Disusun Oleh :
Pembimbing Klinik : Regina Jade C (42200478)
dr. Iswanto, Sp.P, FCCP Noki Otto K (42200479)
Shanty Dewi S (42200485)
Nettavania Pudihang (42200486)
Julian Matius S S (42200487)
Identitas Pasien
Nama Pasien : Bp. MD
Usia : 67 tahun
Alamat : Gunung Kidul
HMRS : 12 Agustus 2022
Anamnesis
Keluhan Utama
Sesak Napas
Asma: (-), Hipertensi (+) Diabetes mellitus ,Penyakit Paru (-), Penyakit jantung (+)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CM
GCS : E4V5M6
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
Vital Sign :
• TD : 129/70 mmHg
• Nadi: 80 x/menit, regular, kuat angkat
• Respirasi : 30 x/ menit
• SpO2 : 97%
• Suhu : 36.5oC
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normochepali, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : pembesaran limfonodi (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
Pulmo : simetris, tidak ada ketertinggalan gerak, retraksi dinding dada (-),
nyeri tekan (-), wheezing (-/-), rhonki kering (+/+), vesikuler (+/+)
Cor : S1, S2 regular, murmur (-)
Abdomen : supel, nyeri tekan epigastric (-), bising usus (-)
Ekstremitas : (atas-bawah) hangat, CRT <2 detik
Planning & Pemeriksaan
Penunjang
KESAN
- Peningkatan corakan
bronkovaskuler
- Tanda edem pulmo
- Cor : Cardiomegali
Diagnosis
Hipertensi
Terapi
Non-Farmako:
Farmako: R/ tab Paracetamol 500 mg No XV
S.p.r.n.3.d.d.tab I (bila demam)
• Isolasi dan pemantauan di ruang
R/Inf Vitamin C 400 mg/8 jam
rawat covid-19
dalam NaCl 0,9% 100 cc
• Istirahat total, jaga asupan kalori
s.i.m.m (habis dalam 1 jam IV)
adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
R/ tab Favipiravir 200 mg No IV
• Pantau PDL, CRP, fungsi ginjal, RO
s.2.d.d. tab II
Thorax
R/ tab Azritomisin 500 mg no V
s.1.d.d.tab I
R/ Tab Amilodipin 5 mg No V
s.1.d.d tab I p.c
FOLLOW UP
S:
Sesak (-), Batuk (+), nyeri dada (-), nyeri tenggorokan (-)
O:
Ku sedang, Compos mentis
TD : 127/76
S : 36,3 C
N : 74 x
RR : 22 x
SPO2 : 99 % respirasi spontan dengan O2 Nasal 3lpm
A:
Covid confirm gejala sedang dengan edem pulmo, Hipertensi
P:
Tx lanjut
Daftar
Pertanyaan
1. Diagnosis
1. Kasus suspek (memenuhi salah satu kriteria)
a. Orang yang memenuhi salah satu kriteria klinis:
● Demam akut dan batuk;
● Min 3 gejala berikut: Demam, Batuk, Lemas, sakit kepala, nyeri otot, nyeri tenggorokan,
pilek/hidung tersumbat, sesak napas, anoreksia/mual/muntah, diare, atau penurunan
kesadaran;
● Pasien dengan ISPA berat dengan riwayat demam/demam (> 38°C) dan batuk yang
terjadi dalam 10 hari terakhir, serta membutuhkan perawatan rumah sakit; atau
● Anosmia akut tanpa penyebab lain yang teridentifikasi; atau
● Ageusia (kehilangan pengecapan) akut tanpa penyebab lain yang teridentifikasi.
b. Seseorang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable/konfirmasi
COVID-19/klaster COVID-19 dan memenuhi kriteria klinis (a)
c. Seseorang dengan hasil pemeriksaan Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) positif dan
tidak memiliki gejala serta bukan merupakan kontak erat
1. Diagnosis
2. Kasus Probable
Kasus Probable adalah kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis
COVID-19 dan memiliki salah satu kriteria :
- Tidak dilakukan pemeriksaan lab Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) atau
RDT-Ag; atau
- Hasil pemeriksaan laboratorium NAAT/RDT-Ag tidak memenuhi kriteria kasus
konfirmasi maupun bukan COVID-19 (discarded)
Kasus Probable (Satu kriteria )
- Seseorang dengan pemeriksaan laboratorium NAAT positif.
- Memenuhi kriteria kasus suspek atau kontak erat dan hasil pemeriksaan
RDT-Ag positif di wilayah sesuai penggunaan RDT- Ag pada kriteria wilayah B
dan C
- Seseorang dengan hasil pemeriksaan RDT-Ag positif sesuai dengan
penggunaan RDT-Ag pada kriteria wilayah C.
2. Kriteria kasus
Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan, sedang,
berat dan kritis.
1.Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala.
2. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala yang
muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia.
Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala,
diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang
muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua dan
immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas
menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada demam. Status oksigenasi :
SpO2 > 95% dengan udara ruangan.
2. Kriteria kasus
3. Sedang
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93%
dengan udara ruangan ATAU Anak-anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat
(batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda
pneumonia berat).
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit
usia 2–11 bulan, ≥50x/menit
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit
usia >5 tahun, ≥30x/menit.
2. Kriteria kasus
4. Berat/ Pneumonia Berat
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan
berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan.
ATAU Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan
bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini: Sianosis sentral atau SpO2 < 93%
Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang sangat
berat)
Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang.
Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea
5. Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis, atau
kondisi lainnya yang membutuhkan alat penunjang hidup seperti ventilasi mekanik atau
terapi vasopresor
3. Disebabkan virus apa?
•Virus: SARS-CoV-2
•Penyakit: Corona Virus Disease
•Varian: Alpha (B.117), Beta (1.351), Delta (B1,617),
Omicron (B.1.1.529)
4. Terapi Covid
4. Terapi Covid
Terapi
1. Vitamin C
Tablet vitamin C non acidiic 500mg/ 6-8 jam oral (14 hari )
Vitamin C 200-400 mg/ 8jam dalam 100 cc Nacl 0,9% habis dalam 1 jam
2. Vitamin D
Derajat sedang dan berat/kritis 500 mg/24 jam IV atau PO selama 5-7 hari ( dapat diganti
dnegan Levofloksasin apabila curga ada infeksi bakteri (750 mg/24 jam per IV atau PO
selama 5-7 hari
4. Antivirus
Derajat Ringan
- Oseltamvir (Tamiflu) 75 mg/12 jam oral selama 5-7 hari atau
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/ 12 jam/ oral hari ke 1 dan
selanjutnya 2x 600 mg (hari ke 2-5)
• Proses endositik ini dipermudah oleh adanya beberapa enzim protease dari sel penjamu
(transmembrane protease serine protease 2 (TMPRSS2), cathepsin L, dan furin).
TMPRSS2 banyak diekspresikan bersama ACE2 di sel epitel hidung, paru, dan cabang bronkus
• Setelah menempel, virus bereplikasi di epitel mukosa saluran pernapasan bagian atas (rongga hidung
dan faring), kemudian bereplikasi lebih lanjut di saluran pernapasan bawah dan mukosa
gastrointestinal, sehingga menimbulkan viremia ringan. Sebagian reaksi infeksi pada tahap ini dapat
dikendalikan dan pasien tetap asimtomatik. Namun pada beberapa kasus, replikasi cepat SARS-CoV-2
di paru-paru dapat memicu respons imun yang kuat.
7. Perlukah terapi: plasma? IVIG?
PLASMA KONVALESEN
Diberikan kepada pasien COVID 19 yang berat/ mengancam nyawa umumnya pasien-
pasien tersebut sudah mempunyai risiko trombosis, sehingga dan antikoagulan
profilaksis dapat diberikan atau dilanjutkan.
Dengan dosis IVIg 0.3 – 0.4 g/kg BB per hari untuk 5 hari.
Deksametason dengan dosis 6 mg/ 24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain yang setara
seperti hidrokortison pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan
ventilator.
Tocilizumab merupakan antibodi monoklonal kelas IgG1 yang telah terhumanisasi yang bekerja
sebagai antagonis reseptor IL-6. Untuk pasien COVID-19 berat dengan kecurigaan hiperinflamasi.
Tocilizumab diberikan dengan dosis 8 mg/kg BB (maksimal 800 mg per dosis) dengan interval 12
jam.
Penanda peradangan COVID-19 mulai berat tetapi belum kritis dapat dilihat dari skor SOFA masih <
3, sementara terdapat skor CURB-65 > 2, atau saturasi oksigen < 93% namun dapat dikoreksi dengan
oksigen fraksi < 50 % (setara dengan O2 tak lebih dari 6L/m dengan nasal kanul atau simple mask),
atau laju pernapasan > 30 per menit, atau foto toraks terdapat infiltrate multilobus bilateral, dengan
IL-6 ≥ 40 pg/ml
12. Mengapa ada pasien yang tidak tertolong?
• Faktor komorbid
Pasien memiliki hipertensi, diabetes melitus atau
penyakit jantung yang merupakan faktor komorbid
yang dapat memperburuk kondisi pasien Covid-19
• Jika pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman (Indeks ROX >4.88)
pada jam ke-2, 5 dan 12 menandakan bahwa pasien tidak membutuhkan ventilasi invasive.
Sedangkan ROX <3.85 menandakan resiko tinggi untuk kebutuhan intubasi.
• Jika pada evaluasi (1-2 jam pertama) parameter keberhailan terapi oksigen dengan HFNC
tidap mencapat/terjadi perburukan klinis, pertimbangkan untuk menggunakan ventilasi
invasive atau trial Non-invasive Ventilation (NIV)
• Deeskalasi bertahap pada penyapihan dengan perangkan HFNC dimulai dengan
menurunkan FiO2 5-10%/1-2 jam hingga mencapai fraksi 30%, selanjutnya flow secara
bertahap 5-10L/1-2 jam hingga mencapai 25 L
• Pertimbangkan untuk menggunakan terapi oksigen konvensional jika flow 25L/menit dan
FiO2 < 30%.
20. Bagaimana Setting HNFC
• Pasang canul hingga fit dengan nares dan pasang headstrap.
• Setting FiO2 dan flow rate. Pada awal, setting flow rate 20-
35L/menit. FiO2 antara 21-100%
• Titrasi flow secara bertahap 5-10L/menit, diikuti peningkatan
fraksi oksigen jika :
Frekuensi nafas masih tinggi (>35/menit)
Target SpO2 belum tercapai (92-96%)
Work of breathing masih meningkat (dyspnea, otot bantu
nafas aktif)
• Evaluasi pemberian HFNC setiap 1-2 jam dengan menggunakan
indeks ROX.
• Jika ROX >4.88 pada jam ke 2,6,12 Tidak membutuhkan
ventilasi infasif.
• Jika ROX <3.85 resiko tinggi untuk kebutuhan intubasi.
21. Bagaimana Cara Weaning HFNC
• Pada kasus kegagalan terapi HFNC, perlu dilakukan intubasi dengan ventilasi mekanik
• Jika parameter klinis dan gasometrik pasien membaik secara gradual, maka FiO2 perlu
diturunkan pertama kali secara bertahap dilanjutkan dengan penurunan arus secara
bertahap sebanyak 5- 10 L setiap 15-30 menit.
• Saat pasien stabil selama 1-2 jam dengan FiO2 40% dan arus 15-20 L/menit, terapi
oksigen HFNC dapat dihentikan dan terapi oksigen konvensional dapat dimulai.
Langkah Standar Weaning HFNC
• Teknik penyapihan
• Gunakan T-piece atau CPAP ≤5 CMH2O dan PS ≤ 5 CMH2O
• Awasi tolerasi selama 30 menit, maks 2 jam
• SpO2 >90% dan / PaO2 >60 mmHg
• TV> 4 ml/kgBB
• RR<33x/mnt
• pH > 7,3
• Tidak ada tanda kesulitan bernafas seperti laju nadi> 120x/mnt, gerakan
nafas paradoks, penggunaan otot-otot pernafasan sekunder, keringat
berlebih atau sesak
Terima
Kasih