Anda di halaman 1dari 15

TUGAS FARMAKOTERAPI

INFEKSI SALURAN NAFAS


Kelompok : A-1
 
Nama (NPM): Ade Putra Dinata (200106002)
Aini Matuzzuhro (200106007)
Amelia Ayuning Tyas (200106015)
Arini Dwi Anafshi (200106021)
Bella Sintara (200106027)
Catur Susilo Kurnia Heti (200106033)
Citra Vanesa (200106035)
 
INFEKSI SALURAN NAFAS
1. KASUS

No. RS 12345678

Nama Bapak. Nt

Umur 58 tahun

BB/TB 56 kg/161cm

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, perut mual, batuk
berdahak agak keruh, dan dada terasa nyeri.
INFEKSI SALURAN NAFAS

01
Hasil pemeriksaan tanda vital:
02
Hasil pemeriksaan laboratorium darah:
TD : 140/80 mmHg Hb : 10,9 g/Dl
Nadi : 90 kali/menit Hct : 30,9%
RR : 24 kali/menit Leukosit : 12,5 ribu/mm3
Suhu : 36,5℃ BUN : 56 mg/Dl
Creatinin : 4,2 mg/Dl
Na/K/Cl : 137/4,5/109
pH/pCO2/pO2/HCO3 : 7,44/27,3/63,6/18,3/10,9/4,1 (alkalosis
/TCO2/BE respiratorik terkompensasi sempurna
03
Diagnosa : Community Acquired
USG : Cardiomegali disertai udem pulmo

Pneumonia (CAP)
Terapi : Oksigen, claritromicyn
500mg/hari, salbutamol
2mg/hari
INFEKSI SALURAN NAFAS

2. PATOFISIOLOGI PENYAKIT

Pneumonia disebabkan oleh berbagai patogen virus dan bakteri. Patogen penyebab CAP pada
pasien dewasa paling sering adalah virus, dengan rhinovirus manusia dan influenza yang paling umum.
Patogen bakteri yang paling menonjol yang menyebabkan CAP pada orang dewasa adalah S. pneumoniae
yang mencapai 35% (12%-68%) dari semua kasus akut. Agent penyebab pneumonia masuk ke paru–paru
melalui inhalasi atau pun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran
pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkus menyebabkan sel berisi eksudat dan
sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan atelektasis.
Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas,
bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan napas reaktif.
INFEKSI SALURAN NAFAS

3. ETIOLOGI PENYAKIT

Pada umumnya, bakteri merupakan patogen penyebab yang sering ditemui


pada CAP dan terbagi menjadi dua yaitu bakteri tipikal dan bakteri atipikal.
Peningkatan mortalitas CAP diikuti juga dengan meluasnya resistensi antibiotika.
Resistensi dari antibiotika ini menimbulkan kegagalan terapi sehingga pasien tidak
sembuh dan mengalami perburukan hingga menyebabkan kematian.
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptococcus pneumonia, melalui selang infuse oleh stapilococcus aureus sedangkan
pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Pada masa kini terjadi
karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk keparu-paru
organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan
paru, terjadi pneumonia.
INFEKSI SALURAN NAFAS

4. Data Pasien
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Bapak. Nt
Jenis Kelamin : Laki-laki
No.RM : 12345678
Umur : 58 tahun
BB/TB : 56 kg/161 cm
Diagnosa : Community Acquired Pneumonia (CAP)

SUBYEKTIF (saat MRS)


Keluhan Utama (Chief Complaint) : sesak nafas,perut mual,batuk berdahak agak keruh,dada terasa nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness) : Cardiomegali disertai udem pulmo

Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History) : hipertensi dan jantung


INFEKSI SALURAN NAFAS
Pemeriksaan Fisik (Physical Examination) Kondisi Klinis

TD 140/80 mmHg Kondisi Klinis

Suhu 36,5℃ Sesak nafas

Nadi 90 kali/menit Perut mual

RR 24 kali/menit Batuk berdahak agak keruh


Dada terasa nyeri
Hematologi

      Hasil
Parameter Satuan Nilai Rujukan Pemeriksaan
 

Hemoglobin (Hb) g/dL 12,0 – 14,0 (P) 10,9 g/dL


11,0 – 16,0 (L)
Hematokrit % 40 – 50 (P) 30,9%
37 – 54 (L)
INFEKSI SALURAN NAFAS
Hasil
   
pemeriksaan
Parameter Satuan
 

BUN mg/dL 56 mg/dL

Creatinin mg/dL 4,2 mg/dL

      Hasil pemeriksaan

Parameter Satuan Nilai Rujukan  

Natrium mmol/L 0,5 – 1,5 137 mmol/L

Kalium mmol/L 10 - 24 4,5 mg/L

Scr mg/dL - -
      Hasil pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan  

ALT (SGPT) U/L 5 – 30 -

AST (SGOT) U/L 5 – 30 -


INFEKSI SALURAN NAFAS
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi

Claritromicyn oral 500 mg  


Salbutamol oral 2 ml

Mekanisme Kerja Obat

Claritromicyn
Clarithromycin yaitu dengan mengikat sub unitribosom 50s yang mengakibatkan penghambatan
sintesis protein bakteri. ( APhA,2012 )

Salbutamol
Mekanisme kerja Salbutamol yaitu bekerja dengan cara saluran pernafasan yang menyempit akan di
lemaskan di sekitar otot-otot, sehingga udara dapat mengalir lebih lancar ke dalam paru-paru. Efek
obat ini bisa dirasakan dalam beberapa menit setelah dikonsumsi dan bertahan selama 3-5 jam.
INFEKSI SALURAN NAFAS
PROBLEM MEDIK

Problem Subyektif Terapi Analisis DRP Rekomendasi Monitoring


Medik Obyektif

CAP Subyektif : • Oksigen • Penggunaan terapi ini pertama pada Terapi tidak Claritromycin • Monitoring
•Sesak nafas • claritromicy pasien CAP adalah dengan tepat. ditambah dengan kepatuhan pasien
•Perut mual n penggunaan golongan antibiotik golongan meminum
•Batuk berdahak 500mg/hari fluoroquinolones atau betalaktam + Interaksi obat betalaktam. antibiotic
agak keruh • salbutamol makrolida atau doxycycline (Dipiro •Seftriakson
•Dada terasa nyeri 2mg/hari edisi 11, 2021). 1-2g/hari (Zainul, • Monitoring
Obyektif: • Penggunaan oksigen bila saturasi 2017) saturasi oksigen
•RR 24 kali/menit oksigen <90% sehingga pasien tidak •Clarithromycin pasien
(Cepat) memerlukan terapi oksigen. (I Gede 500mg/hari.
•Skor CURB 1 Agung, 2019). (Dilanjutkan) • Monitoring efek
• Penggunaan salbutamol dengan •Salbutamol 2mg / samping obat
•Resiko rendah,
clarithromycin terdapat interaksi hari (Dihentikan) seftriakson yaitu
rawat jalan
moderate. Menggunakan albuterol panas dingin dan
bersama dengan klaritromisin dapat nyeri dada.
meningkatkan risiko irama jantung
yang tidak teratur yang mungkin serius
dan berpotensi mengancam nyawa.
Berdasarkan data pasien memiliki
riwayat penyakit jantung, yang dimana
jika pasien mengkonsumsi obat ini
akan memperparah penyakit pasien
(Drugs.com)
• Penggunaan salbutamol dihentikan
Drug Related Problems (DRPs)
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PERTANYAAN YES NO KOMENTAR

Korelasi obat dg masalah medis Adakah obat tanpa indikasi medis?   √ Semua obat yang
(Correlation between drug therapy & medical problem) digunakan memiliki
indikasi medis
Adakah masalah medis yang tidak diobati   √ Tidak ada
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/ mencapai hasil   √ Karena terapi untuk CAP
(Appropriate Therapy) yang diinginkan (therapeutic outcome)? harus menggunakan
golongan beta laktam yang
dikombinasikan dengan
makrolida.
Apakah obat yang digunakan dikontraindikasikan   √ Tidak ada kontraindikasi
untuk pasien?
Apakah obat yang digunakan merupakan √   Clarithromycin termasuk
drug of choice ? drug of choice dari CAP.
Apakah terapi non-obat diperlukan?   √ Karena kondisi yang
dialami pasien masih ringan
Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk pasien? √   Dosis sudah sesuai
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat? √   Sudah sesuai
Apakah lama pemberian obat sudah tepat? √   Sudah tepat
Lanjutan
Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi?   √ Tidak ada duplikasi terapi

Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang disebabkan oleh obat?   √ Tidak ada

Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak klinis? √   Terdapat interaksi mderate antara
salbutamol dengan claritrhomycin yang
meningkatkan resiko irama jantung

Adakah interaksi obat- makanan yg berdampak klinis? √   Terdapat interaksi antara clarithromycin
dengan makanan yaitu grape fruit
namun tidak berdampak signifikan

Adakah interaksi obat- pemeriksaan laboratorium yang   √ Tidak ada


berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi terhadap obat ?   √ Tidak ada
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien terhadap penggunaan √   Pasien memiliki riwayat penyakit
obat? hipertensi dan jantung dan jarang
meminum obat
Apakah pasien mengalami hambatan/ kesulitan dalam   √ Pasien tidak memiliki hambatan dalam
penggunaan obat? penggunaan obat, karena obat yang
digunakan berbentuk oral
Kesimpulan dan
Rekomendasi
1. Seftriakson 1-2g/hari
2. Clarithromycin 500mg/hari
3. Salbutamol 2mg/hari (Dihentikan)
4. Terapi oksigen (Dihentikan)

Konseling
1. Istirahat yang cukup
2. Asupan cairan yang cukup
3. Hidrasi untuk mengencerkan sekresi
4. Perbaikan nutrisi
5. Teknik napas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko
atelektasis (Depkes RI, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
• AphA Asosiasi Apoteker Amerika., 2012, Buku Pegangan Informasi Obat dengan International Trade Names Index edisi ke-21, Ohio:
Lexicomp.
• Badan POM RI.2015.Pusat Informasi Obat Nasional.http://pionas.pom.go. id/monografi/ irbesartan
• Marni. 2014. Buku Ajaran Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan pernafasan. Yogyakarta : Gosyen Publishing
• Masriadi, H. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers, hal: 346 – 353
• Rosana, E. N. 2016. Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari Lingkungan Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas
Blado 1 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional Penanggulangan Pneumonia
Balita Tahun 2005-2009. Jakarta: Depkes RI
• Natasya, F. 2022. Tatalaksana Pneumonia. Jurnal Medika Hutama, 3(20), 2392-2399.
• Cilloniz, et al. 2018. Epidemiology, Pathophysiology, And Microbiology Of CommunityAcquired Pneumonia. Annals Of Research
Hospital, 2 (1), 1-11..
• Andriyani, S., Keliat, E. N., & Abidin, A. (2016). Hubungan Derajat Skor CURB-65 Saat Awal Masuk dan Nilai Antitrombin III pada
Pasien Pneumonia Komunitas. Majalah Kedokteran Bandung, 48(2), 92-97.
• Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2021). Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Abpproach Eleventh Edition. United State: The McGraw-Hill Companies, Inc
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai