Tujuan Resensi
Tujuan dari resensi ini adalah untuk membahas epidemiologi dan prevalensi
prolaps organ panggul.
Temuan Terbaru
Terdapat peningkatan permintaan untuk perawatan dasar panggul karena populasi
lansia meningkat jumlahnya. Identifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi
dapat membantu dalam konseling pasien dan pencegahan pada pasien yang
berisiko terjadinya prolaps organ panggul.
Ringkasan
Karena populasi lansia diperkirakan akan berlipat ganda jumlahnya pada tahun
2030. Kasus prolaps organ panggul akan menjadi lebih sering ditemukan.
Semakin banyak pasien wanita yang akan datang ke penyedia layanan kesehatan
dengan prolaps organ panggul. Oleh karena itu, kita perlu pemahaman yang lebih
baik tentang angka kejadian, faktor risiko, prevalensi, perjalanan penyakit,
implikasi klinis, dan pilihan pengobatan. Pemahaman ini tidak hanya akan
meningkatkan kemampuan dokter untuk merawat populasi pasien yang terus
bertambah ini, tetapi juga akan membantu dokter untuk mengembangkan strategi
pencegahan memperbaiki kondisi pasien ini.
Kata Kunci
Epidemiologi, Prolaps Organ Panggul, Prevalensi, Faktor Risiko.
PENDAHULUAN
Prolaps organ panggul (POP) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika
menurun ke dalam saluran vagina. Proses alami POP tidak sepenuhnya dipahami,
memberi konseling kepada pasien mengenai pencegahan POP. Terapi untuk POP
biaya yang tinggi, dan risiko kekambuhan yang tinggi setelah operasi, oleh karena
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kejadian dan prevalensi POP,
faktor risiko yang terkait, dan riwayat alaminya, kita dapat meningkatkan
kemampuan kita untuk merawat populasi pasien yang semakin banyak ini dan
penderitaan pasien dengan kondisi ini. Dalam resensi ini, kami akan
epidemiologisnya.
KESEHATAN MASYARAKATNYA
inkontinensia urin dan feses, POP, disfungsi buang air besar, disfungsi seksual,
kelainan sensorik pada saluran kemih bagian bawah, dan nyeri panggul. Secara
khusus, POP adalah komponen disfungsi dasar panggul dan menyebabkan
masalah kesehatan utama bagi wanita tua, karena mempengaruhi setengah dari
semua wanita di atas usia 50 tahun [1]. Pembedahan POP adalah salah satu
operasi tunggal untuk POP atau inkontinensia pada usia 80 tahun adalah 11% [4],
adalah 19% [5]. Meskipun perawatan bedah yang memadai, risiko diperlukannya
operasi ulang mendekati 30% [4]. Di AS, lebih dari 226.000 wanita menjalani
pembedahan untuk POP setiap tahun, dan biaya langsung POP diperkirakan lebih
dari $ 1 miliar [6]. Tidak hanya biaya perawatan kesehatan langsung, tetapi biaya
tidak langsung terkait dengan cuti dan hilangnya upah harus dipertimbangkan.
Mengingat biaya tinggi terkait dengan pengobatan dan risiko kekambuhan yang
dan pribadi diperkirakan akan meningkat. Selain itu, populasi lansia dengan usia
65 tahun ke atas berjumlah 30 juta pada tahun 1988, diperkirakan akan mencapai
50 juta pada 2019 [5], sehingga meningkatkan permintaan ahli geriatri dan
hampir 50% dari 2010 hingga 2050 [7]. Dengan pemahaman yang lebih baik
kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk merawat populasi pasien yang
semakin banyak ini dan mengembangkan lebih lanjut strategi pencegahan untuk
derajat POP dan dampaknya pada gejala yang terkait. Meskipun idealnya, studi
banyak studi yang ada hingga saat ini menggunakan berbagai metodologi
pelaporan termasuk pemeriksaan fisik [8-12], penilaian gejala [13], atau tingkat
operasi di rumah sakit. Dapat dilihat pada Tabel 1 [14,15]. Metodologi penilaian
dan diagnosis POP pada pemeriksaan fisik juga beragam. Studi tersebut telah
Wanita/ Women's Health Initiative (WHI) [8]. Dalam upaya untuk membakukan
antara dokter dan peneliti untuk mengevaluasi dampak POP, penggunaan sistem
tersebut dirasa kurang universal [18]. Mengingat sifat subyektif dari gejala yang
dikeluhkan dan karena POP adalah diagnosis yang ditentukan oleh pemeriksaan
fisik, biaya dan kesulitan logistik dari studi pada populasi besar dengan
Terdapat sedikit informasi tentang evolusi POP dari waktu ke waktu dan
prolaps lazim ditemukan pada wanita tua [11,12]. Sebagian besar penelitian,
[1,19].
stadium yang ditentukan sebagai nilai cutoff [11]. Sebuah survei terhadap wanita
wanita berusia 18-82 tahun yang datang untuk perawatan ginekologi rutin yang
2,6% stadium 3 [19]. Oleh karena itu, menurut data ini, sebagian besar wanita
memiliki beberapa tingkat POP. Namun, pada wanita dengan derajat prolaps yang
jangka pendek pada populasi kecil wanita menemukan bahwa 47% wanita
memiliki pemeriksaan POP-Q yang tidak berubah setelah 5 tahun. [21] Yang
mengejutkan, 40% wanita menunjukkan regresi. Dalam studi yang sama, hanya
6% dari pasien POP simtomatik berkembang menjadi lebih parah, dan hanya 2%
hanya sedikit persentase pasien yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu,
perlu dicatat bahwa studi ini terbatas, karena jumlah pasien kecil dan terbatas pada
populasi yang melakukan perawatan medis rutin. Oleh karena itu, data tentang
mewakili prolaps pada vagina, grade 2 sampai introitus, dan grade 3 keluar dari
Q, yang mengukur prolaps pada atau di luar selaput dara, prevalensi prolaps
penilaian prolaps spesifik serta skor keluhan yang berkaitan perlu ditetapkan.
Sejumlah faktor risiko POP telah diidentifikasi (Tabel 2). Usia dan paritas
penurunan dasar panggul [23]. Hal ini dapat terjadi melalui proses fisiologis
karena persalinan pervaginam [24] atau seiring berjalannya waktu akibat gravitasi
pada usia lanjut. Usia telah ditemukan berkaitan dengan gejala dasar panggul yang
lebih tinggi dan tidak tergantung pada status menopause [26]. Menopause telah
ditemukan sebagai faktor risiko independen untuk prolaps di luar selaput dara
[27].
Selain usia dan status menopause, genetika adalah faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi yang telah terbukti meningkatkan risiko terjadinya POP tiga
kali lipat hingga lima kali lipat [28,29]. Dalam satu penelitian, pasangan saudara
bahwa POP yang tinggi ditemukan pada pasangan saudara dengan persalinan
pervaginam memberikan risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya POP pada
relatif pada saudara kandung pasien dengan POP yaitu peningkatan risiko lima
ras Kaukasia lebih tinggi dari ras Hispanik dan ras Afrika-Amerika [31]. Faktor
ditemukan bahwa wanita Kaukasia memiliki anatomi panggul yang berbeda, yang
mungkin menyebabkan ras Kaukasia memiliki risiko lebih besar untuk prolaps
riwayat keluarga, dan ras harus dipertimbangkan dalam diskusi dengan pasien
mengenai prolaps organ panggul. Dokter juga harus mengatasi faktor risiko yang
prolaps.
Selain itu, ukuran bayi juga telah terbukti meningkatkan kemungkinan POP
dikaitkan dengan peningkatan tiga kali kemungkinan trauma levator [34] dan
dan / atau denervasi otot levator ani yang menyebabkan gangguan dasar panggul
[36,37,38]. Pasien dengan riwayat laserasi perineum lebih dari satu kali memiliki
dengan operasi caesar dapat meningkatan risiko gejala POP dan menghasilkan
POP [33, 39]. Wanita yang menjalani persalinan pervaginam dibandingkan
dengan pasien dengan operasi caesar tercatat mengalami penurunan kekuatan otot
panggul dan dikaitkan dengan gejala POP [40]. Sekitar satu dari 10 wanita
[41-43]. MRI telah mengungkapkan bahwa wanita parous dengan prolaps 4 kali
levator ani yang mungkin mempengaruhi untuk terjadinya POP [41]. Meskipun
perlu dilakukan.
Faktor risiko lain yang dilaporkan terkait dengan prolaps adalah regangan
kronis akibat berat badan, sembelit, dan berbagai aktivitas, seperti bekerja dan
berolahraga [46]. Obesitas dan peningkatan BMI juga telah terbukti berperan
setiap peningkatan nilai BMI [33]. Beberapa ahli berpendapat hal ini mungkin
terjadi secara sekunder akibat peningkatan beban dan tekanan yang ditempatkan
pada dasar panggul [47]. Penurunan berat badan belum terbukti mengurangi
gejala prolaps yang mengganggu pada pasien kelebihan berat badan dan obesitas
[48]. Meskipun BMI dan berat badan diperkirakan menambah ketegangan kronis,
sampai saat ini, tidak ada literatur yang tersedia untuk menentukan apakah
aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi sehingga memiliki
adalah sebuah studi case control yang disponsori oleh National Health Institute
yang saat ini mengevaluasi aktivitas fisik dan gangguan dasar panggul. Hasil
meningkatkan risiko POP. Wanita yang bekerja sebagai buruh atau pekerja pabrik
memiliki tingkat POP yang parah secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita dengan pekerjaan yang lebih menetap [50]. Sebuah studi cross-
sectional besar menemukan bahwa sembelit meningkatkan risiko gejala POP 2,5
kali lipat tetapi tidak ditemukan meningkatkan risiko dalam penelitian lain
bahwa mengejan saat buang air besar dikaitkan dengan prolaps dinding vagina
anterior dan penurunan perineum [53]. Ada bukti signifikan bahwa strain kronis
dapat menjadi kontributor POP. Faktor risiko lain yang kurang diteliti adalah
KESIMPULAN
Populasi lansia diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada tahun
2050. Mengingat usia lanjut adalah faktor risiko utama untuk terjadinya POP,
akan ada peningkatan jumlah pasien wanita yang datang ke penyedia layanan
kesehatan dengan POP. Sejumlah faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak
mengurangi insiden POP ini dan meningkatkan hasil pengobatan. Selain itu,
mengidentifikasi faktor risiko lain yang tidak dapat dimodifikasi dan genetik
dapat mengarah pada terapi yang ditargetkan untuk pengobatan POP. Untuk
memberi kita pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola peningkatan jumlah
dari pasien yang menua dengan prolaps simptomatik, studi jangka panjang
terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Samuelsson EC, Victor FT, Tibblin G, Svardsudd KF. Signs of genital prolapse
in a Swedish population of women 20 to 59 years of age and possible related
factors. Am J Obstet Gynecol 1999; 180 (2 Pt 1):299–305.
2. Bump RC, Norton PA. Epidemiology and natural history of pelvic floor
dysfunction. Obstet Gynecol Clin North Am 1998; 25:723–746.
3. Oliphant SS, Jones KA, Wang L, et al. Trends over time with commonly
performed obstetric and gynecologic inpatient procedures. Obstet Gynecol 2010;
116:926–931.
4. Olsen AL, Smith VJ, Bergstrom JO, et al. Epidemiology of surgically managed
pelvic organ prolapse and urinary incontinence. Obstet Gynecol 1997; 89:501–
506.
5. Smith FJ, Holman CD, Moorin RE, Tsokos N. Lifetime risk of undergoing
surgery for pelvic organ prolapse. Obstet Gynecol 2010; 116:1096–1100.
6. Subak LL, Waetjen LE, van den Eeden S, et al. Cost of pelvic organ prolapse
surgery in the United States. Obstet Gynecol 2001; 98:646–651.
7. Wu JM, Hundley AF, Fulton RG, Myers ER. Forecasting the prevalence of
pelvic floor disorders in U.S. Women: 2010 to 2050. Obstet Gynecol 2009;
114:1278–1283.
8. Hendrix SL, Clark A, Nygaard I, et al. Pelvic organ prolapse in the Women’s
Health Initiative: gravity and gravidity. Am J Obstet Gynecol 2002; 186:1160–
1166.
12. Bradley CS, Zimmerman MB, Qi Y, Nygaard IE. Natural history of pelvic
organ prolapse in postmenopausal women. Obstet Gynecol 2007; 109:848–854.
13. Nygaard I, Barber MD, Burgio KL, et al. Prevalence of symptomatic pelvic
floor disorders in US women. JAMA 2008; 300:1311–1316.
14. Boyles SH, Weber AM, Meyn L. Procedures for pelvic organ prolapse in the
United States, 1979–1997. Am J Obstet Gynecol 2003; 188:108–115.
15. Shah AD, Kohli N, Rajan SS, Hoyte L. The age distribution, rates, and types
of surgery for pelvic organ prolapse in the USA. Int Urogynecol J Pelvic Floor
Dysfunct 2008; 19:421–428.
18. Muir TW, Stepp KJ, Barber MD. Adoption of the pelvic organ prolapse
quantification system in peer-reviewed literature. Am J Obstet Gynecol 2003;
189:1632–1635.
19. Swift SE. The distribution of pelvic organ support in a population of female
subjects seen for routine gynecologic healthcare. Am J Obstet Gynecol 2000;
183:277–285.
20. Lawrence JM, Lukacz ES, Nager CW, et al. Prevalence and co-occurrence of
pelvic floor disorders in community-dwelling women. Obstet Gynecol 2008;
111:678–685.
22. Awwad J, Sayegh R, Yeretzian J, Deeb ME. Prevalence, risk factors, and
predictors of pelvic organ prolapse: a community-based study. Menopause 2012;
19:1235–1241.
23. Dietz HP, Simpson JM. Levator trauma is associated with pelvic organ
prolapse. BJOG 2008; 115:979–984.
24. DeLancey JO. The hidden epidemic of pelvic floor dysfunction: achievable
goals for improved prevention and treatment. Am J Obstet Gynecol 2005;
192:1488–1495.
25. Schaffer JI, Wai CY, Boreham MK. Etiology of pelvic organ prolapse. Clin
Obstet Gynecol 2005; 48:639–647.
26. Quiroz LH, White DE, Juarez D, Shobeiri SA. Age effects on pelvic floor &
symptoms in a cohort of nulliparous patients. Female Pelvic Med Reconstr Surg
2012; 18:325–328.
27. Sze EH, Hobbs G. A prospective cohort study of pelvic support changes &
among nulliparous, multiparous, and pre and postmenopausal women. Eur J
Obstet Gynecol Reprod Biol 2011; 160:232–235.
29. Levin PJ, Visco AG, Shah SH, et al. Characterizing the phenotype of
advanced pelvic organ prolapse. Female Pelvic Med Reconstr Surg 2012; 18:299–
302.
30. Buchsbaum GM, Duecy EE, Kerr LA, et al. Pelvic organ prolapse in
nulliparous women and their parous sisters. Obstet Gynecol 2006; 108:1388–
1393.
31. Kudish BI, Iglesia CB, Gutman RE, et al. Risk factors for prolapse
development in white, black, and hispanic women. Female Pelvic Med Reconstr
Surg 2012; 17:80–90.
32. Handa VL, Lockhart ME, Fielding JR, et al. Racial differences in pelvic
anatomy by magnetic resonance imaging. Obstet Gynecol 2008; 111:914–920.
33. Gyhagen M, Bullarbo M, Nielsen T, Milsom I. Prevalence and risk factors for
&& pelvic organ prolapse 20 years after childbirth: a national cohort study in
singleton primiparae after vaginal or caesarean delivery. BJOG 2012; 120:152–
160.
34. Chan SS, Cheung RY, Yiu AK, et al. Prevalence of levator ani muscle injury
in Chinese women after first delivery. Ultrasound Obstet Gynecol 2011;
35. Handa VL, Blomquist JL, McDermott KC, et al. Pelvic floor disorders after &
vaginal birth: effect of episiotomy, perineal laceration, and operative birth.
Contemp Clin Trials 2012; 33:819–827.
36. Dietz HP, Wilson PD. Childbirth and pelvic floor trauma. Best Pract Res
ClinObstet Gynaecol 2005; 19:913–924.
37. Shek KL, Dietz HP. Pelvic floor ultrasonography: an update. Minerva Ginecol
2010; 65:1–20.
38. Dietz HP. Pelvic floor trauma in childbirth. Aust N Z J Obstet Gynaecol. 2013
&& Mar 4. doi: 10.1111/ajo.12059. [Epub ahead of print]. This is a
comprehensive review of childbirth and pelvic floor trauma including discussion
of manual palpation of levator injury, ultrasound imaging for traumatic injuries,
and risk factors predisposing to prolapse.
39. Memon H, Handa VL. Pelvic floor disorders following vaginal or cesarean
delivery. Curr Opin Obstet Gynecol 2012; 24:349–354.
40. Friedman S, Blomquist JL, Nugent JM, et al. Pelvic muscle strength after
childbirth. Obstet Gynecol 2012; 120:1021–1028.
41. DeLancey JO, Kearney R, Chou Q, et al. The appearance of levator ani muscle
abnormalities in magnetic resonance images after vaginal delivery. Obstet
Gynecol 2003; 101:46–53.
42. Dietz HP, Lanzarone V. Levator trauma after vaginal delivery. Obstet Gynecol
2005; 106:707–712.
44. Miller JM, Brandon C, Jacobson JA, et al. MRI findings in patients considered
high risk for pelvic floor injury studied serially after vaginal childbirth. AJR Am J
Roentgenol 2010; 195:786–791.
45. DeLancey JO, Morgan DM, Fenner DE, et al. Comparison of levator ani
muscle defects and function in women with and without pelvic organ prolapse.
Obstet Gynecol 2007; 109 (2 Pt 1):295–302.
46. Jones KA, Moalli PA. Pathophysiology of pelvic organ prolapse. Female
Pelvic && Med Reconstr Surg 2010; 16:79–89. Comprehensive discussion of the
pathophysiology of pelvic organ prolapse.
47. Miedel A, Tegerstedt G, Maehle-Schmidt M, et al. Nonobstetric risk factors
for symptomatic pelvic organ prolapse. Obstet Gynecol 2009; 113:1089–1097.
48. Myers DL, Sung VW, Richter HE, et al. Prolapse symptoms in overweight
and obese women before and after weight loss. Female Pelvic Med Reconstr Surg
2013; 18:55–59.
49. Nygaard I, Shaw J, Egger MJ. Exploring the association between lifetime
physical activity and pelvic floor disorders: study and design challenges. Obstet
Gynecol 2012; 119 (2 Pt 1):233–239.
50. Woodman PJ, Swift SE, O’Boyle AL, et al. Prevalence of severe pelvic organ
prolapse in relation to job description and socioeconomic status: a multicenter
cross-sectional study. Int Urogynecol J Pelvic Floor Dysfunct 2006; 17:340–345.
52. Rortveit G, Brown JS, Thom DH, et al. Symptomatic pelvic organ
prolapse:prevalence and risk factors in a population-based, racially diverse cohort.
Obstet Gynecol 2007; 109:1396–1403.
53. Kahn MA, Breitkopf CR, Valley MT, et al. Pelvic Organ Support Study
(POSST) and bowel symptoms: straining at stool is associated with perineal and
anterior vaginal descent in a general gynecologic population. Am J Obstet
Gynecol 2005; 192:1516–1522.