Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

INFEKSI TUMOR

“TUBERKULOSIS”

KELOMPOK 2

TEORI 4 - G

Disusun oleh :

1. Melyanti Magdalena Hutasoit (20144195A)


2. Ida Puryani (20144066A)
3. Willy Derizqi Bs (20144229A)
4. Gracesya Indah Dayani (20144233A)
5. Muhammad Ilham Ristiadjie (20144239A)

Program Studi S1 Farmasi


Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
2017
KASUS
1. DATA PASIEN
NamaPasien : Bpk Ay BB/TB : 40 kg/160 kg
Umur : 40 tahun
Alamat : Jln simpang siur
Sex : Laki-laki
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-

RiwayatPasienMasukRumahSakit

Pasien mengeluh nyeri perut bagian atas kanan,demam, mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu.
Pasien tidak mau makan.

Riwayat Penyakit Terdahulu (RPD)

Pasien terdiagnosa tbc 2 bulan yll, dan sedang menjalani pengobatan rutin dengan FDC kategori
1, obat lain yang diterima adalah vitamin B6, dan multivitamin. Pasien juga mempunyai riwayat
asma yang sering kambuh apabila terpapar udara dingin.
PEMERIKSAAN FISIK :

a. KeadaanUmum : letih,lesu
b. Kepala – Leher :mata dan telapak tangan ikterik
c. Thorax :weezing dan ronchi ++
d. Abdomen : teraba keras
DIAGNOSA :
e. Extremitas tuberculosis
: paru,
dbn ADR hepatotoksisitas
f. Status Neorologis :dbn
pemeriksaan USG ++ hepatomegaly

CATATAN PERKEMBANGAN PENYAKIT


Suspect Tb pada anakPengobatan, diet dan tindakan
Tanggal/jam Catatan
2 /10/13 Infus RL 20 tpm Demam 38 C
FDC OAT kategori 1 = 1X3 tab Sesak nafas
VIT B 6 1x1 Mual, muntah
Metoklopramid 10 mg, 3x1 ac Hasil USG + hepatomegaly
Biosanbe tab 1x1 AST = 200 mg/dL
ALT = 100mg/dL
Bilirubin total = 3 mg/dL
Hb = 8 gr/dL
AL = 18. Ribu/mmk

3/10/13 Infus RL 20 tpm Nyeri abdomen +++


FDC OAT kategori 1 = 1X3 tab Demam 38 C
VIT B 6 1x1 Sesak nafas
Metoklopramid 10 mg, 3x1 ac Mual, muntah
Biosanbe tab 1x1
BAB I

I. DASAR TEORI
Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten atau pun progresif. Secara
umum, 2 milyar orang terinfeksi dan 2-3 juta orang meninggal karena
tuberculosis setiap tahun,
Indonesia menduduki urutan ketiga dalam jumlah penderita tuberculosis
terbesar setelah india dan cina.
M.tuberculosis ditransmiskan dari orang ke orang melalui batuk dan bersin.
Kontak terlalu dekat dengan penderita TB akan memperbesar penularan.
HIV adalah faktor resiko paling penting pada TB aktif,terutama pada umur
sekitar 25-44 tahun,penderita terinfeksi HIV dengan infeksi tuberculosis, akan
berkembang menjadi penyakit yang aktif 100 kali lebih besar dibandingkan
dengan penderita yang tidak terinfeksi deng HIV.

 Epidemiologi
Di Indonesia tahun 2001 diperkirakan 582 ribu penderita baru atau 271
per 100 ribu penduduk, sedangkan yang ditemukan BTA positif sebanyak 261
ribu penduduk atau 122 per 100 ribu penduduk, dengan keberhasilan
pengobatan diatas 86 % dan kematian sebanyak 140 ribu.
Jumlah penderita di Indonesia ini merupakan jumlah persentase ketiga
terbesar di dunia yaitu 10 %, setelah India 30 % dan China 15 %.
Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection
= ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %.
Pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %, berarti setiap tahun diantara 1000
penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang
terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya sekitar 10% dari yang
terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut diatas,
dapat diperkirakan bahwa pada daerah dengan ARTI 1%, maka diantara
100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap
tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif.
Penularan TB sangat dipengaruhi oleh masalah lingkungan, perilaku
sehat penduduk, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan. Masalah
lingkungan yang terkait seperti masalah kesehatan yang berhubungan dengan
perumahan, kepadatan anggota keluarga, kepadatan penduduk, konsentrasi
kuman, ketersediaan cahaya matahari, dll. Sedangkan masalah perilaku sehat
antara lain akibat dari meludah sembarangan, batuk sembarangan, kedekatan
anggota keluarga, gizi yang kurang atau tidak seimbang, dll. Untuk sarana
pelayanan kesehatan, antara lain menyangkut ketersediaan obat, penyuluhan
tentang penyakit dan mutu pelayanan kesehatan.
Masalah lain yang muncul dalam pengobatan TB adalah adalah adanya
resistensi dari kuman yang disebabkan oleh obat (multidrug resistent
organism). Kuman yang resisten terhadap banyak obat tersebut semakin
meingkat. Di Amerika tahun 1997 resistensi terhadap INH mencapai 7,8 %
dan resisten terhadap INH dan Rifampisin 1,4 %. Secara umum angka ini di
Amerika pada median 9,9 % kuman dari penderita yang menerima obat anti
TB. Kejadian resistensi ini sudah banyak ditemukan di negara pecahan Uni
soviet, beberapa negara Asia, Republik Dominika, dan Argentina.

 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis
memerlukan suatu definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap
klasifikasi dan tipe penderita. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe
penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan
dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi-
kasus, yaitu:
 Organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
 Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung: BTA positif
atau BTA negatif;
 Riwayat pengobatan sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati;
 Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman, maka
tuberculosis dibedakan menjadi Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis Ekstra Paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
parenchym paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam:
1) Tuberkulosis Paru BTA Positif.
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen
dadamenunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto
rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.TB Paru BTA
Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahanpenyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat
bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan
paru yang luas (misalnya proses "far advanced" atau millier), dan/atau
keadaan umum penderita buruk.
Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang
organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium),kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1) TB Ekstra Paru Ringan
Misalnya: TB kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TB Ekstra-Paru Berat
Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa duplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing
dan alat kelamin.
Sedangkan berdasarkan riwayat pengobatan penderita, dapat digolongkan atas
tipe; kasus baru, kambuh, pindahan, lalai, gagal dan kronis.
Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan / pindah (Form TB. 09).
Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali
berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif.
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih; atau
penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir
bulan ke 2 pengobatan.
Kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulang kategori 2.
Kategori penyakit tuberkulosis
KATEGORI 1
 Pasien baru TB paru BTA positif
 Pasien TB paru TBA negatif foto toraks positif
 Pasien TB ekstra paru
KATEGORI 2
Panduan OAT (Obat Anti-TB) ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
 Pasien kambuh
 Pasien gagal
 Pasien dengan pengobatan terputus atau lalai
KATEGORI 3
Obat ini diberikan untuk:
 Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan,
 Penderita TB ekstra paru ringan.

BAB II

II. PATOFISIOLOGI
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju
alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan
Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari
paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru
(lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk
sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas
gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian
tengah dari massa tersebut. disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas
makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi
yang berbentukseperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi
dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak
adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat
timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang
biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan
respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel.
 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu
batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas,
atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.

Beberapa faktor risiko untuk menderita TB adalah:


 Jenis kelamin
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Hampir tidak ada
perbedaan di antara anak laki dan perempuan sampai pada umur pubertas .
 Status gizi
Telah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga
akan menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB. Faktor
ini sangat berperan pada negara-negara miskin dan tidak mengira usia (Croft,
2002).
 Sosiekonomi
Penyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat yang berasal dari
kalangan sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan permukiman
yang terlampau padat sangat potensial dalam penyebaran penyakit TB
(Croft, 2002).
 Pendidikan
Rendahnya pendidikan seseorang penderita TB dapat mempengaruhi
seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa
penelitian yang menyimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai
pendidikan rendah akan berpeluang untuk mengalami ketidaksembuhan 5,5
kali lebih besar berbanding dengan orang yang mempunyai tingkat
pendidikan yang lebih tinggi (Croft, 2002).
 Faktor-faktor toksis
Merokok, minuman keras, dan tembakau merupakan faktor penting dapat
menurunkan daya tahan tubuh (Nelson, 1995).
 Tanda dan Gejala
Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan
berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah
batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak
nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari sebulan.

Pada anak-anak gejala TB terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus.
Gejala umum, meliputi :
 Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
 Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
 Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering di
daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
 Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
 Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam
abdomen.
Gejala Khusus, sesuai dengan bagian tubuh yang diserang, misalnya :
 TB kulit atau skrofuloderma
 TB tulang dan sendi, meliputi :
 Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
 Tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
 Tulang lutut: pincang dan atau bengkak
 TB otak dan saraf
Meningitis dengan gejala kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran
menurun
 Gejala mata
 Conjunctivitis phlyctenularis
 Tuburkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
Seorang anak juga patut dicurigai menderita TB apabila:
 Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA positif.
 Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikkan BCG (dalam 3-7 hari).

 Manifestasi Klinik
 Pasien yang tidak terinfeksi HIV
1. Manifestasi klinis dari TB pulmuner tidak spesifik,indikasi hanya
pada proses infeksi yang berjalan dengan lambat (Tabel 59.1) (iso
farmakoterapi hal:839).
2. Pemeriksaan fisik nonspesifik,dugaan perkembangan pulmoner
3. Manifestasi klinik berhubungan dengan TB ekstrapulmunar
bervariasi tergantung pada sistem organ yang terlibat tetapi
mengandung perkembangan yang lambat dari fungsi organ dengan
demam tingkat rendah dan simtom lainnya.
Tabel 59.1 Manifestasi klinis tuberkulosis
Ciri-ciri dan Gejala
 Pasien biasanya mengalami penurunan berat
badan,lemas,batuk,demam, dan keringat malam
 Hemofisis frank
Pemeriksaan Fisik
Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada dan peningkatan suara yang
bergetar lebih sering diamati pada aukultasi.
Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan pada sel darah putih dengan dominasi limfosit
Radiografi dada
 Infiltrasi nodus pada daerah apikal dilobus bagian atas dan
bagian superior dari lobus paling bawah.
 Kavitasi udara yang menunjukkan kadar udara-air sebagai tanda
perkembangan infeksi.

 Pasien yang terinfeksi HIV


1. Manifestasi klinis dengan pasien HIV yang memiliki TB yang
berbeda dengan pasien yang tidak terinfeksi HIV (pada penderita
AIDS,TB muncul dalam bentuk primer yang berkembang,yang
melibatkan daerah ekstrapulmoner,dan melibatkan berbagai lobus
paru-paru).
2. TB pada pasien AIDS, sepertinya kurang terlibat dalam penyakit
kavitari,yang dihubungkan dengan uji kulit positif,atau
dihubungkan dengan demam.

 Diagnosis
Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan sputum atau
dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya
2 dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang
positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau pemeriksaan SPS
diulang.
Pada orang dewasa, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam diagnosis,
hal ini disebabkan suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang
bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium tubeculosis. Selain itu, hasil
uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita TB.Misalnya pada
penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus), malnutrisi berat, TB milier dan
morbili.
Sementara diagnosis TB ekstra paru, tergantung pada organ yang
terkena.Misalnya nyeri dada terdapat pada TB pleura (pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan pembengkakan tulang
belakang pada Sponsdilitis TB. Seorang penderita TB ekstra paru kemungkinan
besar juga menderita TB paru, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dahak
dan foto rontgen dada.
Secara umum diagnosis TB paru pada anak didasarkan pada:
 Gambaran klinik
Meliputi gejala umum dan gejala khusus pada anak.
 Gambaran foto rontgen dada
Gejala-gejala yang timbul adalah:
 Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
 Milier
 Atelektasis/kolaps konsolidasi
 Konsolidasi (lobus)
 Reaksi pleura dan atau efusi pleura
 Kalsifikasi
 Bronkiektasis
 Kavitas
 Destroyed lung
 Uji tuberkulin
Uji ini dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan dengan cara
intra kutan) Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TB dan
kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif
pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat,
pemberian imunosupresif, dan lain-lain).
 Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari)
berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis.Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
 Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis lansung pada anak biasanya
dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
Pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
 Respons terhadap pengobatan dengan OAT
Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT terdapat perbaikan klinis,
akan menunjang atau memperkuat diagnosis TB.

III. SASARAN TERAPI


Adapun yang menjadi sasaran terapi penyakit TB adalah kuman
penyebab penyakit tersebut yaitu Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini
berbentuk batang, tahan terhadap asam oleh karena itu disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA). Selain itu kuman ini hidup di daerah yang memiliki
kandungan oksigen tinggi sehingga tempat utamanya adalah paru.
IV. TUJUAN TERAPI
Tujuan terapi TB diantaranya menyembuhkan dan meningkatkan
kualitas hidup pasien, mencegah kekambuhan, mencegah kematian,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya drug resistance (WHO,
2010).
V. STRATEGI TERAPI
1. Terapi non Farmakologi
a. Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi)
b. Memperbanyak istirahat(bedrest) / istirahat yang cukup
c. Diet sehat (pola makan yang benar), dianjurkan mengkonsumsi banyak
lemak dan vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru dan
meningkatkan sistem imun
d. Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
e. Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara
yang baru.
f. Berolahraga secara teratur, seperti jalan santai di pagi hari.
g. Minum susu kambing atau susu sapi
h. Menghindari kontak langsung dengan pasien TB
i. Rajin mengontrol gula darah
2. Terapi Farmakologi
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap Intensif
 Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanyampenderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
 Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
 Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
 Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
Regimen pengobatan
Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah
antibotikdan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium.
Aktifitas obatTB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh
bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai
adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin.
Kelompok obat inidisebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang
paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan
streptomisin.Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme
sterilisasi.
Sedangkan obat lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para Amino
Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan
Rifabutin. Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid,
dan Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif, dan
dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan Rifapentin dan Rifabutin
digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti
TB.
Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan
tahap dan lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau selang) dan
kombinasi OAT dengan dosis tetap. Contoh : 2HRZE/4H3R3 atau
2HRZES/5HRE.
Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni :
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekwensi.
Angka 2 didepan seperti pada “2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari
satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti pada
“4H3R3” artinya dipakai 3 kali seminggu ( selama 4 bulan).
Sebagai contoh, untuk TB kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya :
Tahap awal/intensif adalah 2HRZE : Lama pengobatan 2 bulan, masing masing
OAT (HRZE) diberikan setiap hari.
Tahap lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4 bulan, masing masing OAT
(HR) diberikan 3 kali seminggu.
Paduan OAT Yang Digunakan Di Indonesia
Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
TB oleh Pemerintah Indonesia :
• Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.
• Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
• Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3.
• Disamping ketiga kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
KATEGORI-1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam
seminggu selama 4 bulan.
Obat ini diberikan untuk:
􀂾 Penderita baru TB Paru BTA Positif.
􀂾 Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang “sakit berat”
􀂾 Penderita TB Ekstra Paru berat
KATEGORI -2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZES
setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan
dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam
seminggu.
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya
pernah diobati, yaitu:
• Penderita kambuh (relaps)
• Penderita gagal (failure)
• Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
KATEGORI-3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu.
Obat ini diberikan untuk:
• Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan,
• Penderita TB ekstra paru ringan.
Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Tetap
Disamping Kombipak, saat ini tersedia juga obat TB yang disebut Fix Dose
Combination(FDC). Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kompipak, yaitu
rejimen dalam bentuk kombinasi, namun didalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3
atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan.
Paduan pengobatan OAT-FDC yang tersedia saat ini di Indonesia terdiri dari:
2(HRZE)/4(HR)3 untuk Kategori 1 dan Kategori 3
2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3 untuk Kategori 2
Dosis Pengobatan
Pada tabel 6 berikut ini disampaikan Dosis Pengobatan Kategori -1 dan Kategori -3 :
{2(HRZE)/4(HR)3}
Sedangkan untuk Dosis Pengobatan Kategori 2 disampaikan pada tabel berikut
{2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3}:
VI. PENYELESAIAN KASUS
A. Analisis kasus : SOAP
 Subyek
1. Data diri
Nama : Bpk Ay
Umur : 40 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln simpang siur
Ras :-
Pekerjaan : Seniman
Sosial :-
No Rek Medik :-
Dokter yg merawat : -
2. Riwayat penyakit: RPD
3. Riwayat keluarga :-
4. Riwayat Alergi :-
5. Riwayat Sosial :-
6. Tanda dan keluhan umum
Subjek Objek

 objek
Pemeriksaan Nilai normal Hasil Keterangan
pemeriksaan
 Assesment
Problem Subyek objek Terapi DRP Analisis

Obat Digunakan Pasien saat ini


No Nama Obat Indikasi Interaksi ESO Harga

No Nama obat Indikasi Interaksi ESO Harga


B. Terapi Farmakologi
C. Plan

D. Monitoring

E. KIE

VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN DISKUSI

VIII. KESIMPULAN
Dari indintifikasi kasus di atas maka pasien dinyatakan menderita
…... maka terapi yang diberikan berupa terapi nonfarmakologi antara
lain....... dan terapi farmakologi berupa pemberian obat
IX. DAFTAR PUSTAKA
 ISO FARMAKOTERAPI BUKU 1
 http://eprints.undip.ac.id/44615/3/2.pdf
 PHARMACEUTICAL CARE PENYAKIT TUBERKULOSIS
 http://eprints.ums.ac.id/34035/26/BAB%202%20NEW.pdf

Anda mungkin juga menyukai