 6). Dan pemilik mutlak dari seluruh apa yang ada adalah Allah SWT.
QS.(al-Baqarah 284, an-Nur 33).
c) Tauhid dalam melaksanakan pendidikan dan dawah. Yaitu bahwa yang menjadikan seseorang
itu baik atau buruk hanyalah Allah SWT. Dan hanya Allah yang mampu memberikan petunjuk
kepada seseorang (al-Qoshosh 56, an-Nahl 37).
d) Tauhid dalam berpolitik. Yaitu penguasa yang Maha Muthlaq hanyalah Allah SWT. (alMaidah 18, al-Mulk 1). Dan seseorang hanya akan memperoleh sesuatu kekuasaan karena
anugerah Allah semata-mata (Ali-Imran 26). Dan kemulyaan serta kekuasaan hanyalah
kepunyaan Allah SWT.(Yunus 65).
e) Tauhid dalam menjalankan hukum. Bahwa hukum yang benar adalah hukum yang datang dari
Allah SWT. Serta sumber kebenaran yang muthlaq adalah Allah SWT. (Yusuf 40 dan 67).
f) Tauhid dalam sikap hidup secara keseluruhan, bahwa tidak ada yang patut ditakuti kecuali
hanya Allah. (at-Taubah 18, al-Baqarah 150). Tidak ada yang patut dicintai kecuali hanya Allah
(dalam arti yang absolut) (at-Taubah 24). Tidak ada yang dapat menghilangkan kemudharatan
kecuali hanya Allah. (Yunus 107). Tidak ada yang memberikan karunia kecuali hanya Allah.
(Ali-Imran 73). Bahkan yang menentukan hidup dan mati seseorang hanyalah Allah SWT.

(Ali-Imran 145).
g) Menghindar dari kepercayaan-kepercayaan, serta sikap-sikap yang dapat mengganggu jiwa
dan ruh tauhid seperti : Mempercayai adanya azimat, takhyul, pelet, meminta-minta kepada
selain Allah, mengkultuskan sesuatu selain Allah, melakukan tasybih, musyabihah
(antrofomorfisme), yaitu menganggap Allah berjisim dan lain-lain.
h) Tauhid yang murni akan melahirkan satu sikap yang tunduk dan patuh kepada Allah, yang
disebut al-Qur,an dengan sikap samina wa athona yaitu kami dengar dan kami patuh. Dan
kepada mereka yang tidak patuh dinilai sebagai orang yang mengilah-kan hawa nafsu (al-Jasiyah
23). Nabi bersabda : Tidak berzina orang yang berzina kalau dia beriman dan tidak mencuri
seorang pencuri kalau beriman
Makna Beragama
Berbicara tentang beragama, paling tidak ada dua hal yang harus dijadikan landasan, yaitu: a)
untuk apa beragama dan b) bagaimana seharusnya beragama. Untuk menjawab pertanyaan
pertama, A. Mukti Ali menjabarkan dalam 5 macam, antara lain:
1. Motivatif, bagi manusia beragama merupakan factor yang bisa mendorong manusia untuk
mendasari dan melandasi cita-cita serta sebagai penuntun untuk menjalani seluruh aspek
kehidupan didunia dan memahami kehidupan setelah kematian.
2. Liberatif, atau makna yang membebaskan manusia dari segala bentuk kebodohan atau
ketidaktahuan yang mengikat dan menghalanginya ber-empati dan ber-emansipasi, sehingga
menjadi manusia yang dinamis dengan penuh kebebasan berfikir dan bergerak.
3. Sublimatif, suatu makna yang menjadikan Tuhan sebagai pangkal tolak dan tujuan bagi
seluruh ativitas manusia, lahir maupun bathin. Sehingga tidak menyebabkan manusia seenaknya
bersikap dan berkehendak.
4. Protektif, artinya dengan beragama manusia akan memiliki penuntun dan penunjuk jalan yang
membimbing manusia kearah mana seharusnya dia bergerak, dan nilai-nilai apakah yang
seharusnya dibela taupun dimenangkan. Misalnya, keadilan atau kedzaliman, kasih saying atau
pemerkosaan dan lain-lain.
5. Inovatif, yang memiliki makna bahwa beragama akan memberikan daya kreatif dan inovatif
yang menggerakkan manusia untuk bersikap progresif.
Oleh karena itu Al Quran merupakan sebuah pedoman hidup paling sempurna yang Allah
turunkan khusus untuk manusia, maka niscaya kiranya menjadi acuan bagi kita untuk memaknai

hidup melalui agama yang dirahmati Allah. Landasan dari ini semua telah tegas disampaikan
Allah untuk manusia dalam memaknai beragama sebagai hudan (petunjuk, QS. 2: 2), furqon
(pembeda, QS. 2: 185), tibyan (atau bayyinah (penjelas, QS. 2: 185), siroojam muniiro (lampu
penerang, QS. 25: 61), syifa (resep, QS. 10: 57), dan rahmah (QS. 17: 82). Makna ini akan
berlaku bagi manusia dalam menghadapi kehidupan di dunia dengan baik manakala manusia
mampu mengkolaborasikan secara utuh dan harmonis. Maka jika manusia mampu memaknai
hidup di dunia dengan beragama kepada Allah secara utuh, maka sesungguhnya itulah hidup
yang sebenarnya (utuh). Wallahualam Bissowab.
Metodologi Dakwah Islam
Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kebaikan, menyuruh kepada
yang maruf dan mencegah kemungkaran.merekalah orang-orang yang beruntung
(QS.Ali Imran: 104).
Dalam tempo dua puluh tiga tahun Rasulullah telah berhasil melaksanakan dakwahnya. Beliau
mampu mengubah kehidupan yang gelap tak berarah kepada kehidupan yang terang benderang
diridhoi Allah SWT. Selama dua puluh tiga tahun itu tidak selamanya dakwah Rasulullah
berjalan dengan mulus, selama itu beliau mengalami berbagai macam tantangan dan rintangan
baik dari dalam (keluarga) maupun dari luar, masyarakat sekitar. Tapi inilah kenyataannya,
keberhasilan dakwah Rasulullah merupakan bukti dari kebesaran Allah SWT, sampai saat ini
agama Islam menjadi agama mayoritas di belahan dunia ini.
Pada zaman ini memang Islam merupakan agama mayoritas, tapi sampai saat ini yang menjadi
penguasa dunia bukanlah orang Islam, sebaliknya justru orang kafirlah yang menjadi penguasa
dunia. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa orang Islam tidak bisa menjadi penguasa dunia?
Mengapa dunia Islam malah menjadi dunia ketiga?
Kita sebagai orang Islam, seharusnya merasa tergugah dengan pertanyan-pertanyan seperti itu,
selaku orang Islam harus mempunyai rasa tanggung jawab akan agamanya, harus berusaha
mengembalikan cita-cita Rasulullah dan para sahabatnya. Usaha yang dapat kita lakukan adalah
dengan berdakwah, sebagaimana yang tercantum dalam surat Ali Imran 104 bahwa dintara
kalian hendaklah menjadi penyeru kebaikan, menyuruh yang maruf dan mencegah
kemungkaran.
Dalam masalah pelaksanaannya, terdapat beberapa metodologi dakwah, sbb:

1. Dakwah Fardiyah
Metode dakwah fardiyah ini dilaksanakan dengan cara mengajak -kebaikan- kepada seseorang
atau sekelompok orang yang terdiri dari beberapa orang saja. Biasanya dakwah fardiyah ini
dilaksanakan tidak begitu formal seperti dakwah-dakwah yang lainnya, seorang dai berada
didalam mesjid dan berkhutbah dihadapan orang banyak, tapi dakwah ini bisa dilaksanakan di
mana saja dan tidak begitu membutuhkan persiapan yang matang, seperti ketika berkumpul
dengan orang-orang baik itu dikampus, di pasar, di jalan, di rumah atau di mana saja berada.
Dakwah ini bisa dilaksanakan dengan spontanitas dan hal seperti ini sering terjadi pada semua
orang, bahkan setiap hari seseorang pasti bertemu dan bergaul antara satu dengan yang lainnya,
dan dakwah ini juga sangat mudah untuk direalisasikan karena untuk melaksanakannya tidak
membutuhkan persiapan yang matang dan penulis yakin bahwa semua orang yang mengaku
dirinya muslim pasti bisa melaksanakannya.
Sesungguhnya metode dakwah ini sangat bersifat sensitif sekali, karena biasanya orang yang
diajak bicara tidak begitu saja bisa mau menerima apa yang ditawarkan, oleh karena itu apa yang
harus dilakukan agar kita bisa melaksanakannya, maka di bawah ini akan dijelaskan trik-trik atau
adab-adab dalam dakwah fardiyah:
1) Sabar dan Bersifat Ramah
Sifat ini jelas harus dimilikioleh seorang dai, sifat sabar dan ramah ini dapat kita lihat bagaimana
nabi Muhammad saw berdakwah selama bertahun tahun dan menghadapi orang yang bermacammacam,karena sifat sabar dan ramahnya ini beliau banyak yang mengikuti.
2) Saling Menghormati
Perbedaan pendapat memang selalu terjadi, tapi jangan menjadikan hal ini sebagai sebab
retaknya hubungan silaturahmi, sebab seorang dai harus bisa menghargai dan memahami
pendapat orang lain yang berbeda.
3) Lapang Dada
Jangan pernah merasa diri paling benar, apa yang diucapkannya adalah yang paling benar bahkan
orang-orang yang menyalahi ucapannya dicap bodoh, dosa apalagi kafir, dan hal inilah yang
menjaadikan seseorang dibenci.
4) Bertahap
Terkadang orang menerima seruan/ajakan dakwah itu membutuhkan waktu, seorang mubaligh
harus bisa mengetahui pemahaman-agama- madunya, baik dari segi aqidahnya, ibadahnya atau

muamalahnya.
5) Ikhlas
Sifat ini juga harus kita miliki karena apa yang kita kerjakan itu hanya untuk Allah SWT.
2. Dakwah mah
Berbeda dengan dakwah fardiyah, metode ini menyeru -kebaikan- kepada seluruh lapisan
masyarakat, tidak hanya pada seseorang ataupun sekelompok orang saja,tapi semua manusia
yang ada dibumi ini menjadi obyek lahan dakwah. Bila dibandingkan dengan dakwah fardiyah,
dakwah amah ini lebih berat rintangan dan tantangannnya. Sebab dalam dakwah ini adalah
seluruh masyarakat, oleh karena itu dakwah ini harus dipersiapkan dengan matang dan tersusun
serta memerlukan strategi-strategi yang baik.
Ada sebuah asumsi yang mengatakan bahwa: kalimat-kalimat yang di perdengarkan itu lebih
kuat pengaruhnya daripada kalimat-kalimat yang dibaca2, kenapa? Karena kalimat yang
diperdengarkan itu akan lebih mengena di hati dan lebih menggugah jiwa serta memberi
motivasi bagi yang mendengarkannya. Bila kita melihat sejarah para nabi dan rasul, bisa kita
lihat bahwa perjuangan dakwah mereka itu berhasil setelah melewati beberapa tahun dan banyak
mengalami berbagai rintangan dan tantangan.mereka berdakwah sampai titik darah penghabisan,
tapi apa mereka lakukan bisa kita rasakan sekarang ini.
Adab dakwah amah:
1) Pilihan-pilihan yang terbaik
Dalam metode ini ada empat hal yang harus dimiliki oleh seorang dai. pertama, menentukan
topik atau tema yang akan kita sampaikan kepada obyek dakwah, hal harus sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kedua, dalam menggunakan kata-kata yang disampaikan
harus menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh semua lapisan
masyarakat. Ketiga, menentukan waktu yang sesuai antara materi yang disampaikan dengan
keadaan atau kejadian yang sedang terjadi di masyarakat. Keempat, tempat yang nyaman akan
membantu berhasilnya proses dakwah.
2) Sikap Waspada
Diantara hal-hal yang harus di waspadai ialah sikap perdebatan, karena kebanyakan dengan
perdebatan ini hubungan silaturahmi bahkan hubungan keluargapun bisa retak, karena itu hal ini
harus dihindari. Selain itu waktu penyampaian pun harus diperhatikan jika terlalu panjang maka
mustamiin akan merasa jenuh dan bosan yang seterusnya tidak bisa menangkap apa yang

disampaikan.
3) Segi Penyampaian
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan materi antara lain:
a. Diawali dengan bismillah.
b. Muqodimah.
c. Tenang dalam menyampaikan.
d. Intonasi yang sesuai.
e. Pengklasifikasian masalah.
f. Sistematis.
g. Kesimpulan
3. Dakwah bil Kitbah
Dai yang sukses bukanlah orang yang berpeci dan bersorban serta menyerukan telah diwajibkan
atas kalian shalat dan hanya menyampaikan materi-materinya di dalam sebuah masjid, tapi
mubaligh yang sukses adalah orang yang bisa memberi keselamatan atau kemaslahatan dan
pemahaman -agama- kepada manusia dan juga orang yang mampu membawa dan mendidik
manusia dari kejelekan kepada kebaikan. Dan para mubaligh itu tersebar di setiap tempat dan
tetap melakukan tugasnya-berdakwah- kapan dan di mana saja mereka berada, dan diantara
dakwah yang mereka lakukan adalah dengan dakwah bilkitbah.
Dakwah bilkitbah ini merupakan metode yang cukup unik dan praktis, seorang mubaligh cukup
hanya membuat sebuah tulisan dan menyebarkannya ke masyarakat. Materi-materi yang dapat di
publikasikan berupa:
1) Sebuah Karangan/Tulisan.
Di zaman sekarang ini sudah tersebar media-media yang dapat mempublikasikan gagasangagasan seseorang, baik itu di surat kabar, majalah, buku, de el el. Tapi sebagian besar dari
media-media itu banyak mempublikasikan pemikiran-pmikin yang jauh dari pemikiran islam. Ini
merupakan tugas bagi kita selaku orang islam yang bertanggung jawab akan agamanya, kita
gunakan media-media tersebut untuk mengimbangi para pemikir barat yang jelas-jelas banyak
menyudutkan agama islam.
2) Kritikan-Kritikan
Yang dimaksud kritikan disini ialah mengkritik atau menanggapi kesalahan-kesalahan yang
terjadi di media masa, karena sebagaimana yang kita saksikan ternyata banyak orang-orang yang

menulis tentang keIslaman padahal orang tersebut kurang memahami keIslaman itu sendiri.
Mungkin ada faktor lain orang-orang yang menulis seperti ini, dan ini merupakan tugas para
mubaligh untuk membenarkan hal-hal yang melenceng, karena tugas dari mubaligh itu sendiri
adalah mencegah kemungkaran.
4. Dakwah bil Qudwah
Salah satu metode dakwah yang dilaksanakan oleh rasulullah ialah dengan dakwah bil qudwah,
yaitu dengan memberi teladan atau contoh yang baik agar diikuti oleh semua orang. Rasullullah
adalah teladan bagi semua umatnya oleh karena itu kita harus mengikuti apa yang telah beliau
ajarkan kepada umatnya. Seorang Mubaligh harus mempunyai pribadi dan akhlak yang baik,
dimanapun mereka berada senantiasa memperlihatkan prilaku-prilaku yang baik.tetapi apa yang
dikerjakannya itu bukanlah sifat riya yang ingin dipuji oleh orang lain tapi ini adalah cara untuk
mengajak orang lain pada kebaikan.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para dai untuk melaksanakan dakwah bilqudwh ini antara
lain:
1) Sikap `affah dan tsar.
`Affah ialah sikap selalu menjauhkan diri dari hal-hal yang kurang baik, sedangkan itsar ialah
sikap mementingkan orang lain. Hidup di masyarakat sekarang memang harus berhati-hati kita
jangan terjebak dengan suasana yang menggiurkan apalagi terbawa oleh kemaksiatankemaksiatan yang terjadi di masyarakat. Hidup ini hendaknya selalu mewarnai orang lain dengan
kebaikan jangan terwarnai oleh kejelekan. Selain itu seorang mubaligh jangan menyimpan sifat
egois, yang selalu mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang lain yang ada di
sekitarnya. Seorang pendakwah harus peka terhadap lingkungannya.
2) Tasmuh
Dalam hal ini sikap toleransi harus kita kembangkan, dalam artian harus menghargai dan
menghormati orang lain. Memang perbedaan-perbedaan banyak terjadi dan kita harus bisa
mensikapinya dengan adil dan bijaksana. Seperti yang diterangkan dalam alquran maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah lah dengan mereka dalam
urusan itu Dakwah Islamiyah itu dilandaskan dengan rasa cinta, bagaimana satu sama yang
lainnya itu memiliki rasa persaudaraan yang tinggi bukannya saling memojokkan dalam satu
urusan.
3) Rela Berkorban

Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan dirimu dan juga akan
mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan
bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. Para
mubaligh akan menghadapi berbagai macam obyek dakwah di masyarakat, terdapat yang kaya
dan miskin, yang kuat dan lemah, yang berilmu dan bodoh, dan yang sehat maupun yang sakit.
Oleh semuanya itu kita harus bisa menjadi contoh bagi mereka semua, dan sedikkitnya ada
pengorbanan dalam mennghadapi itu semua, baik waktunya yang banyak tersita atau hartanya
yang tersisihkan untuk fakir miskin dan yang lainnya.itu semua hanya untuk berdakwah di jalan
Allah SWT.
4) Silaturahmi.
Dalam alquran allah telah sebutkan bahwa Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13).
Sebagai mubaligh kita harus peka terhadap lingkungan sekitar, sedikitnya mengetahui siapa saja
obyek dakwah kita, apalagi kalau kita bisa mengenalnya dan mengunjungi serta memperhatikan
keadaannnya.
Penutup
Tugas dakwah ini memang terasa berat, bila kita tidak mempunyai kesiapan yang maksimal, oleh
karena itu persiapan-persiapan yang harus kita bina, kita mulai dari sekarang secara terus
menerus. Tulisan ini merupakan salah satu usaha untuk mencoba memaparkan metode-metode
dakwah yang sebenarnya masih banyak lainnya. Memang tulisan ini belum semaksimal apa yang
diharapkan, tapi semoga dengan tulisan ini bisa menjadikan kita lebih bersemangat untuk
melaksanakan tugas kita, yaitu dakwah Islamiyah.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Islam
Landasan Hitoris Lahirnya Muhammadiyah
Kemegahan peradaban Islam berakhir dengan serbuan tentara Mongol pada pertengahan abad
ke-13 yang meluluhlantakkan kota Bagdad, seiring dengan tumbuhnya benih-benih kebangkitan

kembali Eropa dengan renaisancenya. Sementara Islam memasuki masa-masa zaman kegelapan
sampai pada awal abad ke-19, karena sebagian besar daerah kekuasaan Islam telah menjadi
daerah kekuasaan imperialisme Eropa sebagai wujud dari kebangkitan Eropa.
Masa kegelapan Islam baru berakhir dan memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan pada awal
abad ke-19. seiring dengan lahirnya tokoh-tokoh pembaharu islam dan berbagai gerakan islam di
dunia Arab. Pertama, gerakan muncul di Mesir dengan tiga tokoh, yaitu : Jamaluddin Al Afghani
ynag berkebangsaan Afghanistan dijuluki sebagai tokoh Renaisance Islam, Muhammad Abduh
yang berkebangsan Mesir bercita-cita terwujudnya kejayaan dan kemuliaan ummat Islam di
negeri mana pun, serta Rasyid Ridho dan Muhammad Iqbal. Walaupun sebelum mereka sudah
terlebih tumbuh benih-benih kebangkitan melalui tokoh-tokoh seperti Ibnu Taimiyah dan Abdul
Wahab dengan gerakan wahabi-nya (Islam murni).
Mata rantai pembaharuan Islam di dunia Arab akhirnya pun melanda nusantara melalui
pemikiran para ulama yang belajar di Arab. Gerakan pebaharuan Islam yang berkembang di Arab
mengusung cita-cita mengembalikan Islam pada jalan sesungguhnya dengan kembali pada AlQuran dan Sunnah. Sebagai solusi keterbelakangan terhadap umat Islam. Dengan kembali
kepada sumber ajaran Islam yang sesungguhnya, yaitu Al-Quran dan sunnah maka umat Islam
di seluruh dunia bisa keluar dari perbedaan interpretasi ajaran yang terpolar dengan beberapa
aliran teologi yang menjadi sumber perpecahan ummat Islam.
Selain pengaruh gerakan di atas, ada beberapa sebab lahirnya muhammadiyah, antara lain:
a. Keinginan dari KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai
alat perjuangan dan dawah untuk menegakkan ammar maruf nahi munkar yang bersumber pada
Al-Quran, Surat Ali Imron : 104 dan surat Al-Maun sebagai sumber bagi gerakan sosial-praktis
untuk mewujudkan gerakan tauhid.
b. Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh sebagian umat Islam Indonesia, sebagai
bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara awal yang
bermuatan paham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat Islam di Indoneia
memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, terutama yang
berhubungan dengan prinsip aqidah Islam yang menolak segala bentuk kemusryikan, taqlid,
bidah dan khurafat. Sehingga purifikasi (pemurnian) ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat
Islam Indonesia.
c. Keterbelakangan umat Islam Indonesia dalam segala segi kehidupan menjadi sumber

keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar dari keterbelakangan. Keterbelakangan
umat Islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban.
Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirrnya generasi baru muda Islam
yang berpikiran modern. Kesejahteraan umat Islam akan tetap berada di bawah garis kemiskinan
jika kebodohan masih melingkupi umat Islam Indonesia.
d. Maraknya kristenisasi di Indonesia sebagai efek domino dari imperialisme Eropa ke dunia
timur yang mayoritas beragama Islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek
imperialisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk memeperluas daerah koloni
untuk memasarkan produk-produk hasil revolusi industri yang melanda Eropa.
e. Imeprialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk
menyampaikan ajaran jesus untuk menyapa ummat manusia di seluruh dunia untuk mengikuti
ajarran jesus. Tetapi juga membwa angin modernisasi yang sedang melanda Eropa. Modernisasi
yang berhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di Indonesia mengusung pahampaham yang melahirkan modernisasi Eropa, seperti sekulerisme, individuisme, libelarisme dan
rasionalisme. Jika penetrasi ini tidak dihentikan maka akan lahir generasi baru islam yang
rasional tetapi liberal dan sekuler.
Arti Muhammadiyah
Dengan berbagai latar belakang diatas maka K.H. Ahmad Dahlan mengambil inisiatif untuk
mendirikan muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 M (8 Dzulhijjah 1330 H) di
Yogyakarta. Secara etimologis Muhmmadiyah dapat diartikan sebagai pengikut Muhammad
SAW, yang terdiri dari kata Muhammad dan ya nisbiyah. Sehingga setiap orang yang
meyakini dan menjadi pengikut Muhammad SAW adalah orang muhammadiyah tanpa dibatasi
oleh ideologi golongan, bangsa, dan organisasi. Sementara secara terminology, muhammadiyah
adalah gerakan dawah amar maruf nahi munkar berasas Islam dan bersumber Al Quran dan
sunnah demi terwujudnya baldhatun thaibatun warobbul ghofur, yang bersumber pada QS. Ali
Imron: 104.
Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Maksud dan tujuan muhammdiyah secara lengkap rumusannya seperti terdapat dalam anggaran
dasar muhammadiyah, sbb:
mengakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil

dan makmur yang diridhoi Allah SWT


maksud dan tujuan muhammdiyah tersebut diwujudkan secara praksis dalam realitas kehidupan
keagamaan dan sosial umat, al:
Bidang keagamaan
Tantangan modernitas dan tradisi (bermuatan takliq, bidah dan kurafat) menjadi dua persoalan
keagamaan yang dihadapi oleh muhammadiyah. Purifikasi atau pemurnian dan gerakan tajdid
adalah 2 hal yang menjadi ciri gerakan dawah keagamaan muhammdiyah. Sehingga
muhammadiyah juga merumuskan pedoman ubudiyah, muamalah, hisab, dan sebagainya melalui
keputusan tarjih Muhammadiyah yang berisikan para ulama.
Bidang pendidikan
Kepedulian muhammadiyah dibuktikan dengan mendirikan lembaga pendidikan formal dari
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi dengan menggabungkan antara pendidikan agama
dan pendidikan umum sebagai jembatan untuk menuntaskan kebodohan yang sedang diidap oleh
umat Islam Indonesia, sehingga seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat
Bidang sosial kemasyarakatan
Untuk memenuhi kebutuhan umat dan untuk keperluan dawah, maka didirikan rumah sakit,
panti asuhan, balai pengobatan, klinik, apotik, percetakan, lembaga peyuluhan dan lain-lain.
Bidang politik kenegaraan
Muhammdiyah berperan besar dalam pergerakan menjelang kemerdekaan, paska kemerdekaan,
perlawanan atas pemberontakan PKI 1948 dan 1965, maupun dalam menjaga kelangsungan
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam negara kesatuan republik Indonesia. Namun
muhammadiyah secara organisasi tidak terlibat dalam agenda politik praktis.
Ciri Perjuangan Muhammdiyah
Ada 3 ciri dari perjuangan muhammadiyah
1) Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.
Gerakan Islam dijadikan sebagai ciri perjuangan Muhammdiyah sebagai telaah terhadap QS Ali
Imron: 104 serta 17 ayat Al-Quran lainnya yang didalamnya tergambar dengan jelas asal-usul
ruh, jiwa, nafas, semangat muhammadiyah dalam pengabdiannya kepada Allah SWT. Segala hal
yang dilakukan oleh muhammadiyah di segala bidang di atas adalah semata-mata untuk
merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam menuju masyarakat utama yang rahmatan lil alamin.
2) Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar maruf nahi munkar.

QS. Ali Imron: 104 menjadi khittah dan sumber strategi perjuangan muhammadiyah, yakni
dakwah (menyuruh amar maruf nahi munkar, dengan masyarakat sebagai objek perjuangannya).
Dan semua amal usaha muhammadiyah merupakan media bagi gerakan dakwah Islamiyah
3) Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid (purifikasi dan reformasi)
Sifat tajdid yang dikenakan pada gerakan muhammadiyah sebenarnya tidaklah hanya pada
sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai penyimpangan ajaran Islam,
tetapi juga upaya Muhammadiyah untuk melakukan berbagai pembaharuan tata cara pelaksanaan
ajaran Islam, dalam realitas sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya.
Dalam hubungannya dengan salah satu ciri muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka
muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai gerakan purifikasi dan gerakan reformasi.
Struktur organisasi dan ortom muhammadiyah
Secara organisasional muhammadiyah memiliki struktur organisasi kepemimpinan berurutan dari
tingkat ranting (tingkat desa), cabang (kecamatan), daerah (kota/kabupaten), wilayah (propinsi)
dan pusat (nasional). Sementara kepengurusan dalam muhammadiyah terdiri dari beberapa
bidang (majelis), antara lain:
Majelis tarjih
Majelis hikmah
Majelis tablig
Majelis pendidikan dasar dan menengah
Majelis kebudayaan
Majelis pembina kesejahteraan social
Majelis pembina kesehatan
Majelis pembina ekonomi
Majelis wakaf dan kehartabendaan
Majelis pustaka
Majelis pendidikan tinggi dan litbang
Dan beberapa lembaga
Disamping majelis dan lembaga, terdapat organisasi otonom (ortom) yang bernaung di bawah
payung Muhammadiyah, dengan diberi kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Ortom-ortom tersebut adalah :

1) Aisyiyah
2) Nasyiatul Aisyiyah (NA)
3) Pemuda Muhammadiyah (PM)
4) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
5) Iaktan Remaja Muhamadiyah (IRM)
6) Tapak Suci Putra Muhammadiyah
Empat organisasi ortom, yaitu pemuda Muahammadiyah, Nasyiatul Asyiyah, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dan Ikatan Remaja Muhammadiyah tergabung dalam Angkatan Muda
Muhammadiyah (AMM). Sementara itu Ortom yang harus dibina di Perguruan Tinggi
Muhammadiyah (OTM) adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Tapak Suci Putra
Muahammadiyah.
Peran Muhammadiyah dalam Perjalanan Sejarah Bangsa
Semenjak didirikan (1912), 4 tahun setelah Budi Utomo berdiri (1908) sebagai simbol
perjuangan kemerdekaan Indonesia modern awal, Muhammadiyah sudah mengambil peran
bersama-sama organisasi perjuangan kemerdekaan lainnya untuk konsisten mencarikan jalan
menuju kemerdekaan Indonesia. KH Ahmad Dahlan misalnya, ikut duduk sebagai pengurus Budi
Utomo dan menjadi penasehat sarikat Islam. Penggantinya KH. Mas Mansur, merupakan tokoh
Muhammadiyah yang terlibat banyak dalam pendirian Partai Islam Indonesia (1938) dan
berbagai aktifitas perjuangan kemerdekaan lainnya. Begitu juga dengan Ki Bagus Hadi Kusuma
yang banyak terlibat dalam perjuangan menjelang kemerdekaan 1945 dan beberapa tokoh
lainnya bahkan terlibat dalam penyiapan konsep kemerdekaan Indonesia.
Pasca kemerdekaan, Muhammadiyah tetap tampil secara konsisten dalam berbagai peranan
dakwah dan peran sosialnya. Muhammadiyah hadir sebagai penjaga moral bangsa. Ketika
pemilu 1955, NU terlibat dalam politik praktis dan menjadi partai politik, Muhammadiyah tetap
pada khittahnya. Walupun secara kultural Muhammadiyah sangat dekat dengan partai Masyumi,
karena sebagaian besar tokoh-tokoh Masyumi adalah tokoh-tokoh Muhammadiyah juga.
Ketika PKI menjadi kekuatan politik dan idiologi yang kuat pada pertengahan 60an,
Muhammadiyah menjadi penghalang utama dan paling ditakuti untuk memasuknya pahampaham marxis dan komunis di Indonesia. Sampai 32 tahun suharto berkuasa, Muhammadiyah
tetap melihat sebagai Ormas islam yang tetap focus pada agenda social praktis yang menyentuh
realitas masyarakat tanpa ikut tergoda untuk bermain dalam politik praktis. Tetapi mengusung

agenda high politik, bukan low politik. Walau sesungguhnya banyak kader Muhammadiyah
ikut bermain dalam politik praktis (bergabung diberbagai partai politik) dan menjadi bagian
dari birokrasi negara, Muhammadiyah tidak tergiur untuk meninggalkan khittahnya sebagai
gerakan sivil society.
Peran Muhammadiyah bagi Indonesia Masa Depan.
Sebelum diurai lebih jauh tentang arah dan peran Muhammadiyah ke depan, maka perlu kita urai
bebrapa hal yang menjadi ganjalan di Muhammadiyah untuk melangkah lebih confiden ke
depan, antara lain :
Menurunnya progresifitas gerakan dakwah akibat lemahnya penafsiran terhadap purifikasi
(pemurnian) yang menjadi doktrin inti Muhammadiyah.
Muhammadiyah selalu terlambat dalam membangun mitos baru terhadap realitas untuk
menuntun warganya, sehingga terlalu lama berkutat dengan mitos sinkretis, animis dan TBC.
Sementara perlawanan terhadap KKN tidak perlu menjadi mitos di Muhammadiyah.
Menurunnya gerakan pemikiran (Intelektualisme) di Muhammadiyah yang berakibat serius
pada perkembangan amal usahanya. Sehingga akan melemahkan daya antisifasi terhadap
perubahan. Dalam hal ini Muhammadiyah tertinggal dalam diskursus teologis, sosiologis,
antropologis, maupun perkembangan organisasi.
Muhammadiyah selalu terlambat merespon wacana pemikiran yang sedang berkembang,
misalnya wacana Islam liberal, pluralisme, sosialisme relegius, demokrasi, post modernisme,
post tradisionalisme, gender dan lain sebagainya.
Eforia politik paska revormasi (1998) membawa Muhammadiyah semakin dekat kegaris
demarkasi politik praktis. Hampir sebagain warga Muhammadiyah terhanyut dalam eforia
politik. Sehingga eksodus pimpinan Muhammadiyah dan Ortom ke parpol menjadi fenomena
tersendiri.
Ada beberapa hal yang menjadi catatan penting bagi eksistensi Muhammadiyah kedepan:
Memacu kembali progresifitas dan mempertajam arah gerakan dengan lebih respon terhadap
perubahan dan realitas empirik ummat. Muhammadiyah harus lebih memiliki keperdulian
terhadap persoalan kemiskinan, petani, buruh, persoalan social lainnya.
Perlu dilakukan tafsir ulang terhadap konsep purifikasi (TBC) yang selama ini menjadi doktrin
Muhammadiyah. Hal ini dilakukan agar lebih jernih melihat realitas keberagamaan ummat yang
histories dan realitas. Sehingga Muhammadiyah tidak tercabut dari akar budaya bangsa

masyarakat dan memiliki titik sentuh dengan berbagai lapisan keberagamaan ummat. Dakwah
kultural bukan diartikan dengan menghalalkan tradisi sinkretis, animis dan TBC, tetapi tradisi
lokal diakomodasi untuk dituntun pada akidah yang digariskan Al-Quran dan Sunnah.
Membangkitkan kembali etos intelektualisme di Muhammadiyah agar lebih tangap terhadap
perubahan dan wacana pemikiran yang berkembang. Sehingga agenda aktivisme di
Muhammadiyah bersumber dan sejalan dengan etos intelektualisme. Tuntutan umat dan warga
terhadap persoalan eologis, sosiologis, politik dan budaya menjadi terpenuhi. Termasuk tafsir
pemikiran Muhammadiyah terhadap wacana pemikiran yang berkembang, seperti tafsir terhadap
gender, pluralisme, demokrasi, dan HAM. Sehingga nantinya Muhammaiyah memiliki
metodologi dalam memahami idealitas maupun realitas empirik umat dengan nalar
Muhammadiyah. Tanpa bermaksud latah seperti arkoun dan al-jabiri dengan nalar islam dan
nalar Arabnya.
Muhammadiyah harus tetap konsisten dengan khittah perjuangan untuk tidak terlibat dalam
aktivitas politik praktis, sehingga agenda umat tidak terbengkalai, karena disibukkan dengan
agenda-agenda politik jangka pendek.
Muhammadiyah harus selalu memiliki ide-ide kreatif dalam menyikapi berbagai persoalan dan
agenda bangsa. Mulai dari persoalan pendidikan, ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya.
Muhammadiyah harus mampu menata diri dan tumbuh menjadi organiasi dengan managerial
gerakan yang terkelola secara rapi dan solid.
Kepribadian Muhammadiyah
Tonggak berdirinya Muhammadiyah sesungguhnya dimulai dari pembacaan kritis terhadap
realitas disekitar kita, banyaknya ketidak adilan dan kebodohan serta pudarnya pemahaman
Islam menggugah Kh. Ahmad dahlan untuk mengupayakan purifikasi dalam mempertahankan
ortodoksi ajaran Islam dan berorentasi pada gerakan moral, dakwah, dan sosial. Hal ini
ditunjukkan misi amar maruf nahi mungkar dan selalu mendasarkan pad ar-rujuu ila aQuran wa as-sunnah.
Identitas Muhammadiyah sebagai gerakan moral yang berperan sebagai alat rekayasa sosial dari
masa kemasa memiliki spirit pembebasan dari belenggu tradisionalisme dan konservatisme yang
menggugat kemapanan tradisi. Gerakan Muhammadiyah yang membawa spirit pencerahan di
tengah kekolotan tradisi , belenggu kolonialisme dan para penguasa lalim adalah bagian dari

identitasnya selain sebagai gerakan sosial yang paham betul akan keadaan bangsa ini.
Dalam wilayah sosial Muhammadiyah telah banyak berperan dalam kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan terbukti dengan didirikannya rumah sakit -rumah sakit atau PKU,
sedangkan dalam konteks pembangunan pendidikan bangsa Muhammadiyah mampu
menunjukkan komitmennya sejak awal melalui pendidikan. Gerakan penididikan yang dilakukan
Muhammadiyah ialah wujud komitmen Muhammadiyah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan memberikan pencerahan mental kepada bangsa ini.
Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammdiyah
A. Latar belakang
Matan keyakinan dan cita-cita Hidup Muhammadiyah merupakan satu dari beberapa rumusan
resmi persyarikatan yang disahkan atau diptuskan dalm tanwir muhammadiyah Ke-37 tahun
1968 di Yogyakarta dan kemudian diperbaiki dan diubah oleh Pimpinan Pusat Muhammdiyah
berdasarkan amanat tanwir tahun 1970.
Perumusan matan dan keyakinan sesungguhnya tidak terlepas keterkaitan antara kondisi bangsa
dan internal Muhammadiyah dalam perumusan matan keyaninan dan cita-cita hidup
Muhammdiyah, hal yang dirumuskan adalah tentang keyaninan hidupnya, cita-cita, konsepsi,
ajaran, fungsi dan misinya, fungsi agama karena rumusan MKCH merupakan rumusan tentang
Muhammdiyah yang esensial dan rumusan hal-hal yang berupa prinsip-prinsip yang
fundamental.
Untuk dapat melaksankan hidup dan kehidupan yang sesuai dengan keyakinan serta dalam
mencapai tujuan yang menjadi cita-cita mutlak diperlukan konsepsi ajaran. Muhammadiyah
sebagai organisasi keagamaan berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya sejak Nabi Adam.AS sampai Nabi Muhammad.SAW, dan merupakan rahmat
dan hidyah dari Allah.SWT yang diberikan kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin
kesejahteraan hidup baik itu materiil dan spiritual maupun duniawi dan ukhrawi.
B. Teks Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
1. Muhammadiyah adalah gerakan yang berasaskan Islam, bercita-cita dan bekerja
untukmewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi
danmisi manusia sebagai hambadan khalifah di muka bumi.
2. Muhammdiyah berkeyaninanbahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada
rasulnya sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW sebagai hidayah dan rahmat Allah

kepada manusia, sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materiil-spirituil dan
duniawi -ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan :
Al-quran: kitap Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Quran yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW.
Dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan ajaran Islam
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam meliputi: Aqidah, Akhlak,
Ibadah, Muammalat Duniawiyat
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa yang telah mendapat karuniaAllah berupa
tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekan bansa dan negara Republik
Indonesia untuk berusaha bersama-sama menjadikan satu negera adil, makmur dan dirido Allah
SWT.
Sistematika dan Pedoman Memahami MKCH Muhammadiyah.
Rumusan matan keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah yang terdapat diatas merupakan
rumusan tentang Muhammadiyah secara essensial dan rumusan tersebut terbagi 3 (tiga)
kelompok ;
1. Mengandung Pokok-Pokok persoalan yang bersifat ideologis.
a. Asas: Muhammadiyah adalah berasaskan Islam
b. Cita-cita/tujuan: dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama yang diridloi allah
c. Ajaran yang digunakan berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang berasaskan Islam dan
dikuatkan oleh hasil penyeledikan ilmia, historis dan sosiologis Muhammadiyah berkeyaninan
bahwa ajaran yang dapat dilaksanakan hidup yang sesuai dengan asasnya dan perjuangannya
sebagimana yang dimaksud dalam (Islam) sanagt perlu adanya rumusan secara konkore
sistematis dan menyeluruh tentang konsepsi-konsepsi ajaran Islam yang meliputi aspek hidp dan
kehidupan manusia atau masyarakat sebagai isi daripada masyarakat yang sebenar-benarnya.
d. Keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah
Persoalan-persoalan pokok keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah sebagaimana yang telah
diuraikan dengan singkat di atas tidak lepas dari faham yang diyakini oleh Muhammadiyah
(Islam). Islam merupakan sumber keyakinan dan hidup Muhammadiyah. Oleh sebag itu faham
agama dalam Muhammadiyah adalah yang paling essensial bagi adanya keyakinan dan cita-cita

Muhammadiyah.
2. Mengandung Persoalan yang mengenai paham agama menurut Muhammadiyah
Dalam mengamalkan Islam Muhammadiyah tidak bisa lepas dari Al-quan dan Assunah, maka
muhammadiyah berkeyaninan demi terwujudnya nilai-nilai akhlak (moral) muhammadiyah
selalu berpedoman pada Al-quan dan as-sunnah.
Sebagimana yang telah diuraikan dengan singkat seperti ditas, bahwa Muhammadiyah
berkeyaninan agama Islam adalah agama yang dirurunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, sejak
Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad. SAW yang merupakan Nabi terakhir, maka dari situ
agama yang dibawa oleh muhammd itulah yang tetap belaku hingga sekarang dan untuk masa
selanjutnya. Dengan akal pikiran progressif dan dinamis mempunyai peranan dan lapangan yang
luas, karena pikaran bisa mempertimbangkan seberapa jauh keadaan dan waktu terhadap
kesesuaian hukum dalam batas maksud-maksud dan pokok-pokok ajaran Islam, oleh sebab itu
Muhammadiyah berpendapat bahwa pintu ijtihad selalu terbuka.
Dengan dasar dan cara memahami seperti diatas, Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran
Islam merupakan kesatuan ajaran yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Seperti aqidah, akhlak,
ibadah dan muamalat. Dimana itu semuanya bertumpu dan mencerminkan kepercayaan tauhid
dalam hidup dan kehidupan manusia.
3. Mengandung persoalan mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah yang bersumber pada ajaran Islam
seperti tersebut diatas, Muhammadiyah menyadari kewajibannya berjuang dan mengajak kepada
segenap golongan dan lapisan bangsa untuk mengatur dan membangun dan membangun bangsa
ini, sehingga terwujud masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera, sebagai baik dari segi
materiil maupun spirituil yang diridhoi Allah SWT. Kaena Muhammadiyah adalah persyarikatan
yang telah menegaskan bahwa seluruh yang dikerjakan Muhammadiyah dengan amal usanya
harus bertumpu pada tujuan akhir yaitu terciptanya masyarakat utama (adil, makmur, sejahatera )
yang diridhoi oleh Allah SWT sehingga seorang muslim yang tergabung dalam Muhammdiyah
akan sadar keberadaanya sebagi hamba Allah.
Hidup bermasyarakat bagi manusia adlah sunnnatullah atau dalam istilah umumnya adalah
keniscayaan sebagaimana yang telah ditegaskan dalam al-Quran surat hujarat. Keniscayaan
manusia selaku makhluk yang bermasyarakat telah disepakati oleh semua disiplin ilmu

pengetahuan. Dalam tinjauan filosofis manusia adalah mahkluk tuhan (HOMO Divian), mahluk
mandiri yang mempunyai kebebasan (Free Will), sedangkan dilihat dari sifatnya manusia adalah
mahluk pribadi (Homo Individualicum) sekaligus mahluk sosial (homo socius) yang oleh
Aristotales dinamai dengan Zoon Politicon.
Mangacu pada perkembangan sejarah dan kenyataan bansa Indonesia sempai dewasa ini, semua
yag ingin dilaksanakan dan dicapai oleh Muhammadiyah seperti yang terdapat dalam keyakinan
dan cita-cita hidup Muhammadiyah adalah bukan hal yang baru, dan pada hakekatnya adalah
sesuatu yagn sangat wajar. Sedangkan pola perjuangan Muhammadiyah dalam melaksanakan
dan mencapi cita-cita hidupnya dalam masyarakat. Muhammadiyah dalam melaksanakan dan
mencapai cita-cita hidupnya dalam masyarakat. Muhammadiyah menggunanakan dakwah Islam
dan proses belajar mengajar berpegang teguh pada amar maruf nahi mungkar.
Dengan dakwah Islam dan amar mamur nahi mungkar diharapkan nantinya Muhammadiyah
dapat membuktikan secara teoritis konseptual, operasional dan secara riil bahwa ajaran Islam
mampu mengatur masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang ber-pancasila dan UUS
1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera baik materiil maupun immateriil
yang diridhoi Allah SWT.
Konsepsi Tauhid Sosial sebagai kepribadian Muhammdiyah.
Kata tauhid dalam Islam dipahami sebagai menunggalkan atau mengesakan Allah. Dalam Islam
Tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid Uluhiyyah dan tauhid Rububiyyah. Tauhid ilahiyyah
adalah tauhid menyadarkan kepada kita bahwa Allah adalah eksistensi tunggal. Sedangkan tauhid
rubbubiyyah adalah tuhan yang memperhatikan , menyantuni memberi supervisi secara detail
artinya sesungguhnya setiap maksluk yang telah diciptakan dalam perhatian dan penanganan
Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud dengan tauhid sosial adalah dimensi sosial dari
Tauhidillah. Ini dimaksudkan agar tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Rubbubiyyah yang sudah
tertanam dikepala kita kaum Muslimin bisa diturunkan lagi kedalam dataran pergaulan sosial,
realitas sosial, secara konkret. Istilah ini tentunya mengacu kepada ajaran Islam yang sangat
kental dengan pemberdayaan masyarakat bawah dan keadilan.
Sebagai organisasi Jamiiah (persyarikatan) dan Harakah (gerakan), muhammadiyah memegang
teguh tauhid sebagai doktrin sentral. Bendera Muhammadiyah menunjukkan dengan jelas betapa
seluruh gerakan dan kehidupan Muhammadiyah harus berdasarkan pada tauhid. Dalam wawasan

keagamaan Muhammadiyah, tauhid adalah hal yang paling kunci. Tauhid yang jernih dan benar
akan melahirkan kehidupan yang bersih seimbang, adil dan sejahtera. Sebaliknya jika tauhid
sudah terkena polusi syirik maka kehidupan umat Islam akan mengalami degradasi dan
degenerasi dalam segala bidang.
Namun jangan dilupakan bahwa tauhid juga menuntut ditegakkann nya keadilan sosial, karena
dilihat dari kacamata tauhid, setiap gejala eksploitasi manusia atas manusia lainnya adalah
pengingkaran terhaedap persamaan derajat manusia di depan Allah, sehingga jurang pemisah
kelas (strata) ekonomi kaya, miskin yang disertai dengan terjadinya eksploitasi dan penghisapan
merupakan fenomena yang mengingkari nilai-nilai tauhid. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah bertahun-tahun pada awal berdirinya Muhammadiyah mengajarkan surat Almaun kepada santrinya tidak semata-mata karena pesan-pesan keadilan sosial dari surat Almaun yang belum sepenuhnya dilaksankan oleh kalangan ummat Islam. Tetapi juga karena Kiay
Dahlan ingin menanamkan satu pengertian bahwa keadilan sosial, adalah realisasi tauhid sosial
ditengah masyarakat Indonesia.
Dalam konteks ke-Indonesiaan, disamping harus teguh memegang tauhid aqidah,
Muhammadiyah juga mempertajam tahud sosialnya, kondisi Indonesia modern yag tumbuh
bersama paham ekonomi kapitalis telah melahirkan fenomena penumpukan kekayaan dan
kemakmuran pada pribadi-pribadi tertentu dan penindasan terhadap pribadi lain. Patologi sosial
yang terjadi dari sabang sampai merauke menunjukkan bahwa ketidakadilan sosial dan
kesenjangan sosial merupakan pemicu utama kekerasan sosial dan disintegrasi bangsa.
Dalam perjalanannya, upaya untuk mengimplementasikan tauhid sosial didukug oleh empat
doktrin yang hidup di lingkungan warga Muhammadiyah empat doktrin tersebut adalah:
Pertama, Percerahan Ummat
Para tokoh Muhammadiyah pendahulu tidak pernah bosan mengingatkan masyarakat Islam
bahwa ilmu pengetahuan adalah barang yang hilang dari kaum muslimin yagn harus direbut
kembali dari tangan Barat yang sudah mencapai puncak peradabannya setelah mengalai masa
kegelapan Eropa pada abad pertengahan. Seperti halnya Islam juga mengalami masa kegelapan
peradaban setelah masa kejayaan pada saat kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus dan Bani
Abbasiyah di Baghdad.
Proses pencerahan ummat dalam Muhammadiyah dimulai dengan proses pendidikan dengan
mendirikan sekolah-sekolah dan sarana pendidikan lain sebanyak mungkin dan bukan dengan

mendirikan usaha-usaha dagang. Lewat doktrin enligtment bagi ummat Islam maka terjadi
reduksi terhadap makna santri . Santri dianggap sebagi orang mampu menguasi ilmu
pengetahuan agama yang diimbangi dengan pengetahun keduniaan, pengetahuan tentang aqidahakhlak, tafsir dan faqfi juga harus diimbangi dengan pengetahuan filsafat, kosmologi,
engineering, ilmu ekonomi, sosial-politik ideologi dan lain sebagainya.
Kedua, menggembirakan amal shalih.
Doktrin iman tanpa keshalihan sosial ibarat pohon tanpa buah sangat dipegang kokoh oleh
seluruh warga Muhammadiyah. Dokrin ini berfungsi secara organisasional antara lain adalah
untuk mobilisasi, atau dalam bahasa Muhammadiyah untuk menggembirakan amal shalih
kolektif.
Ketiga, kerjasama untuk kebaikan
Berkerjasamalah dalam kebajikan dan taqwa dan janganlah bekerja sama dalam dosa dan
permusuhan (Quran 5;2) telah dijadikan doktrin perjuangan Muhammadiyah. Sebagai
organisasi dakwah yang berusaha mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menegakkan
kebajikan dan mencegah kemungkaran, Muhammadiyah mengimbau para mubaligh untuk dapat
bekerjasama dengan semua pihak demi tercapainya tujuan bersama. Di kalangan
Muhammadiyah muncul istilah hanya dengan iblis saja Muhammadiyah tidak bisa
bekerjasama.
Keempat, tidak berpolitik praktis.
Dalam mencapai cita-cita perjuangannya untuk membangun masyarakat utama yagn diridhoi
oleh Allah SWT. Muhammadiyah menghindari politik praktis. Sepintas sikap Muhammadiyah ini
sangat tidak bijak, jika dipahami politik sebagi salah satu akses untuk menjalankan proses
dakwah, karena jika setiap sesuatu didukung dan distimulus melalui sebuah keputusan politik
maka keputusannya akan mempunyai kekuatan pendorong lebih. Masalahnya, tugas
Muhammadiyah adalah membangun masyarakat baik nilai maupun sturktur dalam perspektif
jangka panjang, Muhammadiyah tidak ingin mengambil jalan pintas yang belum tentu pasti akan
berhasil. Apalagi akses politik yang tidak stabil dan tidak beretika akan berakibat buruk pada
masa depan ummat islam. Logika Muhammadiyah adalah dengan membina masyarakat lewat
siraman nilai-nilai Islam, Muhammadiyah berarti telah mempersiapkan manusia-manusia yang
berakhlak, memegang nilai-nilai dan norma-norma moral secara kuat.
Penutup

Sebagai sebuah organisasi social, Muhammadiyah telah diakui sebagai pilar penting sivil society
di Indonesia. Bahkan jika melihat amal usaha Muhammadiyah berupa ratusan Perguruan Tinggi
(PTM), ribuan sekolah dan rumah sakit, panti asuhan, perbankan, dll pantaslah jika banyak
pemikir Islam dunia menyebut Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dan
menjadi panutan gerakan keagamaan di dunia Islam. Hal ini tentu menjadi kebanggaan sekaligus
tantangan bagi kita kader penerus persyarikatan agar langkah Muhammadiyah tidak pernah
mandeg.
Filsafat Logika
Definisi dan Urgensi Logika.
Logika dalam filsafat adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam
berfikir. Lebih jelasnya, Logika adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula
berfikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara berfikir salah.
Manusia sebagai makhluk yang berfikir tidak akan lepas dari berfikir. Namun, saatberfikir,
manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga
ia tidak dapat berfikir jernih, logis dan obyektif. Logika merupakan upaya agar seseorang dapat
berfikir dengan cara yang benar, tidak keliru. Sebelum kita pelajari masalah-masalah logika, ada
baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan berfikir. Berfikir adalah proses
pengungkapan sesuatu yang misterius, majhul atau belum diketahui dengan mengolah
pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dalam benak kita (dzihn) sehingga yang majhul itu
menjadi malum (diketahui).
Faktor-faktor Kesalahan berfikir.
a. Hal-hal yang dijadikan dasar (premis) tidak benar.
b. Susunan atau form yang menyusun premis tidak sesuai dengan kaidah logika yang benar.
Argumentasi (proses berfikir) dalam alam pikiran manusia bagaikan sebuah bangunan. Suatu
bangunan akan terbentuk sempurna jika tersususn dari bahan-bahan dan konstruksi bangunan
yang sesuai dengan teori-teori yang benar. Apabila salah satu dari dua unsuritu tidak terpenuhi,
maka bangunan tersebut tidak akan terbentuk dengan baik dan sempurna. Sebagai missal, [1]
Socrates adalah manusia; dan [2] setiap manusia bertindak zalim; maka [3] Socrates bertindak
zalim. Argumentasi semacam ini benar dari segi susunan formnya. Tetapi, salah satu premisnya
salah yaitu premis yang berbunyi, Setiap manusia bertindak zalim, maka konklusinya tidak

tepat. Atau misal, [1] Socrates adalah manusia; dan [2] Socrates adalah seorang ilmuwan,
maka [3] manusia adalah ilmuwan. Dua premis ini benar tetapi susunan formulanya tidak
benar, maka konklusinya tidak benar. (Dalam pembahasan qiyas nanti akan dijelaskan susunan
argumentasi yang benar).
Ilmu Pengetahuan.
Para ahli filsafat mendefinisikan ilmu sebagai berikut: Ilmu pengetahuan adalah gambaran
tentang sesuatu yang ada dalam benak (akal). Benak atau pikiran kita tidak lepas dari dua kondisi
yang kontradiktif, yaitu ilmu dan jahil (ketidak tahuan). Pada saat keluar rumah, kita
menyaksikan sebuah bangunan yang megah dan indah, dan pada saat yang sama pula tertanam
dalam benak kita gambaran bangunan itu. Kondisi ini disebut jahil. Pada kondisi ilmu, benak
atau akal kita kadang hanya :
1) Menghimpun gambaran dari sesuatu saja (bangunan, dalam misal). Terkadang kita hanya
menghimpun tetapi juga.
2) Memberikan penilaian atau hukum (juggement), (misalnya, bangunan itu indah dan megah).
Aksiomatis dan Nadzari.
Pembahasan tentang kulli (general) dan jui (parsial) secara asensial sangat erat kaitannya
dengan tashawwur dan juga aksidental berkaitan berkaitan dengan tashdiq. Kulli adalah
tashawwur (gambaran benak) yang dapat diterapkan (berlaku) pada beberapa benda diluar.
Misalnya; gambaran tentang manusia dapat diterapkan (berlaku) pada banyak orang; Budi,
Novel, Ahamad dan lainnya. JuzI adalah tashawur yang dapat diterapkan (berlaku) hanya pada
satu benda saja. Misalnya; gambaran tentang Budi hanya untuk seseorang yang bernama budi
saja. Manusia dalam berkominikasi tentang kehidupan kehidupan sehari-hari menggunakan
tashawwur-tashawwur yang juzi. Misalnya; Saya kemarin ke Jakarta; Adik saya sudah mulai
masuk sekolah; Bapak saya sudah pensiun dan sebagainya. Namun, yang dipakai oleh manusia
manusia dalam kajian-kajian keilmuan adalah tashawwur-tashawwur kuli, yang sifatnya
universal. Seperti, 2 X 2 = 4; Orang yang beriman adalah orang yang bertanggung jawab atas
segala perbuaatan; Setiap akibat pasti mempunyai sebab dan lain sebagainya. Dalam ilmu mantig
kita akan sering menggunakan kulli (gambaran-gambaran yang universal), dan jarang
bersangkutan dengan juzi.

Nisab Arbaah.
Dalam benak kita terdapat banyak tashawwur yang bersifat kulli dan setiap yang kulli
mempunyai realita (afrad) lebih dari satu. (Lihat definisi kulli). Kemudian antara tashawwur kulli
yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan (relasi). Ahli mantiq menyebut bentuk
hubungan ini sebagai Nisab Arbaah. Mereka menyebutkan bahwa ada empat kategori relasi:
1. Tabayun (diferensi)
2. Tasawi (ekuivalen)
3. Umum wa khusus Mutlag (implikasi) dan
4. Umum wa khusus Minwajhin (assosiasi).
Tabayun adalah dua tashawwur kulli yang masing-masing dari keduanya tidak bisa diterapkan
pada seluruh afrad tashawwur kulli yang lain. Dengan kata lain, afrad kulli yang satu tidak
mungkin sama dan bersatu dengan afrad kulli yang lain. Misal: tashawwur manusia dan tashawur
batu. Kedua tashawwur ini sangatlah berbeda dengan afradnya tidak mungkin sama. Setiap
manusia pasti bukan batu dan setiap batu bukan manusia. Tasawi adalah dua tashawwur kulli
yang keduanya bisa diterapkan pada afarad kulli yang lain. Misal: tashawwur manusia dan
tashawwur berfikir. Artinya setiap manusia dapat berfikirdan setiap yang berfikir adalah
manusia. Umum wa khusus mutlak adalah tashaswwur kulli yang satu dapat diterapkan pada
seluruh afrad kulli yang lain dan tidak sebaliknya. Missal: tashawwur manusia dan tashawwur
hewan. Setiap manusia adalah hewan dan tidak setiap hewan adalah manusia. Afrad tashawwur
hewan lebih umum dan lebih luas sehngga mencakup semua afrad tashawwur manusia. Umum
wa khusus min wajhin adalah dua tashawwur kulli yang masing-masing dari keduanya dapat
diterapkan pada afrad kulli yang laindan sebagian lagi tidak dapat diterapkan. Missal: tashawwur
manusia dan tashawwur putih. Kedua tashawwur ini bersatu pada seorang manusia yang putih,
tetapi kadang-kadang keduanya berpisah seperti pada orang yang hitam dan pada kapur tulis
yang putih.
Hudud dan Tarifat
Kita sepakat bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui (majhul). Dan sesuai dengan
fitrah kita selalu ingin mengetahui hal-hala yang masih majhul. Pertemuan lalu telah dibahas
bahwa manusia mempunyai ilmu dan pengetahuan, baik tashawwuri ataupun tashdiqi. Majhul
(jahil) sebagai anonim dari dari malm (ilmu) , juga terbagi menjadi dua majhul tashawwuri dan
majhul tashdiqi. Untuk mengetahui hal-hal majhul tashawwuri kita perlu mengetahui kita

membutuhkan malm tashawwuri. (lihat definisi berpikir. Pencarian majhul tashawwur


dinamakan ha atau tarif. Had tarif adalah sebuah jawaban dan keterangan yang didahului
pertanyaan Apa?. Saat enghadapisesuatu yang belum kita ketahui( (majhul), kita akan segera
bertanya Apa itu?. Artinya, kta bertanya tentang esensi dan ahkikat sesuatu itu. Jawaban dan
keterangan yang diberikan adalah had (definisi) dari sesuatu itu. Oleh karena itu, dalam disiplin
ilmu, mendefinisikan sesuatu materi yang akan dibahas penting sekali sebelum membahas lebih
lanjut masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Perdebatan tentang sesuatu materi akan
menjadi sia-sia kalau definisisnya belum jelas dan disepakati. Ilmu mantiq bertugas
menunjukkan cara membuat had atau definisi yang benar.
Macam-Macam Definisi (Tarif)
Setiap definisi bergantung pada kulli yang digunakan. Ada lima klli yang digunakan untuk
mendefinisikan majhul tashawwuri (biasa disebut kuliyat khamsah). Lima kulli itu adalah:
1. Nau (spesies)
2. jins (genus)
3. Fashl (diferentia)
4. Aradhaam (common accidens)
5. Aradh khas (proper accidens)
Pembahasan tentang khuliyat khamsah ini secara detail termasuk pembahasan filsafat, bukan
pembahasan mantiq. Had tm, adalah definisi yang menggunakan jins dan fashl untuk
menjelaskan untuk menjelaskan bagian-bagian dari esensi majhul. Misal: apakah manusia itu?
Jawabannya dala hewan yang berpikir (natiq). Hewan adalah jins manusia dan Berpikir
adalah fashl manusia. Keduanya dalah bagian dari esensi manusia. Had Nqish, adalah definisi
yang menggunakan ardhamm, misalnya, Manusia adalah wujud yang berjalan, tegak
lurus, dan tertawa bukan bagian esesnsi dari manusia, tetapi hanya bagian dari eksiden.
Rasam Nqish, adalah definisi yang menggunakan ardhm, misalnya, Manusia adalah wujud
yang berjalan.
Preposisi
Sebagaimana yang telah kita ketahui, tashdiq adalah penilaian dan penghukuman atas sesuatu
dengan sesuatu yang lain (seperti: gunung itu indah; manusia itu bukan kera dan lain
sebagainya). Atas dasar itu, tashdiq berkaitan dengan dua hal: maudhu dan mahmul (gunung

sebagai maudhu dan indah sebagai mahmul. Gabungan dari sesuatu itu disebut qadhiyyah
(preposisi).
Macam-macam Preposisi
Setiap qadhiyyah terdiri dari tiga unsure: 1) mawdhu, 2) mahmul, dan 3) rabithah (hubungan
antara mawdhu dan mahmul). Berdasarkan masing-masing unsure itu, qadhiyyah dibagi menjadi
beberapa bagian.
Berdasarkan rabithah-nya, qadhiyyah dibagi menjadi dua: hamliyyah (preposisi kategoris) dan
syarthiyyah (preposisi hipotesis).
Qodhiyah hamliyyah
Adalah qadhiyyah yang terdiri dari maudhu,mahmul, dan rabithah. Lebih jelasnya, ketika kita
membayangkan sesuatu, lalu kita menilai atau menetyapkan atasnya sesuatu yang lain, maka
sesuatu yang pertama disebut mawdhu dan sesuatu yang kedua dinamakan mahmul dan yang
menyatukan antara keduanya adalah rabithah. Misalnya, Gunung itu indah. Gunung adalah
mawdhu, Indah, adalah mahmul dan itu adalah rabithah (Qadhiyyah hamliyyah, proposisi
katagorik). Terkadang kita menafikan mahmul dari mawdhu. Misalnya, Gunung itu indah.
Yang pertama disebut qadhiyyah hamliyyah mujabah (afirmatif) dan yang kedua disebut
qadiyyah hamiliyyah salibah (negative).
Qadhiyyah syarthiyyah .
Terbentuknya dari dua qadhiyyah yang dihubungkan dengan huruf syarat seperti, jika dan
setiap kali. Contoh : jika Tuhan itu banyak, maka bumi akan hancur. Tuhan itu banyak
adalah qadhiyyahhamliyah; demilian pula bumi akan hancur sebuah qadhiyyah hamilah.
Kemudian keduanya dihubungkan dengan kata jika. Qadhiyyah yang pertama (dalam contoh,
Tuhan itu banyak) disebut muqaddam dan qadhiyyah yang kedua (dalam contoh, bumi akan
hancur) disebut tali. Qadhiyyah syarthiyyah dibagi menjadi dua: muttasilah dan munfasilah.
Qadhiyyah syarthiyyah yang menggabungkan antara dua qadhiyyah seperti contoh diatas disebut
muttasilah, yang dimaksud bahwa adanya keseiringan dan kebersamaan antara dua
qadhiyyah. Tetapi qadhiyyah syarthiyyah yang menunjukkan adanya perbedaan dan keterpisahan
antara dua qadhiyyah disebut munfasilah, seperti, Bila angka itu genap, maka ia bukan ganjil.
Antara angka genap dan angka ganjil tidak mungkin ngumpul.
Qadhiyyah Mahshurah dan Muhmalah.
Pembagian qadhiyyah berdasarkan mawdhu-nya dibagi menjadi dua: mahshurah dan muhmalah.

Mahshurah adalah qadhiyyah yang afrad (realita) mawdhu-nya ditentukan jumlahnya


(kuantitasnya) dengan menggunakan kata semua dan setiap atau sebagian dan tidak
semua. Contohnyasemua manusia akan mati atau sebagian manusia pintar. Sedangkan dalam
muhmalah jumlah afrad mawdhu-nya tidak ditentukan. Contohnya manusia akan mati, atau
manusia itu pintar. Dalam ilmu mantiq, filsafat eksakta dan ilmu pengetahuan lainnya, qadhiyyah
yang dipakai adalah qadhiyyah mahshurah. Qadhiyyah mahshurah terkadang kulliyah (proposisi
determinative general) dan terrkadang juziyyah (proposisis determinative particular) dan
qadhiyyah sendiri ada yang mujabah (afirmatif) dan ada yang salibah (negative). Maka
qadhiyyah mahshurah mempunyai empat macam:
Mujabah kulliyyah: Setiap manusia adalah hewan.
Salibah kulliyah: Tidak satupun manusia yang berupa batu.
Mujabah juziyyah : Sebagian manusia pintar.
Salibah juziyyah : Sebagian manusia bukan laki-laki.
Sebenarnya masih banyak lagi pembagian qadhiyyah baik berdasarkan mahmul-nya (qadhiyyah
muhassalah dan muaddlah), atau jihat qadhiyyah ((dharuriyyah, daimah dan mumkinah) dan
qadhiyyahu syarthiyyah muttasilah (haqiqiyyah, maaniatul jama dan maaniatul khulw). Namun
qadhiyyah yang paling banyak dibahas dalam ilmu filsafat, mantiq dan lainnya adalah qadhiyyah
mahshurah.
Hukum-hukum Qadhiyyah.
Setelah kita ketahui definisi dan pembagian qadhiyyah, maka pembahasan berikutnya adalah
hubungan antara masing-masing dari empat qadhiyyah mahshurah. Pada pembahasan terdahulu
telah kita ketahui bahwa terdapat empat macam hubungan antara empat empat tashawwuri kulli:
1. Tabayun.
2. Tasawi
3. Umum wa khusus mutlak
4. Umum wa khusus min wajhin.
Demikian pula terdapat macam hubungan antara masing-masing empat qadhiyyah mahshurah:
1. Tanaqudh.
2. Tadhadd.
3. Dukhul tahta tadhadd.
4. Tadakhul.

Tanaqudh (mutanaqidhain/kontradiktif).
Adalah dua qadhiyyah yang mawdhu dan mahmulnya sama, tetapi kuantitas (kam) dan
kualitasnya (kaif) berbeda, yakni yang satu kulliyah mujabah dan yang lainnya juziyah salibah.
Misalnya, Semua manusia hewan (Kulliyyah mujabah) dengan Sebagian manusia bukan
hewan(juziyyah salibah). Thadad (kontrariatif) adalah dua qadhiyyah yang sama kuantitasnya
(keduanya kulliyyah), tetapi yang satu mujabah dan yang lain salibah.
Misalnya, Semua manusia dapat berfikir (kulliyyah mujabah) dengan Tidak satupun dari
manusia dapat berfikir (kulliyah salibah). Dukhul tahta tadhad (dakhilatain tahta
tadhad[interferensif sub-kontrariatif]) adalah dua qadhiyyah yang sama kuantitasnya (keduanya
juziyyah), tetapi yang satu mujabah dan lainnya salibah.
Misalnya, Sebagian manusia pintar (juziyyah mujabah) dengan Sebagian manusia tidak
pintar (juziyyah salibah). Tadakhul (mutadakhilatain /interferensif) adalah dua qadhiyyah yang
sama kualitasnya tetapi kuantitasnya berbeda. Misalnya , Semua manusia akan mati (kulliyyah
mujabah) dengan Sebagian manusia akan mati(juziyyah mujabah) atau Tidak satupun
manusia akan kekal(kulliyyah salibah) dengan Sebagian manusia tidak kekal (juziyyah
salibah). Dua qadhiyyah ini disebut pula.
Hukum dua qadhiyyah mutanaqidhain (kontradiktif) jika salah satu dari dua qadhiyyah itu benar
maka yang lainnya pasti salah. Demikian pula jika yang satu salah, maka yang lainnya benar.
Artinya tidak mungkin (mustahil) kedua-duanya benar ataui salah. Dua qadhiyyah biasa dikenal
dengan ijtima al naqidhain mustahil (kombinasi kontradiktif). Hukum dua qadhiyyah
mutadhaddain (kontrariatif), jika salah satu dari dua qadhiyyah itu benar, maka yang lain pasti
salah. Tetapi, jika salah satu salah, maka yang lain belum tentu benar. Artinya keduanya tidak
mungkin benar, tetapi keduanya mungkin salah.
Hukum dua qadhiyyah dakhalatain tahta tadhad (interferensif sub-kontrariatif), jika salah satu
dari dua qadhiyyah itu salah, maka yang lain pasti benar. Tetapi jika yang satu benar, maka yang
lain belum tentu salah. Dengan kata lain, dua qadhiyyah itu tidak mungkin salah, tetapi mungkin
saja keduanya benar.
Hukum dua qadhiyyah mutadakhilatain (interferensif), berbeda dengan masalah tashawwuri.
(Lihat pembahasan tentang nisab arbaah), Bahwa tashawwur kulli (misalnya, manusia) lebih
umum daritashawwur juzI (missal, Ali). Disini, qadhiyyah kulliyyah lebih khusus dari
qadhiyyah juziyyah. Artinya, jika qadhiyyah kulliyyah benar, maka qadhiyyah juziyyzh pasti

benar. Tetapi, jika qadhiyyah juziyyah benar, maka qadhiyyah kulliyyah belum tentu benar.
Misalnya, jika setiap A adalah B (qadhiyyah kulliyah), maka pasti sebagaian A adalah B.
Tetapi, jika Sebagian A adalah B, maka belum pasti Setiap A adalah B.
Tanaqudh.
Salah satu hukum qadhiyyah yang menjadi dasar semua pembahasan mantiq dan filsafat adalah
hukum tanaqudh (hukum kontradiksi). Para ahli mantiq dan filsafat menyebutkan bahwa selain
mawdhu dan mahmul dua qadhiyyah mutanaqidhain itu harus sama, juga ada beberapa
kesamaan dalam kedua qadhiyyah tersebut. Kesamaan itu terletak pada:
1. Kesamaan tempat (makam)
2. Kesamaan waktu (zaman)
3. Kesamaan kondisi (syart)
4. Kesamaan korelasi(idhafah)
5. Kesamaan pada sebagian atau keseluruhan (juz dan kull).
6. Kesamaan dalam potensi dan actual (bil quwwah dan bil fili)
Qiyas (Silogisme).
Pembahasan tentang qadhiyyah sebenarnya pendahuluan dari masalah qiyas, sebagaimana
pembahasan tentang tashawwur sebagai pendahuluan dari hudud atau tarifat. Dan sebenarnya
inti pembahasan mantiq adalah hudud dan qiyas.
Qiyas adalah kumpulan dari beberapa qadhiyyah yang berkaitan yang jika benar, maka dengan
sendirinya (li dzatihi) akan menghasilkan qadhiyyah yang lainnya (baru). Sebelum kita lebih
lanjut membahas tentang qiyas, ada baiknya kita secara sekilas beberapa macam
hujjah(argumentasi). Manusia disaat ingin mengetahuib hal-hal yang majhul, maka terdapat tiga
cara untuk mengetahuinya.
Pengetahuan dari juzI ke juzI yang lainnya. Argumentasi ini sifatnya horizontal, dari sebuah
titik yang parsial ke titik yang parsial lainnya Argumentasi ini disebut tamtsil (analogi).
Pengetahuan dari juzi ke kulli atau dengan kata lain, dari khusus ke umum (mengeneralisasi
yang parsial). Argumentasi ini bersifat vertical, dan disebut astiqra (induksi). Pengetahuan dari
kulli ke juzI, atau dengan kata lain, dari umum kekhusus. Argumentasi ini disebut qioyas
(silogisme)
Macam-Macam Qiyas.

Qiyas dibagi menjadi dua, iqtirani (silogisme kategoris) dan istitsnaI (silogisme hipotesis).
Sesuai dengan definisi qiyas diatas, satu qadhiyyah atau beberapa qadhiyyah yang tidak
dikaitkan antara satu dengan yang lain tidak akn menghasilkan qadhiyyah baru. Jadi untuk
memberikan hasil (konklusi) diperlukan beberapa qadhiyyah yang saling berkaitan. Dan itulah
yang namanya qiyas.
1. Qiyas Iqtirani.
Qiyas Iqtirani adalah qiyas yang mawdhu sdan mahmul natijahnya berada secara terpisah pada
dua muqaddimah. Contoh : Kunci itu besi dan Setiap besi akan memuai jika dipanaskan,
maka kunci itu akan memuai jika dipanaskan. Qiyas ini terdiri dari tiga qadhiyyah, [1]. Kunci
itu besi, [2]. Setiap besi akan memuai jika dipanaskan, [3]. Kunci itu akan memuai jika
dipanaskan.
Qadhiyyah pertama disebut muqqadimah shugra (premis minor), qadhiyyah kedua disebut
muqaddimah kubro (premis mayor) dan yang ketiga adalah natijah (konklusi).
Natijah merupakan gabungan dari nawdhu dan mahmul yang sudah tercantum 0pada dua
muqaddimmah, yakni, Kunci (mawdhu) dan akan memuai jika dipanaskan (mahmul).
Sedangkan Besi sebagai had awshat. Yang paling berperan dalam qiyas adalah penghubung
antara mawdhu muqaddimah shugra dengan mahmul muqaddimah kubro. Penghubung itu
disebut had awsath harus berada pada kedua muqaddimah (shugra dan kubra) tetapi tidak
tercantum dalam natijah. (lihat contoh,pen).
Empat bentuk qiyas Iqtirani.
Qiyas Iqtirani kalau dilihat dari letak kedudukan had awsath-nya pada muqaddimah shugra dan
qubra mempunyai empat bentuk:
1) Syakl Awwal, adalah Qiyas yang had awsath-nya menjadi mahmul pada muqaddimah shugra
dan menjadi mawdu pada muqaddimah kubra. Misalnya, Setiap Nabi itu Makshum, dan
Setiap orang makshum adalah teladan yang baik, maka Setiap nabi adalah teladan yang baik.
Makshum adalah had awsath, yang menjadi mahmul pada muqaddimah shugra dan menjadi
mawdhu pada muqaddimah kubra. Syarat-syarat syakl awwal.
Syakl awwal akan menghasilkan natijah yang badihi (jelas dan pasti) jika memenuhi dua syarat
berikut ini: Muqaddimah shugra harus mujabah, Muqaddimah kubra harus kulliyah.
2) Syakl kedua, adalah Qiyas yang had awsath-nya menjadi mahmul pada kedua muqaddimah-

nya. Misalnya, Setiap nabi makshum, dan Tidak satupun pendosa itu makshum, maka
Tidak satupun dari nabi pendosa.
Syarat-syarat syakl kedua: Kedua muqaddimah harus berbeda dalam kualitasnya (kaif, yakni
mujabah dan salibah). Muqaddimah kubra harus kulliyah.
3) Syakl Ketiga, adalah Qiyas yang had awsath-nya menjadi mawdhu pada kedua
muqaddimahnya. Misalnya, Setiap nabi makshum, dan Sebagian nabi adalah iman, maka
Sebagian orang makshum adalah iman.
Syarat-syarat syakl ketiga. Muqaddimah sughra harus mujabah. Salah satu dari kedua
muqaddimah harus kulliyyah.
4) Syakl Keempat, adalah Qiyas yang had aswath-nya menjadi mawdhu pada muqaddimah
sughra dan menjadi mahmul pada muqaddimah kubra (kebalikan dari msyakl awwal).
Syarat-syarat syakl keempat: Kedua muqaddimah harus mujabah. Muqaddimah sughra harus
kulliyyah atau kedua muqaddimahnya harus berbeda kualitasnya (kaif). Salah satu dari keduanya
harus kulliyyah.
Catatan menurut para mantiqiyyin, bentuk qiyas iqtirani yang badihi (jelas sekali) adalah yang
pertama sedangkan yang kedua dan ketiga membutuhkan pemikiran. Adapun yang
keempatsangat sulit diterima oleh pikiran. Oleh karena itu Aristoles sebagai penyusun mantiq
yang pertama tidak mencantum bentuk yang keempat.
2. Qiyas Istitsnai.
Berbeda dengan qiyas iqtirani, qiyas ini terbentuk dari qadhiyyah syarthiyyah dan qadhiyyah
hamliyyah. Misalnya, Jika Muhammad itu utusan Allah, maka dia mempunyai mukjizat. Oleh
karena dia mempunyai mukjizat, berarti dia utusan Allah. Penjelasannya: Jika Muhammad itu
utusan Allah, maka dia mempunyai mukjizat, adalah adalah qadhiyyah syarthiyyah yang terdiri
dari muqaddam dan tali (lihat definisi qadhiyyah syarthiyyah). Dan, Dia mempunyai mukjizat
adalah qadhiyyah hamliyyah. Sedangkan, Maka dia mempunyai mukjizat adalah natijah.
Dinamakan ististnaI karena terdapat kata, tetapi, atau oleh karena. Macam-macam Qiyas
IstistnaI (silogisme) ada empat macam qiyas ististnai: Muqaddam positif dan tali positif.
Misalnya, Jika Muhammad utusan Allah, maka dia mempunyai muljizat. Tetapi Muhammad
mempunyai mukjizat berarti. Dia utusan Allah.
Muqaddam negative dan tali positif. Misalnya, Jiak Tuhan itu tidak satu, maka bumi ini akan

hancur. Tetapi bumi tidak hancur, berarti Tuhan satu (tidak tidak satu). Tali negative dan
muqaddam negative. Misalnya, Jika Muhammad bukan nabi, maka dia tidak mempunyai
mukjizat. Tetapi dia mempunyai mukjizat, berarti dia Nabi (bukan bukan Nabi). Tali negative
dan muqaddam positif . Misalnya, Jika Firaun itu Tuhan, maka dia tidak akan binasa. Tetapi
dia binasa, berarti dia itu bukan Tuhan.
Sesat pikir.
Kekeliruan penalaran yang disebabkan oleh pengambilan kesimpulan yang tidak sahih dengan
melanggar ketentuan-ketentuan logika atau sususnan dan penggunaan bahasa serta penekanan
kata yang secara sengaja/tidak telah menyebabkan pertautan gagasan yang tidak tepat.
Sesat pikir karena bahasa yaitu kesalahan yang terjadi karena salah memahami bahasa.
Sesat pikir formal yaitu terjadi karena pelanggaran terhadap bentuk penalaran formal.
Sesat pikir material yaitu terjadi karena kesalahan isi penalaran itu sendiri.
Referensi:
1. Makalah Ust. Husein Al-Kaff dalam Kuliah logika, Pengantar Menuju Filsafat Islam, di
Yayasan Pendidikan Isalam Al-Jawad pada tanggal 25 Oktober- 1 November 1999 M.
2. Lois O. Kattsoff, Elements of philosophy, penerbit the rolanld press company New York.
3. Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika, Kanisius Press.
Gerakan Mahasiswa
Dalam setiap segmen sejarah bangsa Indonesia, mahasiswa selalu menempati peran penting.
Bahkan bisa dikatakan Mahasiswa merupakan kunci dari perubahan itu sendiri. Menyimak
dokemen sejarah, kita dapat menemukan peran kaum muda mahasiswa dalam merubah arah
bangsa dengan melawan imperialisme pada era pra kemerdekaan dan menumbangkan rezim
yang represif, korup, otoriter, serta ketidakadilan lainnya yang dipertontonkan pada era orde
lama, orde baru, dan orde reformasi. Keterlibatan sebagai aktor dominan terlihat jelas pada saat
lahirnya angkatan 1908 ditandai lahirnya Budi utomo oleh mahasiswa Stovia Jakarta. Pada tahun
1928 kaum muda mahasiswa kembali memelopori lahirnya sumpah pemuda, sebuah pilar
penting perjuangan kemerdekaan.
Fase selanjutnya mencatatkan peran mahasiswa dalam revolusi fisik 1945 dengan membentuk
para militer yang terlibat dalam banyak pertempuran pada decade 1945 hingga 1950. Setelah
berakhirnya kolonialisme asing, tahun 1966 mahasiswa kembali memelopori gerakan

menumbangkan orde lama sebagi wujud penolakan atas otoritarianisme dan kediktatoran rezim
Soekarno. Gerakan mahasiswa tahun 1966-lerlepas dari fakta histories yang ditumpangi oleh
militer (soeharto) tetaplah dicatat sejarah sebagai gerakan revolusioner mahasiswa dalam sejarah
bangsa-bangsa.
Pasca kekuasaan militeristik soeharto selama 32 tahun, mahasiswa lagi-lagi memulai gerakan
demokratisasi dan penumbangan rezim orde baru. Masih segar dalam ingatan kita ketika ribuan
massa mahasiswa dan rakyat menyerbu gedung DPR/MPR dan menuntut diturunkannya
Soeharto dari kekuasaan. Gerakan ini merupakan puncak dari beberapa fase penolakan
mahasiswa atas kekuasaan otoritarian orde baru sejak 1974 (malari), 1978, dan 1990an. Paparan
historis di atas merujuk bukti otentik akan peran kelompok intelektual ini merespon kondisi
masyarakat dan bangsa yang membutuhkan perubahan. Sejarah telah mencatat perjuangan
Mahasiswa di Indonesia yang hingga hari ini tidak pernah diam bersama buku dan kampusnya
dengan mimpi-mimpi kemapanan. Mahasiswa terus berjuang dan bergerak sebagai kekuatan
control atas pemerintah untuk kepentingan rakyat.
Sejarah dunia juga mencatat peran besar mahasiswa sebagai prime mover terjadinya perubahan
politik dan budaya pada suatu negara. Secara empirik kekuatan mahasiswa terbukti dalam
serangkaian peristiwa, penggulingan diktator Juan Peron di Argentina 1955, Perex Jimerez di
Venezuela 1958, Ayub Khan di Pakistan 1969, Reza Pahlevi di Iran 1979, dll. Akan tetapi
sebagian besar peristiwa penggulingan kekuasaan bukan monopoli gerakan mahasiswa sampai
akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Namun gerakan Mahasiswa lewat aksi mereka yang
bersifat politis telah terbukti menjadi katalisatpr yang sangat penting bagi penciptaan gerakan
rakyat dalam menentang tirani.
Peran Pokok Mahasiswa dalam dinamika Bangsa.
Seperti dikatakan diatas, mahasiswa memiliki peran penting dalam perubahan social (social
change) dan dinamika masyarakat. Mahasiswa sebagai kaum middle memiliki peran sebagai
agen perubahan (agent of change), tranformasi, dan kontrol atas kekuasaan rezim. Mahasiswa
merupakan jembatan pembangunan ideologi perjuangan rakyat dalam menciptakan kehidupan
yang adil dan sejahtera. Namun peran apa pun yang dimiliki ini harus dibingkai sebagai peran
moral dan merupakan implementasi dari gerakan idealisme kaum menengah. Secara fungsional
mahasiswa lebih tepat jika disebut sebagai words dog of the government, yang setiap saat akan

selalu mengingatkan dan menyadarkan penguasa, partai politik, militer, dan infrastruktur negara
yang lupa diri.
Dalam bingkai moral peran mahasiswa tanpa tendensi dan tanpa pamrih, sehingga cita-cita
penegakan kebenaran tidak ditunggangi oleh kepentingan tertentu. Arif Budiman pernah
menganalogikan gerakan mahasiswa tersebut seperti seorang cowboy yang selalu saja muncul
dan turun tangan ketika kejahatan merajalela dalam suatu daerah, dan ia akan meninggalkan
daerah tersebut apabila kejahatan telah sirna tanpa peduli dengan jabatan Sheerif yang sedang
dipersiapkan oleh masyarakat sebagai penghargaan (dalam Arbi Sanit, 1999).
Apa yang melandasi gerakan mahasiswa adalah kesadaran atas realitas yang ada. Bagi mereka
kesadaran adalah hukuman yang paling berat yang diberikan oleh Tuhan. Ketika kelaparan dan
kesenjangan social, penyalahgunaan kekuasaan (Power Abuse), dan perampasan hak-hak rakyat
berlangsung, pada saat itulah mahasiswa turun membasmi bandit-bandit rakyat. Kesadaran ini
lah yang menjadi ukuran siapa mahasiswa dan bandit-bandit bermuka mahasiswa.
Misi Suci Mahasiswa.
Kiranya cukup jelas dalam memori kita gerakan Mei 1998 ketika ribuan mahasiswa dari berbagai
kampus dan organisasi turun ke jalan menuntut turunnya Soeharto. Beberapa tahun kemudian, di
awal tahun 2002 gemuruh aksi menentang kenaikan BBM, TDL dan tarif telepon menjadi catatan
paling terakhir gerakan mahasiswa di Indonesia secara nasional, itulah ulah mahasiswa yang
identik dengan demontrasi. Namun demontrasi ini bukanlah aksi reaksioner tetapi merupakan
gerakan respon atas kebijakan pemerintah yang menindas rakyat miskin. Gerakan ini merupakan
manifestasi penolakan terhadap segala penindasan.
Mahasiswa sebagai kekuatan moral hanya tunduk dan patuh pada kebenaran dan keadilan. Hal
inilah yang akhirnya melahirkan gerakan perubahan yang luhur dan sejati serta mampu
melahirkan kondisi lingkungan sosial yang progresif dan revolusioner. Sebagai kekuatan control
(agent of control) mahasiswa menempatkan diri sebagai kekuatan oposisi ekstra parlementer
yang menghadirkan mekanisme ceck and balance sebagai kendali atas pemerintah yang ada.
Dalam posisi ini mahasiswa nsicaya menggembleng diri dalam konstalasi gerakan yang dinamis
dan berbenturan dengan kekuasaan. Maka jiwa kritis dan progresif gerakan harus ditumbuhkan
pada setiap tingkah laku dan pola fikir. Dalam pergerakannya mahasiswa perlu mengatur pola
dan metode gerakannya. Untuk membangun perubahan yang konstruktif mahasiswa perlu
mengatur stamina gerakan protes yang simultan dan terarah.

Bila kita mengamati gerakan mahasiswa maka mereka sangat pantas disebut sebagai pelanjut
risalah prophetic (misi kenabian). Sebuah misi mulia untuk tegakkan kebenaran. Tugas yang
membutuhkan sebuah jawaban konkrit tidak bertele-tele. Tidak katakan tidak, benar katakan
benar. Karena itu mahasiswa identik dengan gagasan ideopraksis. Atau bahasa lainnya
meminjam istilah Kuntowijoyo dari kontemplasi menuju aksi.
Tugas Politik Mahasiswa
Tugas mahasiswa yang semakin berat, memaksa mahasiswa untuk bertindak lebih tegas dan
berani. Mahasiswa harus melakukan gerakan control terhadap partai politik yang sudah menjadi
ajang apresiasi politik rakyat. Partai politik yang ada sering kali mengeksploitasi kepentingan
rakyat dengan alasan perjuangan kaum tertindas dsb. Tidak jarang rakyat yang tidak tau apa-apa
hanya diam dalam ketertindasan dan ekploitasi demi elit politik yang sebenarnya korup dan
lalim.
Seperti kita ketahui sisa-sia orde baru kembali mencoba merebut kendali atas negeri dan bangsa
ini. Mereka berenkarnasi menjadi wajah baru namun pasti tetap dengan paradigma lama.
Begitu pula dengan rezim reformasi yang penuh dengan reformis gadungan, mereka terbukti tak
ubahnya dengqn rezim terdahulu karena sama-sama menindas rakyat, meski dengan modus dan
takaran yang berbeda. Ironisnya, realitas gerakan mahasiswa cenderung mengalami reduksi
dengan banyaknya elit mahasiswa yang melakukan afiliasi politik di parpol tertentu.
Padahalmahasiswa harus memiliki komitment untuk meminimalisir penggunaan legitimasi
politik oleh parpol yang bersifat abstract oriented dan tidak berpihak pada rakyat. Mahasiswa
harus tetap memposisikan diri sebagai kaum intelektual dan agent of change dengan melakukan
kontrol secara berkelanjutan sehingga bersifat transformative sebagai gerakan oposisi.
Epilog.
Dalam pola gerakannya, mahasiswa senantiasa berporos pada gerakan moral dan gerakan politik
moral. Namun dalam setiap diskursus gerakan mahasiswa pada wilayah lain yang sering terlupa
yaitu gerakan intelektual dan gerakan kultural. Karena tak ada gerakan tanpa pembacaan
ideologis, dan tak akan ada pembacaan ideologis jika tanpa diskursus & pewacanaan intelektual.
Gerakan mahasiswa dapat terfocus pada aksi turun ke jalan, sosial kemasyarakatan, dokumentasi
intelektual, sebagai pilihan-pilihan gerakan. Kesemuanya merupakan langgam kerja kader
berupa ; baca, diskusi dan aksi. Semuanya berkaitan satu sama lain, sebagai metodologi kerjakerja intelektual pencerahan (intelektual organik).

Kepemimpinan
Pendahuluan.
Salah satu alasan berdirinya organisasi mahasiswa atau pemuda adalah sebagai sarana
pengembangan kader-kader pemimpin bangsa yang tangguh untuk menyongsong masa depan.
Karena itu masalah pemimpin (leader) dan kepemimpinan (leadership) selalu mendapat porsi
yang strategis dalam setiap gerak dan dinamika organisasi-organisasi tersebut.
Menilik dari catatan sosio-historis perkembangan organisasi mahasiswa/pemuda di Indonesia,
setiap fase sejak era kolonialisme, awal kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan telah banyak
melahirkan kader-kader pemimpin bangsa, terlepas dari pasang surut yang dialami pada setiap
fase sebagai respon terhadap perubahan social yang terjadi di masyarakat. Fenomena
kepemimpinan secara alamiah memang akan menjadi semakin kompleks kalau dihadapkan pada
realitas sosial kehidupan masyarakat yang semakin diwarnai oleh kompetisi dan konflik.
Kondisi obyektif masyarakat Indonesia yang sangat plural dan memiliki tingkat pemilahan sosial
(social cleavage) yang tinggi serta relatif masih rendahnya mobilitas sosial menuntut kualifikasi
kepemimpinan yang cukup tinggi sebagai syarat bagi seseorang untuk menjadi pemimpin
(Gaffar,1990). Mempersiapkan calon pemimpinan bangsa di masa depan (kasus Sekolah Taman
Madya Taruna Nusantara) yang mencoba mengkombinasikan konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan semi militer. Pro dan kontra terhadap efektifitas lembaga semacam ini terus
bermunculan. Tetapi secara rasional dalam realitas pola rekruitment kepemimpinan yang relatif
tertutup selama beberapa fase akhirnya melahirkan pemimpin yang diragukan kemampuannya
dalam pencapaian tujuan.
Saat ini bangsa Indonesia masih menyisakan multi krisis yang demikian kompleks. Padahal
beberapa negara yang juga mengalami krisis pada beberapa tahun yang lalu telah mampu keluar
dari lingkaran. Hal ini tentu saja dikarenakan adanya kebijakan dan kekompakan dari elit politik
yang berperan dalam mengambil kebijakan. Sedangkan di Indonesia, krisis tidak kunjung selesai
dan bahkan ada kecenderungan meningkat serta mengarah pada disintregasi bangsa yang
merupakan imbas betapa tidak mampunya pemimpin kita saat ini. Maka tidak salah jika forum
45 mengidentifikasi bahwa krisis bangsa Indonesia adalah akibat krisis kepemimpinan, baik
yang di eksekutif maupun legislatif.
Definisi Kepemimpinan.
Kepemimpinan menurut Mac Gregor (Gaffar,1990) tidak lain adalah, Kemampuan untuk

memobilisasi dan mengelola sejumlah sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
ditentukan. George R Terry mendefinisikan kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi
orang-orang untuk mencapai tujuan kelompok secara suka rela. Dari berbagai definisi tentang
kepemimpinan yang berkembang saat ini, disepakati bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktifitas seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi
tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses kepemimpinan adalah fungsi pemimpin,
pengikut dan variable situsional lainnya (Hersey and Blanchard,1986).
Definisi tersebut tidak menekankan pada suatu jenis organisasi tertentu. Dalam situasi apapun
dimana seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka sedang
berlangsung proses kepemimpinan. Dengan demikian, setiap orang melakukan proses
kepemimpinan dari waktu ke waktu, apakah aktifitasnya dipusatkan pada dunia usaha, lembaga
pendidikan, organisasi, atau keluarga.
Apabila di dalamnya disebutkan ada pemimpin dan pengikut, bukan berarti bahwa hubungan
hirarkis antara atasan dan bawahan akan menjadi titik tekan dalam pembahasan ini. Setiap saat
seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain, maka orang itu adalah pemimpin
potensial, dan orang yang dipengaruhi adalah pengikut potensial, tidak jadi soal apakah itu
atasan, rekan sejawat, bawahan, kawan maupun sanak keluarga. Pemimpin dalam konteks ini
adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dan yang memiliki otoritas manajerial. Ia
dapat ditunjuk atau muncul dari suatu kelompok dan kemampuannya dalam mempengaruhi
orang lain.
Karena kekuasaan (power) adalah inti dari kepemimpinan, maka sumber-sumber kekuasaan juga
menjadi penting. Amitai Etzioni membagi sumber kekuasaan menjadi kekuasaan posisi (position
power) dan kuasa pribadi (personal power). Perbedaan ini berkembang dan konsep tentang
kekuasaan sebagai kemampuan untuk menimbulkan atau mempengaruhi perilaku (Hersey and
Blanchard, 1986). Sumber-sumber kekuasaan dibagi menjadi lima dimensi sebagai berikut:
a) Kekuasaan karena kedudukan/jabatan (kekuasaan legitimasi)
b) Kekuasaan karena kualitas pribadi yang menimbulkan rasa hormat/segan (kekuasaan pribadi).
c) Kekuasaan karena kemampuan memberi atau mencabut anugerah yang bernilai tinggi
(kekuasaan berlian).
d) Kekuasaan karena kemampuan menjatuhkan hukuman atau menimbulkan keadaan yang tidak
disenangi (kekuasaan paksaan).

e) Kekuasaan karena kemampuan intelektual/keahlian/ketrampilan atau memiliki sesuatu yang


berharga (kekuasaan pengetahuan).
Adapun unsur pengikut juga mendapat perhatian dalam kepemimpinan. Secara formal pemimpin
dan pengikut dapat dibedakan, namun belum tentu dalam praktek pemimpin formal yang
berpengaruh, bisa saja pemimpin informal justru dipengaruhi pengikut. Adapun empat golongan
pengikut sebagi berikut:
1) Pengikut konstruktif, yaitu pengikut yang patuh kepada pemimpin tetapi kritis dalam memberi
saran-saran apabila dirasa perlu untuk pencapaian tujuan.
2) Pengikut subversif, yaitu pengikut yang egois, tidak loyal, musuh dalam selimut, dimana
kepatuhannya hanya untuk tujuan-tujuan tertentu pribadinya.
3) Pengikut rutin, yaitu pengikut yang asal patuh saja, pasif dan tanpa berfikir.
4) Pengikut fanatik, yaitu pengikut yang cenderung memuja serta membangun kultus individu
terhadap pemimpin.
Pendekatan dan Model-Model Kepemimpinan
Jika kita mengamati perilaku kepemimpinan, maka kita dapat membaginya menjadi tiga bagian
pendekatan (adair,1994). Yaitu:
a. Pendekatan Situasional terhadap Kepemimpinan
Pendekatan ini merupakan pendekatan tradisionalis. Dalam pendekatan ini disebutkan bahwa
orang dapat tampil menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok karena memiliki cirri-ciri
tertentu, tetapi tidak memfokuskan pada kemampuan atau potensi kepemimpinan yang dimiliki.
Walaupun banyak ditolak oleh kebanyakan ilmuwan karena berdasarkan penelitian melanggar
demokrasi, namun tetap disepakati bahwa pemimpin memang memiliki kualitas tertentu yang
diharapkan oleh kelompoknya. Sehingga ia sekaligus sebagai cermin kelompoknya.
b. Pendekatan Kelompok
Pendekatan ini memandang kepemimpinan menurut fungsi yang memenuhi kebutuhan
kelompok, yaitu apa yang harus dilakukan. Di sini terjadi interaksi antara tiga variable penting,
yakni: pemimpin yang berkaitan dengan kualitas, kepribadian dan watak, kemudian situasi
penunjang, dan berkaitan dengan pengikut dan kebutuhannya.
c. Pendekatan fungsional.
Pada bagian ini pendekatan mempertimbangkan fungsi-fungsi kepemimpinan sebagai variable
yang penting. Misalnya keikutsertaannya dalam pengambilan keputusan, konsistensi dan

fleksibilitas (kualitas), level kepemimpinan, dan nilai-nilai yang dianut sebagai indikator kualitas
kepemimpinan dan penerapannya.
Berbagai pendekatan yang telah diuraikan diatas dapat dikonfirmasi secara teoritik dengan teori
perilaku kepemimpinan yang berkembang sampai saat ini, diantaranya:
a) Model Fiedler, menyatakan bahwa kelompok-kelompok yang efektif tergantung pada
kecoccokan antara gaya interaksi seorang pemimpin dengan anak buah serta sejauh mana situasi
memberi kendali dan pengaruh pada pemimpin itu. Menurut model ini, ada tiga factor yang
menentukan efektifitas kepemimpinan, yaitu:
1. Hubungan Pemimpin-Anggota, yaitu tingkat kepercayaan, keyakinan dan rasa hormat anak
buah terhadap pemimpin mereka (baik atau buruk).
2. Struktur tugas, sejauh mana formalitas tugas-tugas yang dipandang secara prosedural (tinggi
atau rendah).
3. Kekuasaan posisi, tingkat pengaruh yang dimiliki pemimpin berdasar kekuasaannya seperti
memerintah, memecat, menertibkan, mengangkat dan sebagainya (kuat atau lemah)
b) Model Alur Tujuan, Bahwa tingkah laku pimpinan itu dapat diterima bawahan sejauh mereka
menganggap sebagai sumber kepuasan, entah langsung atau masa depan. Pada model ini ada
empat perilaku pemimpin, yaitu:
Pemimpin yang direktif, membiarkan bawahannya mengetahui apa yang diharapkan dari diri
mereka, menjadwal pekerjaan sebagai mana mestinya dilakukan, memberi bimbingan spesifik
dalam menyelesaikan tugas.
Pemimpin yang suportif, bersikap bersahabat dan menunjukkan perhatian terhadap kebutuhan
bawahan.
Pemimpin yang partisipatif, memberikan kesempatan bawahan dalam memberikan saran dan
kritik (berunding) sebelum membuat keputusan.
Pemimpin yang berorientasi prestasi, mematok tujuan-tujuan mendatang dan mengharapkan
bawahan bekerja pada tingkat tinggi (maksimal).
c) Model Partisipasi Pemimpin, menurut Victor Vroom dan Phillip Yetton model ini
menggambarkan hubungan perilaku pemimpin dan pembuat keputusan.
Beberapa model kepemimpinan diatas dapat dikelompokkan sebagai bagian dari teori
kontingensi. Sedangkan beberapa pandangan kepemimpinan yang lebih dapat diterapkan,
meliputi:

1. Teori Atribusi Kepemimpinan, dalam konsep ini kepemimpinan sekedar atribut yang dibuat
orang mengenai individu dan lain. Misalnya, kecenderungan orang mencirikan pemimpin
memiliki karakterristik, kecerdasan, keterampilan, dan lain-lain.
2. Teori Kepemimpinan Karismatik, pengikut cenderung membuat atribusi-atribusi
kepemimpinan yang heroik atau luar biasa. Karakteristiknya meliputi keyakinan, visi, dan
ideology. Mengartikulasikan keyakinan kuat terhadap visi, perilaku yang lain dari biasa,
penampilan terhadap kepekaan lingkungan.
3. Teori Kepemimpinan Visioner, yaitu kemampuan untuk mencandra, menciptakan dan
menegaskan suatu visi yang realistis, dapat dipercaya dan menarik menangani masa depan
sebuah organisasi yang ada sekarang. Kepemimpinan model ini sekarang ini banyak
diperbincangkan sebagai syarat yang harus dimiliki pemimpin organisasi demi menjawab
tantangan masa depan. Tiga sifat yang harus dimiliki pemimpin Visioner adalah :(1) emampuan
untuk menjelaskan visi kepada oprang lain (komunikator yang baik); (2) Kampuan-kemampuan
untuk menafsirkan visi dalam perilaku (mengaktualisaikan); (3) Kemampuan untuk memperluas
atau menerapkan visi pada berbagi konteks kepemimpinan.
4. Teori Kepemimpinan Transaksional, adalah kepemimpinan yang membimbing dan memotivasi
pengikut-pengikut mereka dalam arah tujuan yang sudah ditetapkan dengan cara menjelaskan
persyaratan peran dan tugas. Model Fiedler, Alur-tujuan, dan partisipasi pemimpin termasuk
dalam tipe ini.
5. Teori Kepemimpinan Transformasional, adalah kepemimpinan yang memberikan
pertimbangan yang tersendiri, rangsangan intelektual dan memiliki kharisma. Kepemimpinan
yang memperhatikan perkembangan masing-masing pengikut dan selalu memandu menuju
perbaikan.
Kepemimpinan dapat juga diklasifikasikan berdasarkan atas kecenderungan dalam memimpin.
Dari kecenderungan dalam memimpin tersebut, kemudian dibagi lima tipe kepemimpinan, yaitu:
a) Teori Otokratik, yakni pemimpin yang bersifat egois sehingga parameter yang dipakai dalam
mengukur organisasi sangat subyektif. Selain itu, secara metode jenis-jenis perilaku loyalitas
bawahan adalah kesetiaan pada dirinya. Dan dominasi peribadi terhadap kebijakan sangat
kentara\menonjol.
b) Tipe Paternalistik, yakni pemimpin yang dimunculkan karena sifat keteladanan sehingga
difigurkan.

c) Tipe Kharismatik, yakni kepemimpinan yang dimunculkan oleh seseorang yang diangap
memiliki kemampuan yang tidak bisa dimiliki oleh masyrakat biasa dan terkadang orang yang
dipimpin tidak mengetahui alasan secara logis mengapa demikian.
d) Tipe Laised Faire, yakni pemimpin yang mengangap bahwa organisasi dapat berjalan dengan
sendirinya walau tanpa melalui bentuk manajemen yang baik. Dan biasanya tingkat intervensi
pemimpin kepada bawahan sangat rendah.
e) Tipe Demokratik, yakni kepemimpinan yang menempatkan pemimpin dalam organisasi
sebagai seorang koordinator, tetapi juga menempatkan diri sebagi mediator/fasilitator sehingga
gerak dan langkah organisasi menggunakan pendekatan holistik dan intregralistik.
Kualitas Kepemimpinan.
Ukuran kualitas dari kepemimpinan adalah sejauh mana efektifitas seorang manajer menjalankan
fungsi-fungsi kepemimpinannya. Efektifitas kepemimpinan itu tidak diukur dari sekedar
mencapai keberhasilan tertentu. Faktor keberhasilan kepemimpinan biasanya mengutamakan
kuasa posisi dan supervisi yang ketat. Pra syarat yang harus dipunyai dari kepemimpinan yang
berkualitas adalah: Kecerdasan, pendidikan, keterampilan, dan daya andal dalam melakukan
tanggung jawab, stabilitas emosi, ketegasan, obyektivitas dan kerja sama yang sinergis sebagai
kekuatan progresif. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah kepribadian yang tersirat dalam
kepemimpinan karena menyangkut watak dan integritas moral yang dimiliki. Hal tersebut
merupakan modal dalam membangun budaya kepercayaan & kredibilitas. Dan keberadaan
kepercayaan ini harus didukung oleh:
Integritas : Keterampilan dan kelugasan.
Kompetensi : Keterampilan dan pengetahuan teknis antar pribadi.
Loyalitas : Kesetiaan dan kesediaan melindungi/menyelamatkan.
Keterbukaan : Kesediaan berbagi ide secara bebas dan terbuka.
Dari berbagai uraian tentang aspek-aspek kepemimpinan diatas sangat memberikan suatu
pelajaran yang penting. Apalagi bila kita lihat situasi dan arah perkembangan masalah
kepemimpinan di Indonesia di masa mendatang. Kompleksitas persoalan yang kita hadapi
dengan kepemimpinan yang mempunyai visi kedepan sekaligus mempunyai kemampuan
transformasi yang progresif sehingga diharapkan terwujud kepemimpinan yang terbuka dan
demokratis.

Manajemen Organisasi
Pendahuluan.
Sosialisasi manusia pada suatu saat akan tergugah ketika ia tidak mampu mencapai tujuannya
sendiri atau ia melihat bahwa orang lain memiliki tujuan yang sama dengan dirinya. Berdasarkan
persamaan-persamaan itu, kemudian mereka membentuk kelompok-kelompok dengan
menggabungkan sumber daya yang mereka miliki. Pada tahap ini prosesnya masih alami.
Ternyata penggabungan sumber daya tidak menjadi jawaban bagi efektifitas dan efisiensi kerja,
bahkan menimbulkan masalah-masalah baru, yaitu konflik-konflik kepentingan pribadi (conflict
of individual interests).
Seiring dengan kemajuan pemikiran manusia, kelompok-kelompok ini kemudian mulai
mengadakan pembagian kerja dan pengalokasian sumber daya dengan lebih teratur dan
terencana. Inilah cikal bakal organisasi yang kita kenal sekarang.
Pengertian Organisasi.
Banyak definisi yang ditawarkan para ahli, di bawah ini adalah definisi yang paling sering
dikutip:
1. An organization is a system of cooporative human activities. Organisasi adalah sistem dari
kegiatan manusia yang bekerja sama. (Cheeter I. Barrard).
2. Organization are system that are designed by people to accomplish some purpose or achieve
some goal. Organisasi adalah system yang dipolakan orang untuk melaksanakan tujuan dan
mencapai suatu sasaran. (Thomas J. Atchinson & Winston W. Hill in Management Today).
3. Organization is a stable system of individuals who work together to achieve, through a
hierarchy of rank and division of labour, common goals. Organisasi adalah sistem mapan dari
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang
kepangkatan dan pembagian kerja. (Everett M Rogers & rekha Agarwala Rogers in
Communication in Organization).
Dari definisi-definisi di atas, kita dapat menarik benang merah bahwa dalam setiap organisasi
pasti akan dijumpai sistem, peraturan, tujuan, dan bidang garapan, sumber daya, pembagian kerja
dan hubungan. Organisasi adalah sebuah system, sebagai system organisasi harus memiliki
keharmonisan, keteraturan yang pasti dan dipandang sebagai satu kesatuan. Kesatuan dalam
organisasi adalah holistic, bukan atomik, artinya dalam sebuah organisasi tidak dilihat lagi
subyek-subyek pembentuknya. Penekanan organisasi adalah pada tahap pembagian kerja.

Sebagai sebuah system, organisasi juga memiliki sifat terbuka (opening system), karena dalam
organisasi terjadi perputaran dan pertukaran bahan, informasi, energi dan lingkungan.
Karena sifat yang terbuka, sebuah organisasi harus selalu menyesuaikann diri dengan
lingkungannya agar ia tidak tertinggal dalam persaingan dengan organisasi lain, karena begitu
bayak faktor yang menentukan kebeberhasilannya. Semakin banyak sumber daya yang terlibat
maka semakin ringan pekerjaan, namun semakin banyak pula permasalahan. Ketersediaan
sumber daya yang melimpah belum tentu dapat mengantarkan kemajuan bagi suatu organisasi.
Faktor penyebab utama biasanya conflict of interreset, yaitu benturan-benturan kepentingan
pribadi masing-masing sebagai pelaku organisasi.
Manajemen organisasi
Manajemen organisasi adalah suatu bentuk pekerjaan yang sangat erat dengan organisasi. Dalam
setiap organisasi sesederhana apapun bentuknya, pasti terjadi proses manajerial. Ini lah yang
menjadi jantungnya suatu organisasi. Hampir seluruh organisasi yang berhasil memiliki
manajemen yag baik, teratur dan terencana. Manajemen berasal dari bahasa inggris to manage,
yang artinya mengatur. Menurut kamus the random house dictionary of the English language,
college edition, to manage berasal dari bahasa italic mannag (iare) yang artinya melatih kuda.
Struktur kata ini tidak asli, karena dari bahasa latin manus yang artinya tangan. Terminology
yang ditawarkan para ahli terhadap kata ini antara lain:
Menurut henry fayol, manjemen aspek pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab,
disiplin, kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, pengutamaan, kepentingan umum, jenjang
kepangkatan, ketertiban, jiwa korps dan sebagainya.
Menurut george R. Terry dalam principle of management (definisi yang paling banyak dikutip),
manajemen adalah sebuah proses yang khas, terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan
(planning), pengorganisasian (organization), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling)
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainya.
Tahapan Dalam Manajemen.
Manajemen sebagai suatu proses, memioliki tahapan-tahapan tetentu. Diantara para ahli terjadi
perbedaan pendapat dalam jumlah dan penamaan tahapannya.
Harold koontz & cyrill odonnel: planning, organizing, staffing, directing, dan controlling
Henry fayol: planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling

Luther gulick: planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting dan budgeting.
George R. terry : planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC)
Walaupun masing-masing ahli berbeda pendapat para pelaku organisasi banyak menggunakan
teori George R. terry, karena disamping sederhana, juga sebenarnya mencakup tahapan-tahapan
yang dikemukakan para ahli yang lain.
1. Planning/Perencanaan
Adalah tahapan perencanaan dan perancangan. Dalam tahapan ini, seorang pelaku pelaku
organisasi harus mampu meramalkan situasi pekerjaan dan bidang garapan yang akan
dilaksanakan. Ia juga dituntut untuk mampu memvisualisasikan hambatan yang nantinya akan di
temui dan hal yang paling penting dalam tahapan ini adalah kreatifitas.
2. Organizing/pengorganisasian.
Adalah jembatan antara perencanaan dan pelaksanaan. Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi
dan klarifikasi kegiatan yang diperlukan, pengelompokan aktivitas menurut sumber daya
manusia dan situasi, pendelegasian kekuasaan, koordinasi antar personil dan hubungan arus
informasi, dan sebagainya. Pelaku organisasi selayaknya mengikuti pameo the right man in the
right place demi efektifitas dan efisiensi kerja organisasi. Efektif artinya berhasil mencapai
tujuan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya serta memuaskan seluruh pihak yang dilibatkan.
Efisien artinya sesuai dengan rencana dan biaya yang dianggarkan. Hal yang paling penting
dalam tahap ini adalah komunikasi antar personil.
3. Actuating/penggiatan.
Adalah proses pengerahan, perangsangan, pembimbing, dan pengarahan sumber daya. manusia
agar proaktif dan kreatif, bekerja penuh kesadaran dan tanggung jawab. Disinilah pentingnya
kepemimpinan (leadership).
4. Controlling/Pemantauan.
Adalah kegiatan memeriksa, mengkaji apakah pekerjaan yang dilakukan sudah sesuai dengan
rencana. Menurut Robert N. Antoni, Jhon Dearden dan Richard F. Vancil dalam Management
Control System, Management control is the process by which managers assure that resources
are obtained anf used effectively and efficiently in accomplishement of the organizations
obyektives. Manajemen control adalah proses pemastian apakah sumber daya sudah diperoleh
dan digunakan seefektif dan seefisien mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi. Karena

berhubungan dengan SDM, maka disini lah pentingnya Publik Relation and Human Relation.
Tahap Manajerial Aspek penekanan
Planing Creativity
Organizing Communication
Actuating Leadership
Controlling Human & Publik Relations
Obyek langsung manajemen pada dasarnya adalah sumber daya dalam organisasi ada enam
macam, sering disebut Six M, yaitu:
1) Men (SDM)
2) Materials (sumber daya barang).
3) Machines (sumber daya mesin).
4) Methods (sumber daya metode).
5) Money (sumber daya uang).
6) Markets (sumber daya pasar).
Teori dan Teknik Manajerial.
Ada beberapa teori dan teknik yang dapat digunakan agar proses manajerial organisasi benarbenar efektif dan efisien, serta sesuai dengan prinsip ekonomi organisasi. Teori-teori ini antara
lain:
1. PKS (Posisi Keunggulan Strategis).
Dikemukakan oleh Prof. Cuno Pumpin dalam bukunya, The Essence of Corporate Strategy.
Suatu organisasi akan maju bila memiliki orientasi ke depan, bentuk yang sederhana dan tidak
birokratis, bersifat organis, tidak mekanistik. Keunggulan bersaing menjadi tumpuan utama teori
ini. Keunggulan dalam bersaing dapat diperoleh dengan :
Differensiasi, yaitu menduduki posisi khusus di pasar dengan menjaga kualitas, citra dan
inovasi.
Pemusatan kekuatan sumber daya: pada titik lemah lawan, pada titik kuat kita, pada event
kesempatan.
Penyesuaian tujuan dengan sumber daya.
Kesatuan doktrin (unite de doctrine), yaitu semangat partisipasi, tujuan, strategi sederhana dan
homogen.

2. TQC (Total Quality Control).


Teori ini sudah diterapkan menyeluruh di Jepang, namun baru dipopulerkan pada 1951 oleh
Edward Deming, berupa konsep pengendalian mutu terpadu (Integrated Quality Control/IQQ).
Teori ini menitik beratkan proses manajerial pada pengendalian mutu dari proses awal hingga
akhir.
3. TQM (Total Quality Management).
Teori ini baru mulai dibicarakan orang pada pertengahan 1990-an. Teori ini menitikberatkan
proses manajerial pada mutu/kualitas manajerial itu sendiri dengan berwawasan ke depan.
Komunikasi Manajemen.
Salah satu aspek yang penting dalam berorganisasi adalah komunikasi. Teori-teori manajemen
yang hebat, rancangan dan perencanaan yang bagus serta sumber daya yang melimpah tidak akan
berpengaruh banyak bagi kemajuan organisasi, jika tidak terdapat komunikasi yang baik antar
pelaku organisasi. Menggarisbawahi pentingnya komunikasi dalam organisasi, Lawrence D.
Brennan, seorang pakar manajemen terkenal pernah berkata, management is communication.
Komunikasi berasal dari bahasa latin commicatio, yang berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Kata ini berasal dari kata communis yang artinya sama. Ini bisa difahami bahwa setelah
mengalami proses komunikasi, komunikator dan komunikan memiliki pengetahuan dan
pandangan yang sama terhadap suatu kasus permasalahan. Tujuan dilakukannya komunikasi
dalam organisasi adalah unyuk mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) dan tingkah laku
(behavior) pelaku organisasi agar dapat mendukung cita-cita dan tujuan organisasi.
Jenis-jenis Komunikasi.
1. Komunikasi menurut jenis pesan yang digunakan dibagi menjadi dua:
Komunikasi Verbal (Verbal Communication), yaitu komunikasi menggunakan bahasa manusia.
Komunikasi non Verbal (Non Verbal Communication), yaitu komunikasi menggunakan selain
bahasa manusia.
2. Menurut jumlah pesannya, komunikasi dibagi menjadi dua:
Komunikasi satu arah (One Way Traffic Communication), terdiri dari pesan komunikator saja.
Komunikasi dua arah (Two Way Traffic Communication), terdiri dari pesan komunikator dan
tanggapan komunikan.
3. Menurut arahnya, komunikasi dibagi:
Komunikasi Internal

Komunikasi Vertikal; down ward Communication, contoh: pimpinan kepada bawahan, dan up
ward Communication, contoh: bawahan kepada pimpinan.
Komunikasi Horisontal, contoh : komunikasi antar teman.
Komunikasi Diagonal/ cross Communication, contoh: komunikasi dalam rapat.
Komunikasi Eksternal, contoh: Komunikasi dengan organisasi dan instansi lain.
Unsur Komunikasi.
1) Communicator/komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pikirannya.
2) Communicant/komunikan, yaitu sasaran penyampaian pesan. Jenisnya bisa homogen dan
heterogen. Komunikasi dalam organisasi biasanya homogen.
3) Massage/Pesan, yaitu pesan yang ingin disampaikan, berupa meaningful symbols/ simbol
yang memiliki arti.
4) Media, yaitu sarana untuk menyalurkan pesan.
5) Effect/tanggapan, yaitu respon, reaksi dari komunikan. Efek komunikasi dapat berupa :
Cognitive effect, yaitu yang berhubungan dengan nalar. Contoh: dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dsb.
Affective effect, yaitu yang berhubungan dengan perasaan. Contoh: dari tidak suka menjadi
suka, dari benci menjadi cinta, dsb.
Conative behavioral effect, yaitu yang berhubungan dengan kebiasaan. Contoh: dari malas
menjadi rajin, dari pembangkang jadi penurut, dsb.
Human Relation dan Public Relation.
Aspek ini mulanya hanya dipandang sebelah mata, seiring berkembangnya kapitalisme di seluruh
dunia. Tapi kemudian para ahli mulai menyadari penanganan manusia tidak dapat disamakan
dengan penanganan terhadap mesin atau barang. Penanganan yang kurang baik terhadap anggota
organisasi terkadang dapat menghambat organisasi itu sendiri. Jack Hallowan dalam bukunya
Apphed Human Relationship, An Organizational Approach, mengemukakan bahwa human
relation mulai dikenal orang pada 1850 dalam permasalahan buruh. Ini bermula ketika Fredrick
Taylor pada awal abad XX menawarkan teori Scientific Management yang kemudian banyak
diterapkan oleh para pengelola pabrik. Ia berpendapat bahwa produktifitas akan naik jika
masing-masing pekerja memiliki perincian tugas tertentu. Maka mulai dikenallah ban-ban
berjalan di pabrik-pabrik.

Teori ini kemudian dikecam karena dianggap hanya merupakan bentuk lain eksploitasi pekerja
saja. Pada 1920, mulai muncul pendekatan humanistik bagi pekerja. Adalah Elton Mayo dari
National Research Council dan Massachussets Institute of Technology (MIT), yang mengadakan
studi tentang efek lampu dan ventilasi udara terhadap pekerja di sebuah pabrik di Hawthorne,
Amerika.
Pada era 30-an, human relation diabaikan karena terjadi resesi di AS pasca PD II. Barulah pada
pertengahan abad XX, orang mulai melirik konsep ini. Dan sampai sekarang terbukti bahwa
human relations dan public relations yang terbina dengan baik dapat meningkatkan efektifitas
dan efisiensi kerja. Jika Human Relation (HR) menitikberatkan obyeknya pada pandanganpandangan humanistic, maka public relations menitik beratkan obyektifitas pada tingkah laku
manusia dalam dinamika kelompok. Human relations bersifat represif, sedangkan PR bersifat
preventif/pencegahan.
A. Human Relations.
Dalam organisasi harus dihindari dan diwaspadai permasalahan-permasalahan yang timbul dari
pribadi-pribadi anggota organisasi. Permasalahan-permasalahan ini bisa menyebabkan
perpecahan dalam tubuh organisasi yang berakibat terancamnya keberhasilan tujuan organisasi
itu sendiri. Permasalahan-permasalahan ini biasanya timbul dari:
Conflict of Interest, Manusia memiliki keinginan, cita-cita, harapan dan tujuan yang berbedabeda. Masing-masing ingin mencapai tujuannya sendiri-sendiri. Tidak jarang kepentingankepentingan mereka harus berbenturan dengan kepentingan orang lain. Jika kedua belah pihak
tidak pat bersikap dewasa dan profesional, dapat menimbulkan perpecahan. Untuk itu, setiap
anggota suatu organisasi, harus mampu memisahkan permasalahan dan konflik pribadi dengan
kepentingan organisasi serta mendahulukan kepentingan bersama.
Motivasi. Tidak semua memiliki motivasi yang bagus ketika memasuki suatu organisasi. Ini
dapat berpengaruh terhadap dedikasi dan loyalitasnya terhadap organisasi tersebut. Tugas
organisasi lah yang harus memupuk motivasi mereka, dengan cara meningkatkan daya undang
partisipasi. Dengan demikian diharapkan tumbuh loyalitas dan dedikasi mereka.
Heredity. Pembawaan pribadi kadang dapat pula menjadi faktor penyebab kurang lancarnya
komunikasi dalam organisasi. Seorang yang pembawaannya sombong pasti akan dikucilkan dari
rekan-rekannya. Dalam hal ini diperlukan pemahaman dan pengertian seluruh anggota organisasi
terhadap sifat dan pembawaan manusia. Secara garis besar, manusia dibagi tiga: ettrofert,

introvert dan ambivert. Seorang extrofert memiliki wawasan dan perhatian keluar dari dirinya. Ia
suka bergaul, periang dan mudah dipengaruhi orang lain. Sebaliknya, introfert adalah seorang
yang pembawaannya pediam, suka menyendiri, dan hanya memikirkan dirnya sendiri. Secara
teori seorang extrofert dan introfert tidak pernah bisa bersatu. Namun kita tidak perlu khawatir,
karena jumlah mereka hanya sedikit. Kebanyakan orang memiliki karakter ambivert, yaitu
karakter pertengahan antara extrofert dan introfert.
Environment. Latar belakang juga bisa menjadi penyebab potensial bagi permasalahn
organisasi. Untuk itu setiap anggota harus memahami betul latar belakang orang lain bisa sangat
sangat jauh berbeda dengan dirinya, untuk itu diperlukan pengertian dalam memahami sikap dan
tingkah laku seseorang.
B. Public Relation
Permasalahan dalam bidang ini lebih kompleks dan memiliki hubungan langsung dengan sumber
daya organisasi
Sugesti. Yaitu sikap apriori tertutup yang dipengaruhi lingkungan dan pengalaman pribadi.
Contoh: anggota suatu kepanitiaan gagal mengajukan proposal karena sudah memiliki sugesti
yang tidak baik terhadap suatu perusahaan.
Imitasi. Yaitu sifat meniru manusia terhadap yang ia nilai baik dan bagus. Sebagai contoh
budaya ngaret jika dilakukan oleh pimpinan organisasi akan diikuti bawahannya.
Simpati. Yaitu sifat solidaritas manusia terhadap manusia lainnya. Sebagai contoh seorang yang
di-PHK oleh perusahaan dengan semena-mena akan mengundang simpati rekan-rekannya,
kemudian bisa saja terjadi mogok kerja atau demonstrasi besar-besaran. Oleh karenanya, setiap
kebijakan organisasi harus menimbang dan memperhatikan faktor simpati ini.
Communication & Public Relation
Pengantar
Salah satu aspek yang penting dalam berorganisasi adalah komunikasi. Teori-teori manajemen
yang hebat, rancangan dan perencanaan yang bagus serta sumber daya yang melimpah tidak akan
berpengaruh banyak bagi kemajuan organisasi, jika tidak terdapat komunikasi yang baik antar
pelaku organisasi. Menggarisbawahi pentingnya komunikasi dalam organisasi, Lawrence D.
Brennan, seorang pakar manajemen terkenal pernah berkata, management is communication.
Komunikasi berasal dari bahasa latin commicatio, yang berarti pemberitahuan atau pertukaran

pikiran. Kata ini berasal dari kata communis yang artinya sama. Ini bisa difahami bahwa setelah
mengalami proses komunikasi, komunikator dan komunikan memiliki pengetahuan dan
pandangan yang sama terhadap suatu kasus permasalahan. Tujuan dilakukannya komunikasi
dalam organisasi adalah unyuk mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) dan tingkah laku
(behavior) pelaku organisasi agar dapat mendukung cita-cita dan tujuan organisasi.
Dengan komunikasi kita membentuk saling pengertian dalam menumbuhkan persahabatan,
memelihara kasih saying, menyebarkan pengetahoan, dan melestarikan peradaban beserta
kebalikanya. oleh karena itu untuk memanajemen sebuah komunikasi agar menjadi sesuatu yang
baik dan berguna maka diperlukan berbagai hal sebagai syaratnya.
Sebagai makhlug social, setiap individu manusia membutuhkan pengetahuan dan kemahiran
yang baik dalam membangun hubungan yang sehat yang bermartabat dengan orang-orang lain
yang ada di lingkungannya. Para eksekutif perusahaan, manajer, pemuka masyarakat, dan para
tokoh-tokoh pemimpin lainya tidak akan efektif dalam mempengaruhi dan menuntun orang lain
apabila merekatidak memiliki pengetahuan dan kemahiran dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya dengan lebih manusiawi dan produktif.
Sesuai dengan perintah Al-Quran surat 4 : 63
berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan yang berbekas pada jiwa mereka.
Membuka Diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi dan pada saat bersamaan, dalam
berkomunikasi dengan orang lain maka akan meningkatkan pengetahuan baik tentang dirisendiri,
orang lain dan lain sebagainya.dengan membuka diri, konsep diri akan menjadi lebih dekat pada
kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari
sifat defensive, dan lebih cermat dan cerdas dalam memandang sesuatu dengan objektif.
Langkah pertama dalam upaya meningkatkan kemahiran untuk berinteraksi secara manusiawi
dan positif dengan sesame manusia adalah dengan memiliki pemahaman yang benar mengenai
manusia beserta sifat dasarnya dan bahasa apa yang akan dipakai.
Untuk itu kita hanya butuh menuntut diri untuk mengakui dan menerima orang lain sebagaimana
adanya bukan sebagaimana kedirian orang lain sesuai pandangan kita.

Jenis-jenis Komunikasi.
Komunikasi menurut jenis pesan yang digunakan dibagi menjadi dua:
Komunikasi Verbal (Verbal Communication), yaitu komunikasi menggunakan bahasa manusia.
Komunikasi non Verbal (Non Verbal Communication), yaitu komunikasi menggunakan selain
bahasa manusia.
Menurut jumlah pesannya, komunikasi dibagi menjadi dua :
Komunikasi satu arah (One Way Traffic Communication), terdiri dari pesan komunikator saja.
Komunikasi dua arah (Two Way Traffic Communication), terdiri dari pesan komunikator dan
tanggapan komunikan.
Menurut arahnya, komunikasi dibagi :
Komunikasi Internal
Komunikasi Vertikal; down ward Communication, contoh : pimpinan kepada bawahan, dan up
ward Communication, contoh: bawahan kepada pimpinan.
Komunikasi Horisontal, contoh : komunikasi antar teman.
Komunikasi Diagonal/ cross Communication, contoh : komunikasi dalam rapat.
Komunikasi Eksternal, contoh : Komunikasi dengan organisasi dan instansi lain.
Unsur Komunikasi.
6) Communicator/komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pikirannya.
7) Communicant/komunikan, yaitu sasaran penyampaian pesan. Jenisnya bisa homogen dan
heterogen. Komunikasi dalam organisasi biasanya homogen.
8) Massage/Pesan, yaitu pesan yang ingin disampaikan, berupa meaningful symbols/ simbol
yang memiliki arti.
9) Media, yaitu sarana untuk menyalurkan pesan.
10) Effect/tanggapan, yaitu respon, reaksi dari komunikan. Efek komunikasi dapat berupa :
Cognitive Effect, yaitu yang berhubungan dengan nalar. Contoh: dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dsb.
Affective Effect, yaitu yang berhubungan dengan perasaan. Contoh: dari tidak suka menjadi
suka, dari benci menjadi cinta, dsb.
Conative Behavioral Effect, yaitu yang berhubungan dengan kebiasaan. Contoh: dari malas
menjadi rajin, dari pembangkang jadi penurut, dsb.
Human Relation dan Public Relation.

Aspek ini mulanya hanya dipandang sebelah mata, seiring berkembangnya kapitalisme di seluruh
dunia. Tapi kemudian para ahli mulai menyadari penanganan manusia tidak dapat disamakan
dengan penanganan terhadap mesin atau barang. Penanganan yang kurang baik terhadap anggota
organisasi terkadang dapat menghambat organisasi itu sendiri. Jack Hallowan dalam bukunya
Apphed Human Relationship, An Organizational Approach mengemukakan bahwa human
relation mulai dikenal orang pada 1850 dalam permasalahan buruh. Ini bermula ketika Fredrick
Taylor pada awal abad XX menawarkan teori Scientific Management yang kemudian banyak
diterapkan oleh para pengelola pabrik. Ia berpendapat bahwa produktifitas akan naik jika
masing-masing pekerja memiliki perincian tugas tertentu. Maka mulai dikenallah ban-ban
berjalan di pabrik-pabrik.
Teori ini kemudian dikecam karena dianggap hanya merupakan bentuk lain eksploitasi pekerja
saja. Pada 1920, mulai muncul pendekatan humanistik bagi pekerja. Adalah Elton Mayo dari
National Research Council dan Massachussets Institute of Technology (MIT), yang mengadakan
studi tentang efek lampu dan ventilasi udara terhadap pekerja di sebuah pabrik di Hawthorne,
Amerika.
Pada era 30-an, Human Relation diabaikan karena terjadi resesi di AS pasca PD II. Barulah pada
pertengahan abad XX, orang mulai melirik konsep ini. Dan sampai sekarang terbukti bahwa
human relations dan public relations yang terbina dengan baik dapat meningkatkan efektifitas
dan efisiensi kerja. Jika Human Relation (HR) menitikberatkan obyeknya pada pandanganpandangan humanistic, maka Public Relations menitik beratkan obyektifitas pada tingkah laku
manusia dalam dinamika kelompok. Human Relations bersifat represif, sedangkan PR bersifat
preventif/pencegahan.
Human Relations.
Dalam organisasi harus dihindari dan diwaspadai permasalahan-permasalahan yang timbul dari
pribadi-pribadi anggota organisasi. Permasalahan-permasalahan ini bisa menyebabkan
perpecahan dalam tubuh organisasi yang berakibat terancamnya keberhasilan tujuan organisasi
itu sendiri. Permasalahan-permasalahan ini biasanya timbul dari:
Conflict of Interest, Manusia memiliki keinginan, cita-cita, harapan dan tujuan yang berbedabeda. Masing-masing ingin mencapai tujuannya sendiri-sendiri. Tidak jarang kepentingankepentingan mereka harus berbenturan dengan kepentingan orang lain. Jika kedua belah pihak
tidak pat bersikap dewasa dan profesional, dapat menimbulkan perpecahan. Untuk itu, setiap

anggota suatu organisasi, harus mampu memisahkan permasalahan dan konflik pribadi dengan
kepentingan organisasi serta mendahulukan kepentingan bersama.
Motivasi. Tidak semua memiliki motivasi yang bagus ketika memasuki suatu organisasi. Ini
dapat berpengaruh terhadap dedikasi dan loyalitasnya terhadap organisasi tersebut. Tugas
organisasi lah yang harus memupuk motivasi mereka, dengan cara meningkatkan daya undang
partisipasi. Dengan demikian diharapkan tumbuh loyalitas dan dedikasi mereka.
Heredity. Pembawaan pribadi kadang dapat pula menjadi faktor penyebab kurang lancarnya
komunikasi dalam organisasi. Seorang yang pembawaannya sombong pasti akan dikucilkan dari
rekan-rekannya. Dalam hal ini diperlukan pemahaman dan pengertian seluruh anggota organisasi
terhadap sifat dan pembawaan manusia. Secara garis besar, manusia dibagi tiga: ettrofert,
introvert dan ambivert. Seorang extrofert memiliki wawasan dan perhatian keluar dari dirinya. Ia
suka bergaul, periang dan mudah dipengaruhi orang lain. Sebaliknya, introfert adalah seorang
yang pembawaannya pediam, suka menyendiri, dan hanya memikirkan dirnya sendiri. Secara
teori seorang extrofert dan introfert tidak pernah bisa bersatu. Namun kita tidak perlu khawatir,
karena jumlah mereka hanya sedikit. Kebanyakan orang memiliki karakter ambivert, yaitu
karakter pertengahan antara extrofert dan introfert.
Environment. Latar belakang juga bisa menjadi penyebab potensial bagi permasalahn
organisasi. Untuk itu setiap anggota harus memahami betul latar belakang orang lain bisa sangat
sangat jauh berbeda dengan dirinya, untuk itu diperlukan pengertian dalam memahami sikap dan
tingkah laku seseorang.
Public Relation
Permasalahan dalam bidang ini lebih kompleks dan memiliki hubungan langsung dengan sumber
daya organisasi
Sugesti. Yaitu sikap apriori tertutup yang dipengaruhi lingkungan dan pengalaman pribadi.
Contoh: anggota suatu kepanitiaan gagal mengajukan proposal karena sudah memiliki sugesti
yang tidak baik terhadap suatu perusahaan.
Imitasi. Yaitu sifat meniru manusia terhadap yang ia nilai baik dan bagus. Sebagai contoh
budaya ngaret jika dilakukan oleh pimpinan organisasi akan diikuti bawahannya.
Simpati. Yaitu sifat solidaritas manusia terhadap manusia lainnya. Sebagai contoh seorang yang
di-PHK oleh perusahaan dengan semena-mena akan mengundang simpati rekan-rekannya,

kemudian bisa saja terjadi mogok kerja atau demonstrasi besar-besaran. Oleh karenanya, setiap
kebijakan organisasi harus menimbang dan memperhatikan faktor simpati ini.
Pengantar Rethorika
Pengertian
Secara etimologis, rethorika adalah berasal dari bahasa latin rethor, yang berarti pidato. Di
daerah kelahirannya Syracusa, ibukota pulau Sisilia abad V sebelum masehi Rethorika
dipahami sebagai kecakapan berpidato. Rethorika menjadi populer di Athena dan semenanjung
Atika berkat jasa Corax dan muridnya Tissias yang mendirikan sekolah rethorika.Akhir abad ke
V SM, kaum sofis mengembangkan pengertian rethorika sebagai kecakapan berpidato untuk
memenangkan suatu kasus. Pengertian tersebut kelihatannya berangkat dari sumber filsafat yang
diyakini, yakni filsafat materialisme atau pragmatisme. Tokoh-tokoh yang menonjol dari
kelompok ini adalah: Gorgias, Phidias, Protagoras, dan Isocrates.
Perkembangan selanjutnya rethorika diartikan sebagai seni bertutur untuk membeberkan
kebenaran. Pemahaman tersebut berdasarkan pada filsafat idealisme. Tokoh utama rethorika
yang berangkat dari pengertian ini adalah Plato dengan bukunya Phaedrus. Pikiran-pikiran
Plato dikembangkan lebih luas dan mendalam serta menggunakan pendekatan ilmiah oleh
Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Rethoric. Pada intinya Aristoteles memberikan
pengertian rethorika sebagai ilmu dan seni yang digunakan untuk persuasi.
Pada awal abad XX berkembang pengertian lain yang disebut sebagai rethorikabaru. Tokohtokoh rethorika aliran baru ini antara lain I.A. Richards, Kenneth Burke, S.I. Hayakawa dan
Alfred Korzybski. Richards memberi arti rethorika sebagai; studi tentang kesalahpahaman dan
penemuan sarana pengobatan. Burke melihat rethorika sebagai; ilmu yang mengajar orang untuk
mengidentifikasi dalam arti yang seluas-luasnya. Hayakawa (aliran general semantik)
memandang rethorika sebagai; ilmu yang mengajar orang untuk memetakan bagian dari suatu
persoalan sebaik mungkin. Sedangkan Krobzyski dan ilmuwan pendukungnya (teori Tagmemik)
menyatakan bahwa rethorika adalah ilmu yang mengajarkan penggarapan masalah tutur secara
heuristik untuk ditampilkan secara sistematis guna membina saling pengertian dan kerja sama.
1. Prinsip-prinsip Rethorika.
a. Tentang Orator (Komunikator)
Orator atau Komunikator merupakan subyek utama dalam kegiatan rethorika. Karena orator

merupakan pihak yang lebih dinamis dan memiliki peluang yang lebih besar dalam proses
kegiatan tersebut. Keadaan itu tidak terlepas dari sifat kegiatan rethorika yang cenderung
berbentuk linier dan searah. Agar kegiatan tersebut dapat berhasil dengan baik maka orator harus
mampu menampilkan baik diri maupun isi rethorikanya dengan menarik dan mempunyai nilai
guna bagi pendengarnya. Oleh karena itu dalam hal ini berlaku dalil He doesnt communicate
what he says, he communicate what he is disini terlihat bahwa pendengar tidak hanya
memperhatikan apanya tetapi juga sangat tergantung terhadap siapa yang berbicara.
Menurut Aristoteles, komponen siapa harus memenuhi unsur-unsur Ethos, Phatos, dan Logos .
Ethos adalah karakteristik yang menonjol dari seseorang yang mengacu kepada hal-hal yang
bersifat konigtif (good sense, good moral character, good will) dalam konsep modern, Ethos
diartikan sebagai kredibilitas yang menurut Hovland dan Weiss terdiri dari dua unsur yaitu
Expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya).
b. Tentang audience atau komunikan
Menurut pakar psikologi sosial yang bernama H.L. Hollingworth, pendengar (audience atau
komunikan) dapat digolongkan menjadi lima kelompok yang disebut sebagai: Pedestrian
Audience, Discussion an Passive Audience, Selected Audience, Concerted Audience, Organized
Audience. Masing-masing kelompok mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
Pedestrian Audience adalah pendengar temporer, seperti kelompok yang berada di pasar,
terminal, atau di alun-alun kota. Pendengar jenis ini hampir sama sekali tidak memiliki jenis
hubungan apapun dengan komunikator. Hal paling sulit yang dirasakan oleh komunikator adalah
menumbuhkan perhatian pendengar.
Discussion or Passive Audience adalah kelompok yang sudah memiliki perhatian terhadap
pendengar karena faktor peraturan atau perintah. Persoalan yang biasanya muncul adalah usaha
bagaimana untuk menciptakan ketertarikan. Kelompok ini misalnya adalah forum pengajian dan
sebagainya.
Selected Audience adalah kelompok yang memiliki persamaan tujuan sehingga pendengar jenis
ini sudah mempunyai perhatian dan ketertarikan yang sama. Bagi orator/komunikator adalah
tinggal memberikan kesan kepada pendengar untuk mengerti dan mengikuti maksud dan
tujuannya. Contoh kelompok Selected adalah peserta Training.
Concerted Audience merupaka kelompok yang memiliki kesamaan tujuan dan latar belakang.
Seperti mahasiswa Hukum kelas IA umpamanya, merupakan kelompok jenis ini. Langkah yang

perlu dilakukan oleh orator adalah meyakinkan pendengar.


Organized Audience sebagai kelompok yang memiliki kondisi-kondisi khusus, seperti aturan, job
discription, manajerial dan lain-lain. Kelompok pekerja di sebuah perusahaan misalnya,
merupakan contoh jenis audience ini. Orator/komunikator tinggal memberikan arahan, maka
mereka sudah akan langsung mengikuti, tanpa harus didorong dengan berbagai cara.
Merujuk pada Hollingworth di atas, terdapat lima teknik dasar dalam rangka melakukan persuasi
terhadap orang lain/audience, yaitu: attention, interest, impression, conviction, dan direction.
Apabila dibuat suatu bagan maka akan terlihat sebagai berikut:
Pedestrian Discussion or Passive Selected Concerted Organized
Attention
Interest interest
Impression Impression Impression
Conviction Conviction Conviction Conviction
Direction Direction Direction Direction Direction
c. Tujuan (secara umum) Rethorika.
Di atas telah disampaikan bahwa definisi rethorika adalah ilmu dan seni untuk mempersuasi
orang lain. Usaha persuasif tersebut sebetulnya untuk tujuan apa? Pada dasarnya tujuan rethorika
dapat dibagi menjadi 3(tiga) kategori besar, dimana masing-masing ketegori memiliki target
sendiri. Tujuan tersebut adalah to inform (memberitahu), to persuade (mengajak), dan to
entertain (menghibur).
Masing-masing tujuan memiliki target tertentu, seperti daftar berikut ini:
Tujuan Target
To Inform Clarity
Interest
Understanding
To Persuade Belief
Action
Stimulation
To Entertain Interest
Enjoyment
Humor

d. Teknik Penyampaian.
Terdapat empat teknik dasar dalam proses penyampaian pada kegiatan rethorika. Keempat teknik
tersebut adalah (1) by reading from the manuscript (2) by memorizing (3) by impromptu delivery
(4) by speaking extemporaneously.
1. by reading from the manuscript
pada prinsipnya orator menyampaikan gagasannya dengan cara membaca naskah. Hal ini
dilakukan oleh orator pemula atau karena materi yang memerlukan ketepatan data.
2. by memorizing
merupakan teknik penyampaian yang berdasrkan kekuatan ingatan. Materi seudah dikuasai
dengan baik sehingga orator mampu menyampaikan gagasan secara langsung.
3. by impromptu delivery
dapat juga disebut sebagai cara yang spontanitas. Apabila anda menghadiri undangan kemudian
diminta oleh tuan rumah untuk memberikan sambutan, dan anda tidak mempunyai persiapan,
maka anda menggunakan teknik impromptu.
4. by speaking extemporaneously
adalah teknik rethorika dengan cara membawa outline materi. Artinya teknik ini adalah
perpaduan antara teknik manuscript dan teknik memorizing.
e. Bahasa Sebagai Media
Bahasa merupakan media utama dalam rethorika. Bahasa merupakan alat komunikasi yang
berwujud code dan symbol. Arti dari bahasa tergantung dari beberapa aspek, antara lain adalah:
audience, situasi, konteks, waktu dan siapa yang berbicara. Bahasa dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu: verbal dan non verbal. Bahasa verbal adalah kata-kata atau kalimat yang disusun dan
disampaikan kepada orang lain sebagai tanda pengungkapan pikiran atau ide kita.
Bahasa non verbal adalah ungkapan komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat selain
tutur atau lisan. Bahasa non verbal dapat berupa:
1. Body Language (Kinesik): bahasa tubuh dapat berupa; posture, walking, face expression dan
gestures.
2. Paralanguage (suara dan artikulasinya): karakteristik suara meliputi; frekuensi, intonasi, diksi,
irama dan nada.
3. Object language (pakaian dan asesoris). Semua yang melekat dan berkaitan dengan diri kita
merupakan bahasa yang dibaca oleh orang-orang yang berhubungan dengan kita.

4. Ruang dan Jarak (proksemik): situasi dan suasana ruangan dimana kita tinggal dan jarak yang
kita ciptakan ketika berinteraksi dengan orang lain merupakan bahasa yang dapat dirasakan
maknanya.
5. Waktu (kronemik): waktu merupakan bahasa alam yang mempunyai karakter spesifik, seperti
pagi, siang, sore, malam dan fajar. Tiap-tiap waktu tersebut memiliki sifat dan memberi efek
tersendiri.
Ideologi Gerakan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Pengantar
Sebagai sebuah organisasi yang selalu berusaha mempelopori gerakan-gerakan organisasi
kepemudaan yang lain, Ikatan mahasiswa Muhammadiyah selalu berpijak pada sebuah sejarah
yang membuat IMM ini lahir, sebuah sejarah yang seharusnya selalu menjadi cambuk ketika
para kader Ikatan sudah mulai kehilangan kepeloporannya.
Sebuah idemtitas yang bisa membedakan IMM dari organisasi-organisasi lain di saat organisasiorganisasi kepemudaan yang lain mulai terperosok pada jerat kekuasaan dan politik vertical,
IMM tetap bersih dan selalu berusaha bersih.
Hand Out
Ketika situasi nasional mengarah pada demokrasi terpimpin yang penuh gejolak politik di tahun
1960-an, dan perkembangan dunia kemahasiswaan yang terkotak-kotak dalam bingkai politik
dengan meninggalkan arah pembinaan intelektual, beberapa tokoh angkatan muda
Muhammadiyah seperti Muhammad Djaman Alkindi, Rosyad Soleh, Amin Rais dan kawankawan memelopori berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Yogyakarta pada
tanggal 14 Maret 1964.
Sejak awal berdirinya, IMM sebagai ormas mahasiswa Islam terlahir dari kelompok sosial
keagamaan dengan identitas yang jelas. IMM terang-terangan mengusung nama
Muhammadiyah. Sebagai organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah sifat dan gerakan IMM
sama dengan Muhammadiyah yakni sebagai gerakan dakwah Islam amar maruf nahi mungkar.
Ide dasar gerakan IMM adalah; Pertama, Vision, yakni membangun tradisi intelektual dan
wacana pemikiran melalui intelectual enlightement (pencerahan intelektual) dan intelectual
enrichment (pengkayaan intelektual). Strategi pendekatan yang digunakan IMM ialah melalui

pemaksimalan potensi kesadaran dan penyadaran individu yang memungkinkan terciptanya


komunitas ilmiah.
Kedua, Value, ialah usaha untuk mempertajam hati nurani melalui penanaman nilai-nilai moral
agama sehingga terbangun pemikiran dan konseptual yang mendapatkan pembenaran dari Al
Quran. Ketiga, courage atau keberanian dalam melakukan aktualisasi program, misalnya dalam
melakukan advokasi terhadap permasalahan masyarakat dan keberpihakan ikatan dalam
pemberdayaan umat.
Pengertian Ideologi
Menurut Frans Magnis Suseno, ideologi merupakan keseluruhan sistem berfikir, nilai-nilai dan
sikap dasar rohaniah sebuah gerakan, kelompok sosial atau individu. Ideologi dapat dimengerti
sebagai suatu sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial, sejarahnya dan
proyeksinya ke masa depan. Dengan demikian, ideologi memiliki fungsi mempolakan,
mengkonsolidasikan dan menciptakan arti dalam tindakan masyarakat. Ideologi yang dianutlah
yang pada akhirnya akan sangat menentukan bagaimana seseorang atau sekelompok orang
memandang sebuah persoalan dan harus berbuat apa untuk mensikapi persoalan tersebut.
Ideologi dalam pengertian yang paling umum dan paling dangkal biasanya diartikan sebagai
istilah mengenai sistem nilai, ide, moralitas, interpretasi dunia dan lainnya. Menurut Antonio
Gramsci, ideologi lebih dari sekedar sistem ide. Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki
keabsahan yang bersifat psikologis. Artinya ideologi mengatur manusia dan memberikan
tempat bagi manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan
mereka dan sebagainya.
Secara sederhana, Franz Magnis Suseno mengemukakan tiga kategorisasi ideologi. Pertama,
ideologi dalam arti penuh atau disebut juga ideologi tertutup. Ideologi dalam arti penuh berisi
teori tentang hakekat realitas seluruhnya, yaitu merupakan sebuah teori metafisika. Kemudian
selanjutnya berisi teori tentang makna sejarah yang memuat tujuan dan norma-norma politik
sosial tentang bagaimana suatu masyarakat harus di tata. Ideologi dalam arti penuh melegitimasi
monopoli elit penguasa di atas masyarakat, isinya tidak boleh dipertanyakan lagi, bersifat
dogmatis dan apriori dalam arti ideologi itu tidak dapat dikembangkan berdasarkan pengalaman.
Salah satu ciri khas ideologi semacam ini adalah klaim atas kebenaran yang tidak boleh
diragukan dengan hak menuntut adanya ketaatan mutlak tanpa reserve. Dalam kaitan ini Franz
Magnis-Suseno mencontohkan ideologi Marxisme.

Dari beberapa fungsi tersebut, terlihat bahwa pengaruh ideologi terhadap perilaku kehidupan
sosial berkaitan erat. Memahami format sosial politik suatu masyarakat akan sulit dilakukan
tanpa lebih dahulu memahami ideologi yang ada dalam masyarakat tersebut. Dari sinilah terlihat
betapa ideologi merupakan perangkat mendasar dan merupakan salah satu unsur yang akan
mewarnai aktivitas sosial dan politik.
Pendekatan teologis, sebagai basis ideologi IMM
Pemikiran teologi dalam ideologi IMM bersumber dari ajaran aqidah yang dijelaskan dalam Al
Quran dengan inti kepercayaan pengesaan Tuhan (tauhid) dan pengakuan atas kerasulan
Muhammmad (Muhammad Rasulullah). Pemikiran teologi tentang Allah merupakan sebuah
keyakinan terhadap adanya realitas transedental yang tunggal dan menuntut adanya aplikasi
ketaatan pada tataran aksi. Oleh karenanya wujud nyata dari perilaku dan kepribadian kader
IMM merupakan cerminan yang tidak dapat dipisahkan dari landasan teologisnya.
IMM, sebagai underbow ormas Islam, tidak bisa lepas begitu saja dari pengaruh kultur yang ada
di Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan, tentu saja tidak bisa
lepas dari agama sebagai landasan teologis dalam berpikir, bertindak dan berinovasi. Aspek
teologis ini penting karena dari sinilah Muhammadiyah melancarkan purifikasi agama atau
pemurnian tauhid dari segala bentuk praktek keagamaan yang berbau takhayyul, bidah dan
khurafat. Dengan langkah ini sebenarnya Muhammadiyah ingin melangkah ke arah praksis, yaitu
memperbaharui pola pikir umat yang lebih membumi, tidak mistis dan metafisis semata. Pada
konteks historis, pemahaman teologis semacam ini sangat hidup dan dinamis di Muhammadiyah,
sehingga seringkali gebrakan kultural yang dilakukan Muhammadiyah cukup mengesankan.
Kita meyakini teologi yang melatari ideology IMM tidak berhenti pada tataran wacana,
melainkan membumi dalam bentuk praksis pembebasan. Mengutip Farid Esack, tokoh Islam
Afrika Selatan, menyatakan perlunya menggeser teologi eksklusif kearah teologi yang liberatif
terhadap kaum tertindas. Jalan Allah dan Rasul dijadikan poin niat transformasi mental karena
Allah dan Rasul merupakan jati diri eksistensial kemanusiaan. Dengan kata lain, Allah
merupakan poros yang menjadi substansi kebenaran dan Rasul adalah poros moralitas universal
yang pada poros itulah seluruh dimensi kemanusiaan kembali. Allah adalah kebenaran itu sendiri
yang personifikasi moralitasnya adalah Rasul. Dengan makna seperti ini, pemancangan niat itu
adalah pengakuan untuk turut merasakan dan terlibat dalam proses-proses substansialisasi
manifestasi nilai-nilai kemanusiaan yang liberatif-emansipatif dan menerjemahkan nilai menjadi

fakta sosial yang damai dan menyejukkan secara eksistensial.


Ideologi IMM
Upaya memahami ideologi gerakan IMM merupakan hal yang sangat penting. Apabila ditelisik,
persoalan ideologi merupakan pusat kajian ilmu sosial. Namun hingga kini, kajian tentang
ideologi khususnya dalam gerakan mahasiswa sangat minim. Maka, identitas ideology IMM
yang niscaya terefleksikan dalam praksis gerakan IMM perlu dikaji.
Dalam tataran konseptual sebenarnya IMM memiliki sebuah konsep yang komprehensif. Trilogi
Iman-Ilmu-Amal yang kemudian juga berkaitan dengan Trilogi lahan garapan KeagamaanKemasyarakatan-Kemahasiswaan dan juga trikompetensi kader Spiritualitas-IntelektualitasHumanitas memiliki konsep yang khas dibanding pola gerakan lain. Hal ini bisa dilihat dalam
struktur organisasi IMM yang ingin mengakomodasi semua realitas Mahasiswa : Bidang IPTEK
yang berorientasi pada Profesionalisme, Bidang Sosek yang berorientasi pada Gerakan Kongkrit
Pemihakan-Dakwah-Pemberdayaan dan Bidang Khikmah yang berorientasi pada peran IMM
sebagai organ intelektual kritis-etis-politis.
Dari asal katanya, kata intelek berasal dari kosa kata latin: Intellectus yang berarti pemahaman,
pengertian, kecerdasan. Sedangkan kata intelektual berarti suatu sifat cerdas, berakal, dan
berfikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Kata intelektual juga berkonotasi sebagai kaum
yang memiliki kecerdasan tinggi atau juga disebut kaum cendekiawan.
Dari pengertian istilah, intelektualisme adalah sebuah doktrin filsafat yang menitikbertkan
pengenalan (kognisi) melalui intelek serta secara metafisik memisahkannya dari pengetahuan
indra serapan. Intelektualisme berkerabat dengan rasionalisme. Dalam filsafat Yunani Purba,
penganut intelektualisme menyangkal kebenaran pengetahuan indra serta menganggap
pengetahuan intelektual sebagai kebenaran yang sungguh-sungguh. Di dalam filsafat modern,
intelektualisme menentang keberatsebelahan sensasionalisme yang hanya mengandalkan indra,
antara lain didukung oleh Rene Descartes (1596-1650), kaum Cartesian, serta sampai batas
tertentu oleh spinizisme. Pada masa kini, bercampur dan tambah dengan aliran agnitisme,
intelektualisme dibela positivisme logikal.
Dalam pembahasan tentang identitas Intelektual IMM, maka tidak terlepas dari konteks
Intelektual Islam. Bila dikaitkan dengan arti harfiah intelektualime di atas, maka bisa dikatakan
bahwa kata Intelektualime mirip dengan budaya berfikir yang dibangun oleh kaum Mutazillah
yan mewakili rasionalisme Islam.

Mutazillah sendiri adalah aliran rasionalisme dalam teologi Islam yang muncul sejak permulaan
abad ke-2 Hijriyah atau perempat abad pertama abad ke-8 Masehi. Pemikiran rasionalismenya
itu hanya terikat kepada Al Quran dan Hadist Mutawir, atau minimal hadist yang diriwayatkan
oleh 20 sanad. Pendiri aliran ini Washil bin Atha dan pendukungnya antara lain Abul Huzail al
Allaf, Ibrahim an Nazzam, Muammar ibnu abbad, Muhammad al-Jubbai dan al Jahiz. Dalam
paham mereka, Al-Quran adalah mahluk dan diungkapkan dalam huruf atau suara yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW pada waktu, tempat dan bahasa tertentu. Ayatayatnya yang menyebutkan tangan, wajah, mata Tuhan dan yang seperti itu hendaklah difahami
secara metaforis.
Selain itu menurut mereka Tuhan hanya berbuat baik danmesti berbuat demikian sebagai
kewajiban-Nya untuk kepentingan manusia. Ia tidak bisa dilihat dengan mata jasmani, bukan saja
di dunia, juga diakhirat. Manusia dalam pandangan mereka mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengetahui adanya Tuhan, mengetahui baik dan buruk serta mengetahui dengan akalnya
kewajiban untuk bersyukur kepada Tuhan dan mengamalkan kebaikan. Manusia memiliki
kemauan bebas dan kebebasan bertindak: dan terhadap kebebasannya itu Tuhan akan
mengadilinya nanti di akhirat.
Bila didasarkan pada pengertian harfiah tentang intelek atau intelektual yang berkaitan tentang
akal fikiran atau mentalitas berdasarkan kemauan berfikir Al Quran banyak membahas. Sebagai
contoh tentang akibat orang-orang bodoh. Pada Surat Al Anaam ayat 119. dijelaskan tentang
orang-orang yang melampaui batas kerena tidak berpengetahuan. Atau surat Al Anaam ayat 144
tentang relasi ketiadaan pengetahuan dengan kezaliman. Hal ini sejalan dengan pengakuan
keberadaan akal seperti pada Az Zumar ayat 91. dan kedudukan bagi orang yang berilmu seperti
ayat.
Dari istilah intelektual muslim (Islam) Dawam Raharjo mengartikan bahwa ke-intelektualan
adalah ekspresi dari ke-Islaman. Atau yang lebih jelas lagi, ke-Intelektualan adalah konsekuensi
dari ke-Islaman. Artinya, bahwa sikap, budaya, kompetensi (dan status) intelektual seorang
muslim adalah ekspresi dan konsekuensi dari deklarasi ke-Islaman muslim tersebut. Sehingga
tampak secara tegas perbedaan antara orang Islam yang intelektual dan non-Islam yang
intelektual. Ke-intelektualan seorang muslim adalah dikarenakan ke-Islamannya, sedangkan keintelektualan non muslim tidak berdasarkan ke-Islaman. Pengertian di atas hanya berdasarkan
sebab terjadinya suatu ke-intelektualan, sedangkan hasil kongkrit (materiil) dari suatu ke-

intelektualan non-muslim bisa saja lebih canggih atau lebih primitive.


Dari konsep intelektual Islam, terlebih dahulu perlu dikaji konsep Ulil Albab. Istilah Ulil Albab
di dalam Al Quran terdapat pada beberapa ayat. Salah satu ayat tertera pada Ayat ke 190-191
Surat Al Ali Imron.


( 190)


(191)

Sesungguhnya, dalam (proses) penciptaan langit dan bumi, dan (proses) pergantian malam dan
siang, adalah tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi ulil albab (orang-orang yang berfikir
[menggunakan intelek mereka]). Yaitu orang-orang yang berzikir (berlatih diri dalam mencapai
tingkat kesadaran akan kekuasaan Allah) dalam keadaan berdiri, duduk, dan dalam keadaan
terlentang, dan senantiasa berfikir tentang (proses) penciptaan langit dan bumi, (sehingga mereka
menyatakan) wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan semua ini dalam keadaan sia-sia.
Maha suci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka (QS 3: 190-191)
Dalam ayat Ali Imron 190-191, dinyatakan adanya aspek hasil pengamatan realitas (tanda-tanda
alam), dan aspek hasil interpretasi intrinsik (proses) sebagai hasil proses fikir dan zikir. Di dalam
konsep ini, kata ulil albab sebagai padanan arti Intelektual berarti ada kesinambungan antara
kemampuan berfikir, merenung dan membangun teori ilmiah dari realitas alam yang empiris
dengan metode induktif dan deduktifnya namun sekaligus mampu mempertajam analisisnya
dengan mengasah hati dan rasa melalui berzikir.
Dalam perkembangan kaitan antara fikir dan zikir ini Taufik Pasiak menyatakan bahwa kadang
kita salah mengartikan fikir sebagai kerja otak dan zikir sebagai kerja hati. Karena sesungguhnya
setelah adanya perkembangan dalam ilmu kedokteran dalam bidang neurologi kedua kerja
tersebut merupakan kerja otak dimana didalam organ otak ada organ yang berfungsi untuk
melakukan tugas berlogika (untuk kerja fikir) dan ada organ yang berfungsi untuk intuisi (kerja
zikir). Bahkan Taufiq Pasiak menyatakan bahwa sesungguhnya terjemahan kata qolb (qolbu)
adalah menunjuk organ otak juga. Perasaan di dada itu adalah karena aliran darah yang mengalir
tidak teratur di jantung, sehingga kadang orang menyebut bahwa qolb (terjemahan kata hati dari
kata inggris heart bukan liver) itu berada di dada. Jadi otak bukanlah hanya fikiran karena otak
tempat proses berfikir dan pengendali perasaan. Untuk pembahasan selanjutnya kata Ulil Albab
dianggap sama dengan kata Intelektual (Islam).

Epilog
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) telah mengukir sebuah sejarah yang tidak mungkin
mengelak dari konsep utama pendiriannya sebagai gerakan intelektual. Dalam realita
kemusliman, ke-Indonesiaan, ke-Muhammadiyahannya IMM memiliki sebuah dilema
kesejarahan yang menjadikan dirinya seakan inferior dibanding organ gerakan Mahasiwa lain di
Indonesia. Intelektualitas sebagai konsekuensi ke-Islaman seseorang memerlukan pemetaan
untuk membentuk jati diri yang lebih mantap. Dialektika identitas diri dari konsep Ulil Albab,
Intelektual-Intelegensia, hingga Intelektual Organik perlu direlasikan dengan idealisme dakwah
Islam, profesionalisme kader dan pemihakan. Sehingga peran kesejarahan IMM akan mantap
khususnya dalam proses melakukan perkaderan demi tersedianya kader Bangsa, Ummat dan
Persyarikatan.
Sejarah dan Identitas
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Pengantar
Sebagai sebuah organisasi yang selalu berusaha mempelopori gerakan-gerakan organisasi
kepemudaan yang lain, Ikatan mahasiswa Muhammadiyah selalu berpijak pada sebuah sejarah
yang membuat IMM ini lahir, sebuah sejarah yang seharusnya selalu menjadi cambuk ketika
para kader Ikatan sudah mulai kehilangan kepeloporannya.
Sebuah idemtitas yang bisa membedakan IMM dari organisasi-organisasi lain di saat organisasiorganisasi kepemudaan yang lain mulai terperosok pada jerat kekuasaan dan politik vertical,
IMM tetap bersih dan selalu berusaha bersih.
Sejarah Berdirinya IMM
Pada tahun 60-an secara komparatif mahasiswa merupakan tokoh-tokoh elit dari kalangan para
intelektual. Tetapi setelah terjadinya bom sarjana pada tahun 70-an dan pada awal 80-an,
mahasiswa tak lagi memiliki predikat yang istimewa. Salah satunya adalah IMM, dimana
organisasi ini didirikan oleh salah seorang tokoh bernama Drs. Moh. Djasman Al-Kindi ketua
pertama IMM atas restu Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang diketuai oleh H.A. Badawi.
Pada dasarnya IMM didirikan atas dua faktor integral, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal bersumber dari kondisi Muhammadiyah sendiri, sedangkan aspek eksternal disebabkan
kondisi di luar Muhammadiyah, yaitu realitas umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.

1. Faktor Internal
Aspek internal kelahiran IMM lebih dominan pada idealisme untuk mengembangkan ideologi
Muhammadiyah, yaitu faham dan cita-cita Muhammadiyah. Pada awalnya dalam gerakan
dakwahnya, Muhammadiyah telah memiliki organisasi otonom (ortom) seperti Pemuda
Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah yang dianggap cukup mampu menampung mahasiswa
dan putra-putri Muhammadiyah untuk melaksanakan aktivitas keilmuan, keagamaan dan
kemasyarakatan. Namun pada Muktamar Muhammadiyah ke-25 di Jakarta tahun 1936,
dihembuskan cita-cita untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah sekaligus agar mampu
menghimpun mahasiswa Muhammadiyah dalam sebuah wadah organisasi otonom. Namun ciacita itu lama terendapkan seiring dengan sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia, sampai
dirintisnya Fakultas Hukum dan Filsafat PTM di Padang Panjang tahun 1955 dan Fakultas
Pendidikan Guru di Jakarta tahun 1958.
Sementara Pemuda Muhammadiyah sendiri dalam Muktamar Muhammadiyah tahun 1956
menginginkan untuk menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah menjadi organisasi
terpisah dari pemuda Muhammadiyah. Langkah selanjutnya dalam Konferensi Pimpinan daerah
(KOPINDA) Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia di Surakarta, akhirnya diputuskan untuk
mendirikan Ikatan Pelajar Mahasiswa (IPM), dimana mahasiswa Muhammadiyah tergabung di
dalamnya. Pasca lahirnya beberapa PTM pada akhir tahun 1950-an mendorong semakin kuatnya
keinginan untuk mendirikan organisasi mahasiswa Muhammadiyah.
Berdasarkan pada hasil Muktamar I Pemuda Muhammadiyah 1956 dan diadakannya kongres
mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta (atas inisiatif mahasiswa dari Malang, Yogyakarta,
Bandung, Surabaya, Makassar, dan Jakarta) menjelang Muktamar Muhammadiyah tahun 1962,
yang merekomendasikan dilepaskannya departemen kemahasiswaan dari Pemuda
Muhammadiyah. Sebagai tindak lanjut, dibentuk kelompok Dakwah Mahasiswa yang
dikoordinir oleh Ir. Margono, dr. Sudibyo Markus, dan Drs. Rosyad Saleh. Ide pembentukan ini
berasal dari Drs. Moh. Jazman Al-Kindi yang saat itu menjadi sekretaris PP Pemuda
Muhammadiyah pada tanggal 14 Maret 1964 atau 29 Syawal 1384 H.
2. Faktor Eksternal
Realitas sejarah sebelum kelahiran IMM bahwa hampir sebagian besar putra-putri
Muhammadiyah dikader oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dan HMI secara organisasi

ikut dibesarkan dan didanai oleh Muhammadiyah dalam aktivitasnya. Ada apa antara
Muhammadiyah dan HMI sebenarnya? HMI adalah organisasi mahasiswa underbow Masyumi
(untuk pelajar-PII). Sementara Masyumi memiliki hubungan kultural dengan Muhammadiyah,
karena Muhammadiyah dalam pemilu 1955 mendukung Masyumi (bukan seperti NU yang
menjadi partai politik).
Pergolakan organisasi kemahasiswaan antara tahun 1950 s/d 1965 membawa perubahan peta
pergerakan organisasi kemahasiswaan. Seiring dengan semakin dominannya PKI dalam
percaturan politik mendekati tahun 1965. HMI yang identik dengan Masyumi menjadi sasaran
politik pemberangusan lawan politiknya, PKI. Sehingga muncul desakan untuk membubarkan
HMI atas dorongan PKI yang dekat dengan Presiden Soekarno. Kondisi itu merupakan sinyal
bahaya bagi eksponen mahasiswa Muhammadiyah. Dibutuhkan organisasi alternatif untuk
menyelamatkan kader-kader Muhammadiyah yang ada di HMI. Tapi kita tidak hanya melihat ini
sebagai unsur keterpaksaan semata, melainkan unsur-unsur lain yang menjadi keharusan sejarah.
IMM dalam Sejarah Pergerakan Mahasiswa Indonesia
IMM merupakan kekuatan besar dalam setiap momentum perjuangan Mahasiswa Indonesia,
disamping HMI, PMII, PMKRI, GMNI, dll. Perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang unik
menempatkan mahasiswa pada posisi istimewa sebagai pendobrak kemapanan sistem kekuasaan
melalui berbagai fase bersejarah gerakan mahasiswa Indonesia. Mulai periode 1966, 1974 dan
1978, dan 1998 sampai 2002. IMM pada periode ini pun banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa
seperti Dr. Jasman Al-Kindi, Prof. Dr. Amien Rais, Dr. Sudibyo Markus, Dr. yahya Muhaimin,
Dr. Bambang Sudibyo, Prof. Dr. Dien Syamsudin, hingga tokoh-tokoh muda yang ada di
parlemen, birokrasi, parpol, akademisi dan lembaga-lembaga lain.
IMM lahir bukan dengan ciri gerakan aksi seperti KAMMI atau gerakan politik vertical seperti
HMI. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sejak kelahirannya mendeklarasikan diri sebagai
gerakan intelektual sekaligus gerakan sosial politik, dengan semboyan unggul dalam
intelektualitas, anggun dalam moralitas. Sehingga ciri ini menempatkan IMM pada posisi yang
agak jauh dari pergumulan kekuasaan orde baru yang berakhir dengan reformasi 1998. Ketika
organisasi kemahasiswaan lain sibuk dengan cuci gudang pasca 1998, IMM masih tetap steril
dari generasi laten orde baru.
Saat ini dan ke depan, keberadaan IMM akan semakin penting dan kian dihargai dalam
pergumulan realitas kebangsaan, baik politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun dalam dunia

keilmuan. Terbukti IMM merupakan organisasi kemahasiswaan dengan jaringan terluas yang ada
di 172 cabang di seluruh Indonesia. Secara historis posisi IMM diuntungkan dengan bersihnya
IMM dari konspirasi politik orde baru yang penuh korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang
telah melibatkan banyak elemen kemahasiswaan lain. Sementara IMM tetap konsisten dengan
gerakan moral & intelektual, sebuah citra dan modal yang sangat berharga bagi perjalanan IMM
ke depan.
Identitas IMM
IMM merupakan organisasi kader di lingkungan Muhammadiyah, seperti juga organisasi
mahasiswa lainnya, identitas merupakan cirri khas yang membedakan dengan lainnya,
(ideintiatas IMM) yaitu:
IMM adalah organisasi kader
IMM merupakan organisasi kaderisasi yang bergerak dibidang keagamaan, kemahasiswaan, dan
kemasyarakatan dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
IMM sebagai Ortom Muhammadiyah
IMM merupakan organisasi otonom Muhammadiyah, menjiwai semangat Muhammadiyah
sebagai gerakan dakwah khususnya di tengah-tengah mahasiswa, yaitu menegakkan Amar
Maruf Nahi Munkar, sebagai mana yang tertuang dalam ayat 104 surat Ali Imron yang berbunyi
:
dan hendaklah diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada keutamaan, menyuruh
kepada yang baik (maruf) dan mencegah yang buruk (munkar), merekalahorang-orang yang
menang (falah)
IMM sebagai gerakan Religius & Intelektual
Aktualisasi yang dilakukan merupakan proses integrasi dari nilai-nilai religius dan ilmiah,
artinya pola gerakan yang dibangun senantiasa mengedepankan wacana dzikir dan fikir.
Setiap kader IMM harus mencirikan:
1. Tertib dalam ibadah sebagai wujud ke-taqwa-an
2. Tekun dalam mengkaji dan mengamalkan ilmu
3. Konsisten dalam perjuangan keagamaan dan kemasyarakatan
Dan dalam memegang teguh identitas, Ikatan mahasiswa Muhammadiyah di setiap gerak
perjuangannya telah meletakkan beberapa dasar falsafah:
1. Semua amal gerak harus diabadikan untuk Allah.SWT semata

2. Keikhlasan menjadi landasannya


3. Ridho Allah harus menjadi ghoyah terakhir, karena tanpa ridho-Nya tidak akan pernah ada
hasilyang akan dicapai
4. Tenaga praksis (power of action) sangatlah menentukan, karena nasib kita akan sangat
tergantung pada usaha dan perbuatan kita sendiri.
Misi & Visi IMM
Seperti yang dirumuskan dalam AD IMM, tujuan didirikannya IMM adalah: Mengusahakan
terbentuknya akademisi muslim yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan
Muhammadiyah. Tujuan ini kemudian dijabarkan dalam bentuk misi yang wajib diemban oleh
setiap kader ikatan yang terdiri dari misi keagamaan, keintelektualan, dan kemasyarakatan.
Visi adalah seperangkat pengetahuan yang diyakini kebenarannya yang akan memberi arahan
tujuan yang akan dicapai sekaligus memberi arahan proses untuk mencapai tujuan. Dalam
konseptualisasi gerakan ini visi yang dicita-citakan harus senantiasa terpelihara secara kokoh di
dalam state of mine kader-kader persyarikatan yang dibina oleh Ikatan sebagai bentuk
pelestarian dokrin dan loyalitas kelembagaan. Dengan demikian integrasi dari misi dan visi
ikatan ini menjadi mainstream yang secara komunalitas akan membingkai kader-kader Ikatan
dalam satu kerangka keseragaman paradigmatik atau pola pikir yang dikembangkan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah.
Misi dan Visi gerakan IMM tertuang dalam Tri Cita Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah :
Keagamaan (religiusitas)
Sebagai organisasi kader yang berintikan nilai-nilai religiusitas, IMM senantiasa memberikan
pembaruan keagamaan menyangkut pemahaman pemikiran dan realisasinya, dengan kata lain
menolak kejumudan. Menjadikan Islam dalam setiap proses sebagai idealitas sekaligus jiwa yang
menggerakkan. Motto indah yang harus diaktualisasikan adalah :
Dari Islam kita berangkat (landasan & semangat) dan kepada islam lah kita berproses (sebagai
cita-cita)
Keintelektualan (Intelektualitas)
Dalam tataran intelektual IMM berproses untuk menjadi centre of excellent, pusat-pusat
keunggulan terutama sisi intelektual. Organisasi ini diharapkan mampu menjadi sumber ide-ide
segar pembaharuan. Sebagai kelompok intelektual, kader IMM harus berpikir universal tanpa
sekat eksklusivisme. Produk-produk pemikirannya tidak bernuansa kepentingan kelompok dan

harus bisa menjadi rahmat untuk semua umat.


Kemasyarakatan (humanitas)
Perubahan tidak dapat terwujud hanya dengan segudang konsepsi. Yang tak kalah pentingnya
adalah perjuangan untuk mewujudkan idealitas (manifestasi gerakan). Kader IMM harus
senantiasa berorientasi objektif, agar idealitas dapat diwujudkan dalam realitas. Namun perlu
dicatat, membangun peradaban tidak dapat dilakukan sendirian (eksclusif), dalam arti kita harus
menerima dialog dan bekerjasama dengan kekuatan lain dalam perjuangan.
Profil Kader IMM
Tiga kompetensi dasar di atas harus terinternalisasi melalui proses dan kultur IMM. Indikasi dari
terpenuhinya kemampuan-kemampuan tersebut dapat dinilai dari 3 kadar indikator, yaitu:
1) Kompetensi Dasar Keagamaan
Akidah yang terimplementasi.
Tertib dalam ibadah.
Menggembirakan dakwah Islam amar maruf nahi mungkar.
Akhlaqul karimah.
2) Kompetensi Dasar Keintelektualan
Kemampuan bersikap rasional dan logis.
Ketekunan dalam kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengembangan kemampuan manajerial.
Terbuka terhadap pandangan baru.
Memiliki tanggung jawab sosial dengan mengembangkan kesadaran ilmiah.
3) Kompetensi dasar Humanis atau Kerakyatan
Agamis dan senantiasa setia terhadap keyakinan dan cita-cita.
Rasa solidaritas sosial.
Sikap kepemimpinan sosial dan kepeloporan.
Bersikap kritis terhadap diri dan lingkungan.
Kedewasaan sikap yang tercermin dari kedalaman wawasan.
Berpribadi Muhammadiyah.
TEKNIK PERSIDANGAN

Dalam Negara yang menganut asas demokrasi, istiah mufakat akan selalu muncul disetiap
engambilan keputusan. Mufakat berarti sesuatu yang dihasilkan melalui jalan musyawarah.
Dalam musyawarah juga dikenal namanya siding, dan disini kita akan belajar tekhnik-tekhnik
persidangan.
1. Bentuk-nemtuk sidang.
Dilihat dari bentuk pelaksanaan sidang. Maka sidang dapat dibedakan menurut.
1. Sidang Pleno.
Sidang yang dihadiri oleh seluruh komponen sidang yang ada pada suatu forum.
2. Sidang komisi
Sidang kelompok yang dilaksanakan dengan membagi peserta sidang dalam beberapa bagian
dengan tempat berbeda dan pembahasan yang berbeda pula.
3. Sidang sub komisi.
Sidang kelompok yang dilaksanakan dengan membagi kelompok komisi menjadi beberapa
bagian lagi sesuai kebutuhan, mungkin dengan pertimbangan banyaknya pemasalahan yang
harus dibahas, sehingga lebih ringan dan cepat jika dibagi. Dilihat dari bentuknya.
1. Sidang mengikat
Sidang yang dilaksanakan sesuai dengan suatu agenda dan peserta sidang adalah orang-orang
yang mempunyai hak untuk ikut sidang. Dan biasanya sidang ini bersifat tetutup.
2. Sidang yang tidak mengikat,
A). Debat.
Adalah pertemuan yang membicangkan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa komponen,
yang saling berbeda pendapat dengan argument yang dilontarkan dengan maksud untuk mencari
penyelesaian.
B). DIskusi Panel
Suatu pertemuan yang membahas suatu permasalahan yang diikuti oleh para narasumber dari
keahlian yang berbeda
C). Seminar
Suatu pertemuan yang membahas permasalah yang terfokus dan terarah dengan menghadirkan
beberapa pakar dibidangnya.
D). Lokakarya
Suatu pertemuan yang dihardiri beberapa kelompok dan pemateri dan disertai langsung

praktek/Pelatihan.
2.Komponen-komponan sidang.
1). Presidum Sidang (nggih puniko) Orang yang memimpin jalannya persidangan Hak dan
Kewajiban Presidium Sidang: menghantarkan sidang, mengatur dan mengontrol jalannya sidang,
dan mengesahkan hasil persidangan.
2). Peserta Sidang = semua para undangan peserta sidang.
a. Utusan
yang mempunyai hak suara dan hak bicara dalam persidangan, hak bicara peserta sidang
diperbolehkan berargument, berpendapat dengan seijin presidium sidang.
b. Peninjau
yang hanya punya hak Bicara, yang sudah tentu tercantum dalam peserta undangan dan di
ijinkan dengan seijin Presidium Sidang.
c). Kepanitiaan
dibagi 2 menjadi =
1). Organization commite (OC) katrok kalo ndak bisa mbaca.
Kepanitiaan yang bertyanggung jawab terhadap operasional dan logistic persidangan, perijinan,
konsumsi, pengadaan materi dan lain-lain yang diperlukan dalam persidangan.
2). Steering Commite (SC)
Kepanitiaan yang bertanggung jawab terhadap materi-materi, rancangan agenda sidang yang
akan dibahas, pengaturan peserta, yang mengikuti persidangan atau dapat juga yang dikatakan
sebagai penyedia perangkat lunak (bukan software) seperti rancangan tata tertib, surat keputusan.
3.Istilah dalam Persidangan
Dalam persidangan istilah untuk member masukan , pendapat, argument, gugatan, interupsi, ijin,
dll. Haruslah disampaikan melalui presidium sidang.. adapun istilah-istilahnya adalah..
1). Interuption Point of ORDER
Digunakan untuk memberikan masukan yang berupa ide, gugatan, ketidak puasan, ketidak
setujuan, ataupun solusi. Interupsi ini bersifat memerintah.
2). Interuption Point of INFORMATION.
Digunakan apabila peserta bermaksud memberi informasi karena mengetahui ataupun bertanya
karena tidak mengetahui kepada presidium sidang.
3). Interuption Point of CLARIFICATION

Digunakan apabila peserta ataun pemimpin sidang bermaksud menjelaskan kembali pokok
permasalahan, sehingga tidak ada kesalah pahaman antara semua peserta sidang berikut
Pemimpin sidang.
4). Interuption Point of JUSTIFICATION
Digunakan untuk menyutujui/menyepakati pendapat yang sudah diusulkan sebelumnya.
5). Interuption Point of PREVILAGE
Digunakan untuk pernyataan sikap ego peserta, ataupun keberatan peserta sidang terhadap
peserta sidang yang lain yang dianggap melecehkan.merendahkan menghina harga diri
pserta lain atau peserta meminta izin kepada presidium sidang yang berkenan dengan
kepentingan pribadi.
(bagi presidium sidang, urutan-urutan diatas sudah merupakan urutan prioritas apabila peserta
sidang dalam waktu yang bersamaan mengajukan interupsi.)
4). Proses Pengambilan Keputusan.
Dalam sidang ada tiga mekanisme dalam pengambilan keputusan:
a. Kesepakatan
Bila Forum mempunyai pemikiran dan pendapat yang sama dalam mmbahas suatu hal. Tapi jika
tidak terjadi kesepakatan final maka dilakukan Lobbiying.
b. Lobbiying
Ada dua pihak atau lebih yang berbeda pendapat dan keinginan untuk mencapai suatu
kesepakata, atau disebut juga tawar menawar. Dan bila tidak terjadi kesepakatan pula maka
dilakukan Votting.
c. Votting.
adalah proses pengambilan suarau terbanyak jika masih belum juga mencapai kesepakatan
maka presedium sidang berhak melakukan penundaan.
5) Etika Persidangan.
a). Luruskan Niat Karena Allah
b). menjunjung tinggi dan Menghormati Forum
c). menjaga sikap objektif
d). sopan dalam mengutarakan
e) menghargai Pendapat orang lain
f) Lugas

Contoh Draf Persidangan


Draf Pemilihan Formatur Panitia Musyawarah Komisariat BBM (Baru Bisa
Mimpi) 2018
Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
1. Yang disebut Formatur adalah mereka yang berhak menentukan Komposisi Kepanitiaan
Musyawarah Komisariat BBM
2. Panitia Musyawarah Komisariat BBM adalah semua peserta yang telah mengikuti dan
dinyatakan lulus DAD yang diadakan oleh Pimpinan Cabang
Bab II
Keputusan Sidang
Pasal 2
1. Setiap Keputusan diambil dengan cara Musyawarah untuk mufakat.
2. Apabila Point pertama tidak tercapai, maka kekputusan diambil dengan cara lobbiying.
3. Dan apabila cara kedua tidak terpenuhi maka keputusan diambil dengan pingsut..
Bab III
Peserta Sidang
Pasal 3
1. Peserta sidang adalah anggota IMM yang ttelah mengikuti DAD.
2. Semua Anggota dan Pengurus IMM Musyawarah Komisariat BBM
3. Semua simpatisan dan peminat IMM.
Pasal4
Hak dan Kewajiban Peserta Sidang
1. Peserta memiliki Hak Suara dan hak bicara.
2. Dalam menggunakan haknya, peserta harus melalui presidium sidang.
3. Peserta Wajib datang 15 Menit sebelum sidang dimulai
4. Peserta Perempuan berkewajiban menyiapkan Konsumsi.
5. Peserta laki-laki berkewajiban dalam hal perlengkapan.
6. Peserta sidang harus mengikuti jalannya sidang sampai selesai.

Bab IV
Syarat-syarat Formatur.
Pasal 6
1. Syarat Umum.
a. Telah atau sedang mengikuti Pengkaderan DAD.
b. Setia, pada asaz, tujuan dan perjuangan organisasi.
c. Memiliki pemahaman Ke-ber-Agamaan yang bagus
d. Memiliki prestasi yang dibanggakan
e. Sehat jasmani Rohani
f. Cakep dan tampan.
2. Syarat Khusus.
a. Calon formatur minimal semester 4 dan maksimal semester 8.
b. IPK minimal 3.0
c. Mampu membaca Al-Quran Secara benar.
d. Punya pendukung.
3. Calon formatur dinyatakan syah bila didukung minimal 10 suara dan menyatakan
kesediaannya di depan forum, serta menyampaikan pandangan umum di
kepanitiaan Musyawarah Komisariat BBM.
Bab VI
Pemilihan
Pasal 7
Pemilihan Formatur dilakukan secara Langsung, umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan adil
serta diselenggarakan dengan meriah.
Bab VII
Tata cara Pemilihan Formatur
Pasal 8
1. Setiap peserta sidang berhak memilih satu orang calon formatur yang sudah
dinyatakan syah.
2. Formatur yang memperoleh suara terbanyak adalah sebagai ketua formatur.
3. Ketua formatur terpilih diharuskan mandi janabat/mandi besar sebelum
pelantikannya.

Bab VIII T
ugas Formatur
Pasal 9
1. Menyusun dan membentuk kepanitiaan Musyawarah Komisariat BBM
2. Memimpin sidang Formatur.
3. Menyediakan keperluan seluruh anggota Musyawarah Komisariat BBM.
4. Mengumumkan hasil rapan didepan Umum.
Bab IX
Penutup pasal 10
Segala sesuatu yang belum diatur ,ditetapkan kemudian.
Ditetapkan tanggal :
Pukul :
Bertempat di :
Presidium sidang I : Presidium sidang II : Presidium sidang III
() () ()
MARS IMM
Lagu : Mursjid
Syair : M. Diponegoro
Ayolah Ayo-ayo
Derap derukan langkah
Dan kibar geleparkan panji-panji
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Sejarah Ummat Telah Menuntut Bukti
Ingatlah Ingat-Ingat
Niat tlah di ikrarkan
Kitalah cendekiawan berpribadi
Susila cakap taqwa kepada Tuhan
Pewaris Tampukpimpinan ummat nanti
Immawan dan Immawati
Siswa tauladan Putra harapan
Penyambung Hidup generasi

Ummat Islam seribu zaman


Pendukung cita-cita luhur
Negri indah adil dan makmur
MARS
MUHAMMADIYAH
Am
Sang surya telah bersinar
A Dm
Syahadat dua melingkar
F Am
Warna yang hijau berseri
Em Am
Membuatku rela hati
Ya Allah Tuhan Ribbiku
Muhammad junjunganku
Al Islam agamaku
Muhammadiyah gerakanku
Reff : Am
Ditimur fajar cerah gemerlapan
A Dm
Mengusir kabut hitam
GFG
Menggugah kaum muslimin
F G Am
Tinggalkan peraduan
Lihatlah matahari telah tinggi
Diufuk timur sana
Seruan Illahi Robbi
Samina waathona
About these ads

Related
Konsep Pasca DADIn "perkaderan"
Artikel Hakekat ISLAMIn "Dakwah islamiyah"
ideologi gerakan IMMIn "hikmah wacana"
April 15, 2009
Categories: perkaderan . . Author: aripsambi
Leave a comment
No comments yet.
Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a Reply

KOMISI KADERISASI Konsep Pasca DAD

Categories
o

Categories

Dakwah islamiyah

hikmah wacana

keilmuan

keorganisasian

perkaderan

sosial ekonomi

Uncategorized

Archives
o

April 2009

Blogroll
o

Blog at WordPress.com.

Blog at WordPress.com.

Calendar
o

April 2009
M T W T F S S

6
13
20
27

1 2 3 4 5
7 8 9 10 11 12
14 15 16 17 18 19
21 22 23 24 25 26
28 29 30

Search
o

The Neo-Sapien Theme.

Blog at WordPress.com.

Follow

Follow IMM JEMBER


Get every new post delivered to your Inbox.
Build a website with WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai