Anda di halaman 1dari 8

ENERGI PANAS BUMI

1. SUMBER ENERGI PANAS BUMI Dari fusi di dalam bumi, seperti uranium, thorium, potasium dan proses geseran dan tekanan maka terjadilah panas bumi. Panas bumi itu kemudian keluar dari kerak bumi dari kedalaman relatif dangkal dalam bentuk : uap kering, air asing panas (hor brine), batuan panas kering, lahar panas dan sebagainya. Panas radiasi dari magma ke atas memanaskan batu-batuan di atasnya. Air yang berada dalam lapisan ini menguap, yang dapat dicapai dengan membuat sumur dan melalui pipapipa uap disalurkan ke pusat pembangkit Listrik Persyaratan untuk mendapatkan sumber PLTB adalah : - Ada magma sebagai sumber panas - Ada persediaan air secukupnya untuk pembentukan uap - Terdapat batu-batuan penyimpan sumber panas dan uap air. - Terdapat gejala tektonik sehingga terjadi rekahan kulit/kerak bumi sehingga uap panas dapat keluar dari dalam bumi. - Panas uap itu mempunyai suhu lebih besar dari 200 OC 2. MENGAPA HARUS PANAS BUMI?
Pemakaian energi oleh sektor industri antara lain dipengaruhi oleh harga energi, khususnya energi listrik dan BBM. Dari sini tampaknya sangat penting upaya diversifikasi di bidang energi primer dalam rangka menghasilkan tenaga listrik. Panasbumi merupakan alternatif sumber energi primer non minyak bumi yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi tenaga listrik. Selain dampak lingkungannya sangat kecil. Untuk pembangkit tenaga listrik, kita menghadapi kenyataan terbatasnya cadangan minyak bumi di satu sisi, dan melimpahnya sumber cadangan panasbumi di sisi lain. Pemanfaatan panasbumi sebagai energi pembangkit tenaga listrik tampaknya menjadi keniscayaan. Karena sesuai sifatnya, panasbumi tidak dapat diekspor. Satu-satunya pilihan dalam pemanfaatannya adalah memasok kebutuhan energi dalam negeri. Sampai di sini, semua orang memahaminya. Tapi faktanya ada suatu paradoks, yakni kurang optimalnya pemanfaatan panasbumi dibandingkan dengan potensinya yang besar. Kenapa bisa begitu? Menurut Anwari hal tersebut berkaitan dengan karakteristik panasbumi itu sendiri, yang secara teknis memang memiliki ciri-ciri spesifik. Panasbumi tidak bisa disimpan atau ditransfer. Pemanfaatannya hanya dapat dilakukan di tempat di mana panasbumi berada. Dari keterbatasan-keterbatasan itu biaya pemanfaatan panasbumi (biaya pengembangannya) dinilai masih lebih mahal dibandingkan dengan energi lain. Walaupun untuk operasional Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) sendiri justru lebih murah ketimbang pembangkit listrik dari energi lain. Untuk bisa sampai ke pasar, panasbumi harus dikonversi dan ditransmisikan dari tempatnya semula di daerah-daerah pegunungan yang sulit dijangkau.

Dasar Konversi Energi

66

Sumber cadangan panasbumi di Indonesia rata-rata berada di daerah-daerah terpencil, bahkan di daerah yang tidak memiliki infrastruktur jalan. Sehingga biaya eksplorasi dan eksploitasi panasbumi masih harus ditambah lagi dengan biaya membangun inftastruktur. Inilah yang membuat biaya pengembangan panasbumi sangat mahal.

3. SEBERAPA BESAR CADANGAN PANASBUMI?


Jalur gunung berapi di Indonesia membentang melalui Pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTT, NTB, kepulauan di laut Banda, Halmahera, dan Sulawesi. Panjang jalur tersebut sekitar 7.000 km sampai 7.500 km, dan lebarnya antara 50 km-200 km. Sedangkan jumlah seluruh gunung berapi di Indonesia, baik yang masih aktif maupun yang sudah non aktif sekitar 150 buah. Total pemanfaatan panasbumi hingga dewasa ini masih sangat kecil dan belum optimal, yakni hanya sekitar 4%. Potensi ini berdasarkan data survei lapangan adalah minimal. Angka ini pasti akan menjadi lebih besar mengingat aktivitas lapangan untuk inventarisasi sumber daya spekulatif secara berkesinambungan masih terus dilaksanakan. Penggunaan panasbumi sebagai satu sumber energi di dalam negeri memiliki beberapa keuntungan. Dengan dibangunnya PLTP, maka BBM yang semula digunakan untuk PLTU (uap) dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan devisa. Pembangunan PLTP berarti membuka peluang baru untuk menarik pajak dari pengusahaan sumber daya panasbumi tersebut. Selain itu, panasbumi sudah memiliki wilayah pengembangan yang sangat potensial, yaitu Pulau Jawa. Dan di wilayah tersebut sudah terpasang jaringan transmisi listrik Jawa-Bali, dan merupakan wilayah dengan tingkat kebutuhan yang besar terhadap listrik. Sebagaimana diketahui, bahwa wilayah potensial pengembangan panasbumi meliputi 70 area. Yaitu di Sumatera terdapat 31 area, di Jawa 21 area, Bali dan NTB masing-masing satu area, NTT ada tujuh area, lalu di Sulawesi enam area, dan Maluku tiga area. Total potensinya adalah sekitar 20.000 MWe. Seperti ditulis dalam buku Pertamina Geothermal Development - Resources & Utilization (Geothermal, Hulu Pertamina, Juni 2003) Amerika Serikat memiliki kapasitas terpasang sebesar 2.228 MW, Filipina 1.909 MW, Meksiko 855 MW, Indonesia 789,5 MW. Di bawah Indonesia berturut-turut terdapat negeri penghasil panasbumi Itali, Jepang, New Zealand, Iceland, El Salvador, Costa Rica, Nicaragua, Kenya, Guatemala, Cina, Rusia, Turki, Portugal, Ethiopia, Guadeloupe, Thailand, dan Australia.

4. JENIS JENIS PANAS SUMBER PANAS BUMI 4.1. UAP BASAH Keadaan yang ideal, mudah dan menguntungkan untuk memamfaatkan sumber daya panas bumi adalah bilamana energi yang keluar dari perut bumi itu langsung berbentuk uap kering. Jenis uap yang demikian jarang ditemukan. Biasanya uap itu akan berupa uap basah, yang mengandung sejumlah air, yang harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum uap tersebut dapat dipakai dalam turbin .

Dasar Konversi Energi

67

Yang terbanyak didapat adalah air panas tekanan, yang setelah mencapai permukaan, mencetus dan memisah menjadi kurang lebih 20 % uap dan 80% air. Dalam separator atau pemisah, air dan uap dipisahkan . Air diinjekskan kembali ke dalam tanah, untuk sebanyak mungkin menjaga keseimbangan jumlah air yang tersedia dalam tanah.

Uap diambil dari separator dan dibawah ke turbin, setelah mana uap yang terpakai diteruskan ke pendingin. Air yang terjadi pada pendingin kembali dipompa ke dalam tanah, sedangkan sisa uap di buang ke udara. Sering juga terjadi, bahwa air yng didapat dalam pengusahaan panas bumi mengandung berbagai mineral yang berharga, sehingga menguntungkn untuk mengeluarkan dari air itu. 4.2. AIR PANAS Dari perut bumi sering didapatkan air panas, atau lebih tepat air asing panas (brine) yang suhu tidak seberapa tinggi, dan mengandung banyak mineral. Persoalannya adalah jika air dicetus (flashed) secara biasa bila mencapai permukaan bumi, maka campuran mineral, yang ikut arus naik ke atas, akan menempel pada dinding pipa-pipa sehingga lambat laun garis tengah pipa akan mengecil, bahkan dapat membuntu. Untuk mencegah air panas itu mencetus, dipergunakan apa yang dinamakan sistem biner (binary system).

Dasar Konversi Energi

68

Air panas dibawah ke suatu penukar panas (heat exchanger) untuk kemudian diinjeksi kembali ke tanah. Siklus pertama ini dinamakan sistem primer. Melalui penukar panas energi yang terkandung dalam air panas dipindahkan ke sirkit kedua, yang diisi dengan air. Air dalam rangkaian kedua ini setelah meninggalkan penukar panas menjadi uap, yang dimasukkan kedalam turbin. Rangkaian kedua ini dinamakan sistem skunder. Bila tekanan air panas dari bumi kurang tinggi, perlu dipakai suatu pompa, yang mempunyai konstruksi khusus, karena harus tahan air asin yang sangat korosif. Medium pada sistem sekunder dapat pula dipakai suatu bahan yang mempunyai titik didih yang rendah, sperti Amonia (NH3) atau gas Propan (C3H6), bilamana suhu air panas tidak begitu tinggi. 4.3. BATUAN PANAS Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa jauh lebih banyak energi panas bumi dalam bentuk air panas dari pada sebagai uap kering. Dalam kaiatan ini dapat dikatakan bahwa banyak juga terdapat energi panas bumi dalam bentuk batu panas yang kering. Panas ini tidak ke atas, melainkan harus diambil sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan kedalam tanah air, yang dilewatkan melalui batu-batu yang panas, dan menyedotnya kembali ke tempat lain sebagai uap atau air panas.

Dasar Konversi Energi

69

Dengan pemikiran bahwa, batu panas tersebut di Bor suatu lubang atau sumur yang mencapai taraf batu padat yang panas itu. Kemudian batu padat itu diledakkan dengan suatu alat nuklir. Dengan demikian sebagian batu padat itu sebagian menjadi pecah dan akan terdiri atas batu batu yang berlubang. Kemudian dibor lagi satu sumur sampai taraf batu pecah. Lalu air dipompa dengan tekanan tinggi ke dalam batu-batu pecah yang panas. Karena dalam keadaan pecah, batu-batu ini memungkinkan air mengalir dalamnya sambil menjadi panas. Pada ujung lainnya air panas ini, yang kini telah menjadi uap, diambil kembali untuk dipakai dalam pusat listrik tenaga panas bumi. Diperkirakan, luas wilayah ini akan mempunyai ukuran panjang dan lebar 500 mtr. Perlu dikemukakan, bahwa pemanasan lapisan batu pecah bukan saja dilakukan oleh batu panas, melainkan juga oleh energi sisa ledakan nuklir yang dipakai untuk memecahkan batu.

Dasar Konversi Energi

70

Dasar Konversi Energi

71

5. PERKEMBANGAN PLTB DI INDONESIA Menurut potensi perkiraan medan geotermal di Indonesia adalah : JAWA : Kamojang 150 MW Darajat 150 MW Dieng (Sikadang) 500 MW Salak 330 MW Cisolok 150 MW Banten 100 MW -------------------------------------------------1.380 MW Lampung Lahendong Bagudul Flores 270 MW 280 MW 200 MW 300 MW 25 MW

SUMATERA SULAWESI BALI NTT Lain-lain

: : : : :

Perkembangan Pembangkitan PLTP ----------------------------------------------------------------------------------------------------82/83 85/86 88/89 89/90 90/91 91/92 ---------------------------------------------------------------------------------------------------Kamojang : 30 110 Salak 110 110 Darajat 110 55 Dieng 110 110 110 110 Cisolok 110 Banten 110 Lahendong 30 Bali 55 Flores 4 ----------------------------------------------------------------------------------------------------Pemerintah menargetkan sekitar 90 persen kebutuhan listrik rumah tangga di Indonesia dapat terpenuhi pada 2020. Diharapkan pula pelayanan listrik bagi masyarakat pedesaan dapat mencapai 78,54 persen pada tahun tersebut. Ini mengingat baru 54,8 persen rumah tangga di Indonesia yang saat ini telah memperoleh pelayanan listrik. Sedangkan pelayanan listrik untuk pedesaan baru mencapai 52 persen. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Yogo Pratomo di Jakarta, Selasa (7/9/2000).

Dasar Konversi Energi

72

Untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, PLN berencana membangun dua fasilitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) senilai US$ 110 juta di Lampung dan Sumatra Selatan. Fasilitas tersebut dibangun dengan dana bantuan dari Japan Bank for International Coo rperation. Menurut Direktur Pembangkitan
dan Energi Primer PT PLN Ali Herman Ibrahim, pembangkit listrik tersebut akan memanfaatkan fasilitas energi panas bumi yang dimiliki PT Pertamina. Fasilitas PLTPB itu masing-masing berkapasitas 55 megawatt dan diharapkan beroperasi pada 2007 dan 2008

PLTP Kawah Darajat dikelola oleh Amoseas Indonesia Inc. Amoseas adalah salah satu anak perusahaan dari ChevronTexaco yang kini juga merupakan induk dari PT Caltex Pasific Indonesia (CPI). Amoseas berhasil memenangkan projek panas bumi Darajat lewat tender terbuka, dan menjadi pionir dalam projek panas bumi yang ditandatangani tahun 1984. Pada saat itu, Amoseas bermitra dengan PT Pertamina dalam joint operation contract (JOC) dan PT PLN dalam kontrak energy sales contract. Saat ini Amoseas mengoperasikan projek pembangkit Darajat I yang menghasilkan 55 MW mulai beroperasi November 1994, yang dioperasikan oleh PLN, sepenuhnya menggunakan uap hasil panas bumi dari ladang panas bumi Amoseas. Sedangkan Pembangkit Darajat II dibangun dan dioperasikan oleh Amoseas sejak 2000 dan memproduksi lebih dari 90 MW. Amoseas saat ini sedang mengevaluasi perluasan projek panas bumi ini dengan merencanakan pembangunan pembangkit baru dengan kapasitas yang direncanakan 100 MW yang dinamakan Darajat III. Mereka bermitra dengan PT Darajat Geothermal Indonesia (PT DGI) dalam pengembangan projek PLTP Darajat tersebut.

Dasar Konversi Energi

73

Anda mungkin juga menyukai