Anda di halaman 1dari 4

1.

LATAR BELAKANG
Tuberkulosis ialah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan setiap organ. Paru-paru
adalah tempat utama infeksi dan biasanya merupakan pintu gerbang masuknya infeksi untuk mencapai
organ lainnya.1 Tuberkulosis paru (TB Paru) merupakan penyakit kronis yang dapat menurunkan daya
tahan fisik penderitanya secara serius. Hal itu terjadi diakibatkan oleh proses destruksi jaringan paru
yang bersifat permanen. Disamping proses destruksi, terjadi pula proses restorasi atau penyembuhan
jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang
menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru.2
Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB paru merupakan kedaruratan global bagi
kemanusiaan dikarenakan banyaknya jumlah kasus tuberkulosis paru dan kegagalan dalam
penyembuhan penyakit tersebut terutama pada negara yang dikelompokkan ke dalam 22 negara dengan
masalah tuberkulosis paru besar (high burden countries) termasuk negara Indonesia.3,4 Berdasarkan data
dari Riskesdas 2012 menunjukkan bahwa Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan
beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi
insidensi berjumlah 430.000 kasus per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian
per tahunnya.4
Pada buku Pedoman Penanggulangan TB Paru tahun 2016, untuk menemukan kasus baru TB paru
yaitu dengan active case finding dan passive case finding.5 Akan tetapi, upaya yang telah dilakukan
untuk menanggulangi permasalahan TB dari sejak awal tahun 1990-an ialah strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara
ekonomis paling efektif (cost-efective). Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat
menekan penularan, juga mencegah berkembangnya MDR-TB. Fokus utama DOTS adalah penemuan
dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB yang positif terdiagnosis (BTA (+) atau
BTA (-) dengan rontgen (+)). Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian
menurunkan insidens TB di masyarakat.

2. IMPLIKASI HUKUM
Ada berbagai perundangan yang menjadi warna yang bersetuhan dengan keberadaan penerapan, adapun
perundangan tersebut adalah :
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
3. TUJUAN
Adapun tujuan dari pelatihan ini, diharapkan peserta :
1. Mendapatkan pengetahuan tentang strategi penanggulangan permasalahan TB
2. Mengetahui tatacara secara benar penanganan dan pencegahan TB
3. Mampu melaksanakan strategi DOTS dengan baik
4. Mampu mengedukasi para penderita TB agar melaksanakan pengobatan dengan benar dan tuntas

4. TEMA
Kegiatan pelatihan bertemakan

5. WAKTU, TEMPAT & JADWAL KEGIATAN


Pelaksanaan pelatihan :
1. Hari/Tanggal :
2. Tempat :

6. PESERTA
Peserta dalam pelatihan ini diperkirakan sebanyak……… orang yaitu :
1. Manager Rumah Sakit
2. Dokter & Dokter Gigi
3. Perawat
4. Rekam Medis/Koder
5. Mahasiswa

7. KEPANITIAAN

Pelindung :
Pembina :
PenanggungJawab :
Wakil Ketua :
Sekretaris :
Bendahara 1 :

Sei Diklat :

8. RENCANA ANGGARAN BIAYA


RENCANA ANGGARAN

NO KEPERLUAN BIAYA

1 Rp. 600.000,-

2 Rp. 800.000,-

3 Rp. 1.600.000,-

4 Rp. 4.000.000,-
5 Rp. 1.000.000,-

6 Rp. 100.000,-

7 Rp. 625.000,-

8 Rp. 6.000.000

9 Rp. 1.000.000,-

JUMLAH Rp. 15.725.000,-

9. MATERI

Hari Ke : 1
No Waktu Materi Fasilitator
1 07.00-07.30 Registrasi Panitia/MOT
2 07.30-08.00
3 08.00-09.30
4 09.30-09.45
5 09.45-11.15
6 11.15-12.00
7 12.00-13.00
8 13.00-14.30
9 14.30-16.30
10 16.30-16.45
11 16.45-17.30
12 17.30-19.00
13 19.00-19.45
14 19.45-20.30

Hari Ke : 2
No Waktu Materi Fasilitator
1 07.30-08.00
2 08.00-09.30
3 09.30-09.45
4 09.45-11.15
5 11.15-12.00
6 12.00-13.00
7 13.00-14.30
8 14.30-16.30
9 16.30-16.45
10 16.45-17.30
11 17.30-19.00
12 19.00-19.45
13 19.45-20.30

Hari Ke : 3
No Waktu Materi Fasilitator
1 08.00-09.45
2 09.45-10.30
3 10.30-10.45
4 10.45-11.30
5 11.30-12.15

10. PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan dengan harapan semoga pelatihan ini dapat berjalan sesuai
dengan harapan.

Atas perhatian & kebijaksanaan Bapak diucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Novak, PD. 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorland/Alih Bahasa, edisi 25. EGC. Jakarta
2. Aditama TY, Basri C, Surya A et al. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis edisi ke-2.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. p:1.168.
3. Departemen Kesehatan Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia. 2010. Panduan Tatalaksana
Tuberkulosis edisi ke-1. Departemen Kesehatan Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
4. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia tahun 2010-2014.
Departemen Kesehatan Indonesia. Jakarta.
5. Kementrian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016
tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Departemen Kesehatan Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai