Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI LANJUTAN

“HIV (Human Immunodeficiency Virus)”

DISUSUN OLEH :

NAMA : NORMA LISA

NIM : 2111102415070

KELAS : C

KELOMPOK : 4

DOSEN PENGAMPU : apt. DEASY NUR CHAIRIN HANIFA, M.Clin.Pharm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA 2024
KASUS PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI LANJUTAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus)”

A. KASUS
No RM : 12-45-89
Nama : Tn. AD
Umur : 45 tahun
BB/TB : 60 Kg/161 cm

Pasien datang ke rumah sakit (4 November 2016) dengan kondisi lemas lesu, mata cekung, mulut
kering, turgor kulit menurun, nafas dalam dan cepat.
Pasien mengeluhkan diare yang sudah dirasakan sejak ± 5 minggu yang lalu. Diare terjadi sebanyak 3x
sehari, dengan konsistensi encer, tidak berlendir dan tidak berdarah. Pasien mengaku sudah diatasi
sendiri dengan minum New Diatab, kadang diare berhenti, tetapi hari berikutnya diare kembali terjadi
begitu seterusnya.
Menurut pasien, berat badannya turun sekitar 7 Kg dari bulan yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan sariawan yang tak kunjung sembuh sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien memiliki riwayat penyakit HIV sejak 7 bulan yang lalu, dan sedang menjalani terapi ARV.
Riwayat terapi HIV:

 Sejak didiagnoss HIV s.d. 6 bulan pertama mendapatkan terapi:


Zidovudine 300 mg dua kali sehari,
Lamivudine 150 mg dua kali sehari, dan Nevirapine 200 mg dua kali sehari.
 Hasil pemeriksaan imunologis dan virologis saat didiagnosis HIV:
CD4 : 100 copies/mL
RNA HIV : Tidak diperiksa
 Pada pemeriksaan rutin setelah 6 bulan menggunakan ARV:
CD4 : 500 copies/mL
Pengobatan ARV dilanjutkan dengan regimen yang sama
Zidovudine 300 mg dua kali sehari,
Lamivudine 150 mg dua kali sehari, dan
Nevirapine 200 mg dua kali sehari.

Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak remaja

Hasil pemeriksaan tanda vital saat MRS:


TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 39°C

Diagnosa : infeksi HIV + kandidiasis + diare + dehidrasi


Oleh dokter diberikan obat sebagai berikut:
Cara
Nama Obat Dosis 4/11 5/11 6/11 7/11
Pemberian
Infus NS 7 tts/mnt Infus iv v V V V

Ciprofloxacin 2 x 500 mg p.o. v V V V

Loperamid 2 x 2 mg p.o. v V v V

Zidovudine 2 x 300 mg p.o. v V V V

Lamivudine 2 x 150 mg p.o. v V v V

Nevirapine 2 x 200 mg p.o. v V v V

Mycostatin tab 3x1 p.o. v v v V

Hasil pemeriksaan:

Kondisi Klinik

Kondisi klinik 4/11 5/11 6/11 7/11

Kesadaran Cm cm Cm Cm
Lemas ++ + + -
Diare + + + +
Lesi sariawan + + + +

Tanda-tanda Vital
TTV 4/11 5/11 6/11 7/11

TD 110/70 110/75 115/70 115/70


HR 90 85 88 88
RR 30 28 28 24
Suhu 39 38,5 38 37

iii. Pemeriksaan Laboratorium


Normal 4/11 5/11 6/11 7/11
3
WBC 4,0-10,0.10 µL
Hb 13,8 – 17,2 g/dL 10,5
Hct 40,7 – 50,3 % 40
AST (SGOT) 11 – 47 IU/L 240
ALT (SGPT) 7 – 53 IU/L 250
BTA S/P/S -/-/- S (-) P (-)
S (-)

Na 135-145 mmol/L 120


K 3.6-5.0 mmol/L 4
Cl 0.6-1.1 mmol/L 0.8
CD4 250
VL 5000

B. PATOFISIOLOGI & ETIOLOGI


 Patofisiologi
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus
ke dalam tubuh yang menyebabkan infeksi, yaitu HIV menempel dan menembus sel T
inang, kemudian melepaskan RNA dan enzim HIV ke dalam sel inang. HIV reverse
transkriptase menyalin RNA virus sebagai DNA proviral. DNA proviral memasuki inti
sel inang, dan integrase HIV memfasilitasi integrasi DNA proviral ke dalam DNA
inang. Sel inang kemudian menghasilkan RNA HIV dan protein HIV. Protein HIV
dirakit menjadi virion HIV dan tumbuh dari permukaan sel. Protease HIV membelah
protein virus, mengubah virion yang belum matang menjadi virus yang matang dan
dapat menular.Begitu mencapai sirkulasi sistemik 4-11 hari sejak paparan pertama
HIV dapat dideteksi dalam darah. Partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien
sehingga satu kali terinfeksi maka seumur hidup akan ternfeksi. Infeksi HIV tidak akan
langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu, sebagian memperlihatkan gejala
tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi.

Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri telan, pembengkakan kelenjar getah
bening, ruam, diare atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV
asimptomatik (tanpa gejala) yang berlangsung selama 8-10 tahun. Seiring makin
memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai menunjukkan gejala infeksi
oportunistik seperti berat badan turun, demam, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah
bening, diare, tuberkulosis, infeksi jamur, herpes, dan akhirnya pasien menunjukkan
gejala klinik yang makin berat dan masuk dalam tahap AIDS.
 Etiologi
Penyebab HIV/AIDS adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai
retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retro virus
baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

HIV dapat diklasifikasikan sebagai retrovirus, yaitu yang merupakan suatu virus
asam ribonukleat (RNA), Retrovirus juga miliki enzim yang sering disebut
transkriptase balik yaitu yang dapat memberikan kemampuan yang dapat mengubah
kode RNA mereka yang akan menjadi asam deoksiribonukleat (DNA). Kemudian,
DNA retrovirus dapat berintegrasi ke dalam bagian sel inang yang sehingga dapat
membuat sel inang menjadi pabrik HIV. Pada dasarnya manusia, yaitu yang berperan
sebagai sel inang yaitu yang merupakan sistem imun dan yang dikenal sebagai sel
cluster of differentiation 4 (CD4).

C. ANALISIS KASUS
Problem Medik S O A P

1. Infeksi HIV Kondisi lemas Hasil Pengobatan Pasien tetap diberikan


lesu, mata pemeriksaan dengan 3 obat 3 kombinasi obat HIV
cekung, mulut tanda vital saat tetap diberikan yaitu zidovudine
kering, turgor MRS: sebagai lini dengan dosis 300 mg
kulit menurun, pertama 2x sehari, lamivudine
nafas dalam dan  TD : 110/70 pengobatan pada dengan dosis 150 mg
cepat. mmHg pasien HIV. 2x sehari, nevirapine
(normal) dengan dosis 200 mg
 Nadi : 90 2x sehari. Tetap
x/menit diberikan selama 6
Pasien memiliki
(normal) bulan dan tetap
riwayat penyakit
 RR : 30 pantau CD4 dan VL.
HIV sejak 7
x/menit (tidak
bulan yang lalu,
normal ) Monitoring:
dan sedang
menjalani terapi  Suhu : 39°C Nilai CD4 dan
ARV. (tidak VL untuk
normal) mengetahui
 WBC: - kepatuhan
 Hb: 10,5 minum obat.
(tidak
normal)
Rekomendasi:
 HCT: 40 Penambahan
(tidak asam folat
normal) untuk tablet
 AST: 240 penambah
(tidak darah karena
normal) nilai Hb 10,5.
 ALT: 250 Maka, dapat
(tidak diberikan obat
normal) tambah darah
 BTA: - sangobion 1x
 Na: 120 sehari setelah
(tidak makan.
normal)
 K: 4 (normal)
 Cl: 0,8
(normal)
 CD4: 250
(tidak
normal)
 Normal: 420-
1.590 sel/mL
darah
 VL: 5.000
(tidak
normal)
 Normal: 4.6-
6.1 millions
2. Kandidiasis Sariawan tak - P.1.1 Tidak ada Pada hasil
kunjung sembuh efek dari terapi pemeriksaan klinis
obat. tanggal 7/11 pasien
masih mengalami
leksi sariawan yang
tidak kunjung
sembuh, obat yang
diberikan selama
rawat inap adalah
mycostatin tab 3x1
dari kondisi pasien
tersebut maka obatnya
tidak efektif selama
pengobatan.
Maka pasien tersebut
obatnya diganti
dengan flukonazol
yaitu merupakan obat
anti jamur lini
pertama pasien
HIV/AIDS. diberikan
dengan dosis 200 mg
1x sehari.
Candidiasis adalah
infeksi yang
disebabkan oleh
jamur Candida.
Infeksi candidiasis
oportunistik termasuk
cukup umum
ditemukan pada
pasien HIV dengan
jumlah CD4 antara
200-500 sel/mm3
sampel darah. Jamur
Candida adalah
spesies yang umum
hidup di tubuh
manusia, dan
biasanya tidak
berbahaya.
OPC umumnya
diobati dengan agen
antijamur tergantung
pada tingkat
keparahan infeksinya.
Dalam hal ini, pasien
dengan infeksi OPC
ringan hingga sedang
biasanya ditangani
dengan pemberian
miconazole,
klotrimazol, atau
nistatin secara oral
selama 1-2 minggu.
Selain itu, kasus
infeksi yang parah
biasanya diberi resep
flukonazol atau obat
antijamur jenis lain.
Monitoring :
Pantau jumlah sel T
CD4 +.
3. Diare dan Diare sejak 5 - P1.2 Efek terapi Pasien mengalami
Dehidrasi minggu yang lalu. obat tidak optimal diare sejak 5 minggu
Diare terjadi lalu setelah dirawat
sebanyak 3x inap pada tanggal
sehari, dengan 7/11 pasien masih
konsistensi encer, mengalami diare
tidak berlendir dengan diberikan obat
dan tidak selama rawat inap
berdarah. yaitu obat
Ciprofloxacin dan
Loperamid.

Pasien biasanya
didiagnosis menderita
diare ketika buang air
besar tiga kali atau
lebih setiap hari; diare
kronis didiagnosis
ketika pola ini
bertahan selama lebih
dari 3 bulan. Diare
kronis bukanlah
kondisi yang
mengancam jiwa,
namun dapat
menurunkan kualitas
hidup secara
signifikan. Dalam
kondisi sanitasi yang
buruk, hal ini
menimbulkan beban
psikologis dan sosial
yang sangat berat bagi
pasien yang terkena
dampaknya. Diare
kronis pada pasien
HIV juga merupakan
kondisi terdefinisi
AIDS, menurut
kriteria Organisasi
Kesehatan Dunia
(WHO).
Pasien
direkomendasikan
suplemen metamucil
dengan Dosis khas
Metamucil dewasa
untuk sembelit adalah
3,4 gram (1 bungkus
atau 1 sendok makan
dalam 8 ons air atau
250 ml air). Sebagai
pengganti obat
ciprofloxacin dan
loperamide karena
kedua obat tersebut
tidak memberikan
efek pengobatan yang
tepat. Jadi berikan
suplemen saja untuk
mengatasi diare pada
pasien karena lebih
aman untuk
pengobatan jangka
panjang pada pasien
diare HIV.

Non farmakologi :

 Cuci tangan
sebelum dan
sesudah buang air
besar.
 Makan-makanan
yang bersih dan
sehat
mengkonsumsi air
putih yang cukup
untuk mencegah
dehidrasi.
 Mengonsumsi
makanan sehat
dapat membantu
meningkatkan
sistem kekebalan
tubuh. Sehingga
meskipun
terserang HIV,
kondisi tubuh
Anda tetap dalam
kondisi baik.
 Makanlah dalam
porsi kecil dan
sering untuk
menjaga
kesehatan
pencernaan. Bisa
juga
mengonsumsi
berbagai makan
sehat seperti
yoghurt, oatmeal,
pisang, pasta,
telur rebus, roti
putih, biskuit, dan
kentang rebus.
Obat yang 1. Infeksi HIV :
diberikan pada
- Zidovudine
pasien setelah
2x 300 mg
rawat inap
- Lamivudine
2x 150 mg
- Nevirapine 2x
200 mg
2. Kandidiasis :
- Flukonazol
1x 200 mg
3. Diare
- Metamucil
suplemen 1
bungkus
dengan 250
ml air.

D. KIE
Nama : Tn. AD

Umur : 45 tahun

BB : 60 Kg

TB : 161 cm

Alamat : Tidak ada

Informasi obat :

 Zidovudine

Indikasi : Untuk mengatasi infeksi HIV

Dosis dan aturan pakai : 300 mg diminum 2 kali sehari/tiap 12 jam, sebelum atau

setelah makan.

Efek samping : Sakit kepala, pusing, mual atau muntah, diare,

demam, batuk, hilang nafsu makan, dan tangan, kaki,

wajah, atau bokong terlihat lebih kecil karena


kehilangan lemak.

Penyimpanan : Simpan pada suhu dibawah 30 derajat Celcius, di

tempat kering dan sejuk.

Terapi Non-farmakologi : Mengontrol lingkungan sekitar pasien, terapi kognitif,

meningkatkan kebersihan diri menjelang tidur, relaksasi

otot progresive, dan mindfulness meditasi.

 Lamivudine

Indikasi : Untuk mengobati infeksi virus HIV

Dosis dan aturan pakai : 150 mg diminum 2 kali sehari/tiap 12 jam, sebelum atau

setelah makan.

Efek samping : Diare, sakit kepala, kesulitan tidur, depresi, dan hidung

tersumbat.

Penyimpanan : Simpan pada suhu dibawah 30 derajat Celcius, di

tempat kering dan sejuk.

Terapi Non-farmakologi : Mengontrol lingkungan sekitar pasien, terapi kognitif,

meningkatkan kebersihan diri menjelang tidur, relaksasi


otot progresive, dan mindfulness meditasi.

 Nevirapine

Indikasi : Untuk untuk mengatasi penyakit human

immunodeficiency virus (HIV)

Dosis dan aturan pakai : 200 mg, diminum 2 kali sehari/tiap 12, sebelum atau
setelah makan.

Efek samping : Sakit kepala, pusing, mual atau muntah, diare,

ruam kulit, dan nyeri otot.

Penyimpanan : Simpan pada suhu dibawah 30 derajat Celcius, di

tempat kering dan sejuk.

Terapi Non-farmakologi : Mengontrol lingkungan sekitar pasien, terapi kognitif,


meningkatkan kebersihan diri menjelang tidur, relaksasi
otot progresive, dan mindfulness meditasi.

 Flukonazol

Indikasi : Untuk untuk mengatasi penyakit akibat infeksi jamur,

termasuk infeksi jamur Candida (candidiasis).

Dosis dan aturan pakai : 100–200 mg/hari. Diminum sekali sehari, atau 200 mg,

3 kali seminggu.

Efek samping : Kembung, sakit perut, mual, muntah, dan diare.

Penyimpanan : Simpan pada suhu dibawah 30 derajat Celcius, di

tempat kering dan sejuk.

Terapi Non-farmakologi : Sikat gigi dua kali sehari dan bersihkan gigi setiap hari,

bilas mulut setelah makan atau penggunaan obat inhalasi,


konsumsilah makanan sehat dengan sedikit asupan
makanan manis, pertahankan asupan cairan yang cukup
untuk menjaga kelembapan mulut, serta hindari
merokok.

 Metamucil
Indikasi : Pencahar serat pembentuk massal yang digunakan

untuk mengatasi sembelit sesekali atau

ketidakteraturan usus.

Dosis dan aturan pakai : 3-4g/hari. 1 bungkus dengan 250 ml air. Diminum 1-3

kali sehari.

Efek samping : Perut kembung, kram perut, dan konstipasi.

Penyimpanan : Simpan pada suhu ruangan, terlindung dari

kelembapan, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Terapi Non-farmakologi : Memperbanyak minum, istirahat, hindari makanan


yang dapat merangsang terjadinya diare atau makan-
makanan yang mudah dicerna dalam usus dan lambung,
memperbanyak buah yang mengandung pektin,
memperbanyak asupan vitamin terutama vitamin A dan
mineral, dan perbaikan gizi.

E. DAFTAR PERTANYAAN
-

F. DAFTAR PUSTAKA
Carla Garcia-Cuesta, J Clin Exp Penyok. Tentang Pengobatan kandidiasis Oral. Desember
2014; 6(5): e576– e582.(PubMed).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4312689/
Keputusan Menkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/90/2019 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV.
Permenkes RI Nomor 87 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral.
G. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai