Anda di halaman 1dari 19

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara perairan, banyak yang bisa dimanfaatkan dari
segi sumber daya alam yang dimiliki negara kita, akan tetapi semua itu masih
belum dimanfaatkan dengan baik, lautan befungsi sebagai suatu penampungan
yang cukup besar dari energi surya yang mencapai bumi. Selain itu dengan adanya
krisis energi yang melanda di Indonesia ini merupakan salah satu faktor
pendorong untuk dibangunnya pembangkit listrik. Lautan yang meliputi dua per
tiga permukaan bumi, menerima energi panas yang berasal dari penyinaran
matahari. Kira-kira seperempat dari daya surya sebesar 1,7 x 1017 watt yang
mencapai atmosfer diserap oleh lautan. Selain itu, air laut juga menerima energi
panas yang berasal dari panas bumi, yaitu magma yang berasal dari bawah laut.
Pemanasan dari permukaan air di daerah tropikal mengakibatkan permukaaan air
laut memiliki suhu kira-kira 27 - 30oC. Bilamana air permukaan yang hangat ini
dipakai dalam kombinasi dengan air yang lebih dingin (5 - 7oC) pada kedalaman
500 - 600 meter, maka suatu sumber energi panas yang relatif besar akan tersedia.
Saat ini banyak sekali beberapa pembangkit-pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi dari alam, baik PLTA, PLTU, PLTG, dll. Namun dalam
perkembangannya energi yang digunakan ada yang terbatas dan adapula yang
tidak terbatas. Seperti PLTU yang menggunakan bahan bakar batu bara atau
minyak bumi yang persediaannya terbatas. Krisis energi saat ini mengajarkan
kepada bangsa Indonesia bahwa usaha serius dan sistematis untuk
mengembangkan dan menerapkan sumber energi terbarukan guna mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera dilakukan. Penggunaan
sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan juga berarti menyelamatkan
lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat
penggunaan BBM. Terdapat beberapa sumber energi terbarukan dan ramah
lingkungan yang bisa diterapkan segera di tanah air, seperti OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion)

1
Menurut rancangan-rancangan terkini energi listrik akan dapat
dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik tenaga panas laut (PLT-PL) dengan
menggunakan siklus Rankine rangkaian tertutup maupun terbuka. Selisih suhu
sebesar 20oC akan tersedia selama 24 jam sehari dan sepanjang tahun. Hal ini jauh
lebih menguntungkan dibanding dengan pemanfaatan sinar matahari di daratan,
yang tersedia hanya siang hari, itupun bilamana udara tidak mendung atau cuaca
tidak hujan. Bilamana selisih 20oC itu dimanfaatkan dengan suatu efisiensi efektif
sebesar misalnya 1,2%, maka suatu arus air sebesar 5 meter kubik per detik akan
dapat menghasilkan daya elektrik bersih dengan daya sebesar kira-kira 1 MW.
Dapat dibayangkan bahwa ukuran yang besar sekali diperlukan untuk dapat
membantu suatu PLT-PL yang besar. Sebab sejumlah arus air yang meliputi 500
meter kubik per detik yang akan diperlukan untuk dapat membuat suatu PLT-PL
yang besar, misalnya 100 MW. Dengan demikian maka taraf efisiensi yang perlu
diusahakan untuk ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa itu OTEC?
2. Bagaimana prinsip kerja OTEC?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dalam pemanfaatan OTEC?

1.3 Tujuan
Pembuatan Makalah ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Mengetahui lebih jelas tentang OTEC.
2. Mengetahui prinsip kerja OTEC.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pemanfaatan OTEC.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion)


OTEC pembangkit listrik yang memanfaatkan perbedaan suhu di laut yang
dalam dan di laut yang dangkal yang digunakan untuk menggerakan mesin
(generator). Dan generator pada OTEC memiliki prinsip “ semakin besar
perbedaan suhu di antara laut yang dalam dengan laut yang dangkal maka energi
listrik yang dihasilkan akan semakin besar pula.” Perbedaan suhu anatara laut
dangkan dengan laut dalam, masing masing memiliki reservoir ( reservoir laut
dangkal dan reservoir laut dalam). Perbedaan suhu dari kedua reservoir ini akan
menyebabkan aliran kalor yang dapat melakukan usaha.Hal ini memiliki prinsip
yang sama seperti turbin uap dan mesin pembakaran,juga lemari es yang melawan
aliran kalor alami dengan “menghabiskan” energi. Sama seperti energi kalor dari
pembakaran bahan bakar, OTEC menggunakan perbedaan suhu oleh penyinaran
matahari pada permukaan laut sebagai bahan bakarnya.

Gambar 2.1 Sistem OTEC

3
2.1.1 Sejarah OTEC
Meski sistem OTEC adalah suatu teknologi terbaru, konsepnya memiliki
jalan pengembangan yang panjang. Dimulai pada tahun 1881, yaitu ketika Jacques
Arsene d'Arsonval, fisikawan prancis yang mengajukan konsep konversi energi
termal lautan. Dan murid d'Arsonval, George Claude yang membuat pembangkit
listrik OTEC pertama kalinya di Kuba pada tahun 1930. Pembangkit listrik itu
menghasilkan listrik 22 kilowatt dengan turbin bertekanan rendah. Pada tahun
1931, Nikola Tesla meluncurkan buku "On Future Motive Power" yang mencakup
konversi energi termal lautan. Meski ia tertarik dengan konsep tersebut, ia
beranggapan bahwa hal ini tidak bisa dilakukan dalam skala besar. Di tahun 1935,
Claude membangun pembangkit kedua di atas 10000 ton kargo yang mengapung
di atas lepas pantai Brazil. Namun cuaca dan gelombang menghancurkan
pembangkit listrik tersebut sebelum bisa menghasilkan energi.
Di tahun 1956, para fisikawan Prancis mendesain 3 megawatt pembangkit
listrik OTEC di Abidjan, Pantai Gading. Pembangkit listrik OTEC itu tak pernah
selesai karena murahnya harga minyak di tahun 1950an yang membuat
pembangkit listrik tenaga minyak lebih ekonomis. Di tahun 1962, J. Hilbert
Anderson dan James H. Anderson, Jr. mulai mendesain sebuah siklus untuk
mencapai tujuan yang tidak dicapai Claude. Mereka fokus pada pengembangan
desain baru dengan efisiensi yang lebih tinggi. Setelah menganalisa masalah yang
ditemukan pada desain Claude, akhirnya mereka mematenkan desain siklus
tertutup buatan mereka pada tahun 1967.
Amerika serikat mulai terlibat pada penelitian OTEC pada tahun 1974,
ketika otoritas Natural Energy Laboratory of Hawaii mendirikan Keahole Point di
Pantai Kona, Hawaii. Laboratorium itu merupakan fasilitas penelitian dan
percobaan OTEC terbesar di dunia. Hawaii merupakan lokasi yang cocok untuk
penelitian OTEC karena permukaan lautnya yang hangat dan akses ke laut dalam
yang dingin. Selain itu, Hawaii juga negara bagian yang biaya listriknya cukup
mahal di Amerika Serikat. Meski Jepang tidak memiliki tempat yang berpotensial
untuk mendirikan OTEC, namun Jepang banyak berkontribusi dalam penelitian
dan pengembangan OTEC, terutama untuk ekspor dan penerapannya di luar

4
negeri. Salah satu proyek Jepang dalam pengembangan OTEC adalah fasilitas
OTEC di Nauru yang menghasilkan 120 kW listrik. 90 kW dimanfaatkan untuk
menggerakkan fasilitas OTEC tersebut dan 30 kW dialirkan ke sekolah-sekolah
dan beberapa tempat di Nauru. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Stabilitas dan gerakan-gerakan dari laut.
2. Instalasi dan kemungkinan-kemungkinan penyambungan dari pipa air dingin
3. Berbagai kemungkinan konstruksi
4. Biaya yang diperlukan.

2.1.2 Komponen Penyusun OTEC


Komponen pada OTEC terdiri dari :
a. Heat Exchanger
Heat Exchanger adalah bagian besar dari kinerja utama dan masalah biaya
yang berkaitan dengan sistem siklus-tertutup. Permukaan Heat Exchanger harus
cukup besar di OTEC untuk mentransfer panas yang cukup pada perbedaan suhu
yang kecil. Beberapa telah dirancang. Salah satu bentuk Heat Exchanger
konvensional menggunakan shell-dan konfigurasi-tabung di mana air laut
mengalir melalui tabung, dan penguapan fluida kerja atau mengembun di shell
sekitar mereka. Rancangan ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan tabung
bergalur, aliran fluida kerja masuk ke dalam alur dan atas puncak, menghasilkan
film tipis yang menguap lebih efektif. Dalam desain pelat-dan-sirip maju, air laut
melalui plat paralel, sirip antara pelat meningkatkan perpindahan panas.
b. Turbin
Setelah tetesan dikeluarkan, aliran uap melalui turbin besar, tekanan
rendah, masuk pada tekanan dari sekitar 2,4 kPa. Turbin ini harus mampu
menangani uap besar, arus yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah besar
tenaga listrik. Studi yang dilakukan oleh Westinghouse Electric Corporation
menyimpulkan bahwa turbin adalah yang paling diandalkan dan hemat biaya
untuk pabrik (listrik) 100-megawatt (bersih) dengan kecepatan rendah (200 rpm)

5
unit berukuran 43,6 meter (Westinghouse Electric Corporation 1979), yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut. Multistage turbin digunakan dalam
pembangkit listrik tenaga nuklir atau batu bara yang sudah tersedia. Tahap
tekanan rendah dari turbin biasanya beroperasi pada kondisi yang dekat yang
dibutuhkan di pabrik OTEC siklus terbuka. Rotor yang merupakan tahap terakhir
(diameter yang biasanya sekitar 5 meter) bersama-sama dengan stator
menghasilkan sekitar 2,5 MW listrik (Valenzuela et al 1988.).
c. Kondensor
Setelah uap melewati turbin,uap dapat mengembun dalam kondensor,jadi
fungsi kondensor ini adalah untuk mengembunkan uap dari turbin, melalui kontak
langsung atau permukaan kondensor. Kondensor kontak langsung tidak memiliki
dinding,karena itu mereka menyediakan lebih larutan efektif (Bharathan, Parsons,
dan Althof 1988). Dalam desain suatu-kondensor dikembangkan diair laut Seri-
dingin didistribusikan melalui dua kapal terbuka terakhir diisi dengan bahan yang
tersedia secara komersial. Sekitar 80% dari uap terkondensasi karena mengalir
melalui kapal pertama dalam arah yang sama dengan air laut dingin. Uap yang
tersisa disalurkan ke bagian bawah kapal kedua dan mengalir melalui dalam arah
yang berlawanan dengan air laut. Di bagian atas kapal kedua, sistem vakum
pompa keluar (inert) gas noncondensable bersama dengan uap uncondensed.
d. Evaporators
Evaporator berfungsi untuk menguapkan cairan, Air panas dari permukaan
laut digunakan untuk menguapkan cairan yang berada pada evaporator. Cairan
atau fluida yang mudah menguap yang digunakan seperti misalnya amonia. Uap
amonia akan memutar turbin yang menggerakkan generator. Uap amonia keluaran
turbin selanjutnya dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan
dikembalikan untuk diuapkan kembali.

2.1.3 Bahan Bakar yang Digunakan


Dalam pengoperasiannya OTEC tidak membutuhkan bahan bakar untuk
menghasilkan energi listrik melainkan menggunakan metode perbedaan
temperatur yang berada di antara laut dalam dan perairan dekat permukaan dengan

6
bantuan pemanasan cahaya matahari terhadap fluida kerja (amonia) yang terdapat
di dalam laut sehingga menghasilkan uap yang berguna untuk memutar turbin.

7
2.2 Prinsip Kerja OTEC
Secara sederhana dapat disebutkan bahwa OTEC bekerja dengan
memanfaatkan perbedaan temperatur untuk membangkitkan tenaga listrik dengan
cara memanfaatkannya untuk menguapkan Ammonia atau Freon. Tekanan uap
yang timbul dugunakan untuk memutar turbin.

Gambar 2.2 Prinsi kerja OTEC

Prinsip kerja OTEC sebagai berikut.


1. Konversi energi panas laut atau OTEC menggunakan perbedaan temperatur
antara permukaan yang hangat dengan air laut dalam yang dingin, minimal
sebesar 77 derajat Fahrenheit (25°C) agar bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.
2. Laut menyerap panas yang berasal dari matahari. Panas matahari membuat
permukaan air laut lebih panas dibandingkan air di dasar laut. Hal ini
menyebabkan air laut bersirkulasi dari dasar ke permukaan. Sirkulasi air laut
ini juga dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan
energi listrik.
3. Dalam beroperasinya OTEC, pipa-pipa akan ditempatkan di laut yang
berfungsi untuk menyedot panas laut dan mengalirkannya ke dalam tangki
pemanas guna mendidihkan fluida kerja. Umumnya digunakan ammonia

8
sebagai fluida kerja karena mudah menguap. Dari uap fluida tersebut
selanjutnya akan digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.
Selanjutnya, uap fluida dialirkan ke ruang kondensor. Didinginkan dengan
memanfaatkan air laut bersuhu 5 derajat Celcius. Air hasil pendinginan
kemudian dikeluarkan kembali ke laut. Begitu siklus seterusnya. (Zaiki, 2009)

2.2.1 Jenis OTEC


1. Closed-Cycle (Siklus Tertutup): Closed-cycle system menggunakan fluida
dengan titik didih rendah,seperti ammonia, untuk memutar turbin guna
membangkitkan listrik. Air laut permukaan yang hangat dipompa melewati
sebuah heat exchanger (penukar panas) di mana fluida dengan titik didih
rendah tadi diuapkan. Fluida yang mengalami perubahan wujud menjadi uap
akan mengalami peningkatan tekanan. Uap bertekanan tinggi ini kemudian
dialirkan ke turbin untuk menghasilkan listrik. Kemudian air dingin dari dasar
lautan dipompa melewati heat exchanger yang kedua, mengembunkan hasil
penguapan tadi menjadi fluida lagi, di mana siklus ini berputar terus menerus.

Gambar 2.3 Diagram of closed-cycle OTEC plantship

9
2. Open-Cycle (Siklus Terbuka): Open-Cycle OTEC menggunakan air laut
permukaan yang hangat untuk membangkitkan listrik. Ketika air laut hangat
dipompakan ke dalam kontainer bertekanan rendah, air ini mendidih. Uap yang
mengembang menggerakkan turbin tekanan rendah untuk membangkitkan
listrik. Uap ini,meninggalkan garam-garam di belakang kontainer. Jadi uap ini
hampir merupakan air murni. Uap ini kemudian dikondensasikan kembali
dengan menggunakan suhu dingin dari air dasar laut.

Gambar 2.4 Diagram of open-cycle OTEC power system

3. Hybrid System (Siklus Gabungan): Siklus hybrid menggunakan keunggulan


sistem siklus terbuka dan tertutup. Siklus hybrid menggunakan air laut yang
diletakkan di tangki bertekanan rendah (vacuum chamber) untuk dijaikan uap.
Lalu uap tersebut digunakan untuk menguapkan fluida bertitik didih rendah
(amonia atau yang lainnya) yang akan menggerakkan turbin guna
menghasilkan listrik. Uap air laut tersebut lalu dikondensasikan untuk
menghasilkan air tawar desalinasi.

10
2.2.2 Pengembangan OTEC di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di daerah tropis, di mana
perairan di wilayah Indonesia umumnya memiliki perbedaan suhu air permukaan
dan laut dalam yang sangat tinggi, serta memiliki intensitas gelombang laut yang
kecil, sehingga sangat cocok dalam pengembangan teknologi OTEC. Beberapa
pihak swasta di Indonesia sebenarnya telah mengembangkan teknologi ini hingga
mencapai tahap komersial, namun jumlahnya masih terbatas sehingga
pemanfaatan teknologi ini belum memberikan andil yang besar . Di samping itu
perlu adanya perhatian dan keterlibatan dari pemerintah yang besar untuk
pengembangan dan pemanfaatan energi alternatif dari laut tersebut, sebagai salah
satu upaya menghadapi krisis energi yang terjadi di masa kini

Gambar 2.5 Fasilitas OTEC di Keahole Point, Hawai

Minyak merupakan sumber energi utama di Indonesia. Pemakaiannya terus


meningkat baik untuk komoditas ekspor yang menghasilkan devisa maupun untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.Sementara cadangannya terbatas
sehingga pengelolaannya harus dilakukan seefisien mungkin. Karena itu,
ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak dapat
dipertahankan lagi sehingga perlu ditingkatkan pemanfaatan energi baru dan

11
terbarukan. Energi baru dan terbarukan adalah energi yang pada umumnya sumber
daya nonfosil yang dapat diperbarui atau bisa dikelola dengan baik, maka sumber
dayanya tidak akan habis. Laut selain menjadi sumber pangan juga mengandung
beraneka sumber daya energi. Kini para ahli menaruh perhatian terhadap laut
sebagai upaya mencari jawaban terhadap tantangan kekurangan energi di waktu
mendatang dan upaya menganekakan penggunaan sumber daya energi.
Kesenjangan antara kebutuhan dan persediaan energi merupakan masalah yang
perlu segera dicari pemecahannya. Apalagi mengingat perkiraan dan perhi- tungan
para ahli pada tahun 2010-an produksi minyak akan menurun tajam dan bisa
menja- di titik awal kesenjangan energi. Untuk lautan di wilayah Indonesia,
potensi termal 2,5 x 1023 joule dengan efisiensi konversi energi panas laut sebesar
tiga persen dapat menghasilkan daya sekitar 240.000 MW. Potensi energi panas
laut yang baik terletak pada daerah antara 6- 9° lintang selatan dan 104-109° bujur
timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari 20 km dari pantai didapatkan
suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan didapatkan perbedaan suhu
permukaan dan kedalaman laut (1.000 m) sebesar 22,8°C. Sedangkan perbedaan
suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650 m) lebih tinggi dari
20°C. Dengan potensi sumber energi yang melimpah, konversi energi panas laut
dapat dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan energy listrik di Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui, luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2,
mendekati 70% luas keseluruhan wilayah Indonesia. Dengan luas wilayah
mayoritas berupa lautan, wilayah Indonesia memiliki energi yang punya prospek
bagus yakni energi arus laut. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak
pulau dan selat sehingga arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari
mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Selain itu, Indonesia
adalah tempat pertemuan arus laut yang diakibatkan oleh konstanta pasang surut
M2 yang dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan
konstanta pasang surut K1 yang dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih
kurang 24 jam. M2 adalah konstanta pasang surut akibat gerak Bulan mengelilingi
Bumi, sedangkan K1 adalah konstanta pasang surut yang diakibatkan oleh
kecondongan orbit Bulan saat mengelilingi Bumi. Di Indonesia, potensi energi

12
samudra sangat besar karena Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari
17.000 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km dan terdiri dari laut dalam dan
laut dangkal. Biaya investasi belum bisa diketahui di Indonesia tetapi berdasarkan
uji coba di beberapa negara industri maju adalah berkisar 9 sen/kWh hingga 15
sen/kWh.Berdasarkan letak penempatan pompa kalor, konversi energi panas laut
dapatdiklasifikasikan menjadi tiga tipe, konversi energi panas laut landasan
darat,konversi energi panas laut terapung landasan permanen, dan konversi energi
panas laut terapung kapal.Konversi energi panas laut landasan darat alat utamanya
terletak di darat, hanya sebagian kecil peralatan yang menjorok ke laut. Kelebihan
sistem ini adalah dayanya lebih stabil dan pemeliharaannya lebih mudah.
Kekurangan sistem jenis ini membutuhkan keadaan pantai yang curam, agar tidak
memerlukan pipa air dingin yang panjang.Untuk konversi energi panas laut
terapung landasan permanen, diperlukan sistem penambat dan sistem transmisi
bawah laut, sehingga permasalahan utamanya pada sistem penambat dan
teknologi transmisi bawah laut yang mahal. Jenis ini masih dalam taraf penelitian
dan pengembangan.Perkembangan teknologi konversi energi panas laut di
Indonesia baru mencapai status penelitian, dengan jenis konversi energi panas laut
landasan darat dan dengan kapasitas 100 kW, lokasi di Bali Utara. Secara umum
kendala pada teknologi konversi energi panas laut adalah efisiensi pemompaan
yang masih rendah, korosi pipa, bahan pipa air dingin, dan biofouling, yang
semuanya menyangkut investasi. Selain itu kajian sumber daya kelautan masih
terbatas terhadap langkah pengembangan konversi energi panas laut.

Prakiraan Potensi Listrik dari OTEC di Indonesia


Indonesia memiliki panjang pantai 95.181 km,sekitar 70% memiliki kedalaman
>1000m yang merupakan sumber OTEC.
Panjang pantai : 95.181 km
Sumber OTEC 70%: 0,7 x 95.181 km : 66.627 km.
Jarak antar OTEC 100 MW : 30 km

13
Prakiraan potensi listrik dengan pembangkit listrik OTEC :
{ 66,627 / 30 } x 100 MW = 222.089 MW = +220.000 MW
= 222 GW listrik
Kapasitas factor OTEC adalah 0,8, berarti Indonesia memiliki potensi listrik
dengan OTEC adalah:
0.8 x 24 x 365 x 222 GW = 15.557.760 GWh or 15.557 TWh
= +15.500 TWh

14
Kelebihan dan kekurangan dalam pemanfaatan OTEC
Kelebihan
Berikut ini beberapa kelebihan daam pemanfaatan OTEC
a. Pemanfaatan energi baru, seperti tenaga panas laut, akan mengurangi
ketergantungan akan BBM atau Batu bara yang cadangannya diperkirakan
akan habis dalam beberapa tahun mendatang.
b. Penelitian ini akan melibatkan instansi-instansi yang terkait / departemen
sehingga diharapkan akan memberikan sumbangsihnya dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
c. Penggunaan teknologi ini akan mengurangi dampak pencemaran lingkungan
akibat emisi gas buang dari produk BBM atau Batu bara.
d. Penggunaan teknologi ini akan mengurangi dampak pencemaran lingkungan
akibat emisi gas buang dari produk BBM atau Batu bara.
e. Merupakan solusi alternatif untuk masa yang akan datang, sekiranya produksi
BBM atau batu bara telah berhenti.
f. Mengurangi ketergantungan akan BBM atau batu bara sebagai bahan baku
dalam memproduksi listrik.
g. Jika dimanfaatkan secara optimum, maka dengan efisiensi sekitar tiga persen
maka Indonesia dapat menghasilkan 240.000 MW dari total potensi panas laut
yang ada.
h. Hasil sampingan berupa air tawar tentu dapat dimanfaatkan untuk produksi air
minum bersih untuk didayakan oleh PLN. Keuntungan bagi konsumen
i. Konsumen akan merasa lega akan kontinuitas penyediaan energi listrik untuk
beberapa waktu mendatang.
j. Air Conditioning Air laut dingin (5°C) yang digunakan dalam OTEC memberi
peluang dalam penyediaan jumlah yang besar untuk digunakan sebagai
pendingin ruangan sebuah bangunan.Ini dapat dilakukan dengan perkiraan pipa
berdiameter 0.3 meter dapat membawa 0.08 meter kubik air per sekon.Jika air
6°C dilewatkan ke beberapa pipa,maka akan dapat menyediakan lebih dari
cukup pendingin udara untuk gedung-gedung besar.InterContinental Resort dan

15
Thalaso-spa di kepulauan Bora-Bora menggunakan system OTEC untuk
pendingin udaranya.
k. Pertanian tanah dingin Teknologi OTEC juga dapat mendukung pertanian
tanah dingin.Ketika air laut dingin mengalir melalui pipa di dalam tanah,maka
air ini akan mendinginkan tanah di sekitarnya.Perbedaan suhu akar tanaman di
tanah yang dingin dengan daunnya di udara yang hangat memenyebabkan
tanaman ini dapat hidup di daerah subtropic.The Natural Energy Laboratory
telah membuat sebuah kebun dekat pembangkit OTEC dengan 100 jenis buah-
buahan dan sayuran,yang sebagian besar tidak dapat hidup di Hawaii.
l. Perikanan Perikanan diharapkan menjadi produk terbaik dari hasil samingan
OTEC.Ikan yang hidup di air dingin seperti Salmon dan Lobster mendapat
banyak nutrisi akibat dari proses OTEC.
m. Penyulingan air Air sulingan dapat diproduksi di pembangkit open atau hybrid-
cycle menggunakan kondenser permukaan.Di kodenser,uap yang disimpan
dikondensasi dengan kontak tak langsung dengan air laut dingin.Proses ini
relatif lebih bebas dari pencemaran dan bisa dijual kepada masyarakat sekitar .
n. Produksi Hydrogen
o. Extraksi Mineral

Kekurangan
Berikut ini beberapa kelebihan daam pemanfaatan OTEC
a. Untuk mengubah suatu sistem ketenaga listrikan dari BBM dan Batubara
menjadi panas laut dibutuhkan biaya investasi yang sangat besar.
b. Efisiensi pembangkit tenaga panas laut (PLT-PL) yang masih dibawah 5 %
tentu bukan merupakan kabar yang baik bagi semua pihak.
c. Belum ada investor yang besedia menanamkan investasinya untuk proyek
pembuatan pembangkit tenaga panas laut (PLT-PL).
d. Adanya gangguan alam di daerah laut atau pantai akan merugikan system
kelistrikan dengan teknologi panas laut.
e. Biaya produksi akan tinggi sehingga mau tidak mau jika pemerintah memberi
subsidi, maka budget APBN akan tersedot untuk biaya subsidi.

16
f. Hilangnya panas karena pengaruh gas Isu terpenting dalam siklus Claude
adalah adanya kontak langsung antara gas dengan Heat Exchanger .Banyak
desain siklus Claude yang terdahulu menggunakan sebuah condenser
permukaan karena sangat mudah dipahami.Bagaimanapun juga condenser
kontak langsung memberikan beberapa kerugian.Ketika air laut hangat
permukaan mencapai pipa masukan,tekanan menurun di titik dimana gas mulai
berubah.Jika jumlah gas cukup significant,desain perangkap gas mungkin dapat
dibenarkan..
g. Penggunaan komponen yang tepat Evaporator, turbin,dan Kondenser
dioperasikan dalam keadaan hampa udara dengan tekanan sekitar 3-1%
tekanan atmosfer.Keadaan ini membawa beberapa implikasi.Pertama,system
harus hati-hati dalam menjaga tekanan atmosfer yang dapat mematika
system.Kedua,Volume dari uap bertekanan rendah sangat besar dibandingkan
fluida yang bekerja dalam OTEC closed system .Ini berarti bahwa komponen
harus memiliki aliran yang besar untuk memastikan bahwa kecepatannya tidak
terlalu besar.
h. Konsumsi daya yang tidak perlu oleh kompresor Pengembangan dalam
mengurangi daya terbuang dari kompresor sedang berlangsung.Setelah
sebagian besar uap dikondensasi oleh condenser,gas yang tidak terkondensasi
dilewatkan melalui counter akan menurunkan reaksi uap.

17
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah penulis membuat Makalah ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. OTEC pembangkit listrik yang memanfaatkan perbedaan suhu di laut yang
dalam dan di laut yang dangkal yang digunakan untuk menggerakan mesin
(generator).
2. OTEC bekerja dengan memanfaatkan perbedaan temperatur untuk
membangkitkan tenaga listrik dengan cara memanfaatkannya untuk
menguapkan Ammonia atau Freon. Tekanan uap yang timbul dugunakan untuk
memutar turbin.
3. Kelebihan dalam pemanfaatan OTEC salah saatunya adalah penelitian ini akan
melibatkan instansi-instansi yang terkait / departemen sehingga diharapkan
akan memberikan sumbangsihnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK).
4. Kekurangan dalam pemanfaatan OTEC salah satunya adalah adanya gangguan
alam di daerah laut atau pantai akan merugikan system kelistrikan dengan
teknologi panas laut.
5. Daerah di Indonesia yang pada waktunya dapat memanfaatkan
sumber daya energi panas melalui OTEC adalah Bali Utara dan kepulauan
Maluku yang lautannya banyak memiliki kedalaman yang besar.

18
DAFTAR PUSTAKA

H. Avery, William., & Whu, Chih. 1994. Reweable Energy From the Ocean A
Guide to OTEC. Newyork: Oxford University Press

http://kuliah.andifajar.com/wp-content/uploads/2011/04/plt-pl-di-pantai-dan-di-
laut.jpg

http://www.wikipedia.com/

http://www.Lenterarumahkaca.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Konversi_energi_termal_lautan

http://majarimagazine.com/2008/01/pemanfaatan-energi-laut-3-panas-laut/

http://www.agussuwasono.com/technical-references/iptek/160-teknologi-panas
laut.html

19

Anda mungkin juga menyukai