Anda di halaman 1dari 7

Nama : Willy Derizqi Bagaskara Saputra

NIM :1920374183

FARMASI KLINIK
PERTEMUAN KE-2

Capaian pembelajaran : Mahasiswa dapat membaca menintepretasikan data klinis sebagai


dasar memberi pertimbangan pengobatan berdasar kondisi klinis.

KEGIATAN 1
Intepretasikan data klinis dan artikan setiap terminology dalam kasus di bawah ini

Kasus 1
NY ET 32 tahun, 65 kg TB 150 cm, MRS dengan keluhan mual, muntah, pusing, lemas. Pada
pemeriksaan awal dijumpai udema anasarka BP 210/120 mmHg, temperature normal.
Pengakuan keluarga sudah dua hari ini tidak teratur minum obat, obat yang terakhir diminum
adalah kaptopril 3x12,5 mg. HAsil pemeriksaan laboratorium adalah : Cr 14,5 mg/dL, BUN
153 mg/dL, Na 143 meq/dL, K = 4,1 meq/L, Ca 2 meq/L. Terapi yang diberikan kaptoril 3x25
mg, furosemide 3x40 mg, primperan 3x1 amp iv, infus EAS 2x1 flask, D5% 1x1 flask. Berikut
pemantauan tanda vital dan kondisi klinik selama 3 hari pertama.
Jawaban :

Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan


BP atau TD : 210/120 mmHg 140/90 mmHg Tinggi
Cr : 14,5 mg/dL 0,6 - 1,3 mg/dL Tinggi
BUN : 153 mg/dL 8,0 - 20 mg/dL Tinggi
Na : 143 meq/L 135 - 153 meq/L Normal
K : 4,1 meq/L 3,5 - 5,1 meq/L Normal
Ca : 2 meq/L 8,5 - 10,5 meq/L Rendah
Edema anasarka adalah adanya pembengkakan pada berat pada seluruh tubuh, baik di
tangan, kaki, wajah dan bagian tubuh lainnya akibat retensi garam dan air. Adanya penyakit
tertentu yang memicu retensi garam dan air dapat membuat tubuh membengkak.
Setiap orang dapat mengalami pembengkakan ini, terutama ketika : menstruasi, kehamilan,
sedang dalam pengobaan, dehidasi, overhidrasi, diet, injuri dan kondisi klinis lainnya.
Penyebab paling sering edema ini adalah : penyakit liver seperti sirosis hepatis, gagal ginjal,
gagal jantung sisi kanan, malnutrisi berat terutama defisiensi protein dan reaksi alergi.
Penyebab lain yang dapat memicu diantaranya:
a. Penggunaan cairan intravena berlebihan
b. Hemoglobin bart pada alfa talasemia, dimana kondisi genetik seseorang lahir
memprodusi hemoglobin (protein darah pengikat besi) dengan struktur abnormal
sehingga sulit mengikat oksigen, sehingga oksigen gagal ditransportkan ke jaringan
tubuh.
c. menggunakan CCB (Kalsium channel bloker) jenis dihidropiridin seperti amlodipin
bersama obat benazepril untuk mengobati tekanan darah tinggi.
Gejala :
a) tekanan darah tinggi atau rendah
b) kulit terlihat cekung setelah dilakukan penekanan dengan jari dalam beberapa detik.
c) Adanya kerusakan organ seperti hepar, ginjal dan jantung.
d) frekuensi denyut jantung bisa lambat bisa cepat
Kasus 2
Seorang Ibu berusia 70 tahun dirawat di RS A, dengan keluhan utama sesak napas, 6 hari
sebelum masuk RS penderita batuk (+), dahak kental warna kekuningan, badan demam dengan
suhu 38,0 C sejak 2 hari sebelum masuk RS disertai mual muntah, Ibu tersebut mengeluh sesak
terus-menerus, sehingga mengganggu aktivitas. Karena sesak makin bertambah kemudian
penderita berobat ke RS A.
Pasien ini telah mengalami bronchitis sejak 8 tahun yang lalu, sering kambuh sejak 2 tahun
terakhir. Riwayat merokok tidak ada, namun suami dan anak perokok aktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : compos mentis, fatigue, terpasang kanul oksigen, terpasang infus di lengan
kanan bagian bawah.
Tanda Vital :
N : 88 x
T : 170/100 mmHg
RR : 30x / menit, reguler
t : 38,2°C
Paru : Inspeksi : simetris statis dinamis
Palpasi : stem fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : hipersonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : ronchi ++, weezing +
Jantung : tak ada kelainan
Abdomen : tak ada kelainan
Ekstremitas : tak ada kelainan
Pemeriksaaan Penunjang
Hb : 11,4 g/dl Leukosit : 16.100 /mmk
Ht : 31,7% GDS : 156
Trombosit : 406.000/mmk
Kesan : Leukositosis
Diagnosa : PPOK stage 2, eksaserbasi akut,
Hipertensi stage 2
Jawaban:

Pemeriksaan Normal Keterangan


N : 88 x 60-100 x/menit Normal
T :170/100 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
RR : 30x/menit, reguler 12-18x/ menit Tinggi
t : 38,2°C 36.0-37.2 °C Tinggi
Hb : 11,4 g/dl 12.1-15.1 g/dl rendah
Ht : 31.7% 35-45% rendah
Leukosit : 16.100/mmk 3.500-10.500/mmk Tinggi
GDS : 156 <140 Tinggi
Trombosit : 406.000/mmk 150.000-400.000/mmk Tinggi
Bronchitis -> Radang pada bronkus (cabang pada paru)
Compos mentis -> kesadaran bagus parameter BCS (blasto comas scale) semakin
turun semakin jelek
Fatigue -> kelelahan
Simetris statis dinamis -> sama tetap bekerja dengan baik
Stem fremitus -> pemeriksaan suara masih baik
Hipersonor -> bunyi dengan frekuensi tinggi
Ronchi -> Suara tambahan yang abnormal
Wheezing -> ada bunyi “ngik” seperti peluit ditiup, tanda ada penyempitan
saluran nafas arahnya ke asma, karena ada sumbatan yang
parah
Eksaserbasi Akut -> adalah gejala memperburuknya gejala PPOK yang terjadi
secara tiba-tiba atau mendadak

KASUS 3

Riwayat Masuk RS :
Pasien merupakan pasien rujukan dari sebuah puskesmas, dengan keluhan demam 38 C sejak
5 hari yll, batuk batuk 2 bulan, candidiasis pada mulut, serta diare. Pasien sedang hamil 10
minggu G1P0A0. Pasien juga dinyatakan menderita HIV dengan CD4 saat ini 200 sel/mm3
namun belum mendapat terapi ARV, PEMERIKSAAN BTA SPUTUM POSITIF tuberkulosis
paru namun belum pengobatan.
Pasien mengalami hyperemesis gravidarum, sehingga kondisi lemas, anemis, turgor turun.
Diagnose : HIV stad 3, Hiperemesis gravidarum, Anemia
Hasil pemeriksaan darah TGL 15 AGUSTUS:
Hb = 9 gr/dL (N = 10=15 gr/dL)
AL = 1000 sel/mm3 (N=6000-17.000 sel/mm3)
HT = 40% (N =30=36%)
Pada pemeriksaan sel darah merah terdapat penurunan ferritin serum
Basophil 0 ( 0-1%)
EOS 1% (1-3%)
NETROFIL 2 % (3-5%)
LIMFOSIT 20% (25-35%)
MONOSIT 3 % (4-6%)
Trombosit 100 sel/mm3 (N = 150-400 sel/mm3)
Eritrosit 6.106 sel/mm3 (N= 4-5,5.106 sel/mm3)
Jawaban:

Pemeriksaan Normal Keterangan


Demam = 38oC 36,5-37,2 oC Tinggi
Hb = 9 gr/dL N = 10=15 gr/dL Rendah
AL = 1000 sel/mm3 N=6000-17.000 sel/mm3 Rendah
HT = 40% N =30=36%) Tinggi
Basophil 0 0-1% Normal
EOS 1% 1-3% Normal
Netrofil 2% 3-5% Normal
LIMFOSIT 20% 25-35% Rendah
MONOSIT 3 % 4-6% Rendah
Trombosit 100 sel/mm3 N = 150-400 sel/mm3 Rendah
6 3 6
Eritrosit 6.10 sel/mm N= 4-5,5.10 sel/mm3 Tinggi
Candidiasis -> Infeksi jamur biasanya pada kulit atau selaput lendir yang
disebabkan oleh jamur candida
G1P0A0 -> kehamilan pertama, belum pernah melahirkan, belum pernah
abortus
CD4 -> sel darah putih berperan dalam kekebalan tubuh (normal diatas
600sel/mm3)
Hyperemesis gravidarum -> mual muntah pada kehamilan
Anemia -> kekurangan sel darah merah

KASUS 4
Data pasien :
Nama : Bpk. AZ
Usia : 60 tahun
Alamat : Jln bundar 24
Pekerjaan : swasta
BB/TB : 45 kg/ 160 cm
Tanggal masuk RS : 1 Agustus 2013
RIWAYAT MASUK RS
Pasien dibawa ke IGD oleh keluarga, dengan keluhan : febris ++ 3 hari, batuk terus menerus,
dispneu dan nyeri dada, nyeri pada organ-organ perifer, nyeri sendi, nausea dan vomitting,
disertai jaundice. Respiratory rate =30 x/menit, TD 140/90 mmHg, suhu 37.9 C Pada
pemeriksaan ditemukan ronchi dan weezing +, nafas basah, pemeriksaan BTA +.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Pasien pernah menjalani pengobatan tuberculosis dan dinyatakan sembuh namun saat ini
kambuh dan mendapat pengobatan dengan paket Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kategori 2,
pengobatan telah berjalan 1 bulan.
Pasien menderita DM tipe 2 sejak 3 tahun yll, obat rutin yang diminum adalah glimepiride 4
mg 1x1 dan glibenklamid 5 mg 1x1. Pasien juga memiliki riwayat epilepsy.
Diagnose :
TB Paru, BTA +, ( default )
DM tipe 2
Suspect neuropaty perifer
Pemeriksaan Lab :
HB = 10 mg/dL
GDS = 240 mg/dL
GD 2 Jpp = 180 mg/dL
SGPT = 80 mg/dL
SGOT = 76 mg/dL
AL = 10.000 sel/mm3
Tanda Vital :
RR =30 x/menit, TD 140/90 mmHg
Jawaban:
Pemeriksaan Normal Keterangan
Respiratory rate = 30 x/menit 16-20x/menit Tinggi (Takipnue)
TD 140/90 mmHg 120/80 Tinggi
suhu 37.9 C 36-37 C Tinggi
HB 10 mg/dL 13-18 g/dL Rendah
GDS 240 mg/dL >200 mg/dL Tinggi
GD2 Jpp 180 mg/dL 200 mg/dL Rendah
SGPT 80 mg/dL 7-56 U/L Tinggi
SGOT 76 mg/dL 5-40 U/L Tinggi
AL 10.000 sel/mm3 3500-10.500 sel/mm3 normal
o
Febris ++ 3 hari -> demam >37,5 C lebih dari 3 hari
Dispneu -> sesak
Nausea -> mual
Vomitting -> muntah
Jaundice -> kulit menguning
Ronchi -> Suara tambahan yang abnormal
Wheezing -> ada bunyi “ngik” seperti peluit ditiup, tanda ada penyempitan
saluran nafas arahnya ke asma, karena ada sumbatan yang
parah
TB Paru, BTA +, ( default ) -> tuberculosis pada paru-paru , tanda positif terkan TB Paru
Epilepsy -> Kejang

KEGIATAN 2

TERMINOLOGI
Mengenal Terminologi Medis
DILI = Drug Induced Liver Injury (penyakit hati yang disebabkan
obat)
Febris = demam tinggi diatas 37,5oC
Febris konvulsi = kejang yang disebabkan demam tinggi (pada anak)
Drug Induce disease = keracunan obat
Faringitis = radang tenggorokan
Pericarditis = pembekakan dan iritasi padapericardium (selaput jantung)
Endocarditis = infeksi pada endocardium. Lapisan dalam jantung
Rhinitis = iritasi dan pembekakan selaput lender di hidung
Osteoarthritis = pengapuran sendi
Rheumatoid Arthritis = penyakit autoimun
Meningitis = peradangan pada otak
Anemia = kekurangan sel darah merah
Leukositosis = jumlah sel darah putih tinggi
Leukopenia = jumlah sel darah putih rendah
Trombositophenia = jumlah keeping darah rendah
Trombositosis = kondisi di mana jumlah trombosit dalam darah menjadi
tinggi.
Fatique = adalah suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya
kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja dan
mengurangi efisiensi prestasi, dan biasanya hal ini disertai
dengan perasaan letih dan lemah.
Anoreksia = sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan
untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa
takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan
akibat pencitraan diri yang menyimpang.
Malaise = lemas, tidak nyaman, kurang fit atau merasa sedang sakit.
Takikardi = denyut jantung yang lebih cepat daripada denyut jantung
normal. Jantung orang dewasa yang sehat biasanya
berdetak 60 sampai 100 kali per menit ketika sedang
beristirahat
Bradikardi = kondisi individu yang memiliki denyut jantung yang
lambat, biasanya di bawah 60 denyut per menit bagi orang
dewasa.
Compos mentis = kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Glaucoma = penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf mata
yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan bola mata dan
gangguan lapang penglihatan. Kerusakan ini bersifat
permanen, dan dapat berakhir pada kebutaan.
Glasgow Coma Scale (GCS) = Untuk mengetahuinya skala GCS, tim medis akan
melakukan pengecekan sebagai berikut:
Mata
Nilai GCS yang dievaluasi melalui pemeriksaan mata:
Jika tim medis meminta membuka mata dan merangsang seseorang dengan nyeri tapi mata
orang tersebut tidak bereaksi dan tetap terpejam, maka poin GCS yang didapat yaitu 1.
Jika mata terbuka akibat rangsang nyeri saja, poin GCS yang didapat yaitu 2.
Jika mata seseorang terbuka hanya dengan mendengar suara atau dapat mengikuti perintah
untuk membuka mata, poin GCS yang didapat yaitu 3.
Jika mata terbuka secara spontan tanpa perintah atau sentuhan, maka poin yang didapat yaitu
4.
Suara
Nilai GCS yang dievaluasi dalam pemeriksaan respons suara:
Jika seseorang tidak mengeluarkan suara sedikitpun, meski sudah dipanggil atau dirangsang
nyeri, maka orang tersebut mendapat poin 1.
Jika suara yang keluar seperti rintihan tanpa kata-kata, poin yang didapat yaitu 2.
Seseorang dapat berkomunikasi tapi tidak jelas atau hanya mengeluarkan kata-kata tapi
bukan kalimat yang jelas, poin GCS yang didapat yaitu 3.
Jika seseorang dapat menjawab pertanyaan dari tim medis tapi pasien seperti kebingungan
atau percakapan tidak lancar, maka poin yang didapat adalah 4.
Seseorang dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan benar dan sadar penuh
terhadap orientasi lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu, maka poin yang didapat yaitu 5.
Gerakan
Nilai GCS yang dievaluasi dalam pemeriksaan respons gerakan:
Tidak ada respons gerakan tubuh walau sudah diperintahkan atau diberi rangsangan nyeri,
poin GCS yang didapat yaitu 1.
Seseorang hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki, atau menekuk kaki dan tangan
saat diberi rangsangan nyeri, poin yang didapatkan adalah 2.
Seseorang hanya menekuk lengan dan memutar bahu saat diberi rangsangan nyeri, poin
GCS yang didapat yaitu 3.
Seseorang dapat menggerakkan tubuh menjauhi sumber nyeri ketika dirangsang nyeri, poin
GCS yang diperoleh yaitu 4. Contohnya, seseorang dapat menjauhkan tangan ketika dicubit.
Bagian tubuh yang tersakiti dapat bergerak dan orang yang diperiksa dapat menunjukkan
lokasi nyeri, poin GCS yang didapat yaitu 5. Contohnya ketika tangan diberi rangsangan
nyeri, tangan akan mengangkat.
Seseorang dapat melakukan gerakan ketika diperintahkan, poin GCS yang didapatkan yaitu
6.
Skala GCS didapat dari menjumlahkan tiap poin yang diperoleh dari ketiga aspek
pemeriksaan di atas.

Takipneu = pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per merit.


Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan
atelektaksis atau terjadi emboli.
Bradipneu = Frekwensi pernapasan lambat yang abnormal, irama teratur
Dispneu = sesak
Apneu = sekumpulan gangguan tidur yang serius, di mana penderita
yang sedang tidur berulang-ulang mengalami henti napas
(apneu) dalam waktu yang cukup lama sehingga
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen di dalam
darah dan otak dan menyebabkan bertambahnya jumlah
karbondioksida.
Hiperpnea (hiperventilasi) = bernafas yang berlebihan
Shorthness of Breath = sesak nafas
Pneumonia = paru-paru basah
Asfiksia = keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur.
Aspirasi = penarikan cairan dari rongga tubuh dengan menggunakan

Anda mungkin juga menyukai