Anda di halaman 1dari 10

PAPER

PERKEMBANGAN KOPERASI DI ASIA

TRYASA MUKTI PUSPITASARI


NIM : 17414572

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2018
PERKEMBANGAN KOPERASI DI ASIA
Koperasi merupakan lembaga keuangan yang kita kenal sampai saat ini. Koperasi
telah berkembang hampir di seluruh dunia. Koperasi pertama kali ditemukan di Inggris oleh
Robert Owen. Tentunya koperasi berkembang terus menyebar di seluruh dunia. Tentunya di
Asia juga telah lahir lembaga keuangan koperasi. Berikut beberapa perkembangan koperasi di
negara Asia :

1. KOPERASI DI JEPANG
Kelahiran Koperasi di Jepang mulai muncul ketika perekonomian uang mulai dikenal
oleh masyarakat pedalaman. Gerakan Koperasi pertanian mengalami kemajuan yang
sangat pesat sejak tahun 1930-an, khususnya ketika penduduk Jepanng menghadapi
krisis ekonomi yang melanda dunia dalam periode 1933. Di Jepang ada dua bentuk
Koperasi pertania. Yang pertama disebut Koperasi Pertanian Umum. Koperasi ini
bekerja atas dasar serba usaha, misalnya menyelenggarakan usaha pemasaran hasil
pertanian, menyediakan kredit untuk usaha perasuransian, pemberian bimbingan dan
penyuluhan pertanian bagi usaha tani. Bentuk Koperasi yang lain disebut Koperasi
Khusus. Koperasi ini hanya menyelenggarakan satu jenis usaha seperti Koperasi buah,
Koperasi daging ternak, Koperasi bunga-bungaan dan sebagainya. Pada umumnya
Koperasi- koperasi pertanian di Jepang menyelenggarakan bentuk usaha Koperasi yang
pertama. Perlu ditambahakan, Koperasi-koperasi yang menyelenggarakan kegiatan serba
usaha juga tergabung dalam sebuah Koperasi Induk yang bernama Gabungan
Perkumpulan Koperasi Pertanian Nasional (Zenkoku Nogyo Kyodokumiai Chuokai).
Titik berat kegiatan Koperasi Gabungan atau ZEN-Noh ini adalah penyaluran sarana
produksi dan pemasaran hasil pertanian. Selain itu di Jepang juga terdapat Induk
Koperasi Asuransi Bersama, Induk Koperasi Perbankan untuk pertanian-kehutanan dan
pusat asosiasi penerbitan.
Koperasi pertama di Negeri Sakura dilahirkan pada 1897, tetapi baru pada 1920-an
gerakan koperasi-koperasi mulai mengorganisir dengan skala yang lebih besar.
Bersamaan dengan pelaksanaan Undang-Undang Industri dan Kerajinan. Dalam
perkembangannya, koperasi di Jepang berkembang tidak hanya di bidang industri dan
kerajinan, tetapi di sektor pertanian juga mengalami perkembangan yang pesat di awal-
awal pertumbuhannya. Ada dua macam koperasi pertanian di Jepang. Pertama adalah
yang bersifat khusus, hanya mengembangkan satu macam komoditas. Dan kedua adalah
bersifat umum, yaitu yang bersifat serba usaha.
Setelah terbit Undang-Undang Koperasi Pertanian pada tahun 1974, koperasi
pertanian, koperasi konsumsi dan bank koperasi semakin tumbuh dengan pesat dan
menjadi andalan koperasi di Jepang. Di Jepang, koperasi konsumen mampu tumbuh 20
persen per tahun. Sejak awal, mereka menyediakan barang-barang yang sehat dan
memuaskan konsumen. Motto bisnisnya: Untuk Perdamaian dan Suatu Kehidupan yang
Lebih Baik. Lalu pada 1921 Koperasi Nada dan Koperasi Kobe didirikan di bawah
kepemimpinan Toyohiko Kagawa, Bapak Gerakan Koperasi Konsumen. Kedua badan
usaha ini bergabung atau amalgamasi menjadi Koperasi Nada Kobe koperasi di tahun
1962. Kemudian berubah nama lagi menjadi Koperasi Kobe pada 1991. Seiring
perkembangannya, kedua koperasi menjadi kekuatan yang mengemudikan koperasi di
Jepang.
Menurut Kagawa, tujuan pergerakan koperasi di Jepang terutama demi memperbaiki
kondisi kehidupan masyarakat miskin. Caranya, ia menganjurkan tujuh berkoperasi.
Pertama, pembagian keuntungan yang saling menguntungkan. Kedua, perekonomian
yang manusiawi. Ketiga, pembagian modal. Keempat, pembatasan eksploitasi. Kelima,
desentralisasi kekuasaan. Keenam, kenetralan politik. Ketujuh, menekankan segi
pendidikan.
Penyebaran koperasi yang ideal, menurut Kagawa adalah menolong orang merancang
kebangkitan dirinya. Sayangnya, pemerintahan militer semasa Perang Dunia II di Negeri
Para Samurai ini menentang koperasi. Akibatnya, koperasi bubar dan menghilang pada
jaman itu. Setelah Perang Dunia II, sejumlah pergerakan koperasi yang dirusak selama
peperangan, memperbaiki diri. Banyak koperasi membuka kegiatan distribusi makanan
ransum atau jatah. Sebab, kala itu memang terjadi kelangkaan serius hampir semua
barang.
Kemudian pada 1948, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Koperasi Konsumen.
Perkembangan berikutnya, pada 1951 didirikan Gabungan Koperasi Konsumen Jepang
(Japanese Consumers’ Co-operative Union, JCCU), yang merupakan peletak dasar dan
pendorong kemajuan koperasi. Presiden JCCU Isao Takamura menjelaskan, seiring
kebangkitan ekonomi Jepang era 1950-an, sejumlah kebijakan mereorganisasi koperasi
pun sering didiskusikan. Tema yang mendominasi diskusi, antara lain meliputi aspriasi
atau kepentingan ekonomi para anggota. Juga sekitar manajemen bisnis koperasi.
Muncul gagasan agar koperasi mendasarkan pada kelompok kecil yang beranggota 5
sampai 10 orang. Cara ini memungkinkan para anggota bertukar pikiran intensif. Baik
melalui aktifitas jual beli bersama, saling menolong dan mempromosikan koperasi
mereka.
Di saat yang sama, pada kurun 1960 dan 1970-an, Jepang menikmati pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Bahkan, cenderung tak terkendali. Buktinya, banyak problem yang
menyerang konsumen. Misalnya, bahan pengawet dipakai membuat makanan yang
diproduksi secara massal dan membahayakan kesehatan orang. Dengan cerdas, koperasi
memanfaatkan situasi ini. Koperasi berupaya menyuplai produk alternatif dengan
jaminan keselamatan dan makanan yang dapat diandalkan.
Kemudian datang krisis minyak di tahun 1973. Dampaknya, kelangkaan komoditi dan
harga barang tiba-tiba meroket. Lagi-lagi di tengah kondisi sulit ini, koperasi memasok
barang dengan harga logis kepada anggota. Manfatnya, para anggota semakin
mempercayai koperasi. Pada gilirannya jumlah keanggotaan dan pertumbuhan koperasi
menjamur luar biasa. Sayangnya, kemudian muncul tindakan anti koperasi dari
segolongan kecil pedagang ritel (minor retailer). Kondisinya, di tahun 1980-an Jepang
tengah berada pada pertumbuhan yang menguntungkan. Sebetulnya, para pedagang ritel
itu sulit bersaing melawan peritel besar.
Koperasi pun terkena getah. Para pedagang ritel sampai mengusulkan kepada
pemerintah untuk mencegah pembukaan toko-toko koperasi. Mereka juga menuntut
pemerintah menjalankan Undang-Undang Koperasi Konsumen yang melarang
penggunaan koperasi oleh bukan anggota. Pemerintah menanggapi dengan
mengorganisasi satu panitia khusus dan mendiskusikan aktifitas yang tepat untuk
koperasi. Keputusannya, koperasi sudah beroperasi sesuai kepentingan konsumen
maupun Undang-undang Koperasi Konsumen. Jadi penyebab kesulitan keuangan para
pengecer kecil, bukan karena koperasi.
Koperasi mengatasi kesulitan satu demi satu, dan sekarang mempunyai anggota
sejulah 14 juta orang. Jumlah koperasi retail local, kurang lebih 9 juta. Artinya, mewakili
20 % dari seluruh tempat tinggal di Jepang. Sementara penjualan tahunan koperasi
senilai 52,7 miliar Dolar AS. Mudah dipahami, perkembangan koperasi di Negeri
Matahari Terbit ini makin mengesankan. Lahir sejumlah koperasi, dari Koperasi
Kesehatan, Koperasi Asuransi hingga Koperasi Universitas. Para pendiri semua koperasi
ini meyakini, mereka mewakili kepentingan ekonomi masyarakat, bertanggung jawab
kepada masyarakat dan berupaya melakukan usaha secafra benar. Selain itu, misalnya di
koperasi konsumen, kelembagaan koperasi membantu keberadaan dan kesejahteraan
bersama pengecer kecil. Tujuannya, merevitalisasi ekonomi lokal dan memberikan
kontribusi kepada komunitasnya.
Dari sisi keanggotaan, apa motif utama orang Jepang berkoperasi? Biasanya mereka
memang membutuhkan barang-barang yang dibeli. Selain itu, mereka menginginkan
aspek keselamatan dan sangat mengutamakan kualitas barang-barang. Sisi menarik lain,
90 persen anggota koperasi adalah wanita. Sebagian besar merupakan ibu rumah tangga.
Mereka membeli produk koperasi, karena ingin memiliki makanan yang sehat untuk
anak mereka. Itu sebabnya, koperasi di Jepang selalu berusaha menyediakan makanan
yang sehat atau tanpa bahan pengawet. Bahkan selalu meneliti dan mencari Informasi
mengenai barang, sebelum mereka menjualnya. Apalagi produk pertanian yang harus
dijaga kesegarannya. Mereka mengirim langsung ke anggota, tanpa melalui pasar.
Praktik ini sangat dikenal di Jepang. Produsen dan konsumen bertransaksi secara
langsung mengenai makanan yang segar dan sehat. Produksi pertanian yang segar
didukung secara kuat oleh anggota koperasi. Ini bisa terjadi, karena produsen dan
konsumen bisa berkomunikaksi langsung dan mengetahui persis bagaimana proses
produksi makanan.

2. Koperasi di Korea
Koperasi di Korea di mulai pada awal abad 20 khususnya koperasi pedesaan.
Koperasi kredit pedesaan misalnya sudah mulai dikenal pada tahun 1907. Koperasi ini
didirikan oleh rakyat untuk membantu petani yang membutuhkan uang untuk membiayai
usaha pertaniannya. Sedangkan koperasi kerajinan dan koperasi pertanian baru mulai
diorganisir pada tahun 1936. Kedua koperasi ini mendapat perlindungan dari pemerintah.
Pada tahun 1956 koperasi kredit pedesaan di organisir oleh pemerintah Korea menjadi
Bank Pertanian Korea. Namun pada tahun 1957 koperasi pertanian melebarkan sayapnya
dalam kegiatan simpan pinjam. Jadi Korea ada dua organisasi pedesaan yang melayani
kebutuhan kredit petani, yakni Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian.

3. Koperasi di Thailand
Pembentukan departemen pada tahun 1915, mengawali kelahiran koperasi pertama di
Thailand, di bawah koordinasi Kementrian Keuangan pada seksi urusan koperasi. Secara
formal Kementerian Koperasi berdiri tahun 1952, setelah reorganisasi 1963 kementerian
ini dihapuskan. Sebagai penggantinya masuk di bawah koordinasi Kementerian
Pembangunan Nasional dengan mendirikan divisi baru, seperti divisi audir koperasi,
divisi koperasi perdagangan dan keuangan. Tahun 1972 reorganisasi pada Kementerian
Pembangunan Nasional dan diganti menjadi Kementerian Pertanian dan Koperasi.
Semua pekerjaan yang menyangkut koperasi (kecuali tugas di bawah divisi audit
koperasi) dilebur menjadi satu di bawah departemen baru yaitu Departemen Promosi
Koperasi atau Cooperative Promotion Department (CPD).

4. Koperasi di India
India medirikan koperasi kredit ala Raffesian pada tahun 1907 dan menyusun UU
yang kemudian diperbaharui pada tahun 1912. UU koperasi India di adopsi oleh Negara
Amerika, Afrika & Asia termasuk Indonesia. Pada awal pertumbuhan koperasi di India
yang menjadi adalan adalah koperasi perkreditan peternakan sapi perah, pabrik gula dan
Bank Koperasi.

5. Koperasi di Timor Leste


Pertumbuhan koperasi di Timor Leste mengadopsi model koperasi wanita Setia Budi
Wanita (SBW) Jawa Timur, terutama dalam hal manajemen tanggung renteng. Koperasi
di Timor Leste merupakan salah satu pilar ekonomi Negara selain sektor publik &
swasta. Jumlah koperasi di Timor Leste sebanyak 84 unit. Kegiatannya berimbang antara
koperasi simpan pinjam dan koperasi serba usaha. Sampai tahun 2017, pemerintah
menargetkan koperasi tumbuh menjadi 300 koperasi.

6. Koperasi di Philipina
Lahirnya koperasi di Philipina dipicu oleh lahirnya kebijakan reforma Agraria.
Koperasi yang berhasil di Philipina adalah Federasi Koperasi Mindanao (FEDCO), yang
memiliki sekitar 20 anggota koperasi & 3600 petani perorangan. Koperasi ini mengelola
hampir 5000 hektar lahan dengan komoditi pisang. MIDECO adalah salah satu koperasi
yang pendiriannya didukung oleh LSM pada tahun 1986.

7. Koperasi di Malaysia
Gerakan koperasi di Malaysia diperkenalkan pada tahun 1909 oleh pemerintah
kolonial. Perkembangan koperasi ditinjau dari sudut sejarah yang terbagi menjadi empat
bagian:
 Awal pertumbuhan koperasi di Tanah Melayu, Sabah, Sarawak sekitar 1922 sampai
1945.
 Tahun 1945 sampai 1982, peringkat perkembangan gerakan koperasi
 Tahun 1982 – 2004, era baru gerakan koperasi.
 Tahun 2004 sampai sekarang, era koperasi dibangun sebagai instrumen Sistem
Kewangan dan Perbankan Islam di Malaysia..

8. Koperasi di Indonesia
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya
merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang
yang sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam
lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin
memuncak. Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan
ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara
spontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto
mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong oleh
keinginannya untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh
lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih
tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman. Cita-cita semangat
tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten
residen Belanda. De Wolffvan Westerrode sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman
dan menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada
menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga para
petani perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon. Ia
juga menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia pun
mendirikan lumbung-lumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada
pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia
pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi. Tetapi
Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank Pertolongan, Tabungan dan
Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah Belanda
membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale
Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan
usaha Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah. Pada zaman Belanda
pembentuk koperasi belum dapat terlaksana karena:
 Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan
penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.
 Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
 Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena
pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk
tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan
bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat
peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling
Inlandschhe Cooperatieve.
Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk
memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada
tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan
semangat koperasi.
Namun, pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan
usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki
Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan
mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk
keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia.
Koperasi di Indonesia setelah merdeka :
Pada tanggal 12 Juli 1947, dibentuk SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat
Indonesia) dalam Kongres Koperasi Indonesia I di Tasikmalaya, sekaligus
ditetapkannya sebagai Hari Koperasi Indonesia.
Pada tahun 1960 dengan Inpres no.2, koperasi ditugaskan sebagai badan penggerak
yang menyalurkan bahan pokok bagi rakyat. Dengan inpres no.3, pendidikan koperasi di
Indonesia ditingkatkan baik secara resmi di sekolah-sekolah, maupun dengan cara
informal melalui siaran media masa,dll yang dapat memberikan informasi serta
menumbuhkan semangat berkoperasi bagi rakyat.
Lalu pada tahun 1961, dibentuk Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia
(KOKSI).Pada tanggal 2-10 Agustus 1965, diadakan (Musyawarah Nasional Koperasi)
MUNASKOP II yang mengesahkan Undang-Undang koperasi no.14 tahun 1965 di
Jakarta.
Koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang:
 Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto mensahkan Undang-Undang
koperasi no.12 tahun 1967 sebagai pengganti Undang-Undang no.14 tahun 1965.
 Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap badan kesatuan Gerakan
Koperasi Indonesia (GERKOPIN).
 Lalu pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya GERKOPIN dan sebagai
penggantinya dibentuk Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).
 Dan pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang no.25 tahun 1992
tentang perkoperasian, undang-undang ini merupakan landasan yang kokoh bagi
koperasi Indonesia di masa yang akan datang.
Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan koperasi di Indonesia cenderung
jalan di tempat.
Arti Lambang koperasi Lama

 Grigi roda/ gear : Upaya keras yang ditempuh secara terus menerus. Hanya orang
yang pekerja keras yang bisa menjadi calon Anggota dengan memenuhi beberapa
persyaratannya.
 Rantai (di sebelah kiri) : Ikatan kekeluargaan, persatuan dan persahabatan yang
kokoh. Bahwa anggota sebuah Koperasi adalah Pemilik Koperasi tersebut, maka
semua Anggota menjadi bersahabat, bersatu dalam kekeluargaan, dan yang
mengikat sesama anggota adalah hukum yang dirancang sebagai Anggaran Dasar
(AD) / Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi. Dengan bersama-sama
bersepakat mentaati AD/ART, maka Padi dan Kapas akan mudah diperoleh.
 Kapas dan Padi : Kemakmuran anggota koperasi secara khusus dan rakyat secara
umum yang diusahakan oleh koperasi. Kapas sebagai bahan dasar sandang
(pakaian), dan Padi sebagai bahan dasar pangan (makanan). Mayoritas sudah
disebut makmur-sejahtera jika cukup sandang dan pangan.
 Timbangan : Keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi. Biasanya menjadi
simbol hukum. Semua Anggota koperasi harus adil dan seimbang antara "Rantai"
dan "Padi-Kapas", antara "Kewajiban" dan "Hak". Dan yang menyeimbangkan itu
adalah Bintang dalam Perisai.
 Bintang dalam perisai : Dalam perisai yang dimaksud adalah Pancasila, merupakan
landasan idiil koperasi. Bahwa Anggota Koperasi yang baik adalah yang
mengindahkan nilai-nilai keyakinan dan kepercayaan, yang mendengarkan suara
hatinya. Perisai bisa berarti "tubuh", dan Bintang bisa diartikan "Hati".
 Pohon Beringin : Simbol kehidupan, sebagaimana pohon dalam Gunungan wayang
yang dirancang oleh Sunan Kalijaga. Dahan pohon disebut kayu (dari bahasa Arab
"Hayyu"/kehidupan). Timbangan dan Bintang dalam Perisai menjadi nilai hidup
yang harus dijunjung tinggi.
 Koperasi Indonesia : Koperasi yang dimaksud adalah koperasi rakyat Indonesia,
bukan Koperasi negara lain. Tata-kelola dan tata-kuasa perkoperasian di luar negeri
juga baik, namun sebagai Bangsa Indonesia harus punya tata-nilai sendiri.
 Warna Merah Putih : Warna merah dan putih yang menjadi background logo
menggambarkan sifat nasional Indonesia.

Sumber :
http://lukmanoice.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-perkembangan-koperasi-di-dunia.html
https://fikriauditiark.wordpress.com/2017/01/18/perkembangan-koperasi-di-asia/
http://adipbalowo.blogspot.co.id/2014/01/koperasi-di-jepang.html

Anda mungkin juga menyukai