Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana
perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi dengan atau tanpa ansietas yang
menyertainya, atau kearah elasi (suasana perasaan meningkat).
Gangguan Suasana perasaan adalah suatu kelompok penyakit dimana mengarah kepada
depresi. Pasien dengan suasana perasaan yang tinggi akan menunjukan sikap yang meluap-luap,
dan penurunan kebutuhan tidur. Pasien yang depresi akan merasakan hilangnya energy dan
minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, pikiran tentang
kematian dan bunuh diri.
Secara sederhana, depresi adalah suatu pengalamaan yang menyakitkan dan perasaan
tidak ada harapan lagi. Pada saat ini, depresi menjadi gangguan kejiwaan yang sangat
mempengaruhi kehidupan, baik hubungan dengan orang lain maupun dalam hal pekerjaan. WHO
memprediksikan pada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak
dialami masyarakat dunia. Gangguan manic depresi atau yang lebih dikenal dengan gangguan
bipolar adalah gangguan-gangguan mood yang mempengaruhi sekitar 5.700.000 orang Amerika.
Gangguan ini memiliki episode depresi dan manic yang bergantian. Gejala gangguan bipolar
sangat bervariasi dan sering mempengaruhi keseharian individu dan hubungan interpersonal.
ETIOLOGI
BIOLOGICAL FACTORS
Faktor genetic bagaimana pun juga terlibat dalam gangguan unipolar dan bipolar, bahwa
hormon abnormalitas secara teratur berasosiasi dengan depresi, dan bahwa depresi adalah
asosisasi dengan abnormalitas dalam aktivasi dari bagian spesifik di otak.
Genetic Data
Penelitian mengenai faktor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan
keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari
pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood
(Gherson, 1990, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Pada gangguan unipolar, meskipun
faktor genetis mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar.
Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat mengalami
gangguan. Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya
delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko
pada keluarga (Goldstein, et al., 1994; Lyons et al., 1998, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).
PSYCHOSOCIAL FACTORS
Onset dan maintenance dari clinical depression jelas terkat dengan sebuah gangguan atau
kegagalan dari mekanisme normal yang meregulasi emosi negative yang mengikuti kerugian
besar. Pada masa awal abad ke 20, teori psychodynamic menitikberatkan peran sentral dari
interpersonal relationship dan loss of significant others dalam pengaturan tingkat depresi yang
juga membawa suatu depressive episode.
GAMBARAN KLINIK
DEPRESI
Depresi merupakan kelompok gangguan suasana perasaan (mood) yang ditandai dengan
tiga gejala khas, yaitu kehilangan minat, tidak berenergi, dan perasaan depresi (tertekan). Depresi
dapat dijumpai pada segala golongan usia, mulai dari kanak, remaja, dewasa, sampai lanjut usia.
Tetapi, gambaran gejala depresi yang ditampilkan dapat berbeda. Hal tersebut tentunya sangat
dipengaruhi oleh faktor usia dari individu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa depresi
merupakan gangguan suasana perasaan (mood) yang tampilannya memiliki banyak muka.
Depresi pada kelompok usia dewasa dapat muncul dalam bentuk tiga gejala khas yang
disebutkan di atas, seperti hilang minat, rasa malas, dan perasaan sedih yang berkepanjangan.
Perasaan sedih dapat berkembang kepada rasa bersalah atau berdosa. Gambaran ini disebut
dengan istilah gejala psikologis sebagai bentuk depresi eksternalisasi. Selain gejala utama tadi,
depresi juga dapat menampilkan gejala lain yang berbentuk somatik, vegetatif, dan kognitif.
Gejala somatik dapat berupa jantung berdebar, nyeri fisik pada bagian tubuh (nyeri dada, kepala
seperti terasa berat, nyeri otot belakang kepala, nyeri anggota gerak, dan ketegangan otot), dan
rasa mual. Gejala vegetatif dapat berupa gangguan pola tidur, pola makan dan aktifitas seksual
(disfungsi seksual atau gangguan dalam dorongan atau hasrat seksual). Sedangkan gejala kognitif
dapat berupa kehilangan konsentrasi dan mudah lupa.
Apabila gejala yang tampak pada individu dewasa lebih bernuansa pada gambaran
somatik, vegetatif, atau kognitif maka dokter harus menyingkirkan dahulu penyebab organik atau
fisik yang mungkin mendasarinya seperti penyakit pada organ dalam atau saraf. Apabila telah
dinyatakan tidak terdapat gangguan fisik, baru di pikirkan suatu gangguan suasana perasaan
(mood). Kondisi yang demikian dikenal dengan istilah depresi terselubung (masked depression)
karena tampilan gejalanya tidak khas tertuju pada tiga gejala utama depresi. Kondisi yang seperti
ini dapat dijumpai pula pada individu di usia kanak akhir dan remaja yang muatan gejala
psikologisnya hanya berupa mudah marah (tersinggung) atau sikap menentang. Bentuk ini di
kenal sebagai depresi internalisasi yang banyak dijumpai pada usia kanak akhir dan remaja.
Depresi internalisasi pada individu dapat mempengaruhi organ di dalam tubuh sehingga
mencetuskan suatu penyakit yang sebelumnya pernah dialami oleh individu dan kemudian
menjadi kambuh. Beberapa penyakit yang dapat kembali kambuh oleh cetusan depresi
internalisasi adalah sakit maag (gangguan pada asam lambung), dermatitis pada kulit, penyakit
asma (gangguan pernafasan), vertigo (nyeri kepala berputar), hipertensi (tekanan darah tinggi),
stroke (penyakit serebro vaskuler), gangguan irama jantung, dan sindrom metabolik
(ketidakseimbangan gula darah). Klinisi menyebutnya sebagai suatu gangguan psikosomatik.
Pada individu remaja, manifestasi depresinya dapat mengarah pada suatu gangguan
penyalahgunaan zat atau alkohol. Kondisi ini perlu dipertimbangkan, mengingat kelompok
remaja sedang berada pada usia krisis identitas dan lebih melakukan indetifikasi kepada peer
group (kelompok sebaya)-nya. Sedangkan pada individu lanjut usia, depresi biasanya tampil
dalam tampilan gejal seperti: banyak diam, tidak konsentrasi, dan mudah lupa. Pada kelompok
lanjut usia harus dipastikan apakah depresi yang dialami berdiri sendiri atau merupakan bagian
dari suatu perkembangan dari penyakit kepikunan (demensia). Klinisi mengenalnya dengan
sebutan Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD).
Sebagai tambahan, depresi merupakan gangguan suasana perasaan (mood) yang dapat
berujung kepada suatu percobaan bunuh diri (tentament suicide). Perilaku bunuh diri tersebut
dapat dicetuskan oleh suatu halusinasi pendengaran yang berupa suara bisikan yang sifatnya
mengomentari atau menyuruh. Apabila terdapat gejala tersebut, tentunya tidak hanya sekedar
depresi semata melainkan terdapat pula warna gejala kejiwaan lain yang dinamakan psikotik
(mendengar bisikan atau bicara sendiri). Tentunya hal tersebut memerlukan penanganan yang
cepat, sehingga apabila terdapat hal itu maka masyarakat yang mengetahui dapat merujuk ke
puskesmas terdekat untuk rujukan ke rumah sakit jiwa atau penanganan awal terkait gejala
kejiwaan. Risiko kemunculan bunuh diri pada individu depresi di segala usia berdasarkan
beberapa penelitian adalah sebagai berikut: anak & remaja (20,8%), dewasa (46,4%), dan lanjut
usia (14,6-25%). Hal ini tentu harus menjadi suatu perhatian terkait dengan program promosi
kesehatan jiwa, khususnya upaya pencegahan depresi dan bunuh diri.
MANIA
Mania, sisi lain dari depresi, juga melibatkan gangguan mood yang disertai dengan
gejala tambahan. Episode mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang
jelas, abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania meliputi cara berbicara yang
cepat, berpikir cepat, kebutuhan tidur berkurang, perasaan senang atau bahagia , dan peningkatan
minat pada suatu tujuan. Selain itu, tampak sifat mudah marah, mengamuk, sensitive, hiperaktif,
dan waham kebesaran.
Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung, senang bertengkar
atau memusuhi secara terang-terangan.Yang khas adalah bahwa penderita yakin dirinya baik-
baik saja. Kurangnya pengertian akan keadaannya sendiri disertai dengan aktivitas yang sangat
luar biasa, bisa menyebabkan penderita tidak sabar, mengacau, suka mencampuri urusan orang
lain dan jika kesal akan lekas marah dan menyerang. Euphoria, atau suasana hati gembira,
berlawanan keadaan emosional dari suasana hati yang depresi. Hal ini ditandai dengan perasaan
berlebihan dari fisik dan kesejahteraan emosional.
Gangguan mood didefinisikan dalam jangka kejadian-terpisah periode waktu di mana
perilaku seseorang didominasi oleh baik mood depresi atau manic. Sayangnya, kebanyakan
orang dengan pengalaman gangguan mood mengalaminya lebih dari satu peristiwa/episode.
Dua tipe utama gangguan mood, yaitu :
Unipolar disorder adalah gangguan psikologis dimana seseorang hanya mengalami
kejadian depresi, tidak terdapat episode manic.
Bipolar disorder adalah gangguan psikologi, ditandai dengan perubahan mood atau
perasaan yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania.Pengambilan istilah bipolar
disorder mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua
kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang
ekstrim.
Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania atau, jika ringan, hypomania .
Individu yang mengalami episode manik juga sering mengalami episode depresi, atau gejala,
atau episode campuran dimana kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama.
Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode normal suasana hati (mood) , tetapi, dalam
beberapa depresi, individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat, yang dikenal
sebagai rapid-cycle. Manic episode ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikotik
seperti delusi dan halusinasi .
Penyebab Mania
Kelainan fisik yang bisa menyebabkan mania :
1. Efek samping obat-obatan
- Amfetamin
- Obat anti depresi
- Bromokriptin
- Kokain
- Kortikoseroid
- Levodopa
- Metilfenidat
2. Infeksi
- Aids
- Ensefalitis
- Influenza
- Sifilis
3. Kelainan hormonal
- Hipertiroidisme
5. Kelainan neurologis
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Korea huntington
- Sklerosis multiple
- Stroke
- Korea sydenham
- Epilepsi lobus temporalis
Gejala
Gejala manis berkembang dengan cepat dalam waktu beberapa hari. Pada stadiu awal
mania, penderita merasa lebih baik dari biasanya dan seringkali tampak lebih ceria, lebih muda
dan lebih bersemangat.Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung,
senang bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan. Yang khas adalah bahwa penderita
yakin dirinya baik-baik saja.
Kurangnya pengertian akan keadaan diri disertai dengan aktivitas yang sangat luar biasa
bisa menyebabkan penderita menjadi tidak sabar, suka mengacau, mencampuri urusan orang lain
dan jika kesal akan marah dan menyerang orang lain.Aktivitas mental penderita menjadi semakin
cepat. Perhatian penderita mudah teralihkan dan selalu berpindah dari satu tema ke tema
lainnya.Penderita memiliki keyakinan yang salah mengenai kekayaan, kekuasaan, kehalidan dan
kecerdasan seseorang dan kadang menganggap dirinya adalah Tuhan. Penderita yakin bahwa
dirinya sedang dibantu atau dihukum oleh orang lain atau memiliki halusinasi yaitu mendendar
dan melihat benda-benda yang sesungguhnya tidak ada.
Kebutuhan tidurnya berkurang. Penderita tidak berhenti mengikuti berbagai kegiatan
tanpa memikirkan bahaya sosial yang dapat terjadi. Pada kasus berat, aktivitas fisik dan mental
penderita menjadi sangat tinggi sehingga setiap kaitan yang jelas antara suasana haati dan
perilaku hilang dalam suatu bentuk agitasi yang tanpa perasaan. Pada keadaan ini diperlukan
penanganan segera karena penderita dapat meninggal akibat kelelahan fisik yang luar biasa.
DIAGNOSIS
EPISODE MANIK
Saat ini dalam keadaan manik yaitu suanasa perasaan yang senang berlebihan.Tetapi
individu belum pernah mengalami afektif sebelum atau sesudahnya. Terdapat 3 gradasi pada
episode manik :
1. Hipomania
Suasana perasaan berada antara siklotimia dan mania.Pedoman diagnosis :
a. Suasana perasaan yang meningkat
Ringan dan menetap sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut , disertai
perasaan sejahtera yang mencolok.
b. Peningkatan aktivitas, berupa :
Bercakap-cakap, bergaul dan akrab berlebih
Peningkatan energi seksual
Pengurangan kebutuhan tidur
c. Tidak terdapat kekacauan berat dalam pekerjaan atau penolakan oleh masyarakat
Penggolongan Diagnosis
1. Pedoman Umum
Semua jenis gangguan afektif bipolar harus pernah ada sekurang-
kurangnya satu episode afektif.
Penggolongan tipe tergantung pada jenis afektif pada episode saat ini.
2. Berbagai tipe Gangguan Afektif Bipolar
a. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomania
Episode saat ini sesuai dengan Hipomania
b. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Episode saat ini memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik.
c. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
Episode saat ini memenuhi kriteria mania dengan gejala psikotik.
d. Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Ringan atau Sedang
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan atau
sedang.
e. Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat tanpa gejala
psikotik.
f. Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Berat dengan Psikotik
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat dengan
gejala psikotik.
g. Gangguan Bipolar, Episode Kini Campuran
Episode saat ini menunjukkan gejala manik, hipomanik, dan depresif yang
tercampur atau bergantian dengan cepat serta telah berlangsung sekurang-
kurangnya dua minggu.
h. Gangguan Bipolar, Episode Kini dalam Remisi
Sekurang-kurangnya pernah dua episode afektif dan saat ini tidak terdapat gejala
afektif yang nyata.
EPISODE DEPRESIF
Mengalami suasana perasaaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, mudah
lelah dan berkurangnya aktivitas. Terdapat tiga variasi episode : ringan, sedang, dan berat.
Penegakan diagnosis dibutuhkan waktu paling sedikit 2 minggu. Kelompok diagnosis ini hanya
untuk episode afektif yang pertama saja. Gejala-gejala depresif > 2 minggu :
- konsentrasi, perhatian , harga diri, kepercayaan diri , rasa bersalah / tidak berguna,
masa depan rasanya suram / pesimis, membahayakan diri / upaya bunuh diri, tidur
terganggu (mid-insomnia), nafsu makan
- Ringan, sedang, berat + gejala somatik (bangun lebih dini, retardasi / agitasi
psikomotor, nafsu makan , berat badan 50% dalam 1 bulan, libido )
Penggolongan Diagnosis
Episode Depresif Ringan
1. Sekurang-kurangnya dua gejala depresif yang khas (gejala A) :
Perasaan depresif
Kehilangan minat dan kesenangan
Mudah menjadi lelah
2. Sekurang-kurangnya dua dari gejala B :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Rasa bersalah dan tak berguna
Masa depan suram dan pesimis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
3. Telah berlangsung paling sedikit dua minggu
4. Tidak boleh ada gejala yang berat
5. Masih dapat meneruskan pekerjaan dan kegiatan sosial.
Episode Depresif Sedang :
1. Paling sedikit dua dari gejala A
2. (2) Paling sedikit tiga dari gejala B
3. (3) Paling sedikit dua minggu
4. (4) Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial
TERAPI
Terdapat tiga cara yang umum digunakan dalam menangani pasien dengan gangguan
mood:
1. Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan seseorang untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi, dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004).
Hospitalisasi dilakukan jika penderita memiliki resiko bunuh diri / membunuh orang lain,
menunjukkan gejala-gejala yang berkembang secara progresif, dan tidak mampu
mengurus diri / tidak ada yang mampu mengurus.
2. Psikoterapi
Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull 2001), mengungkapkan bahwa psikoterapi
merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya
emosional. Dengan tujuan menghilangkan simtom untuk mengantarai pola perilaku yang
terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
Psikoterapi yang dapat diberikan meliputi terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi
perilaku.
3. Farmakoterapi
Antidepresan: trisiklik, tetrasiklik, RIMA, SSRI, Nassa
Antimania: lithium, karbamazepin
Setiap pengobatan yang tersedia untuk para penderita depresi, memiliki keunggulan
masing-masing. Antidepresan misalnya, memiliki keunggulan di daya penyembuhannya yang
cepat dibandingkan psikoterapi. Namun psikoterapi justru membantu orang-orang untuk belajar
kemampuan-kemampuan yang dapat mereka gunakan setelah proses pengobatan agar mencegah
penyakit depresinya kambuh kembali.
Para ahli juga mencatat bahwa cognitive therapy memiliki performa yang amat baik
dalam menyembuhkan para penderita deprsei. Paling tidak, cognitive therapy ini memiliki dua
keunggulan: biaya pengobatan yang tidak begitu mahal dan efek kesembuhannya untuk jangka
panjang sehingga mencegah terjadinya kambuh bagi para penderita setelah sembuh.
Biasanya pengobatan gangguan bipolar memerlukan waktu lama. Penderita gangguan
bipolar tetap perlu minum obat meskipun perasaannya sudah membaik. Pengobatan gangguan
bipolar biasanya memerlukan penanganan dokter spesialis jiwa, dengan melibatkan psikolog
maupun perawat jiwa. Penanganan gangguan bipolar dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
psikoterapi (individual atau kelompok, keluarga), penyuluhan kesehatan dan dukungan
kelompok.
PROGNOSIS
DEPRESI
Gangguan depresi dapat menjadi kronis dan terjadi dalam episode yang sering berulang.
Terdapat indikator prognosis baik dari depresi, yaitu gejala ringan, berkurangnya gejala psikotik,
pada masa remaja sosialisasi baik, keluarga stabil, fungsi sosial 5 tahun sebelum sakit baik,
berkurangnya gangguan psikiatrik lain, menurunnya gangguan kepribadian, dan perawatan untuk
gangguan depresi kurang atau sama dengan 1 kali.
BIPOLAR
Gangguan bipolar dapat menjadi kronis dan dalam jangka waktu panjang (episode
berulang) atau ringan dengan episode yang jarang. Pasien dengan gangguan bipolar umumnya
memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian
karena semua penyebab. Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun, mengalami
peningkatan besar dalam tingkat kelangsungan hidup. Prognosis buruk pada laki-laki biasanya
riwayat kerja buruk, penyalahgunaan zat, ada gejala psikotik, ada gejala depresi, dan ada gejala
depresi pada antar episode.
Dalam kebanyakan kasus gangguan bipolar, depresi lebih banyak terjadi daripada fase
manik, dan siklus mania dan depresi yang tidak teratur atau tidak diprediksi . Banyak pasien
mengalami mania campuran, atau keadaan campuran , di mana kedua mania dan depresi hidup
berdampingan selama setidaknya 7 hari.
Sekitar 15 % pasien dengan gangguan rapid cyclic memiliki fase yang rumit. Dengan
tahap yaitu manik dan depresi episode alternatif setidaknya empat kali setahun. Dalam kasus
yang parah , bahkan dapat berkembang menjadi beberapa siklus sehari. Rapid cyclic cenderung
terjadi lebih sering pada wanita dan pada mereka dengan bipolar II. Biasanya , gangguan ini
dimulai pada fase depresi , dan episode sering dan parah dari depresi mungkin menjadi ciri khas.
Fase ini sulit untuk diobati , terutama karena antidepresan dapat memicu beralih ke mania dan
mengatur pola siklus.
Penelitian menunjukkan bahwa gejala gangguan bipolar pada anak-anak dan remaja
berbeda dengan orang dewasa . Sementara orang dewasa dengan gangguan bipolar biasanya
memiliki periode manik dan depresi yang berbeda, anak-anak dengan gangguan bipolar
berfluktuasi cepat dalam suasana hati dan perilaku mereka . Mania pada anak ditandai dengan
mudah marah dan agresif sedangkan orang dewasa cenderung mengalami euforia . Anak-anak
dengan depresi bipolar sering marah dan gelisah , dan mungkin memiliki suasana hati tambahan
dan gangguan perilaku seperti kecemasan , gangguan perhatian defisit hiperaktif , gangguan
perilaku , dan masalah penyalahgunaan zat .
GANGGUAN SUASANA PERASAAN MENETAP
Merupakan gangguan suasana perasaan yang menetap, berfluktuatif tapi tidak dapat
digolongkan sebagai episodik. Lebih ringan dari hipomania atau depresi ringan. Berlangsung
bertahun-tahun lamanya. Beronset dini atau lambat.
1. Siklotimia
- Ciri esensial : ketidakstabilan suasana perasaan menetap, meliputi banyak periode
depresi ringan dan elasi ringan, tidak ada yang cukup parah/lama untuk memenuhi
kriteria gangguan afektif bipolar atau depresi berulang.
- Setiap gangguan suasana perasaan tersebut tidak memenuhi kriteria untuk kategori
manapun dari episode manik atau episode depresif.
- Siklotimia memiliki prevalensi di masyarakat sebanyak 1% dengan perbandingan
antara wanita : pria sebesar 3:2, 50% sampai 75% onset pada usia 15-25 tahun.
- Faktor genetik mungkin berperan, 30% pasien punya keluarga yang menderita bipolar
I.
2. Distimia
- Distimia atau gangguan distimik (dysthymic disorder) adalah suatu kondisi kronis
yang ditandai dengan gejala depresi yang terjadi hampir sepanjang hari, lebih banyak
hari daripada tidak, setidaknya selama 2 tahun. Pada anak-anak, suasana hati mungkin
mudah tersinggung daripada depresi, dengan durasi minimum yang diperlukan hanya
1 tahun. Selama periode 2 tahun (1 tahun untuk anak-anak atau remaja), interval
bebas gejala tidak bertahan lebih lama dari 2 bulan. Gejala depresi dari gangguan ini
bukan karena kondisi medis, obat, obat ilegal, atau gangguan psikotik. Dalam 2 tahun
pertama dari gangguan ini, jika gejala depresi semakin intensif sehingga memenuhi
kriteria untuk episode depresi mayor, maka diagnosis berubah menjadi depresi mayor.
Disebut juga depresi neurotik.
- Ciri esensial : depresi yang berlangsung sangat lama atau jarang sekali atau cukup
parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang.
- Biasanya mulai pada usia diri dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya
beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang tak terbatas. (Jika onsetnya
pada usia lanjut, gangguan ini sering kali merupakan kelanjutan suatu depresi
tersendiri dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lainnya).
DAFTAR PUSTAKA
Davison, C, Gerald; Neale, M, Jhon; Kring, M, Ann. Abnormal Psychology. 9th. Edition.
New York. Psychopathology Development.
Dr. Hubertus Kasan Hidayat,Sp.KJ. Seminar Profesional
Kring, Ann.,Johnson,Sheri.,Davison,Gerald.,&Neale, John (2011), Abnormal Psychology
Twelfth Edition, Singapore: John Wiley & Sons
Nevid, S, Jeffrey; Rathus, A, Spencer. 2003. Abnormal Psychology in a Changing
Syamsir Bs, Psikiater. Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara.
World. 5th. Edition. Upper Saddle River. New Jersey 07458