Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kini lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan terutama status
kesehatan fisiknya yang semakin lemah dengan seiring bertambahnya usia, penuaan tidak
dapat dihindari dan setiap individu tubuh manusia akan mengalami transformasi fisik dan
biologis, yang dapat mengakibatkan orang lanjut usia (lansia) menjadi lebih mudah
terpengaruh oleh beragam masalah kesehatan dan sensasi rasa tidak nyaman, Salah
satunya seperti penurunan fungsi organ dalam tubuh yaitu prostat pada pria. Kelenjar
prostat merupakan komponen dari sistem reproduksi pria yang berlokasi di bawah
kandung kemih dan berfungsi untuk menghasilkan cairan yang melindungi sperma dan
fungsi lain dari kelenjar prostat adalah mencegah terjadinya infeksi saluran kemih. Jika
kelenjar prostat mengalami masalah, hal ini seringkali menyebabkan kesulitan dalam
berkemih dan bahkan gangguan dalam mencapai ereksi. Yang sering dialami pada lansia
khususnya pria yaitu gejala Lower Uniary Tractus Symtomps (LUTS) merupakan istilah
medis yang digunakan untuk menggambarkan berbagai gejala terdiri dari storage (iritasi),
voiding(obstruksi), dan retensi urine yang terkait dengan gangguan pada saluran kemih,
masalah ini banyak dialami oleh laki-laki diseluruh dunia dan salah satu yang sering
terjadi adalah Benigna Prostat Hyperplasia (BPH). BPH merupakan penyakit tumor jinak
pada kelenjar prostat yang dicirikan oleh perluasan yang berlebihan (membesar), yang
menyebabkan hambatan aliran urine.
Salah satu faktor penyebab BPH selain bertambahnya usia yaitu Hipertensi
merupakan situasi dimana tekanan dalam arteri mengalami kenaikan di atas batas
normalnya. Walaupun tidak secara langsung mengakibatkan pembesaran prostat benigna
(BPH), kondisi hipertensi bisa berdampak terhadap kesehatan pembuluh darah dan juga
suplai darah yang mengalir ke organ-organ tubuh, termasuk organ prostat. Kelancaran
aliran darah yang terganggu ini mungkin berpengaruh pada kesejahteraan prostat serta
berpotensi memperburuk gejala yang terkait dengan BPH. Walaupun BPH dan hipertensi
merupakan dua kondisi medis yang berbeda, ada potensi adanya kaitan antara keduanya.
Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi
dan kemungkinan munculnya BPH atau gejala yang lebih parah pada pria yang
mengalami BPH. Meskipun begitu, hubungan ini masih menjadi subjek penelitian yang
sedang aktif, dan mekanisme pasti bagaimana hipertensi dapat memengaruhi
perkembangan atau gejala BPH belum sepenuhnya dipahami.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), terdapat 200 juta penduduk
di dunia yang mengalami inkontinensia urin (Septian, Julianto & Ningtyas, 2018). Dan
penderita BPH di seluruh dunia mencapai 2.466.000 jiwa sedangkan untuk benua ASIA
mencapai 764.000 jiwa. Insiden BPH cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan
usia, pada pria yang berusia 40 tahun, insidensinya sekitar 20%, kemudian naik menjadi
70% pada pria usia 60 tahun, dan mencapai 90% pada pria yang mencapai usia 80 tahun.
Di Indonesia pun, kasus BPH menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran
kemih, dan secara umum, diperkirakan hampir 50% pria Indonesia yang berusia di atas
50 tahun ditemukan menderita BPH ini. Oleh karena itu, jika dilihat, dari 200 juta lebih
rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang berusia 60
tahun dan ke atas adalah kira-kira sejumlah 5 juta, maka dapat dinyatakan kira-kira 2,5
juta pria Indonesia menderita penyakit ini (Parsons, 2010). Di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) tahun 1994-2013 ditemukan 3.804 kasus BPH dengan rata-rata
umur 66,61 tahun.Menurut studi Asosiasi Urologi Indonesia tahun 2015 menunjukkan
terjadi peningkatan hingga dua kali lipat dengan kasus BPH pada pria usia lanjut.Dan
Data yang tercatat di RSUD Hanafie Muara Bungo Tahun 2019 ditemukan 115 pasien
menderita Benigna Prostat Hiperplasia dan rata-rata berumur diatas 50- 60 tahun
(Wulandari, 2019)
Sedangkan untuk provinsi Lampung jumlah kasus BPH mencapai 689 kasus
(29%) dan merupakan penyakit saluran kemih kedua terbesar setelah infeksi saluran
kemih yang mencapai 999 (42%) (Suryawan, 2016).Dan di RSUD dr A. Dadi Tjokrodipo
Kota Bandar Lampung kasus BPH mencapai 387 kasus pada tahun 2015 (Haryanto &
Rihiantoro, 2016). Angka kejadian Benigna Prostat Hiperplasia di RSUD Abdul Moeloek
pada tahun 2017 dilaporkan terdapat 31 kasus yang dirawat inap dan tercatat di poli
urologi jumlah pasien yang berobat mencapai 937 kasus (Adha, 2017). Data yang tercatat
di Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun 2023
Sedangkan peneliti Elsa Rizki Lilian Nofita Sari, , Andi Siswandi, Anggunan
tahun 2021 tentang Hubungan Usia dan Hipertensi terhadap kejadia BPH DI RSUD
Dr.H.ABDUL MOELOEK. Hasil penelitian menunjukkan Responden dengan BPH yang
berusia >50 tahun sebanyak 32 responden (97%) dan responden dengan BPH dengan
hipertensi sebanyak 20 responden (60,6%). Hasil Uji bivariat menggunakan chi square
menunjukkan adanya hubungan signifikan antara BPH dengan usia diperoleh nilai
p=0,000 (P<0,05). Dapat disimpulkan Terdapat hubungan signifikan antara BPH dengan
usia dan terdapat hubungan sgnifikan antara BPH dengan hipertensi di poli klinik bedah
RSUD Dr.H.Abdul Moeloek tahun 2020.
Faktor usia memegang peranan penting dalam terjadinya BPH. Faktor usia adalah
yang paling berpengaruh terhadap perubahan kadar hormon tersebut (Foster, 2008).
Namun, dibeberapa studi membuktikan sindrom metabolik berperan terhadap terjadinya
pembesaran kelenjar prostat (Kwon et al., 2013). Sindrom metabolik adalah kumpulan
ketidaknormalan metabolisme, diantaranya, obesitas, intoleransi glukosa, dislipidemia,
dan hipertensi.
Hipertensi diketahui berhubungan dengan kejadian LUTS namun masih belum
terbukti berhubungan dengan BPH (Parsons 2007). Tetapi ada penelitian yang
menyebutkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik darah berasosiasi secara signifikan
dengan laju pembesaran prostat (Pan et al. 2014). Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin
menganalisis hubungan usia dan hipertensi dengan kejadian BPH dengan populasi pasien
di Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun 2024.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah terdapat kolerasi antara usia dan hipertensi dengan kejadian BPH di Rumah
Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun 2024?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Usia dan Hipertensi terhadap Banigna Prostat
Hiperplasia di Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun 2024

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian Banigna Prostat Hiperplasia di
Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun 2024
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi usia terhadap kejadian Banigna Prostat
Hiperplasia di Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun
2024
c. Untuk Mengetahui distribusi frekuensi hipertensi terhadap kejadian Banigna
Prostat Hiperplasia di Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung
Tahun 2024
d. Untuk mengetahui adanya hubungan usia dengan kejadian Banigna Prostat
Hiperplasia di Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun
2024
e. Untuk mengetahui adanya hubungan hipertensi dengan kejadian Banigna Prostat
Hiperplasia di Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun
2024

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti


Dapat mengetahui hubungan usia dan hipertensi dengan kejadian BPH di
Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi Lampung Tahun 2024 sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu Urologi serta penerapan
ilmu metodologi penelitian yang telah didapatkan selama kuliah.
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan mengenai edukasi
hubungan antara usia, hipertensi, dan BPH. Pasien dapat lebih memahami faktor
risiko mereka dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai, seperti menjaga
tekanan darah dalam batas normal dan melakukan pemeriksaan prostat secara
berkala.
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan, acuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
meningkatkan pemahaman khususnya tentang hubungan antara usia, hipertensi,
dan BPH.
4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bahan penelitian dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang hubungan antara usia,
hipertensi, dan BPH.
E. Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu : Jenis
penelitian kuantitatif. Desain penelitian analitik pendekatan cross sectional pokok
penelitian adalah Hubungan usia dan hipertensi terhadap Banigna Prostat Hiperplasia.
Penelitian adalah pasien di ruang ------ Rumah Sakit Yukum Medical Centre Provinsi
Lampung. Tempat penelitian dilaksanakan diruang --------- Rumah Sakit Yukum Medical
Centre Provinsi Lampung. Dan waktu penelitian adalah tanggal --------.2024.

Anda mungkin juga menyukai