Anda di halaman 1dari 14

ISSN 2087-3832

Volume 2 Nomor 1, Oktober 2016

DEWAN REDAKSI

Pelindung : Dr.Eng. Fritz Akhmad Nuzir, ST, MA


(Dekan Fakultas Teknik
Universitas Bandar Lampung)

Penanggung Jawab : Ir. Indra Surya, MT


(Ketua Program Studi Teknik Mesin UBL)

Pimpinan Redaksi : Ir. Najamudin, MT

Ketua Dewan Penyunting : Ir. Zein Muhamad , MT.

Dewan Penyunting : Ir. Najamudin, MT. (UBL)


Witoni, ST, MM. (UBL)
Harjono Saputro, ST, MT. (UBL)
Dr. Gusri Akhyar Ibrahim, ST, MT. (Unila)
Dr. Amrizal, ST, MT. (Unila)

Editor : Kunarto, ST, MT

Sekretariat : Ir. Bambang Pratowo, MT.


Suroto Adi

Penerbit : Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Univesitas Bandar Lampung

Alamat Redaksi :
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Bandar Lampung
Jalan ZA Pagar Alam No 26, Labuhan Ratu
Bandar Lampung 35142
Telp./Faks. : 0721-701463 / 0721-701467
Email : jtmesin@ubl.ac.id

i
Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016
ISSN 2087-3832

Volume 2 Nomor 1, Oktober 2016

DAFTAR ISI

Halaman
Dewan Redaksi .........................................................................................................................i
Daftar Isi ..................................................................................................................................ii
Pengantar Redaksi....................................................................................................................iii

Peningkatan Kualitas Kekuatan Bahan Plat Dinding Corong Tuang


(Hopper) Melalui Proses Chromizing Untuk Meningkatkan Jumlah
Produksi Batu Bara
Najamudin dan Bambang Pratowo ......................................................................................1-18

Pengaruh Perlakuan Quenching-Tempering Terhadap Kekuatan Impak


Pada Baja Karbon Sedang
Muhamad Yunus, Najamudin dan Kurniadi ......................................................................19-25

Serat Tebu (Bagasse) Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit


Dengan Matriks Resin Poliester
Kunarto dan Indra Sumargianto .........................................................................................26-36

Sifat Mekanis Komposit Serat Acak Limbah Sabut Kelapa


Bermatriks Polyester Resin
Indra Surya dan Suhendar ...................................................................................................37-48

Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Rendah


SC10 Dengan Tipe Rotary Bending
Bambang Pratowo dan Novran Apriansyah .............................................................................49-58

Penentuan Daya Kompresor Air Conditioning (AC)


Pada Kendaraan Bus
Zein Muhamad ........................................................................................................................59-66

Informasi Penulisan Naskah Jurnal..........................................................................................67

ii
Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016
ISSN 2087-3832

Volume 2 Nomor 1, Oktober 2016

PENGANTAR REDAKSI

Puji syukur kepada Allah SWT, atas terbitnya kembali Jurnal Teknik Mesin Universitas
Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016, rencananya jurnal ini akan diterbitkan 2 kali
dalam setahun yaitu bulan April dan bulan Oktober setiap tahunnya.
Pada kesempatan kali ini redaksi menerbitkan 6 buah karya tulis hasil penelitian yang berasal
dari staff pengajar internal Universitas Bandar Lampung, dan satu diantaranya dari luar
Universitas Bandar Lampung.
Karya tulis hasil penelitian disajikan oleh Najamudin dan Bambang Pratowo dengan
judul “Peningkatan Kualitas Kekuatan Bahan Plat Dinding Corong Tuang (Hopper)
Melalui Proses Chromizing Untuk Meningkatkan Jumlah Produksi Batu Bara”,
Muhamad Yunus, Najamudin dan Kurniadi dengan judul “Pengaruh Perlakuan Quenching-
Tempering Terhadap Kekuatan Impak Pada Baja Karbon Sedang”, Kunarto dan Indra
Sumargianto dengan judul “Serat Tebu (Bagasse) Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit
Dengan Matriks Resin Poliester”, Indra Surya dan Suhendar dengan judul “Sifat Mekanis
Komposit Serat Acak Limbah Sabut Kelapa Bermatriks Polyester Resin”. Bambang
Pratowo dan Novran Apriansyah dengan judul “Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Rendah
SC10 Dengan Tipe Rotary Bending”, Zein Muhamad dengan judul “Penentuan Daya
Kompresor Air Conditioning (AC) Pada Kendaraan Bus”.

Semoga jurnal yang kami sajikan ini bermanfaat untuk semua dan jurnal ini terus melaju
dengan tetap konsisten untuk memajukan misi ilmiah. Untuk edisi mendatang kami sangat
mengharapkan peran serta rekan-rekan sejawat untuk mengisi jurnal ini agar tercapai
penerbitan jurnal ini secara berkala.

Bandar Lampung, Oktober 2016

Redaksi

iii
Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016
Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Rendah
SC10 Dengan Tipe Rotary Bending
Bambang Pratowo (1)
Novran Apriansyah (2)

1). Staf Pengajar Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung


email : bambang.pratowo@ubl.ac.id.
2). Alumni Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung

Abstrak :
Fatigue atau kelelahan adalah kerusakan material yang diakibatkan oleh adanya tegangan yang
berfluktuasi yang besarnya lebih kecil dari tegangan tarik maksimum (ultimate tensile strength).
Akibat beban yang berulang-ulang (tegangan atau regangan) dalam jangka waktu lama dapat
merubahan struktur material sehingga terjadi retak (crack) ataupun patah. Patah lelah diawali
dengan tumbuhnya inti retak akibat pergerakan dislokasi siklik, dilanjutkan dengan perkembangan
menjadi microcrack yang kemudian tumbuh menjadi macrocrack dan selanjuinya berkembang
(propagasi) hingga terjadi patah lelah.
Uji lelah dilakukan terhadap baja karbon rendah SC10 tanpa mendapatkan perlakuan panas.
Pengujian dilakukan sebanyak empat kali dengan variasi pembebanan 40 %,50 %, 60 %, 70 % dari
ultimate tensile stress material. Spesimen yang digunakan adalah berdasarkan standar ASTM E466.
Pembuatan spesimen dilakukan dengan menggunakan mesin bubut. Uji lelah dilakukan dengan
menggunakan mesin uji fatik tipe rotary bending.
Dari pengujian yang dilakukan diperoleh siklus patah pada masing-masing variasi pembebanan
semangkin besar beban yang diberikan semangkin kecil siklus yang terjadi dan sebaliknya.
Pembebanan 40% dari ultimate tensile stress diperoleh 112.252 siklus sedangkan pada pengujian
70% dari ultimate tensile stress diperoleh 35.196 siklus. Siklus patah disajikan dalam bentuk kurva
S-N.

Kata kunci :uji fatik (fatigue), Rotary Bending, baja karbon renda SC10

PENDAHULUAN kegagalan fatik dapat dibagi menjadi tiga fase,


Latar Belakang Penelitian yaitu: awal retak (initiation crack), perambatan
Banyak masalah yang timbul dalam retak (crack propagation) dan perpatahan akhir
pengerjaan mekanis di lapangan yang dialami (fracture frailure).Lebih dari 90% penyebab
oleh ahli-ahli teknis dalam bidangnya seperti kegagalan mekanik disebabkan oleh kegagalan
masalah fatik yang sulit untuk diperkirakan lelah. Uji kelelahan dan pengamatan bentuk
kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara patahan sangat diperlukan untuk material logam
kasat mata bahwa di suatu bentuk bahan seperti yang dikenai beban berulang dan berguna
poros terjadi adanya tanda-tanda akan sebagai referensi bagi logam tersebut dalam
terjadinya patah fatik. Hal ini tentunya sangat aplikasinya. Uji Lelah yang digunakan dalam
merugikan, untuk itu perlu adanya suatu proses penelitian ini adalah uji lentur putar yang
pengujian analisa terhadap umur fatik. hasilnya adalah umur lelah dan besar tegangan
Tegangan berulang pada poros yang diberikan serta perkiraan tegangan batas
menyebabkan poros dapat mengalami patah lelah. Pengujian dilakukan dengan
lelah (fatigue failure) pada periode kerja menggunakan spesimen yang sesuai dengan
tertentu. Kegagalan yang disebabkan oleh standar pengujian sehingga dapat memprediksi
kelelahan lebih berbahaya daripada kegagalan kapan suatu logam akan mengalami kegagalan
statis dikarenakan kegagalan tersebut terjadi lelah.
tanpa peringatan terlebih dahulu, secara tiba-
tiba dan menyeluruh. Mekanisme terjadinya
49
Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Rendah SC10 Dengan Tipe Rotary Bending
(Bambang Pratowo (1) dan Novran Apriansyah (2))
Tujuan Penelitian
Tujuannya adalah untuk menganalisis nilai Fatigue atau kelelahan menurut ASM (1975)
kelelahan pada poros dengan material baja didefinisikan sebagai proses perubahan struktur
karbon rendah dengan kadar C 0,1 – 0,3 %C permanen progressive localized pada kondisi
dengan jenis SC10 menggunakan alat uji fatik yang menghasilkan fluktuasi regangan dan
tipe rotary bending. tegangan dibawah kekuatan tariknya dan pada
satu titik atau banyak titik yang dapat
Ruang Lingkup Penelitian memuncak menjadi retak (crack) atau patahan
(fracture) secara keseluruhan sesudah fluktuasi
Adapun beberapa batasan masalah yang tertentu.
diberikan agar penelitian lebih terarah, yaitu:
1. Spesimen yang digunakan adalah Progressive mengandung pengertian proses
baja karbon rendah SC10 tanpa fatigue terjadi selama jangka waktu tertentu
mendapatkan perlakuan panas. atau selama pemakaian, sejak komponen atau
2. Analisis yang dilakukan hanya struktur digunakan. Localized berarti proses
untuk mengetahui umur kelelahan fatigue beroperasi pada luasan lokal yang
dari spesimen. mempunyai tegangan dan regangan yang tinggi
3. Dimensi dan kondisi dari semua karena pengaruh beban luar, perubahan
spesimen uji dianggap sama. geometri, perbedaan temperatur, tegangan sisa
4. Kecepatan perputaran spesimen dan tidak kesempurnaan diri. Crack merupakan
dianggap konstan pada setiap awal terjadinya kegagalan fatigue dimana
pengamatan. kemudian crack merambat karena adanya beban
5. Tingkat kekasaran permukaan berulang. Fracture merupakan tahap akhir dari
spesimen uji dianggap sama. proses fatigue dimana bahan tidak dapat
6. Pengaruh lingkungan (kelembaban, menahan tegangan dan regangan yang ada
perubahan temperatur) diabaikan. sehingga patah menjadi dua bagian atau lebih.

TINJAUAN PUSTAKA Kegagalan akibat fatigue telah diteliti lebih dari


Fatigue 150 tahun lalu. Salah satu studi paling awal
Fatigue atau kelelahan adalah kerusakan dilakukan W.A.J. Albert, dengan menguji
material yang diakibatkan oleh adanya tegangan beban siklik pada rantai pengangkat di Jerman
yang berfluktuasi yang besarnya lebih kecil dari tahun 1828. Istilah fatigue digunakan pertama
tegangan tarik maksimum (ultimate tensile tahun 1839 pada mekanika oleh J.V Poncelet
strength) maupun tegangan luluh (yield) dari Prancis. A. Wohler dari Jerman, mulai
material yang diberikan beban konstan. meneliti fatigue tahun 1850 dan menguji
Terdapat tiga fase dalam perpatahan fatik beberapa besi baja dan logam lain dengan beban
yaitu : aksial, lentur dan torsi. Wohler juga
1. Permulaan retak menunjukan bahwa fatigue tidak hanya
Mekanisme fatik umumnya dimulai dari dipengaruhi oleh beban siklik namun juga oleh
crack initiation yang terjadi di permukaan besar tegangan rerata (mean stress). Studi
material yang lemah atau daerah dimana dilanjutkan oleh Soderberg, Geber dan
terjadi konsentrasi tegangan di permukaan Goodman untuk memprediksi pengaruh mean
(seperti goresan, notch, lubang-pits dll) stress terhadap umur fatigue.
akibat adanya pembebanan berulang. Secara alami logam berbentuk kristalin artinya
2. Penyebaran retak atom-atom disusun berurutan. Kebanyakan
Crack initiation ini berkembang menjadi struktur logam berbentuk poli kristalin yaitu
microcracks. Perambatan atau perpaduan terdiri atas sejumlah besar kristal-kristal yang
microcracks ini kemudian membentuk tersusun individu. Tiap-tiap butir memiliki sifat
macrocracks yang akan berujung pada mekanik yang khas, arah susunan dan susunan
failure. tiap arah, dimana beberapa butir diorientasikan
3. Perpatahan Akhir sebagai bidang-bidang yang mudah slip atau
Perpatahan terjadi ketika material telah meluncur dalam arah tegangan geser
mengalami siklus tegangan dan regangan maksimum. Slip terjadi pada logam-logam liat
yang menghasilkan kerusakan yang dengan gerakan dislokasi sepanjang bidang
permanen.
50
Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016
kristalografi. Slip terjadi disebabkan oleh beban
siklik monotonik.

Ketahanan fatigue suatu bahan tergantung dari


perlakuan permukaan atau kondisi permukaan
dan temperatur operasi. Perlakuan permukaan
merubah kondisi permukaan dan tegangan sisa
di permukaan. Perlakuaan permukaan shoot
peening menghasilkan tegangan sisa tekan yang
mengakibatkan ketahan lelah yang meningkat (
Collins,1981).
Gambar 1. Kurva S-N
Sedangkan perlakuan permukaan yang Kurva tersebut didapat dari pemetaan tegangan
menghasilkan tegangan sisa tarik menurunkan terhadp jumlah siklus sampai terjadi kegagalan
ketahanan fatigue-nya (Hanshem and Aly, pada benda uji. Pada kurva ini siklus
1994, Hotta at al, 1995). Hal itu terjadi karena menggunakan skala logaritma. Batas ketahan
pada permukaan terjadi konsentrasi tegangan fatigue (endurance limit ) baja ditentukan pada
tekan atau tarik yang paling tinggi. Pada kondisi jumlah siklus N>107 (Dieter,1992).
permukaan sedang menerima tegangan tarik Untuk Mencari Siklus digunakan perkalian
maka tegangan sisa tekan pada permukaan akan antara waktu dengan putaran motor.
menghasilkan resultan tegangan tekan yang
semakin besar. Tegangan tekan akan
𝑁=𝑡𝑥𝑛
menghambat terjadinya initial crack atau laju
Dimana : N = Siklus
perambatan retak. Sehingga ketahanan lelah
t = waktu ( menit )
meningkat, dan akan terjadi sebaliknya apabila
n = putaran motor ( Rpm )
terjadi tegangan sisa tarik di permukaan.
Pengujian fatigue dilakukan dengan cara
Kegagalan fatigue dimulai dengan terjadinya
memberikan stress level tertentu sehingga
retakan pada permukaan benda uji. Hal ini
spesimen patah pada siklus tertentu. Retak
membuktikan bahwa sifat-sifat fatigue sangat
fatigue biasanya dimulai pada permukaan di
peka terhadap kondisi permukaan, yang
mana lentur dan torsi menyebabkan terjadinya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
tegangan-tegangan yang tinggi atau di tempat-
kekasaran permukaan, perubahan sifat-sifat
tempat yang tidak rata menyebabkan terjadinya
permukaan dan tegangan sisa permukaan
konsentrasi tegangan. Oleh karena itu, batas
(dieter,1992).
ketahanan (endurance limit) sangat tergantung
pada kualitas penyelesaian permukaan (Van
Penyajian data fatigue rekayasa adalah
Vlack,2005).
menggunakan kurva S-N yaitu pemetaan
tegangan (S) terhadap jumlah siklus sampai
Pengujian fatigue dilakukan dengan Rotary
terjadi kegagalan (N). Kurva S-N ini lebih
Bending Machine. Jika benda uji diputar dan
diutamakan menggunakan skala semi log
diberi beban, maka akan terjadi momen lentur
seperti ditunjukan pada gambar 1. Untuk
pada benda uji. Momen lentur ini menyebabkan
beberapa bahan teknis yang penting.
terjadinya beban lentur pada permukaan benda
uji dan besarnya dihitung dengan persamaan
(international for use of ONO’S,-).

𝑊𝐿/2
𝜎 = 𝜋/32𝑑3 𝑘𝑔/ 𝑐𝑚2
Dengan : σ = Tegangan lentur ( kg/cm2)
W = Beban lentur (kg)
D = Diameter benda uji (cm)

51
Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Rendah SC10 Dengan Tipe Rotary Bending
(Bambang Pratowo (1) dan Novran Apriansyah (2))
Klasifikasi Mesin Uji Fatik
1. Axial (Direct-Stress)
Mesin uji fatik ini memberikan
tegangan ataupun regangan yang
uniform ke penampangnya. Untuk
penampang yang sama mesin penguji
ini harus dapat memberikan beban
yang lebih besar dibandingkan mesin
lentur statik dengan maksud untuk
mendapatkan tegangan yang sama.
Gambar 3. Torsional Fatik Testing
2. Bending Fatique Machines
Machines
Cantilever Beam Machines dimana
4. Special Purpose Fatique Testing
spesimen memiliki bagian yang
Machines
mengecil baik pada lebar, tebal
Dirancang khusus untuk tujuan
maupun diameternya, yang
tertentu. Kadang-kadang merupakan
mengakibatkan bagian daerah yang
modifikasi dari mesin penguji fatik
diuji memiliki tegangan seragam
yang suda ada. Penguji kawat adalah
hanya dengan pembebanan yang
modifikasi dari “Rotating Beam
rendah dibandingkan lenturan fatik
Machines”.
yang seragam dengan ukuran bagian
5. Multiaxial Fatique Testing Machines
yang sama.
Dirancang untuk pembebanan atau
lebih dengan maksud untuk
menentukan sifat logam dibawah
tegangan biaxial/triaxial.

METODE PENELITIAN
Tahapan Penelitian
Adapun Tahapan penelitian yang dilakukan
dalam pelaksanaan uji fatik Baja Karbon
Rendah SC10,terlampir di dalam diagram alir
berikut ini :
Gambar 2 . Moore-Type Machines
Moore-Type Machines dapat beroperasi sampai
10.000 rpm. Dalam seluruh pengujian, tipe
lenturan hanya material yang didekat
permukaan yang mendapat tegangan
maksimum. Karena itu, pada spesimen yang
berdiameter kecil volume material yang diuji.
3. Torsional Fatik Testing Machines
Sama dengan mesin tipe Axial hanya
saja menggunakan penjepit yang
sesuai jika puntiran maksimum.
Gambar dibawah ini adalah “Mesin
Uji Fatik akibat Torsi” yang
dirancang khusus.

Gambar 4. Diagram alir penelitian


52
Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016
Material Prosedur Pengujian
Bahan yang digunakan ; Sebelum melakukan pengambilan data, terlebih
Baja Karbon Sedang SC10 yaitu Baja dahulu mengetahui nilai tegangan tarik
Karbon yang mengandung 0,10 % C maksimum (ultimate tensile strength) material
1. Spesimen (SC10) SC10
Benda uji untuk pengujian ketahanan Setelah itu baru melakukan pengujian. Adapun
fatigue berdasarkan standar ASTM E langkah-langkah pengambilan data adalah
466 mempunyai ukuran dan bentuk sebagai berikut :
ditunjukan pada gambar berikut ini : 1. Setelah diketahui nilai ultimate
tensile strength dari data spesifikasi
spesimen, maka didapat berat beban
yaitu 40%, 50%, 60% dan 70% dari
ultimate tensile strength .
2. Memasang spesimen pada mesin uji
fatik.
3. Memasang beban pertama.
4. menghidupkan mesin untuk
memulai pengujian.
5. Saat material patah matikan motor.
Gambar 5. Benda uji fatigue 6. mencatat waktu patah yang
standar ASTM E 466 diperoleh.
7. menandai material untuk pengujian
2. Peralatan pertama.
Mesin uji fatik tipe rotary bendin, 8. mengulangi langkah 2-7 untuk
terdiri dari : pengujian menggunakan beban
a. Motor listrik selanjutnya.
b. Cekam dan pencatat siklus 9. mencatat seluruh data dan kejadian
c. Chasis selama pengambilan data.
d. Bearing
e. Stopwatch HASIL DAN PEMBAHASAN
f. Beban / pemberat
Setelah melakukan pengujian menggunakan
Skema alat uji fatik tipe Rotary Bending dapat mesin uji lelah (fatigue) rotary bending sesuai
dilihat pada gambar berikut ini. dengan metode-metode penelitian yang
dijelaskan pada bab 3, diperoleh data kekuatan
lelah (fatigue) material baja karbon rendah
SC10.

Data Spesimen Material Awal


1. Komposisi Kimia Material
Pengujian komposisi kimia
dimaksudkan untuk mengetahui
unsur-unsur yang terkandung dalam
material. Hasil pengujian komposisi
kimia, yaitu

Gambar 6. Mesin uji fatik rotary bending

53
Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Rendah SC10 Dengan Tipe Rotary Bending
(Bambang Pratowo (1) dan Novran Apriansyah (2))
Tabel.1. Komposisi kimia baja SC10

2. Data Tegangan Yang Diberikan b. Setelah dilakukan perhitungan,


Pada kemudian, maka dengan cara yang
Pengujian sama hasil perhitungan untuk Tegangan
pada pengujian 50 %, 60%,70% dari
Tegangan yang diberikan pada ultimate tensile stress dimasukkan
pengujian ditentukan berdasarkan kedalam tabel berikut :
ultimate tensile stress baja karbon
rendah SC10. Dari data spesifikasi Tabel 2. Data tegangan yang diberikan
baja karbon rendah SC!0 diketahui pada pengujian
nilai ultimate tensile stress adalah 365
Mpa. Pengujian dilakukan sebanyak 4
(empat) kali dengan 4 (empat)
tegangan yang berbeda. Variasi
tegangan yang diberikan adalah 40 %,
50%, 60%, 70% dari ultimate tensile
stress.
Untuk menentukan beban yang
digunakan dalam pengujian,
digunakan persamaan 1(satu). Dari
data spesifikasi baja karbon rendah Data Hasil Pengujian
SC10 diketahui bahwa baja SC10 1. Hasil pengujian lelah (fatigue)
memiliki ultimate tensile stress 365 Setelah dilakukan pengujian
MPa. kelelahan baja karbon SC10 dengan
menggunakan mesin uji rotary
Data-data yang diketahui adalah bending didapat hasil yang ditunjukan
sebgai berikut : pada Tabel 3.
L = 225 mm
d = 8 mm Tabel 3. Hasil pengujian kelelahan baja
σ = 365 MPa karbon rendah SC10

a. Tegangan pada pengujian 40 %


dari ultimate tensile stress

Dari Pengujian yang telah dilakukan dapat


dilihat hasil pengujian yang pada tabel 3
bahwa waktu yang didapat sampai
spesimen mengalami kekelahan ( patah )
berbeda-beda itu dikarenakan pengaruh
54
Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016
tegangan yang diberikan pada masing- halus 1000 mesh. Penghalusan
masing spesimen,dari perbedaan tegangan permukaan spesimen merupakan
itulah didapat beban yang diberikan pengerjaan akhir dari pembuatan
berbeda pula untuk setiap spesimen, jadi spesimen, yaitu bertujuan untuk
dapat dilihat bahwa pemberian tegangan mengurangi pengaruh takikan-takikan
yang besar akan mengakibatkan spesimen akibat proses bubut. Jika takikan-
mengalami kegagalan dalam waktu yang takikan ini tidak dikurangi maka akan
lebih cepat begitupun sebaliknya jika menjadi sumber crack dan terjadi
tegangan yang diberikan kecil maka waktu konsentrasi tegangan yang kemudian
spesimen untuk mengalami kegagalan lebih dapat mengurangi umur lelah. Berikut
lama. hasil dari pengukuran kekasaran
Setelah didapat hasil pengujian kelelahan permukaan spesimen :
(fatigue) yang dilakukan terhadap benda uji
didapatkan data dalam bentuk kurva S-N Tabel 4 . Data kekasaran permukaan spesimen (Ra)
yang terlihat pada grafik berikut:

Gambar 7. Kurva S-N pengujian


kelelahan (fatigue)
baja karbon rendah SC10

Dari kurva S-N pengujian lelah baja Untuk memperoleh hasil yang baik maka
karbon SC10 dapat dilihat bahwa pengujian kekasaran permukaan spesimen
perbandingan antara silklus dengan dilakukan 10 (sepuluh) kali pengujian dan
tegangan adalah perbandingan terbalik kemudian ditentukan rata-ratanya. Terlihat
yaitu semangkin kecil tegangan bahwa pada masing-masing pengujian
semangkin besar siklus yang didapat memiliki kekasaran permukaan yang
sebaliknya semangkin besar berbeda namun perbedaan itu tidak terlalu
tegangan,siklus yang didapat semangkin signifikan.
kecil.
Pembahasan
2. Kekasaran Permukaan Spesimen Pada dasarnya ada beberapa faktor yang
Pembuatan spesimen dilakukan mempengaruhi atau menentukan kelelahan
dengan menggunakan mesin bubut dari baja yaitu tegangan yang diterima,
manual, sehingga memungkinkan struktur mikro, suhu operasi, proses
terdapatnya goresan-goresan pahat pemesinan dan lain sebagainya. Pada
pada spesimen. Goresan-goresan ini pengujian fatigue baja karbon rendah SC10
jika tidak dihilangkan maka akan dengan tipe rotary bending ini aspek yang
menjadi takikan yang mendapatkan banyak menentukan umur lelah dari baja
konsentraasi tegangan. Spesimen adalah kondisi operasi, proses pemesinan
yang akan diuji sebelumnya dilakukan dalam pembuatan spesimen dan tegangan
penghalusan permukaan dengan yang diberikan.
menggunakan kertas gosok (amplas)
55
Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Rendah SC10 Dengan Tipe Rotary Bending
(Bambang Pratowo (1) dan Novran Apriansyah (2))
Untuk kekasaran permukaan spesimen (Ra) Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa
dapat dilihat pada tabel 2, pengambilan data uji patahan yang terjadi akibat tegangan 255,5
kekasaran permukaan spesimen dilakukan Mpa yang diberi beban 11,6 kg mengalami
setelah dilakukan uji fatigue, ini dikarenakan awal retak berupa sobekan-sobekan pada
alat surface tester tidak dapat mengambil data setiap bagian, sobekan menyebar keseluruh
saat spesimen dalam keadaan normal. Jadi bagian permukaan, pada satu sisi memiliki
untuk data kekasaran permukaan spesimen sobekan yang besar kemudian mengecil
dilakukan pada spesimen yang sudah patah. sehingga penampang yang tersisa tidak
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa pada sanggup lagi menahan beban sehingga
masing-masing pengujian memiliki kekasaran terjadi perpatahan. Terdapat banyaknya
permukaan yang berbeda namun perbedaan itu sobekan menandakan bahan uji merupakan
tidak terlalu signifikan ini dikarenakan pada jenis baja yang memeliki keuletan yang
proses finishing pembuatan spesimen dilakukan cukup baik.
penghalusan permukaan dengan menggunakan
kertas gosok (amplas) halus 1000 mesh.
Pada tabel 2 dapat dilihat hasil data dari
penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
yang kurang ideal, ini terjadi dikarenakan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya adalah faktor getaran. Dimana
dalam pengujian ini faktor getaran tidak
termasuk dalam batasan masalah, sehingga Gambar 9 . Permukaan patahan yang
faktor getaran tidak menjadi pembahasan dalam terjadi akibat tegangan 219 MPa
penelitian. Getaran timbul karena alat uji fatik
yang digunakan dalam pengujian ini Pada pengujian dengan tegangan
menggunakan bearing jenis ball bearing. Ball sebesar 219 Mpa yang diberi beban 9,9
bearing sebenarnya termasuk bearing untuk kg,patahan yang terjadi hampir sama pada
beban yang rendah, sehingga kurang baik tegangan 255,5 yang mengalami sobekan
digunakan pada alat uji fatik rotary bending tetapi sobekan yang terjadi pada tegangan
yang dioperasikan dengan kecepatan 2800 rpm. 219 Mpa tidak tejadi sobekan yang begitu
Penggunaan bearing jenis roller bearing besar. Bahan uji mengalami awal retak
diharapkan dapat mengurangi getaran yang ditengah-tengah kemudian menyebar
ditimbulkan dalam pengujian ini. Getaran yang berupa sobekan-sobekan dan akhirnya
timbul dalam pengujian ini mengakibatkan mengalami patah pada suatu titik dibagian
menurunnya kekuatan lelah dari baja SC10. pinggir bahan uji yang mengalami sobekan
Getaran ini menyebabkan baja tidak hanya yang paling besar.
mengalami beban bending namun juga
mengalami beban karena adanya getaran.
Faktor getaran ini tidak diharapkan pada
pengujian ini karena mengurangi nilai kekuatan
fatigue pada spesimen baja karbon rendah
SC10.

Gambar 10 . Permukaan patahan yang


terjadi akibat tegangan 182,5 MPa

Pengamatan pada permukaan patahan hasil


pengujian fatigue. Pada gambar diatas adalah
gambar permukaan patah spesimen dengan
Gambar 8 . Permukaan patahan yang tegangan diberikan yaitu 182,5 MPa (Beban 8,3
terjadi akibat tegangan 255,5 MPa kg). Retak awal dimulai pada suatu titik
dipermukaan benda uji, yang kemudian
merambat dan akhirnya patah pada titik yang

56
Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016
bertolak belakang dengan titik dimana retak kegagalan statik yang diakibatkan oleh
awal dimulai. Dilihat dari bentuk patahan, adanya faktor-faktor lain.
bahan uji pada penelitian ini tergolong jenis
baja lunak dan ulet. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan


mengenai Pengujian lelah baja karbon
rendah SC10 dengan menggunakan mesin
uji fatik rotary bending yang ada di
laboratorium metrologi industri adalah
sebagai berikut:
1. Sebaiknya getaran pada mesin uji fatik
dibuat seminimal mungkin sehingga
Gambar 11 . Permukaan patahan yang hasil yang diperoleh dapat akurat
terjadi akibat tegangan 146 MPa dengan tegangan yang diterima oleh
benda uji tanpa faktor-faktor tambahan
Pada permukaan patahan spesimen dengan yang lain.
tegangan yang diberikan paling rendah 146 2. Untuk mengurangi getaran dapat
MPa (Beban 6,6 kg) dapat dilihat bahan uji diganti bearing yang terdapat pada
mengalami retakan dan akhirnya mengalami mesin uji fatik, dalam pengujian ini
patah. Hal tersebut bukan semata-mata menggunakan bearing jenis ball
diakibatkan oleh adanya tegangan yang bearing. Ball bearing sebenarnya
diberikan tetapi ada faktor tambahan yang termasuk bearing untuk beban yang
mempengaruhi terjadinya patah pada benda uji rendah, sehingga kurang baik
tersebut yaitu adanya getaran pada saat digunakan pada alat uji fatik rotary
pengujian, getaran mengakibatkan permukaan bending yang dioperasikan dengan
patah benda uji seperti mengalami beban yang kecepatan 2800 rpm. Penggunaan
berat dan getas. bearing jenis roller bearing diharapkan
dapat mengurangi getaran yang
KESIMPULAN DAN SARAN ditimbulkan dalam pengujian
selanjutnya.
Kesimpulan
Dari hasil pengujian, pengambilan data,dan
analisis pengujian lelah pada baja karbon
rendah SC10 dengan menggunakan mesin uji DAFTAR PUSTAKA
fatik tipe rotary bending maka didapatkan 1. Alois Schonmetz, Karl Gruber,
kesimpulan sebagai berikut:
Pengetahuan Bahan Dalam
1. Semakin besar beban yang diberikan
semangakin cepat baja mengalami patah Pengerjaan Logam. Angkasa
begitu juga sebaliknya. Bandung. !993.
2. Besarnya beban dipengaruhi oleh besarnya 2. Amanto, H dan Daryanto. 2006.
tegangan yang diberikan. ilmu Bahan PT Bumi Aksara.
3. Getaran dapat mempengaruhi hasil dari Jakarta.
pengujian yang dilakukan. 3. Anrinal. 2013. Metalurgi Fisikb.
4. Baja karbon rendah SC10 memiliki nilai Cv. Andi Offset. Yogyakarta.
kelelahan yang tinggi tetapi kurang baik 4. Arifin. 1982. Ilmu Logam. Ghalia
untuk komponen struktur yang mengalami Indonesia.
getaran besar. 5. B.H. Amstead, Phillip . Ostwald,
5. Baja dapat mengalami kegagalan dengan Myron L. Begeman. Teknologi
tegangan yang diberikan jauh dibawah
Mekanik, Erlangga, Jakarta. 1985
tegangan yang dapat menimbulkan

57
Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Rendah SC10 Dengan Tipe Rotary Bending
(Bambang Pratowo (1) dan Novran Apriansyah (2))
6. BJ.M. Beumer (Ahli bahasa: B.S. 15. Vlack, Van. (Ahli bahasa: Sriati
Anwir/Matandong). 1980. Djaprie ). 1994. Ilmu Bahan dan
Pengetahuan Bahan. Bhratara Teknologi Bahan (Ilmu Logam
Karya Aksara. Jakarta. dan Bukan Logam). Edisi 5.
7. Dieter, George E., 1992, Metalurgi Erlangga. Jakarta.
Mekanik, Jilid 1, edisi ketiga, alih
bahasa oleh Sriati Djafrie, Erlangga,
Jakarta
8. Edi Supardi. 1994. Pengujian
Logam. Angkasa. Bandung.
9. Jhon A. Scey. (Ahli Bahasa : Rines,
Dwiyani Asih, Indah Sri Utami,
Basuki Hari Winarno). 2009. Proses
Manufaktur. Cv. Andi Offset.
Yogyakarta.
10. Joseph Shigley, Perenanaan Teknik
Mesin. Erlangga Jakarat. 1984
11. K.W.Vohdin. 1981. Mengolah
Logam. Pradnya Paramita. Jakarta.
12. Salman, R. E. dan Bishop, R. J.
(Ahli bahasa : Sriati Djaprie). 2000.
Metalurgi Fisik Modern dan
Rekayasa Matrial. Erlangga.
Jakarta.
13. Sisworo dan Sudjito. 2009.
Ketahanan Fatik Rotary Bending.
http://aguskreatif.blogspot.com.
Diakses pada 31 Maret 2012.
14. Tata Surdia. Teknik Pengecoran
Logam. PT. Pradnya Pramita
Jakarta. 1982.

58
Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai