No. RS 12345678
Nama Bapak. Nt
Umur 58 tahun
BB/TB 56 kg/161cm
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, perut mual, batuk
berdahak agak keruh, dan dada terasa nyeri.
INFEKSI SALURAN NAFAS
01
Hasil pemeriksaan tanda vital:
02
Hasil pemeriksaan laboratorium darah:
TD : 140/80 mmHg Hb : 10,9 g/Dl
Nadi : 90 kali/menit Hct : 30,9%
RR : 24 kali/menit Leukosit : 12,5 ribu/mm3
Suhu : 36,5℃ BUN : 56 mg/Dl
Creatinin : 4,2 mg/Dl
Na/K/Cl : 137/4,5/109
pH/pCO2/pO2/HCO3 : 7,44/27,3/63,6/18,3/10,9/4,1 (alkalosis
/TCO2/BE respiratorik terkompensasi sempurna
03
Diagnosa : Community Acquired
USG : Cardiomegali disertai udem pulmo
Pneumonia (CAP)
Terapi : Oksigen, claritromicyn
500mg/hari, salbutamol
2mg/hari
INFEKSI SALURAN NAFAS
2. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Pneumonia disebabkan oleh berbagai patogen virus dan bakteri. Patogen penyebab CAP pada
pasien dewasa paling sering adalah virus, dengan rhinovirus manusia dan influenza yang paling umum.
Patogen bakteri yang paling menonjol yang menyebabkan CAP pada orang dewasa adalah S. pneumoniae
yang mencapai 35% (12%-68%) dari semua kasus akut. Agent penyebab pneumonia masuk ke paru–paru
melalui inhalasi atau pun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran
pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkus menyebabkan sel berisi eksudat dan
sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan atelektasis.
Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas,
bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan napas reaktif.
INFEKSI SALURAN NAFAS
3. ETIOLOGI PENYAKIT
4. Data Pasien
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Bapak. Nt
Jenis Kelamin : Laki-laki
No.RM : 12345678
Umur : 58 tahun
BB/TB : 56 kg/161 cm
Diagnosa : Community Acquired Pneumonia (CAP)
Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness) : Cardiomegali disertai udem pulmo
Hasil
Parameter Satuan Nilai Rujukan Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
Scr mg/dL - -
Hasil pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
Claritromicyn
Clarithromycin yaitu dengan mengikat sub unitribosom 50s yang mengakibatkan penghambatan
sintesis protein bakteri. ( APhA,2012 )
Salbutamol
Mekanisme kerja Salbutamol yaitu bekerja dengan cara saluran pernafasan yang menyempit akan di
lemaskan di sekitar otot-otot, sehingga udara dapat mengalir lebih lancar ke dalam paru-paru. Efek
obat ini bisa dirasakan dalam beberapa menit setelah dikonsumsi dan bertahan selama 3-5 jam.
INFEKSI SALURAN NAFAS
PROBLEM MEDIK
CAP Subyektif : • Oksigen • Penggunaan terapi ini pertama pada Terapi tidak Claritromycin • Monitoring
•Sesak nafas • claritromicy pasien CAP adalah dengan tepat. ditambah dengan kepatuhan pasien
•Perut mual n penggunaan golongan antibiotik golongan meminum
•Batuk berdahak 500mg/hari fluoroquinolones atau betalaktam + Interaksi obat betalaktam. antibiotic
agak keruh • salbutamol makrolida atau doxycycline (Dipiro •Seftriakson
•Dada terasa nyeri 2mg/hari edisi 11, 2021). 1-2g/hari (Zainul, • Monitoring
Obyektif: • Penggunaan oksigen bila saturasi 2017) saturasi oksigen
•RR 24 kali/menit oksigen <90% sehingga pasien tidak •Clarithromycin pasien
(Cepat) memerlukan terapi oksigen. (I Gede 500mg/hari.
•Skor CURB 1 Agung, 2019). (Dilanjutkan) • Monitoring efek
• Penggunaan salbutamol dengan •Salbutamol 2mg / samping obat
•Resiko rendah,
clarithromycin terdapat interaksi hari (Dihentikan) seftriakson yaitu
rawat jalan
moderate. Menggunakan albuterol panas dingin dan
bersama dengan klaritromisin dapat nyeri dada.
meningkatkan risiko irama jantung
yang tidak teratur yang mungkin serius
dan berpotensi mengancam nyawa.
Berdasarkan data pasien memiliki
riwayat penyakit jantung, yang dimana
jika pasien mengkonsumsi obat ini
akan memperparah penyakit pasien
(Drugs.com)
• Penggunaan salbutamol dihentikan
Drug Related Problems (DRPs)
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
Korelasi obat dg masalah medis Adakah obat tanpa indikasi medis? √ Semua obat yang
(Correlation between drug therapy & medical problem) digunakan memiliki
indikasi medis
Adakah masalah medis yang tidak diobati √ Tidak ada
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/ mencapai hasil √ Karena terapi untuk CAP
(Appropriate Therapy) yang diinginkan (therapeutic outcome)? harus menggunakan
golongan beta laktam yang
dikombinasikan dengan
makrolida.
Apakah obat yang digunakan dikontraindikasikan √ Tidak ada kontraindikasi
untuk pasien?
Apakah obat yang digunakan merupakan √ Clarithromycin termasuk
drug of choice ? drug of choice dari CAP.
Apakah terapi non-obat diperlukan? √ Karena kondisi yang
dialami pasien masih ringan
Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk pasien? √ Dosis sudah sesuai
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat? √ Sudah sesuai
Apakah lama pemberian obat sudah tepat? √ Sudah tepat
Lanjutan
Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi? √ Tidak ada duplikasi terapi
Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang disebabkan oleh obat? √ Tidak ada
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak klinis? √ Terdapat interaksi mderate antara
salbutamol dengan claritrhomycin yang
meningkatkan resiko irama jantung
Adakah interaksi obat- makanan yg berdampak klinis? √ Terdapat interaksi antara clarithromycin
dengan makanan yaitu grape fruit
namun tidak berdampak signifikan
Konseling
1. Istirahat yang cukup
2. Asupan cairan yang cukup
3. Hidrasi untuk mengencerkan sekresi
4. Perbaikan nutrisi
5. Teknik napas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko
atelektasis (Depkes RI, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
• AphA Asosiasi Apoteker Amerika., 2012, Buku Pegangan Informasi Obat dengan International Trade Names Index edisi ke-21, Ohio:
Lexicomp.
• Badan POM RI.2015.Pusat Informasi Obat Nasional.http://pionas.pom.go. id/monografi/ irbesartan
• Marni. 2014. Buku Ajaran Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan pernafasan. Yogyakarta : Gosyen Publishing
• Masriadi, H. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers, hal: 346 – 353
• Rosana, E. N. 2016. Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari Lingkungan Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas
Blado 1 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional Penanggulangan Pneumonia
Balita Tahun 2005-2009. Jakarta: Depkes RI
• Natasya, F. 2022. Tatalaksana Pneumonia. Jurnal Medika Hutama, 3(20), 2392-2399.
• Cilloniz, et al. 2018. Epidemiology, Pathophysiology, And Microbiology Of CommunityAcquired Pneumonia. Annals Of Research
Hospital, 2 (1), 1-11..
• Andriyani, S., Keliat, E. N., & Abidin, A. (2016). Hubungan Derajat Skor CURB-65 Saat Awal Masuk dan Nilai Antitrombin III pada
Pasien Pneumonia Komunitas. Majalah Kedokteran Bandung, 48(2), 92-97.
• Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2021). Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Abpproach Eleventh Edition. United State: The McGraw-Hill Companies, Inc
THANK
YOU