Anda di halaman 1dari 15

.

Untuk mesin kalor

tidak mungkin mengubah semua kalor yang terdapat pada resevoir


kalor temperatur tinggi menjadi kerja dalam sebuah siklus kerja tanpa
membuang sebagian kalor ke reservoir kalor temperatur rendah .
Pernyataan ini dapat digambarkan sebagai berikut .

Gambar 1
proses perubahan kalor menjadi kerja menurut hukum kedua
termodinamika

Semua mesin kalor yang bekerja menghasilkan kerja dengan

mengkonversikan kalor dari sumber kalor yang lebih tinggi (Qh) pasti akan
membuang sebagian kalor ke resevoir kalor yang lebih rendah
temperaturnya (Ql). Artinya tidak semua kalor dapat diubah menjadi kerja,
pasti ada kebocoran dan kerugian yang disebut efisiensi ().
Contoh; sebuah motor bakar bensin membakar campuran udara dan
bahan bakar dan menghasilkan kalor. Energi kalor ini tidak semuanya
dapat diubah oleh mesin menjadi kerja (putaran poros), tetapi pasti ada
sebagian yang dibuang ke lingkungan sekitar melalui pendingin mesin dan
sisa gas buang. Proses konversi energi pada motor bakar menurut hukum
kedua termodinamika dapat digambarkan sebagai berikut .

Gambar 2
proses konversi energi pada motor bakar menurut hukum kedua
termodinamika

Efisiensi sistem dapat dihitung dengan membandingkan kerja yang


dihasilkan dengan kalor yang diberikan atau dapat ditulis secara
matematis .
Lokasi Potensial OTEC di Perairan Indonesia Timur
Posted by marine kenzi martasuganda at 23:271 comments
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Categories :
Hydro Oseanografi . Kebijakan Kelautan

[komitmen.org, 14/4/2015] KOMITMEN kembali mencatatkan namanya


dalam jurnal internasional elsevier dengan penelitian yang dilakukan kali
ini ialah mengenai perairan yang berpotensi untuk dikembangkannya
teknologi OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). OTEC adalah salah
satu energi terbarukan dengan memanfaatkan perbedaan suhu antara
permukaan perairan dengan kedalaman perairan sebagai pengggerak
generator yang menghasilkan energi listrik. Keuntungan perairan
indonesia adalah adanya panas selama sepanjang tahun sehingga
menyebabkan suhu permukaan perairan yang tinggi dan suhu kedalaman
(termoklin) yang menghasilkan perbedaan suhu, hal tersebut merupakan
syarat utama dari teknologi ini.

Teknologi OTEC ini sudah dikembangkan sejak lama oleh negara maju
seperti Amerika dan Inggris, akan tetapi kelemahan perairan negara
tersebut yang berlokasi di atas garis equator menyebabkan penggunaan
teknologi ini membutuhkan biaya yang lebih mahal dikarenakan
kebutuhan perbedaan suhu tersebut. Berbanding terbalik dengan perairan
Indonesia yang lebih berpotensi untuk diterapkannya teknologi ini.
Disinilah salah satu keuntungan sekaligus tantangan bagi wilayah
perairan kita untuk dapat mengembangkan teknologi ini dengan biaya
yang lebih rendah.

Penelitian ini berlokasi di Kalimantan selatan, Morotai, Papua Barat,


Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Selat Timur, dan Selat Makassar. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa wilayah perairan Indonesia
memiliki potensi yang besar.

Menurut Mega Laksmi selaku ketua tim riset, beliau menyimpulakan


bahwa ada dua lokasi yang paling potensial dikembangkannya OTEC,
yaitu pada wilayah Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan dengan
kedalaman 500meter sampai dengan 600meter dibawah permukaan laut.

"Optimalisai pemanfaatan OTEC di wilayah tersebut harus dilakukan di


masa depan" Ujar Mega. Berikut jurnal internasional KOMITMEN mengenai
OTEC
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1876610215000296

PEMBANGKIT LISTRIK OTEC

a.Pengertian Pembangkit Listrik OTEC


OTEC atau yang merupakan singkatan dari Ocean Thermal Energy
Conversion merupakan salah satu teknik terbaru yang bertujuan untuk
merubah energi yang ada di dalam lautan menjadi energi terbarukan yang
salah satunya berupa energi listrik.
Sistem kerja OTEC mirip dengan sistem kerja siklus hidrologi di bumi yaitu
ketika pada siang hari, matahari mengangkat molekul-molekul air
mengalami penguapan (evaporation) ke awan lalu angin meniupkan ke
arah daratan dan saat terjadi pengembunan (condensation) di awan,
maka butiran-butiran air yang tadinya berupa uap kembali menjadi cair
lalu turun ke darat. Sistem kerja inilah yang ditiru oleh OTEC yaitu
memompa air laut permukaan yang bertemperatur tinggi (hangat) dan
mengevaporasikannya kedalam turbin untuk menghasilkan listrik lalu
mengkondensasikannya kembali dengan air laut dingin yang diambil pada
laut dalam dan kemudian siklus berulang (Rahman,2008).

b.Sejarah Singkat Pembangkit Listrik OTEC


Sistem OTEC adalah suatu teknologi terbaru, konsepnya memiliki jalan
pengembangan yang panjang. Dimulai pada tahun 1881, yaitu ketika
Jacques Arsene dArsonval fisikawan prancis yang mengajukan konsep
konversi energi termal lautan. Dan muriddArsonval George Claud yang
membuat pembangkit listrik OTEC,pertama kalinya di Kuba pada tahun
1930. Pembangkit listrik itu menghasilkan listrik 22 kilowatt(kw) dengan
turbin bertekanan rendah.
Pada tahun 1931, Nikola Tesla meluncurkan buku On Future Motive Power
yang mencakup konversi energi termal lautan. Meski ia tertarik dengan
konsep tersebut, ia beranggapan bahwa hal ini tidak bisa dilakukan dalam
skala besar. Pada tahun 1935, Claude membangun pembangkit kedua di
atas 10000 ton kargo yang mengapung di atas lepas pantai Brazil. Namun
cuaca dan gelombang menghancurkan pembangkit listrik tersebut
sebelum bisa menghasilkan energi. Pada tahun 1956, para fisikawan
Prancis mendesain 3 megawatt pembangkit listrik OTEC di Abidjan, Pantai
Gading. OTEC itu tak pernah selesai karena murahnya harga minyak di
tahun 1950an yang membuat pembangkit listrik tenaga minyak lebih
ekonomis.
Pada tahun 1962, J. Hilbert Anderson dan James H. Anderson, Jr. mulai
mendesain sebuah siklus untuk mencapai tujuan yang tidak dicapai
Claude. Mereka fokus pada pengembangan desain baru dengan efisiensi
yang lebih tinggi. Setelah menganalisa masalah yang ditemukan pada
desain Claude, akhirnya mereka mematenkan desain siklus tertutup
buatan mereka pada tahun 1967. Amerika serikat mulai terlibat pada
penelitian OTEC pada tahun 1974, ketika otoritas Natural Energy
Laboratory of Hawaii mendirikan Keahole Point di Pantai Kona, Hawaii.
Laboratorium itu merupakan fasilitas penelitian dan percobaan OTEC
terbesar di dunia. Hawaii merupakan lokasi yang cocok untuk penelitian
OTEC karena permukaan lautnya yang hangat dan akses ke laut dalam
yang dingin. Selain itu, Hawaii juga negara bagian yang biaya listriknya
cukup mahal di Amerika Serikat.
Meski Jepang tidak memiliki tempat yang berpotensial untuk mendirikan
OTEC, namun Jepang banyak berkontribusi dalam penelitian dan
pengembangan OTEC , terutama untuk ekspor dan penerapannya di luar
negeri. Salah satu proyek Jepang dalam pengembangan OTEC adalah
fasilitas OTEC di Nauru yang menghasilkan 120 kW listrik. 90 kW
dimanfaatkan untuk menggerakkan fasilitas OTEC tersebut dan 30 kW
dialirkan ke sekolah-sekolah dan beberapa tempat di Nauru.

HUBUNGAN TERMODINAMIKA DENGAN PEMBANGKIT LISTRIK OTEC


a.Konsep Pembangkit Listrik OTEC
Ide pemanfaatan energi panas laut bersumber dari adanya perbedaan
temperatur di dalam laut. Jika anda pernah berenang di laut dan
menyelam ke bawah permukaannya, anda tentu menyadari bahwa
semakin dalam di bawah permukaan, airnya akan semakin dingin.
Temperatur di permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar
matahari diserap sebagian oleh permukaan laut. Tapi di bawah
permukaan, temperatur akan turun dengan cukup drastis. Inilah sebabnya
mengapa penyelam menggunakan pakaian khusus selam ketika
menyelam jauh ke dasar laut. Pakaian khusus tersebut dapat menangkap
panas tubuh sehingga menjaga mereka tetap hangat.Sinar matahari yang
jatuh di lautan diserap oleh air laut secara efektif dan energi tersebut
tertahan pada lapisan permukaan laut pada kedalaman 35 100m, dimana
gaya angin dan gelombang menyebabkan temperatur dan kadar garam
mendekati uniform. Pada wilayah lautan tropis yang terletak kirakira
diantara 15 lintang utara dan 15 lintang selatan, energi panas yang
diserap dari matahari memanasi air laut pada mixed layer dengan suhu
sekitar 28C (82F) yang konstant siang dan malam setiap bulan (Avery
and Wu.1994).
Dibawah mixed layer, air laut menjadi semakin dingin seiring dengan
pertambahan kedalaman hingga mencapai kedalaman 800 sampai 1000m
(2500 to 3300ft), temperatur air berubah menjadi 4,4C (40F). Pada
kedalaman 900 m keatas terdapat reservoir air dingin yang sangat besar.
Air dingin ini merupakan akumulasi dari air dan es yang mencair dari
daerah kutub.

Gambar 1. Citra Satelit Temperature Permukaan Laut


(NASA.2009)

2 hal diatas adalah adanya reservoir air panas yang besar di permukaan
dan reservoir air dingin dibawah dengan perbedaan suhu sekitar 22C
sampai 25C. Temperatur ini tak berubah drastis sepanjang tahun, dengan
variasi beberapa derajat akibat adanya peru- bahan cuaca dan musim,dan
perbedaan suhu antara pergantian siang dan malam hanya berefek
sekitar 1 derajat (Rahman.2008). Konsep pembangunan pembangkit listrik
OTEC dapat di bangun di darat maupun di tengah lautan seperti gambar
dibawah ini:

Gambar 2 Pusat Listrik Konversi Energi Panas Laut (a) di Pantai, (b) di Laut

Gambar (a) memperlihatkan skema suatu pusat listrik OTEC yang


terletak di darat, yaitu di tepi pantai. Tampak menonjol pipa pengambil air
dingin, yang merupakan komponen yang penting. Dari Gambar tersebut
juga dapat disimpulkan, bahwa gradient turun pantai harus curam. Bila
tidak, maka pipa mejadi terlampau panjang, untuk dapat mencapai
kedalaman 600 meter. Dalam hal demikian, maka kemungkinan lain,
adalah pusat listrik OTEC terapung, sebagaimana terlukis pada Gambar
(b), yang akan memutuskan kabel laut untuk penyaluran energi listrik.

b.Prinsip Kerja Pembangkit Listrik OTEC


Suatu jumlah energi yang besar yang diserap oleh lautan dalam bentuk
panas yang berasal dari penyianaran matahari dan yang berasal dari
magma yang terletak di bawah dasar laut. Suhu permukaan air laut di
sekitar garis khatulistiwa berkisar antara 25 sampai 300 C. Di bawah
permukaan air, suhu ini menurun dan mencapai 5 sampai 70 C sepanjang
tahun pada kedalaman lebih kurang 500 meter.
Selisih suhu ini dapat dimanfaatkan untuk menjalankan meisn penggerak
berdasar prinsip termodinamika, dan dengan mempergunakan suatu zat
kerja yang mempunyai titik mendidih yang rendah; pada dasarnya mesin
penggerak ini dapat digunakan untuk pembangkitan listrik. Gas Fron R-22
(CHCLF2), Amonia (NH3) dan gas Propan (C3H6) mempunyai titik
mendidih yang sangat rendah, yaitu antara -30 sampai -500C pada
tekanan atmosferik, dan +300C pada tekanan antara 10 dan 12,5 kg/cm2.
Gas-gas inilah yang prospektif untuk digunakan zat kerja pada konversi
panas laut.
Gambar 3. Skema Prinsip Konversi Energi Panas Laut (KEPL)

Dalam Gambar terlihat skema prinsip konversi energi panas laut


menjadi energi listrik. Air hangat, dengan suhu antara 25 dan 300C
dibawa ke evaporator. Bahan zat kerja, misalnya Fron R-22, yang berada
dalam bentuk cair, dipanaskan oleh air hangat ini, mendidih, dan
kemudian menguap menjadi gas dengan tekanan sekitar 12 kg/cm2. Gas
dengan tekanan ini dibawa ke turbin, yang menggerakkan sebuah
generator. Gas yang telah dipakai, setelah meninggalkan turbin,
didinginkan dalam kondensor oleh air laut dingin, yang mempunyai suhu
sekitar 5-70C, sehingga Fron R-22 kembali menjadi cair. Siklus berulang
setelah Fron R-22 yang cair ini dipompa kembali ke dalam
evaporator.Dengan demikian terdapat suatu siklus dari medium, dalam
hal ini Fron R-22, dari keadaan cair menjadi gas, kembali menajadi cair,
dan seterusnya.

c.Sistem Power Pembangkit Listrik Tenaga OTEC


Sistem power OTEC dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu:
Open cycle ( Siklus terbuka )
Closed cycle (Siklus tertutup )
Hybrid cycle ( Siklus hybrid )

1.Siklus Terbuka
Pada siklus terbuka, air laut permukaan yang hangat langsung diuapkan
pada ruang khusus bertekanan rendah. Kukus yang dihasilkan digunakan
sebagai fluida penggerak turbin bertekanan rendah. Kukus keluaran turbin
selanjutnya dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan sebagai
hasil yang terjadi hasilnya diperoleh air desalinasi. Pada siklus gabungan,
air laut yang hangat masuk ke dalam ruang vakum untuk diuapkan dalam
sekejap (flash- evaporated) menjadi kukus (seperti siklus terbuka). Kukus
tersebut kemudian menguapkan fluida kerja yang memutar turbin (seperti
siklus tertutup). Selanjutnya kukus kembali dikondensasi menjadi air
desalinasi.
Siklus terbuka dengan mendidihkan air laut yang beroperasi pada tekanan
rendah, menghasilkan uap air panas yang melewati turbin penggerak
/generator Siklus tertutup menggunakan panas permukaan laut untuk
menguapkan fluida penggerak dengan Amonia atau Freon. Uap panas
menggerak- kan turbin, kemudian turbin berkerja menghidupkan
generator untuk menghasil- kan listrik. Prosesnya, air laut yang angat
dipompa melewati tempat pengubah. dimana fluida pemanas tekanan
rendah diuapkan hingga menjalankan turbo- generator. Air dingin dari
dalam laut dipompa melewati pengubah digunakan sebagai medium kerja
maupun sebagai sumber energi.
Air hangat yang berasal dari permukaan laut diuapkan dalamsuatu alat
penguap (flash evaporator) dan menghasilkan uap air dengan tekanan
yang sangat rendah, l.k. 0,02 hingga 0,03 bar dan suhu kira-kira 20C.
Uap itu memutar sebuah turbin uap yang merupakan penggerak mula
bagi generator yang menghasilkan energi listrik (Gambar 3). Karena
tekanan uap itu rendah sekali maka ukuranukuran turbin menjadi sangat
besar. Setelah melewati turbin, uap yang sudah dimanfaatkan dialirkan
kesebuah kondensor yang menghasilkan air tawar. Kondensor didinginkan
oleh air laut yang berasal dari lapisan bawah permukaan laut.
Dengan demikian, metode dengan siklus Claude terbuka ini menghasilkan
energi listrik maupun air tawar. Masalah dengan metode ini adalah bahwa
ukuran ukuran turbin menjadi sangat besar oleh karena tekanan uap
yang begitu rendah. Sebagai contoh, sebuah modul sebesar 10MW yang
terdiri atas penguap, turbin dan kondensor, akan memerlukan ukuran
garis tengah dan panjang 100 meter.

Gambar 4.Penbangkit Listrik Tenaga OTEC (Siklus Terbuka)

2.Siklus Tertutup
Dalam kaitan ini maka metode kedua, yaitu dengan siklus tertutup,
merupakan pilihan yang pada saat ini lebih disukai dan digunakan banyak
proyek percobaan. Seperti yang terlihat pada gambar 4, air permukaan
yang hangat dipompa kesebuah penukar panas atau evaporator, dimana
energi panas dilepaskan kepada suatu medium kerja, misalnya amonia.
Amonia cair itu akan berubah menjadi gas dengan tekanan kira- kira 8,7
bar dan suhu 21oC. Turbin berputar menggerakkan generator listrik
yang menghasilkan energi listrik. Gas amonia akan meninggalkan turbin
pada tekanan kira-kira5,1 bar dan suhu 11oC dan kemudian di bawa ke
kondensor.
Pendinginan pada kondensor mengakibatkan gas amonia itu kembali
menjadi bentuk benda cair. Perbedaan suhu dalam rangkaian perputaran
amonia adalah 10oC sehingga rendemen Carnot akan menjadi :

tetapi menjadi tidak ekonomis karena menjadikan OTEC sulit bersaing


dengan pemanfaatan hidrokarbon secara langsung. Selain itu, yang juga
perlu diperhatikan adalah ukuran pembangkit listrik OTEC bergantung
pada tekanan uap dari fluida kerja yang digunakan. Semakin tinggi
tekanan uapnya maka semakin kecil ukuran turbin dan alat penukar panas
yang dibutuhkan, sementara ukuran tebal pipa dan alat penukar panas
bertambah untuk menahan tingginya tekanan terutama pada bagian
evaporator
Rendemen ini merupakan efisiensitermodinamika yang baik sekali, namun
didalam praktek rendemen yang sebenarnya akan terjadi lebih rendah,
yaitu sekitar 22,5%. Pada rancangan-rancangan terkini suatu arus air
sebesar 35m3/s baik pada sisi air hangat maupun pada sisi air dingin,
diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 1 MW pada generator. Selain
amonia (NH3), juga Fron-R-22 (CHClF2) dan Propan (C3H6) memiliki titik
didih yang sangat rendah, yaitu antara -30C sampai -50C pada tekanan
atmosfer dan 30C pada tekanan antara 10 dan 12,5Kg/cm2. Gas-gas
inilah yang prospektif untuk dimanfaatkan sebagai medium kerja pada
konversi energi panas laut.
Fluida kerja yang populer digunakan adalah amonia karena tersedia dalam
jumlah besar, murah, dan mudah ditransportasikan. Namun, amonia
beracun dan mudah terbakar. Senyawa seperti CFC dan HCFC juga
merupakan pilihan yang baik, sayangnya menimbulkan efek penipisan
lapisan ozon. Hidrokarbon juga dapat digunakan, akan tetapi menjadi
tidak ekonomis karena menjadikan OTEC sulit bersaing dengan
pemanfaatan hidrokarbon secara langsung. Selain itu, yang juga perlu
diperhatikan adalah ukuran pembangkit listrik OTEC bergantung pada
tekanan uap dari fluida kerja yang digunakan. Semakin tinggi tekanan
uapnya maka semakin kecil ukuran turbin dan alat penukar panas yang
dibutuhkan, sementara ukuran tebal pipa dan alat penukar panas
bertambah untuk menahan tingginya tekanan terutama pada bagian
evaporator.

Gambar 5.Pembangkit Listrik Tenaga OTEC

Closed cycle merupakan proses dimana heat digunakan untuk


mengevaporasikan fluida pada tekanan yang tetap di dalam sebuah
tangki pemanas atau evaporator, dari yang mana uap masuk ke piston
mesin atau turbin dan berekspansi melakukan kerja. Uap keluar kemudian
masuk ke dalam suatu wadah dimana heat ditransfer dari uap ke cairan
pendingin, menyebabkan uap terkondensasi menjadi cair lalu cairan
tersebut dipompa kembali ke dalam evaporator untuk melengkapi siklus.

Gambar 5. Siklus Rankine yang diterapkan pada OTEC


(Sumber: Renewable Energy from the Ocean, Oxford)

Siklus Rankine diatas menunjukkan perbedaan tekanan dan suhu


dari waktu ke waktu pada saat berlangsungnya sistem OTEC, dimana
fluida kerja (working fluid) yang mengalir ke evaporator akan di
evaporasikan terlebih dahulu hingga suhu dan tekanan tertentu sehingga
dapat menggerakkan turbin lalu dialirkan kembali ke kondensator untuk
dijadikan cair kembali dengan suhu dan tekanan yang telah diatur(Avery,
Chih Wu.1994).

3.Siklus hybrid
Siklus hybrid menggunakan keunggulan sistem siklus terbuka dan
tertutup. Siklus hybrid menggunakan air laut yang diletakkan di tangki
bertekanan rendah untuk dijadikan uap. Lalu uap tersebut digunakan
untuk menguapkan fluida bertitik didih rendah (amonia atau yang
lainnya). Uap air laut tersebut lalu dikondensasikan untuk menghasilkan
air tawar desalinasi.

Gambar 6. skema Pembangkit Listrik OTEC (Siklus Hybrid)

d.Efisiensi OTEC
Ada teori limit, hingga efisiensi maksimum dari sebuah sistem OTEC
dengan mengkonversi panas yang disimpan di air permukaan hangat dari
lautan tropis menjadi kerja mekanis.

Dimana : max = efisiensi carnott


Tw = Temperatur absolut dari air hangat
Tc = Temperatur absolut dari air dingin.

Untuk wilayah laut yang paling cocok untuk operasi OTEC, temperatur
permukaan rata-rata tiap tahunannya adalah berkisar 26.7o C hingga
29.4o C. Cold water pada 4.4 o C atau dibawah tersedia pada kedalaman
dari 900 m. Oleh karena itu, maksimum efisiensi heat OTEC bahkan tanpa
reduksi yang tak dapat dihindari disebabkan oleh friksi dan kehilangan
panas, dapat dicapai hanya pada laju yang sangat kecil dari produksi
power. Efsiensi adalah perbandingan dari energi atau hasil kerja pada
sistem ke dalam input energi ke dalam sistem.

Daftar Pustaka

Avery, W. H. Wu, Chih. 1994. Renewable energy from the ocean : a guide
to OTEC. Oxford University Press, Inc.New York.

Kadir, Abdul. 2005.Teknologi Konversi EnergiPanas Laut : Prinsip,


Perkembangandan Prospek,Jakarta:Erlangga.

Rahman, Y. 2008. OTEC : Ocean Thermal Energy Conversion. Bandung:


Institut Teknologi Bandung Press.

Sitompul,Darwin 1991. Prinsip-Prinsip Konversi Energi.Jakarta:Erlangga.

Surinati, Dewi. 2009. Kondisi Oseanografi Fisikia Perairan Barat Sumatra


(Pulau Simeulue dan Sekitarnya) Pada Bulan Agustus 2007 Pasca Tsunami
2004. Jakarta Utara.:Bidang Dinamika Laut, Pusat Penilitan Oseanografi,
LIPI.

Uehara, H et al.1988. Conceptual Design of Ocean Thermal Energy


Conversion (OTEC) Power Plants in thePhilipines. Pergamon Press.U.S.A

William H. Avery, Chih Wu.1994.Renewable Energy From The Ocean: A


guide to OTEC, Oxford, .64 ELEKTROMATIKA, VOL. 1, N0. 1, Maret 2011

Wu, C. 1987. A performance bound for real OTEC heat engines. Ocean
engineering, 24,349.

METODE PEMAPARAN

Pemaparan dengan ammonia dengan melalui inhalasi gas atau uap.

AMMONIA MECHANISM OF ACTION

Ammonia bereaksi segera setelah kontak dengan air di kulit, mata,


mulut,saluran napas, dan lainnya untuk membentuk zat sangat kaustik
ammonium hydroxide.

Ammonium hydroxide menyebabkan nekrosis jaringan hingga timbul


kerusakan sel

EFEK TERHADAP KESEHATAN


INHALASI

Ammonia bersifat korosive dan iritasi.

Pemaparan dengan konsentrasi tinggi akan menimbulkan luka bakar di


hidung, tenggorokan, saluran napas, bronchiolar dan alveolar oedema,
akhirnya respiratory failure.

Pemaparan konsentrasi rendah akan menimbulkan batuk dan iritasi


hidung dan saluran napas.

KULIT DAN MATA

Kontak dengan konsentrasi tinggi menimbulkan luka bakar dan pada mata
bisa kebutaan.

Kontak dengan ammonia cair bisa menimbulkan frost bite injury.

TERTELAN

Menelan ammonia akan menimbulkan korosi pada mulut, lambung.

PENGOBATAN

Tidak ada antidot untuk keracunan ammonia.

Pengobatan dengan air adalah sangat penting dalam penanganan


pemaparan dengan ammonia.

Basuhlah kulit, mulut ataupun mata dengan air mengalir yang bersih
sehingga sisa ammonia hilang.

Bisa juga diberikan oxygen , bronchodilator untuk pengobatan suportive.

Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Pada sel elektrolisis. Reaksi
kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu energi listrik (arus listrik)
diubah menjadi energi kimia (reaksi redoks). Tiga ciri utama, yaitu:

Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion-ion ini dapat memberikan atau
menerima elektron sehingga electron dapat mengalir melalui larutan.
Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang mengalirkan arus listrik searah
(DC).

Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis.


Elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut Katoda, sedangkan
elektoda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus listrik luar disebut Anoda. Katoda
adalah tempat terjadinya reaksi reduksi yang elektrodanya negative (-) dan Anoda adalah tempat
terjadinya reaksi oksidasi yang elektrodanya positive (+)

Anda mungkin juga menyukai