Oleh :
Sanjaya Halim
1830912310091
Pembimbing :
dr. Hj. Wiwit Agung SNC, Sp.PD(K) GER
Februari, 2020
DAFTAR ISI
2. DAFTAR ISI……………………………………………………………. 2
3. BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………… 3
7. BAB V: PENUTUP…………………………………………………….. 54
8. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 56
2
BAB I
PENDAHULUAN
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluam hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang. Populasi lansia (usia ≥ 60 tahun)
semakin meningkat. Diperkirakan 600 juta di tahun 2000 dan diramalkan menjadi
peningkatan saat ini. Pada tahun 2000, penduduk berumur ≥ 60 tahun berjumlah
14.396.745 jiwa. Pada tahun 2010, jumlah tersebut meningkat menjadi 18.043.712
hidup. Demikian juga masalah kesehatan yang ditemui pada populasi lansia
semakin banyak.
kesehatan usila juga meliputi aspek psikologis, sosial, dan ekonomi. Oleh karena
itu, pasien usila sering ditemukan dengan jumlah penyakit kronis yang lebih dari
penderita terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik
penderita geriatri sangat mudah mengalami syncope dalam kondisi gagal pulih
organ atau sistem organ, yang walaupun normal untuk usianya namun telah
3
menandakan menurunnya fungsi daya cadangan. Ketiga, berubahnya gejala dan
tanda penyakit dari yang klasik misalnya, pada pneumonia tidak dijumpai gejala
khas seperti batuk, demam, dan sesak melainkan syncope atau terdapat perubahan
terdapat gangguan nutrisi, berupa gizi kurang atau gizi buruk. 1,5,6,9
juga penyakit infeksi serimg memberikan gejala-gejala yang tidak jelas, sehingga
pengobatan yang terlambat terhadap penyakit infeksi dapat berakibat fatal. Pada
infeksi slauran kemih misalnya, lansia sering tidak mengalami demam atau hanya
demam ringan disertai nyeri perut ringan bahkan hanya didapati nafsu makan
berkurang atau tidak ada sama sekali, rasa lelah disertai penampilan seperti orang
bingung yang dialami dalam beberapa hari ini, yang jelas berbeda dengan gejala-
gejala penyakit pada infeksi orang dewasa. Infeksi yang disertai malnutrisi
4
Gejala-gejala penyakit infeksi yang tidak khas tadi bukan saja perlu dikenal
dan dipahami oleh dokter ataupun petugas kesehatan lainnya tetapi perlu juga
dikenal dan dipahami oleh masyarakat awam agar sesegera mungkin membawa
lansia untuk mendapat pengobatan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melaporkan satu kasus Sindrom Geriatri + ISK Jamur + Malnutrisi Berat +
Dispepsia Sindrom + LBP + Hiponatremia Hiperosmolar + Hipoalbumin +
Hipokalemia pada seorang pasien perempuan berusia 71 tahun yang dirawat inap
di RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Januari 2020.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang
Tamplan klinis yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak
terdiagnosis.3
morbiditas yang signifikan dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah.
penuaan dengan perubahan akibat proses patologis. Beberapa problema klinik dari
impaired homeostasis
6
- “The 14 I” : Immobility, impaction, Instability, iatrogenic, intelectual
lebih, diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi
terjatuh dan dapat mengalami patah tulang. Inkontinesia urin didefinisikan sebagai
keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa
dan higienis. Inkontinesia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau
menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar pada orang usia lanjut serta tidak perlu
diobati. Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus
tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian
dari proses menua. Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem
imun pada usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih,
pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi
penurunan kegiatan waktu senggang, status fungsional, gunsi sosial, dan mobilitas.
7
mobilitas. Pasien geriatri sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang
muncul sering tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga
tampilan gejla menjadi tidak jelas. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada
penyakit kardiovaskular.4
B. Epidemiologi
peningkatan populasi usia lanjut 60 tahun atau lebih meningkat tiga kali lipat dalam
waktu 50 tahun; dari 600 juta pada tahun 2000 menjadi lebih dari 2 miliar pada
tahun 2050.7
terbanyak di dunia, yakni 18,1 juta pada tahun 2010 dan akan meningkat dua kali
lipat menjadi 36 juta pada tahun 2025. Angka harapan hidup penduduk Indonesia
mencapai 67,8 tahun pada tahun 2000-2005 dan menjadi 73,6 tahun pada tahun
2020- 2025.Proporsi usia lanjut meningkat 6% pada tahun 1950-1990 dan menjadi
8% saat ini. Proporsi tersebut diperkirakan naik menjadi 13% pada tahun 2025 dan
menjadi 25% pada tahun 2050. Pada tahun 2050 seperempat penduduk Indonesia
saat ini.7,8
8
C. Klasifikasi
dijumpai baik mengenai fisik atau psikis pasien usia lanjut. Menurut Solomon dkk:
The “13 i” yang terdiri dari Immobility (imobilisasi), Instability (instabilitas dan
a. Imobilisasi
atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan fungsi
imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri,
imobilisasi.
Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh
9
pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik
(faktor yang terdapat di lingkungan). Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan
masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang
mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai,
serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup,
sosial dan atau kesehatan. Inkontinensia urin merupakan salah satu sindroma
geriatrik yang sering dijumpai pada usia lanjut. Diperkirakan satu dari tiga wanita
dan 15-20% pria di atas 65 tahun mengalami inkontinensia urin. Inkontinensia urin
mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya tak sadar feses cair atau
padat yang merupakan masalah sosial atau higienis. Definisi lain menyatakan,
10
d. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium)
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan
e. Infection (infeksi)
Infeksi pada usia lanjut (usila) merupakan penyebab kesakitan dan kematian
no. 2 setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Hal ini terjadi akibat beberapa hal
antara lain: adanya penyakit komorbid kronik yang cukup banyak, menurunnya
sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri utama pada
dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65% usia lanjut yang terinfeksi
sering tidak disertai peningkatan suhu badan, malah suhu badan dibawah 36OC
lebih sering dijumpai. Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain
badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien
usia lanjut.5,6
11
f. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan
dan penciuman)
gangguan pendengaran sedang atau berat meningkat dari 21% pada kelompok usia
70 tahun sampai 39% pada kelompok usia 85 tahun. Pada dasarnya, etiologi
konduktif, dan jika penyakit menyebar ke telinga bagian dalam, juga dapat
pusing. Gangguan pendengaran karena bising yang disebabkan oleh energi akustik
Presbikusis sensorik yang sering sekali ditemukan pada geriatri disebabkan oleh
degenerasi dari organ korti, dan ditandai gangguan pendengaran dengan frekuensi
tinggi. Pada pasien juga ditemui adanya gangguan pendengaran sehingga sulit
geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari
pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan
12
oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan
oleh berbagai hal yaitu penyakit yang diderita banyak dan biasanya kronis, obat
diresepkan oleh beberapa dokter, kurang koordinasi dalam pengelolaan, gejala yang
dirasakan pasien tidak jelas, pasien meminta resep, dan untuk menghilangkan efek
samping obat justru ditambah obat baru. Karena itu diusulkan prinsip pemberian
obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui riwayat pengobatan
terlalu lama, kenali obat yang digunakan, mulai dengan dosis rendah, naikkan
perlahan-lahan, obati sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh berobat dan hati-
g. Isolation (Depression)
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut
adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri
h. Inanition (malnutrisi)
13
Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut
karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja.
Anoreksia pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan
asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan
Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan pasien dengan gangguan
i. Impecunity (kemiskinan)
beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup
dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih dapat bekerja,
hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai dengan
hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun” .
Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti
j. Iatrogenic
yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping
dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian
obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat akan
14
dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal hati
sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati
sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa
metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik.
k. Insomnia
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga
mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti atrofi
terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier infeksi pertama
pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks batuk dan bersin -yang
berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas- yang melemah. Hal
yang sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah antibodi.
15
agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi besar pada
pasien lansia.
m. Impotence
usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah. Ereksi terjadi karena terisinya penis dengan darah
(juga terjadi pada perokok) dapat menyumbat aliran darah sehingga penis tidak
n. Irritable bowel
tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot polos usus besar,
penyeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf sensorik usus, gangguan sistem
syaraf pusat, gangguan psikologis, stres, fermentasi gas yang dapat merangsang
syaraf, kolitis.
a. Immobility
imobilisasi pada pasien usia lanjut. Beberapa penyebab utama imobilisasi adalah
16
psikologis. Penyakit Parkinson, artritis reumatoid, gout, dan obat‐obatan
Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi
mental seperti pada depresi tentu sangat sering menyebabkan terjadinya imobilisasi.
pula menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik
di rumah maupun di rumah sakit. Efek samping beberapa obat misalnya obat
keadaan (bed rdden). Berakiabt atrofi otot, decubitus, malnutrisi, serta pnemonia.
postural, anemia, stroke, nyeri, demensia, lemah otot, vertigo, keterbatsan ruang
lingkup, PPOK, gerak sendi hipotiroid dan sesak napas, imobilisasi pada lansia
kelainan psikologis.
b. Instability
antara lain:
17
kelainan akibat proses menua, misalnya karena mata kurang jelas, benda-benda
Akibat yang ditimbulkan seperti peristiwa jatuh merupakan masalah yang juga
C.Intelektual impaired
suasana hati atau mood yang bersifat depresif yang berlangsung sekurang-
18
tidur, penurunan minat, perasaan bersalah, merasa tidak bertenaga, kurang
d. Incontinance
yang cukup sehingga mengakibatkan maslah gangguan kesehatan atau sosial. Ini
yang kronik.
terjadi proses enua yang berdampak pada perubahan hampir seluruh organ tubuh
Perubahan ini diantaranya adalah melemahnya otot dasar panggul yang menjaga
kandung kemih dan pintu saluran kemih, timbulnya kontraksi abnormal pada
menyebabkan urine di dalam kanddung kemih yang cukup banyak sehingga dengan
pengisian sedikit saja sudah merangsang untuk berkeih. Hipertrofi prostat juga
dapat mengakibatkan banyaknya sisa air kemih di kandung keih sebagai akibat
e. Isolation
19
kehilangan integritas pribadi, penyakit degeneratif kronik tanpa dukungan sosial
yang adekuat.
f. Impotance
atau fibrosis)
depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut
g. Immuno-deficiensi
Daya tahan tubuh yang menurun pasa lansai merupakan fungsi tubuh yang
terganggu dengan bertambahnya umur seseorang. Walupun tidak selamanya hal ini
disebabkan oleh proses menua, tapi dpaat pula karena berbagai keadaan seperti
penyakit menahun maupun penyakit akut yang dapat menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh seseorang, demikian juga penggunaaan berbagai obat, gizi yang
h. Infection
Terjdi akibat beberapa hal antara lain adanya penyakit penyakit yang cukup
dini. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan peningkatan
20
i. Inanitation
penyakit kronis (PPOK, rematik, gagal jantung, diabetes, gagal ginjal, dispepsia,
j. Impaction
Konstipasi yang terjadi pada lansia dibabkan karena pergerakan fisik pada
lansia yang kurang mengkonsumsi makan berserat, kurang minum, juga akibat
k. Insomnia
Pada lansia dapat disebabkan oleh faktor yang trdiri dari nyeri kronis, sesak
napas pada penyakit paru obstruktif kronis, gangguan psikiatrik (gangguan cemas
organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput didalam telinga. Dapat
faktor tersebut diatas. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas
21
penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki
Sitem penglihatan : kornea, lensa iris, aquous humor, vitorous humor akan
produksi aquosus humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh
terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia
akan mempengarui fungsi organ pada mata seseorang yang ber usia 60 tahun, fungsi
kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda,
dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordinasi atas ciliary
body dan otot – otot, apabila seseorang mengalami penurunan daya akomodasimaka
sebagian karena pertumbuhan sel didalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena
E. Manifestasi Klinik
berbagai sistem dalam tubuh. Perubahan yang terjadi cenderung mengarah pada
penurunan berbagai fungsi tersebut. Pada sistem saraf pusat terjadi pengurangan
massa otak, aliran darah otak, densitas koneksi dendritik, reseptor glukokortikoid
22
berubahnya neurotransmiter, termasuk dopamin dan serotonin. Terjadi peningkatan
aktivitas monoamin oksidase dan melambatnya proses sentral dan waktu reaksi.
informasi dari memori. Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
itu pada usia lanjut terjadi kesulitan untuk membedakan sumber bunyi dan
Pada sistem kardiovaskuler, pengisian ventrikel kiri dan sel pacu jantung
peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP) serum dan resistensi vaskular perifer.
(FEVI) dan forced volume capacity (FVC); berkurangnya efektivitas batuk dan
23
mismatching’ yang menyebabkan PaO2 menurun seiring bertambahnya usia : 100
– (0,32 x umur).
kemih dan kelamin timbul perpanjangan waktu refrakter untuk ereksi pada pria,
prostat di urin dan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna serta
peningkatan volume residual urin. Toleransi glukosa terganggu (gula darah puasa
maupun yang bioavailable, dan produksi vitamin D oleh kulit serta peningkatan
24
Pada sistem saraf perifer lanjut usia mengalami hilangnya neuron motor
dan meningkatnya heterogenitas selaput akson myelin. Massa otot berkurang secara
bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya serat otot. Efek penuaan paling kecil
meningkatnya jumlah miofibril per unit otot dan berkurangnya laju basal metabolik
Pada sistem imun terjadi penurunan imunitas yang dimediasi sel, rendahnya
lambat, berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang; dan meningkatnya IL-6
dalam sirkulasi.
menetap yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan
dapat berpikiran atau melakukan percobaan bunuh diri. Pada lansia gejala depresi
lebih banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan
disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik
kognitif seperti demensia, sehingga dua hal tersebut perlu dibedakan. Para lansia
25
F. Diagnosis
terganggu.
alkohol).
4. Review obat-obat yang telah dan sedang digunakan perlu sekali ditanyakan,
26
Anamnesis Nutrisi
2. Pengkajian Nutrisi
Rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) : Berat Badan (kg) / [Tinggi Badan (m)2]2
IMT : 18 – 23 (normal)
Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini
27
disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa.Yang penting adalah
pemeriksaan secara sistem ini menghasilkan dapatan ada atau tidaknya gangguan
yaitu :
dengan cermat.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti “get up and
go” (jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik), mengambil benda di lantai,
gerakan.Bila dapat mengamati cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan
28
b) Laboratorium :- DL,UL, FL
kepada sub- bagian atau disiplin lain, atau pemeriksaan dengan alat yang lebih
Pengkajian Imobilisasi
imobilisasi. Keluhan nyeri, skrining depresi dan rasa takut jatuh serta pengkajian
pemeriksaan status neurologis dan juga pemeriksaan kulit untuk identifikasi ulkus
G. Tatalaksana
berbagai jenis obat dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat menjadi
pilihan untuk mengatasi masalah pada pasien usia lanjut, namun obat tetap menjadi
pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit dihindari. Prinsip penggunaan obat
yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi kajian multi/interdisiplin yang
29
a. Pengelolaan inkontinensia urin
Pengelolaan inkontinensia urin pada penderita usia lanjut, secara garis besar
b. Jatuh
harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik,
30
jatuh karena kondisi kronik, multifaktoralsehingga diperlukan terapi gabungan
antara obat, rehabilitasi dan perbaikan lingkungan. Pada kasus lain intervensi
Terapiestrogen
untukvitamin B12 dan folat, penyakit tiroid, radang sendi lutut, penyakit
c. Sleep Dsiturbance
Pengobatan
1. Perawatan Non-farmakologis
31
o Hilangkan faktor yang dicurigai: mengobati penyakit yang
2. Pengobatan farmakologis
pasien yang
lebih tua.
Temazepam(7,5-15
menghindari
ketergantungan.
kehilangan
khasiat.
insomnia
kronis.
32
d. Pencegahan Komplikasi Imobilisasi
dilakukan adalah dengan beberapa terapi fisik dan latihan jasmani secara teratur.
Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan posisi secara teratur dan
latihan di tempat tidur Selain itu, mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur,
berpindah dari tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional dapat dilakukan secara
bertahap. Untuk mencegah terjadinya dekubitus, hal yang harus dilakukan adalah
menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan pada kulit. Untuk
itu dapat dilakukan perubahan posisi lateral 30o, penggunaan kasur anti dekubitus,
atau menggunakan bantal berongga. Pada pasien dengan kursi roda dapat dilakukan
reposisi tiap jam atau diistirahatkan dari duduk. Melatih pergerakan dengan
memiringkan pasien ke kiri dan ke kanan serta mencegah terjadinya gesekan juga
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah serta mobilisasi dini perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya hipotensi. Monitor asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya konstipasi. Selain itu
juga perlu dilakukan evaluasi dan pengkajian terhadap kebiasaan buang air besar
33
Tata laksana farmakologis yang dapat diberikan terutama pencegahan
(LDH) dan low molecular weight heparin (LMWH) merupakan profilaksis yang
e. Pressure Ulcer
Pengobatan
kesehatan
penyembuhan luka
1. debridement luka
2. luka bersih
f. Delirium
34
Penggunaan benzodiazepin seharusnya dihindari, kecuali bila sumber
deliriumnya adalah reaksi putus zat alkohol atau sedatif atau ketika agitasi yang
berat tidak dapat dikontrol oleh obat neuroleptik. Hal ini disebabkan karena
yang berlebihan yang dapat menyulitkan penilaian status kesadaran pasien itu
sendiri.
profil efek sampingnya yang lebih disukai dan dapat diberikan secara aman melalu
jalur oral maupun parenteral. Dosis yang biasa diberikan adalah 0,5 - 1,0 mg per
oral (PO) atau intra muscular maupun intra vena (IM/IV); titrasi dapat dilakukan 2
sampai 5 mg tiap satu jam sampai total kebutuhan sehari sebesar 10 mg terpenuhi.
Setelah pasien lebih baik kesadarannya atau sudah mampu menelan obat oral maka
haloperidol dapat diberikan per oral dengan dosis terbagi 2-3 kali perhari sampai
g. Infeksi
h. Gangguan pendengaran
35
Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran
dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Pemasangan alat
bantu dengar hasilnya akan lebih memuaskan bila dikombinasikan dengan latihan
prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist).
adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, maka keikutsertaan
keluarga atau teman dekat dalam bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti
bermanfaat.
dalam membaca gerak bibir. Selama latihan pendengaran, pasien dapat melatih
lingkungan yang sunyi dan yang bising. Latihan tambahan dapat dipusatkan pada
Penyuluhan dan tugas-tugas khusus paling efektif bila dilakukan secara perorangan,
36
sedangkan program kelompok memberi kesempatan untuk menyusun berbagai tipe
situasi komunikasi yang dapat dianggap sebagai situasi harian normal untuk tujuan
ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap alami cenderung melengkapi pesan yang
diucapkan. Bila informasi dengar yang diperlukan untuk memahami masih belum
i. Depresi
merupakan tata laksana yang sering dilakukan dan berhasil. Akan tetapi, pada kasus
tertentu atau pada depresi berat, psikoterapi saja tidak cukup, diperlukan
mengatasi masalah terisolasi ketika memasuki usia lanjut merupakan salah satu
37
di lingkungan merupakan bagian penting dalam kesehatan dan dapat meningkatkan
kualitas hidup.
tanpa merujuk pasien untuk psikoterapi, tetapi obat hanya mengurangi gejala, dan
dan dopamin. Antidepresan harus digunakan pada lansia dengan depresi mayor dan
Beberapa obat antidepresan yang dapat digunakan pada lansia dengan kelebihan
dan kekurangan tiap golongan ada pada tabel 6. Pemilihan obat tersebut per
monoterapi dengan dosis minimal digunakan pada awal terapi, dievaluasi apabila
tidak ada perubahan bermakna dalam 6-12 minggu. Lansia yang tidak berespons
pada pengobatan awal perlu mendapatkan obat antidepresan golongan lain dan
Pada lansia yang responsif dengan obat antidepresan, obat harus digunakan
dengan dosis penuh (full dose maintenance therapy) selama 6-9 bulan sejak pertama
kali hilangnya gejala depresi. Apabila kambuh, pengobatan dilanjutkan sampai satu
hingga 80%. Penghentian antidepresan harus dilakukan secara bertahap agar tidak
menimbulkan gejala withdrawal seperti ansietas, nyeri kepala, mialgia, dan gejala
mirip fl u (fl u-like symptoms). Lansia yang sering kambuh memerlukan terapi
perawatan dosis penuh terapi selama hidupnya. Selain farmakoterapi dengan obat
38
antidepresan, psikoterapi (talk therapy) memiliki peranan penting dalam mengobati
pekerja sosial, atau konselor. Pendekatan psikoterapi dibagi dua, yaitu cognitive-
behavioral therapy (CBT) dan interpersonal therapy. CBT terfokus pada cara baru
negatif atau pola tidak produktif yang mungkin berperan dalam terjadinya depresi.
keadaan dan hubungan sulit yang mungkin berperan menyebabkan depresi. Banyak
cara menangani faktor penyebab depresi, terutama pada depresi ringan; jika depresi
berat, psikoterapi saja tidak cukup, karena akan menimbulkan depresi berulang
H. Pencegahan
1) Promosi
seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku hidup mereka.
39
a. Mengurangi cedera, dilakukan dnegan tujuan mengurangi kejadian jatuh,
dirumah
untuk mengurangi karies gigi serta memlihahara kebersihan gigi dan mulut
2) Pencegahan preventif
terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jemisnya:
tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
secara klinis dan mengidap faktor resiko. Jenisnya: kontrol hipertensi, deteksi
dengan perawtan dirumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan
jangka panjang.
40
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 72 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
II. Anamnesis
1. Keluhan utama :
Badan Lemas
Pasien datang ke IGD RSUD Ulin dengan keluhan badan lemas sejak 5 hari
melakukan aktivitas sehari-hari dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Nafsu
makan pasien menurun, sejak 9 hari smrs. Sehari hanya makan 1 kali/hari, 1-2
sendok setiap kali makan. Pasien juga mengeluhkan mual (+) setiap kali makan,
41
namun tidak disertai muntah (-). Pasien juga ada mengeluhkan nyeri perut (+)
disebelah yang hilang timbul, VAS 2. Keluhan BAB hitam (-), Muntah darah (-),
Sesak nafas (-). Pasien BAB setiap 3 hari sekali, konsistensi lunak, warna
kekuningan. Berat badan pasien menurun sebanyak +/- 6 kg dalam 6 bulan terakhir.
Pasien juga ada mengeluhkan nyeri pinggang yang dialami sejak 2 bulan
SMRS. Nyeri pinggang dirasakan pasien hilang timbul, Nyeri dikeluhkan pasien
menjalar ke kaki sebelah kiri disertai rasa kebas pada ujung jari kaki kiri. Nyeri
Lutut (-). Pasien sebelumnya dapat berjalan, namun semenjak keluhan nyeri
pinggang lebih banyak duduk dan berbaring. Pasien sudah berobat ke mantri dan
mendapat obat suntikan penghilang nyeri 2 kali dan diberi suntikan vitamin. Pasien
5. Riwayat Psikososial
Pasien seorang ibu rumah tangga. Suami pasien telah meninggal. Pasien
memiliki 10 orang anak, pasien tinggal bersama 3 orang anak pasien. Pasien sehari-
hari lebih banyak beristirahat, kadang kadang bekerja memasak dan membersihkan
rumah.
42
III. Pemeriksaan
•GCS : E4V5M6
• Berat Badan : 30 kg
• LILA : 16 cm
2. Tanda Vital
3. Kulit
• Rash (-), turgor baik, tumor (-), pigmentasi (-), ikterus (-), hematom (-),
ekskoriasi (-)
•Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+), edema palpebra (-/-) ,
•Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
43
•Hidung : Bentuk normal, tidak tampak deviasi septum, tidak ada sekret, tidak
•Mulut : Bibir dan mukosa normal, perdarahan gusi tidak ada, tidak ada
trismus, tidak ada pembesaran atau radang pada tonsil, lidah tidak
ada kelainan.
•Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak tampak pembesaran kelenjar getah
5. Thoraks
•Paru
v v + - --
v v + + --
6. Jantung
44
Batas jantung kiri bawah : ICS IV linea midclavicularis sinistra
7. Abdomen :
•Inspeksi : Bentuk cembung. Striae (-) Sikatrik (-) Asites (+). Venectasi(-)
), Liverspan 10 cm
•Palpasi :Tidak teraba pembesaran hepar, limpa, dan ginjal. Nyeri tekan (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), tanda radang (-) pitting edema (+)
9. Neurologis :
Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Trofi Eutrofi Eutrofi Atrofi Atrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks
+ + + +
Fisiologis
Refleks Hoffman (-) Hoffman (-) Babinsky (-) Babinsky (-)
patologis Tromner (-) Tromner (-) Chaddok (-) Chaddok (-)
Sensibilitas Normal Normal Normal Menurun
Tanda
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
meningeal
45
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. Ocullomotorius, trochlearis,
Vertigo (-)
N. Glossopharingeus &
N. Hypoglossus (IX & XII) : Deviasi Lidah (-), Deviasi Uvula (-),
Lasegue (+), Bragard (+) kaki kiri, Sicard (+) kaki kiri
HR : 74 x/min
48
Hasil pemeriksaan Foto Thoracolumbosacral 02-01-2020
49
Pemeriksaan MDT 03 Januari 2020
50
Pemeriksaan Kultur Urin 07 Januari 2020
51
V. Resume Medik
Pasien datang ke IGD dengan keluhan badan lemas sejak 5 hari SMRS.
Nafsu makan pasien menurun, sejak 9 hari smrs. Sehari hanya makan 1 kali/hari, 1-
2 sendok setiap kali makan. Pasien juga mengeluhkan mual (+) setiap kali makan,
namun tidak disertai muntah (-). Pasien juga ada mengeluhkan nyeri perut (+)
disebelah yang hilang timbul, VAS 2. Keluhan BAB hitam (-), Muntah darah (-),
Sesak nafas (-). Pasien BAB setiap 3 hari sekali, konsistensi lunak, warna
kekuningan. Nyeri pinggang sejak 2 bulan SMRS. Nyeri pinggang hilang timbul,
Nyeri dikeluhkan pasien menjalar ke kaki sebelah kiri disertai rasa kebas. Nyeri
Lutut (-). Pasien dapat berjalan namun sekarang hanya bisa berbaring. Pasien tidak
x/menit, suhu 37,5 C dan SpO2 98% tanpa supplementasi O2. Konj anemis (-), Rh
(-), Wh (-), Suara jantung S1=S2 Normal, Nyeri tekan epigastrium (+), dan Lasegue
(+).
52
(Immobility, Instability, Inanitation, - Nafsu makan pasien menurun,
sejak 9 hari smrs. Sehari hanya
Infection)
makan 1 kali/hari, 1-2 sendok
setiap kali makan.
- Pasien juga mengeluhkan mual
(+) setiap kali makan, namun
tidak disertai muntah (-).
- Nyeri Pinggang Menjalar (+),
sejak 2 bulan SMRS
- KATZ Skor : 3
2. Malnutrisi Berat Anamnesis
- Pasien mengalami penurunan
nafsu makan
- Makan Hanya 1 kali sehari, 1-
2 Sendok
- Penurunan BB 6 kg dalam 6
bulan
- MNA Skor : 2
Px Fisik
- BB/TB : 30 kg/148 cm
IMT : 13,7 Kg/M2
Px Penunjang
- Albumin: 3,3
3. ISK Jamur Anamnesis
- Nyeri perut (+) disebelah yang
hilang timbul, VAS 2.Px Fisik
Nyeri tekan Epigastrium (+)
Px Penunjang
- Leukosit: 7,0
- Granulosit 81,3 %
53
- Limfosit 15,7 %
- Granulosit 81,3 %
- Limfosit 15,7 %
Px Penunjang
- RO Thorakolumbosakral :
Osteoporosis Degeneratif
54
VII. RENCANA AWAL
55
VIII. Follow Up
hanya bisa berbaring, tidak mau makan, masih nyeri perut, dan nyeri pinggang.
Tanda - tanda vital pasien baik, ditemukan nyeri tekan pada regio epigastrium. Pada
hari 1 pasien diguyur ns 0,9% 1000 cc dan mendapatkan ksr tablet, lalu
Pada hari perawatan kedua didapatkan hasil albumin pasien 3,3 dan
didapatkan urin output pasien 900 cc/24 jam sehingga pasien sudah tidak dalam
kondisi dehidrasi. Planning terapi pada hari kedua diberikan tambahan infus NS 0,9
: Aminofluid 1:2 dan omeprazole 1 x 40 mg. Pasien juga direncanakan untuk konsul
bagian gizi.
Pada hari perawatan ketiga keluhan nyeri perut pasien sudah mulai
sehingga diberikan terapi inj fluconazole 1 x 200 mg. Pasien direncanakan untuk
terapi pada pasien ditambahkan Kalsium tablet 3 x 1 tab dan Calcitriol 2 x 0,25 mg,
56
Hari perawatan kelima pasien mulai bisa mobilisasi duduk, keluhan nyeri
Pada hari perawatan ke enam keluhan pasien nyeri perut sudah berkurang,
pasien bisa mobilisasi duduk, lemas sudah berkurang, nyeri pinggang sudah
57
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, seorang wanita berusia 72 tahun datang dengan keluhan
badan lemas sejak 5 hari SMRS. Nafsu makan pasien menurun, sejak 9 hari smrs.
Sehari hanya makan 1 kali/hari, 1-2 sendok setiap kali makan. Pasien juga
mengeluhkan mual (+) setiap kali makan, namun tidak disertai muntah (-). Pasien
juga ada mengeluhkan nyeri perut (+) disebelah yang hilang timbul, VAS 2.
Keluhan BAB hitam (-), Muntah darah (-), Sesak nafas (-). Pasien BAB setiap 3
hari sekali, konsistensi lunak, warna kekuningan. Nyeri pinggang sejak 2 bulan
SMRS. Nyeri pinggang hilang timbul, Nyeri dikeluhkan pasien menjalar ke kaki
sebelah kiri disertai rasa kebas. Nyeri Lutut (-). Pasien dapat berjalan namun
sekarang hanya bisa berbaring. Pasien tidak ada meminum obat rutin.
napas 20 x/menit, suhu 37,5 C dan SpO2 98% tanpa supplementasi O2. BB/TB
pasien 30/148 cm, IMT 13,7 kg/m2. Status lokalis Konj anemis (-), Rh (-), Wh (-),
Suara jantung S1=S2 Normal, Nyeri tekan epigastrium (+), dan Lasegue (+). Dari
Natrium 120 Meq/L dan Clorida 86 Meq/L, Hasil Urinalisa Jamur (+). Pasien
58
Pain + Anorexia Geriatri + Hiponatremia Hipoosmolar Euvolemi + Mild
Hipokalemia + LBP.
Pada geriatri tidak hanya dinilai dari aspek medik saja, namun juga
melakukan assesment dari segi fisik, psikologik, dan sosial ekonomi. Interaksi dari
secara luas pada usia lanjut. Pada usia lain hal ini tidak terjadi, dan keadaan fisik,
penderita terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik
penderita geriatri sangat mudah mengalami syncope dalam kondisi gagal pulih
organ atau sistem organ, yang walaupun normal untuk usianya namun telah
tanda penyakit dari yang klasik misalnya, pada pneumonia tidak dijumpai gejala
khas seperti batuk, demam, dan sesak melainkan syncope atau terdapat perubahan
59
Penyakit pada usia lanjut berbeda tampilan dan perjalanan alamiahnya
dibanding penyakit pada golongan populasi muda. Pada populasi muda setiap
penyakit pada satu organ yang disebabkan oleh agen tertentu akan memberikan
gejala dan tanda yang khas bagi penyakit dan organ yang bersangkutan. Pada
populasi usia lanjut hal tersebut tidak bisa dilakukan, karena gejala dan tanda yang
timbul adalah tidak khas dan menyelinap, karena merupakan akibat dari berbagai
menjadi satu ditambah lagi dengan adanya pengaruh lingkungan dan sosial-
ekonomi serta gangguan psikis. Oleh karena itu untuk mendiagnosis kelainan atau
penyakit yang ada perlu diadakan analisis multidimensional, yang mencakup bukan
saja keadaan fisik, tetapi juga keadaan psikis, sosial, dan lingkungan dari penderita.
kurang baik. Selama ini, anak pasien kurang memperhatikan dan merawat pasien,
anak pasien kurang memperhatikan pasien dari segi makanan dan kebutuhan
toiletnya. Dari segi lingkungan rumah pasien juga sudah mendukung untuk
kesembuhan dan keamanan pasien, karena ventilasi dan pencahayaan yang cukup,
WC duduk namun tidak ada pegangan di tembok untuk pasien berjalan, serta lantai
licin terutama lantai kamar mandi. Faktor internal pada pasien ini seperti Nyeri
perut, mual, dan nyeri punggung yang menjalar. Kita ketahui bahwa mobilitas
pasien untuk berjalan mulai terbatas karena nyeri pinggangnya. Pasien mulai tidak
bisa duduk dan hanya bisa berbaring sejak 5 hari SMRS karena lemah. Fungsi
depresi pada pasien ini : baik / tidak depresi; Mini Mental Score Examination :
60
probable gangguan kognitif ; Skor Norton (mengukur risiko dekubitus) :
serebral (-), konfusio (-), gangguan otonom (-), inkontinensia (-), jatuh (-), kelainan
tulang atau patah tulang (+), dekubitus (-), AKS : Immobility (+), Impairment of
Pada pasien terjadi malnutris yang disebabkan oleh infeksi dan intake
CRP dan sitokin yang selanjutnya menyebabkan penurunan asupan makanan, berat
badan dan fungsi otot. Hal ini terlihat jelas pada penyakit kronik yang menyebabkan
menunjukkan bahwa gejala depresi yang diukur dengan GDS sebagai prediktor
independen risiko nutrisi.54 Hal ini disebabkan depresi mempengaruhi selera dan
asupan makanan, serta kehilangan berat badan dan disabilitas sosial serta fisik.13
61
Menurunnya nafsu makan hampir selalu menjadi gejala awal dari berbagai
jenis infeksi pada geriatri termasuk penderita ISK. Penurunan nafsu makan tersebut
sering dianggap sebagai suatu hal yang biasa pada warga usia lanjut sehingga
nafsu makan tidak saja berperan sebagai tanda awal adanya penyakit yang serius,
namun juga merupakan kondisi yang menurunkan status gizi dan kekebalan
seseorang, apalagi pada kelompok usia lansia Jika keadaan ini dibiarkan maka
keadaan umum penderita akan semakin lemah dan penderita cenderung lebih
mempunyai berbagai dampak yang sangat luas. Penurunan status fungsional yang
berujung pada tirah baring lama sering mengakibatkan inkontinensia urin. Jika
penderita menggunakan popok dan tidak sering diganti dengan yang bersih dan
kering, maka daerah genitalia akan terus menerus menjadi area yang sangat baik
merupakan gejala ISK pada penderita geriatri. Kondisi lebih jauh adalah munculnya
gejala perubahan kesadaran, delirium atau perubahan perilaku yang sering disalah‐
tafsirkan oleh keluarga dan tenaga kesehatan sebagai perubahan kepribadian atau
stroke. Sindrom delirium yang sesungguhnya sedang terjadi itu, juga merupakan
salah satu bentuk gejala yang muncul pada ISK. Penderita boleh jadi menjadi
hipoaktif, hiperaktif, pola tidurnya berubah, atau fungsi kognitifnya menurun. ISK
sering muncul dalam bentuk kegawatdaruratan akibat syncope, hal ini yang
membawa penderita ke unit gawat darurat. Penderita mungkin masih mampu aktif
62
dan kesadarannya kompos mentis namun tanpa alasan yang jelas mengalami
syncope di rumah. Komplikasi dari jatuh merupakan topik bahasan sendiri yang
penderita usia lanjut. Gejala klinis yang muncul seperti disuri dan polakisuri jarang
ditemukan, walaupun bisa saja terjadi. Hal itu disebabkan karena kemampuan
ekspresi penderita geriatri berbeda dengan penderita dewasa muda. Seperti telah
dikemukakan, gangguan faal kognitif dan emosi sering mewarnai berbagai gejala
penyakit pada penderita geriatri. Tanda‐tanda seperti demam, nyeri tekan daerah
suprapubik maupun sakit pinggang jarang sekali ditemukan. Kurva suhu basal
harian (jika ada) yang dibandingkan dengan suhu tubuh saat terdapat ISK dapat
sehingga diberikan terapi inj fluconazole 1 x 200 mg. Pada pasien juga diberikan
proses osteoporosis degeneratif pada vertebra lumbal, sehingga rencana terapi pada
pasien yaitu berupa terapi TENS, Latihan ROM, dan mobilisasi bertahap oleh
63
memiliki derjat kesehatan optimal dan kemampuan fungsional tertinggi.
geriatri yang ada. Edukasi pada keluarga sangat penting mengenai asupan nutrisi,
kebersihan tubuh dan lingkungan, serta dukungan kasih sayang. Pada pasien ini
fungsional pasien. Status nutrisi pasien yang malnutrisi akan dinilai secara berkala
melalui MNA, begitu pula dengan ADL Barthel, penapisan depresi dan MMSE
64
BAB V
PENUTUP
penyakit dalam wanita RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 31 Desember 2019
65
DAFTAR PUSTAKA
66
12. Soejono CH. Infeksi saluran kemih pada geriatri. Majalah Kedokteran
Indonesia. 2005;55:165-8.
13. Timmons, MC. 2003. “Gynecologic and Urologic Problems of Older Women”.
In Cassel CK, Leipzig RM, Cohen HJ, Larson EB, Meier DE. (Ed.). Geriatric
medicine: An Evidence Based Approach (pp.743‐5). Springer Verlag, New
York.
14. Wahyudi, ER. 2004. “Prevalensi infeksi saluran kemih dan sebaran faktor risiko
pada pasien usia lanjut di RSCM” (pp.36). Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta.
15. Williams, M.E. 1999. “The Approach To Managing The Elderly Patients”. In
Hazzard WR, Blass JP, Ettinger WH, Halter JF, Ouslander JG (Ed). Principles
of Geriatric Medicine and Gerontology (pp.249‐52).McGraw‐Hill, New York.
67