KEPANITERAAN KLINIK SMF/BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
ANAMNESIS
IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. R.A Umur : 33 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kauman Pekerjaan : TKI Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Tanggal Masuk RS : 5 oktober 2012 Tanggal Pemeriksaan`: 6 oktober 2012 Anamnesis secara autoanamnesis dan alloanamnesis
BAB cair berwarna kuning dengan frekuensi 6-10x/hari tidak ada lendir dan tidak ada darah
Mual (-), muntah(-), demam (-), batuk(-), BB turun dalam 1 tahun terakhir sebanyak 12 kg
Pasien juga mengeluhkan jamur yang tumbuh di rongga mulut sejak 1 tahun terakhir sudh berobat namun tidak ada perubahan
Os pernah menjadi TKW tahun 2004-2005 di Malasya dan sewaktu disana OSspernah dirawat 3 hari karena demam tifoid
RIWAYAT PRIBADI
Merokok : disangkal Makan pedas : (-) Makan tidak teratur : (+) Minum kopi : (-) Minum alkohol : disangkal Minum jamu : disangkal Minum obat analgesik :disangkal
RIWAYAT KELUARGA
Riw. Komorbid: HT(-), DM(-), Jantung(-). Riw. Atopi: disangkal
Hipertensi
DM
Penyakit Jantung
DISANGKAL
Alergi
Asma
Pemeriksaan fisik
TD : 130/70 mmHg (berbaring, pada lengan kanan) N : 80x/mnt (isi dan tegangan cukup) irama reguler RR : 20x/mnt, tipe thoracoabdominal S : 37 0C per aksiler
Kepala :konjungtiva palpebra anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), nafas cuping hidung (-), mulut berjamur (+), gigi keropos (+)
PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak Palpasi : Iktus kordis kuat angkat, teraba di 1 cm medial SIC V linea midclavicularis sinistra, nyeri tekan () Perkusi : Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra kiri bawah : SIC V 2 cm medial linea midclavicularis sinistra kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar Auskultasi : HR 80 x/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, regular, bising (-), gallop (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi kiri, Palpasi Perkusi Auskultasi (-/-), Wh(-/-) : Pengembangan dada kanan = : Fremitus raba kanan = kiri : Sonor seluruh lapang paru : Suara dasar (SVD/SVD), Rhonki
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-), sikatrik bekas operasi (-) Auskultasi : peristaltik meningkat Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok kostovertebra (-/+) Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, defans muskular (-), nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan suprapubik (+),
Pitting odem (-), luka (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), eritema palmaris (-), ikterik (-), spoon nail (-), kuku pucat (-), jari tabuh (-), deformitas (-), kulit kering (-)
PINGGANG
Nyeri ketok kostovertebra (-/-)
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
o Hb
o Leukosit o Limfosit
:
: :
( 11 16 gr/dL)
(4,010,0 10/L) (0,8 4,0 10/L)
o Limfosit
o Granulosit o RBC o Hematokrit o MCV o MCH o MCHC o Trombosit o GDS
:
: : : : : : : :
13,2%
78,4% 3,93 106 26 % 66,3 FL 18,8 Pg 28,4 g/dL
(20-40%)
(50-70%) (3,5 5,5 106/L) ( 37-50 %) ( 82-95 FL) (27-31 pg) (32-36 g/dL)
N N N
SGPT
ALP Gama GT TBIL DBIL Chol TG HDL LDL
65,9
358 14,6
U/I
U/I U/I
N N N N
0-40
98-279 8-34 0-0,35 0,2-1,2 140-200 36-165 45-150 0-190
26 mg/dl
Feses Lengkap
Pemeriksaan Makroskopis Warna Kuning Hasil Nilai normal
Konsistensi
Darah Lendir Mikroskopis Eritrosit
Lembek
+ -
2-3
Leukosit
Amoeba Kista Telur cacing Sisa makanan Benzidin tes
1-2
4-5 +
Blood Smear
Pemeriksaan Eritrosit Hasil Hypochrom anisositosis terdapat ovalosit, cigaret cell, target cell, tear drop cell. Leucosit Kesan jumlah: normal
Morfologi: normal
Trombosit Kesan jumlah: normal Morfologi: normal
Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan R1. SD BIOLINE HIV 1/23 R2. INTEC ONE STOP 1&2 ONCO PROBE 1&2 REAKTIF REAKTIF Hasil REAKTIF Nilai normal NON REAKTIF NON REAKTIF NON REAKTIF
Resume
Anamnesis
Mencret 3 hari, BAB cair warna kuning lendir (-) darah (-) 6-10x/hari, Kambuh-kambuhan 3 bulan terakhir ini, tanpa sebab yang jelas. BAK normal. Jamur di mulut 1 tahun Mual (+) lemas Riw. Opname: (+) 3 hari demam tifoid di Malaysia
Vital Sign
Laboratoriu m
: : : : : : : :
7,4 103 gr/dL 0,7 103/L 13,2% 78,4% 26 % 66,3 FL 18,8 Pg 28,4 g/dL
Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan R1. SD BIOLINE HIV 1/23 R2. INTEC ONE STOP 1&2 ONCO PROBE 1&2 REAKTIF REAKTIF Hasil REAKTIF Nilai normal NON REAKTIF NON REAKTIF NON REAKTIF
pomr
Problem
Assessment
P. Terapi
P. Monitoring Klinis
infus RL 20 tpm
Inj Ranitidin 2x1 Amp Inj.Ondancentron 3x1 Amp Diatab 3x1 tab Loperamid 3x1 tab
vital sign
berobat ketokonazol rutin. Hb 7,4 g/dl () HT 26,0 % () MCV 66,3 Pf () MCH 18,8 Pg () MCHC 28,4 % () Anemia microcytic Hypochrom Darah Lengkap Feses Lengkap Benzidin tes Urin lengkap Pmx Kimia darah: Iron, TIBC, Infus PZ 16 tpm Transfusi PRC II kolf/hari smp Hb 10 g/dl vit.c 2x500mg inj.Ca.gluconas PRC 4 Kolf) 1x1gr (post Vital sign
Serum
kronis
feritin,
protoforfirin
Follow up
Tanggal 05/10/12
Monitoring Bangsal S : mencret 6-10x hari, lemas O : TD : 130/70 S : 36,90C Hb 7,4 g/dl () HT 26,0 % () MCV 66,3 Pf () MCH 18,8 Pg () MCHC 28,4 % () Lymfosit 0,7.103 uL () S : mencret berkurang 5x/hari O : TD : 110/80 N : 70 x/menit Terapi Lanjut N : 80 x/ menit RR : 20 x/menit
Terapi infus RL 20 tpm Inj Ranitidin 2x1 Amp Inj.Ondancentron 3x1 Amp Diatab 3x1 tab Loperamid 3x1 tab Nystatin drop 3 gtt II
06/10/12
RR : 20 x/menit S : 36o C 07/10/12 S : sudah tidak mencret, BAB masih lembek O : TD : 110/80 N : 70 x/menit Terapi Lanjut
RR : 20 x/menit S : 36o C 08/10/12 S : mencret berkurang 5x/hari O : TD : 110/80 N : 70 x/menit Terapi Lanjut
RR : 20 x/menit S : 36o C
DEFINISI
HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
AIDS dapat diartikan sebaga kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV AIDS merupakan tahap akhir dar infeksi HIV.
EPIDEMIOLOGI
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987 pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan narkotika suntik
akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan 6.554 kasus HIV
12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks
HIV-1
HIV-2
ETIOLOGI
CARA PENULARAN
PATOGENESIS
Manifestasi klinis
Gejala Mayor
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan Demam berkepanjang an lebih dari 1 bulan Penurunan kesadaran dan gangguan
neurologis
Gejala Minor
Kandidias orofaringeal
Dermatitis generalisata
Limfadenopati generalisata Retinitis virus Sitomegalo
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
Diagnosa
Tes antibody serum Skrinning HIV dan ELISA (+)
Serologis
PENCEGAHAN
PENGOBATAN
Medika Mentosa Pengobatan Infeksi Oportunistik Perawatan Fase Terminal
Trimethoprim+sulfamethoksasol+dapson Pyrimetamin+sulfadiazine
Flukonazol atau Amphotericine B IV Amphotericine B IV Amphotericine B Amphotericine B Triple drug sekurangnya 9 bulan. Bila dengan double drug (tanpa isoniazid atau rifampisin) pengobatan harus diberikan minimal 18 bulan.
Herpes virus Cytomegalo virus Cryptoccocc sporidiosis Isosporiasis Multifocl leukoenselopati progresif Kanker oportunistik: Kaposi
Aksiklovir Ganciclovir, Foscarnet Somastitatin analogues Trimethoprim+Sulfamethoksazol Aksiklovir, Sitarabin Sitostatik sistemik/lokal, radio terapi
Diskusi diare
DEFINISI
Definisi diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan kosistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam
ETIOLOGI
Kelainan di saluran makan Karena penyakit infeksi Kelainan di luar saluran makan
Gastrointestinal
Masuknya mikroorganisme
Infeksi di intestinum
diare
Diare bertambah berat
Saraf parasimpatis
Pengeluaran cairan
Tidak terkontrol Defisit cairan
peristaltic
dehidrasi
sekresi keringat
DIAGNOSA
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
TATALAKSANA
Rehidrasi Terapi Nutrisi
Meskipun patogenesis virus HIV dalam menyebabkan diare belum diketahui secara jelas, diduga kejadian diare persisten pada kasus HIV terkait dengan perubahan status imunitas. Pada infeksi HIV, terjadi penurunan kadar CD4, IgA sekretorik, dan peningkatan CD8 lamina propria. Perubahan keadaan ini memacu pertumbuhan bakteri.
Berbagai patogen dari kelompok virus, bakteri, dan parasit dapat menyebabkan diare persisten pada HIV. Attili et al (2006) menyebutkan bahwa parasit yang terbanyak dijumpai pada penderita HIV dengan diare persisten adalah Entamoeba histolytica (17,1%).
Insidensi infeksi oportunistik ini meningkat pada keadaan kadar CD4 yang rendah. Schmidt (1997) mengemukakan bahwa microsporodia adalah parasit terbanyak penyebab diare perssiten pada HIV.
Parasit ini menyebabkan pemendekan dan pengurangan luas permukaan villi usus, meskipun kondisi ini juga didapatkan pada pasien-pasien HIV tanpa gejala diare persisten.
Grohmann et al (1993) menyatakan bahwa Astrovirus, Picobirnavirus, Calicivirus, dan Adenovirus adalah enterovirus terbanyak pada HIV dengan diare.
A. Kronis
MCV normal Feritin N/^ sTfR N/V hs-CRP ^ Retikulosit indeks < 2
Patogenesis Anemi
Perubahan homeostasis zat besi melibatkan sitokin seperti TNF-alfa, interleukin-1, interleukin-6, interleukin-10 dan eritrofagositosis oleh sel retikuloendotelial. Sehingga terjadi rendahnya zat besi di dalam serum (hipoferimia) dan bertambahnya cadangan zat besi (hiperferitinemi), sebagai akibat transkripsi zat besi ke dalam sel RES
Gangguan eritropoeis terjadi karena penghambatan pertumbuhan sel induk eritrosit oleh sitokin. Gangguan respon eritropoesis terjadi karena defisiensi eritropoein, hipoferimia dan gangguan respon sel induk eritropoesis oleh sitokin yaitu interferon gamma.
Hiv hambat hemopoesis dengan menginduksi CD34 stem cell sumtul anemia, lekopeni, trombositopeni
Pemberian AZT (Azidothymidine)= Zidovudin, kortimoksazol, pirimetamin bisa mencegah Anemia pada 25% kasus, tapi 25% menyebabkan anemia dan 21% transfusi
Jenis Terbanyak pada HIV adalah anemia pada penyakit kronis (64,5%), meningkatnya kadar feritin, menurunnya sTfR dan hs-CRP yang meningkat = faktor resiko infeksi kronis
Terima kasih