Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Energi Geothermal


Energi panas bumi (atau energi geothermal) adalah sumber energi yang
relatif ramah lingkungan karena berasal dari panas dalam bumi. Air yang dipompa
ke dalam bumi oleh manusia atau sebab-sebab alami (hujan) dikumpulkan ke
permukaan bumi dalam bentuk uap, yang bisa digunakan untuk menggerakkan
turbin-turbin untuk memproduksi listrik. Biaya eksplorasi dan juga biaya modal
pembangkit listrik geotermal lebih tinggi dibandinkan pembangkit-pembangkit
listrik lain yang menggunakan bahan bakar fosil. Namun, setelah mulai beroperasi,
biaaya produksinya rendah dibandingkan dengan pembangkit-pembangkit listrik
berbahan bakar fosil.
Di beberapa tahun terakhir, pasar untuk tenaga geothermal meningkat
tajam, terutama di pasar-pasar negara berkembang karena - akibat pertumbuhan
ekonomi - semakin banyak komunitas-komunitas di pedesaan berpenghasilan
rendah yang mendapat akses ke jaringan listrik. Banyak pemerintah juga makin
meningkatkan fokus untuk mengurangi kebergantungan pada bahan bakar fosil
yang mahal dan tidak ramah lingkungan.
Indonesia adalah salah satu dari negara-negara berkembang ini yang
meghadapi perningkatan permintaan listrik sebanyak 10% setiap tahunnya
(terutama di pulau-pulau di luar Jawa) dan karena itu negara ini membutuhkan
tambahan kapasitas untuk menghasilkan listrik sekitar 6 Giga Watt per tahun.
Rasio kelistrikan Indonesia yaitu persentase rumah tangga Indonesia yang
terhubung dengan jaringan listrik sekitar 80,38% pada akhir 2013,
mengimplikasikan bahwa masih ada sekitar 50 juta penduduk Indonesia yang tidak
memiliki akses listrik. Pemerintah Indonesia memiliki harapan-harapan tinggi untuk
energi geothermal. Indonesia memiliki cadangan-cadangan geothermal terbesar
di dunia, karena itu Pemerintah bertujuan meningkatkan peran energi geothermal
sebagai penghasil listrik. Karena permintaan energi meningkat tajam di Indonesia
(negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara) - karena pertambahan
penduduk dikombinasikan dengan ekspansi struktural ekonomi menyebabkan
semakin bertambahnya jumlah kalangan menengah dan juga pertumbuhan
industrialisasi dan investasi-investasi baru - Pemerintah, baru-baru ini, telah
melakukan usaha-usaha untuk mempermudah investasi dalam ekspansi
geothermal setelah selama ini cenderung mengabaikan sektor ini. Di masa lalu
keadaannya terbalik, pemerintah bergantung pada batu bara, gas bumi,
dan minyak mentah untuk menjadi bahan bakar pembangkit-pembangkit listrik.
Sejalan dengan masa lalu ini, pemerintah juga telah mengabaikan potensi sumber-
sumber energi terbarukan yang lain (seperti energi hidroelektrik, tenaga surya,
biofuel dan biomass). Pihak swasta juga kurang berminat untuk berinvesatasi di
sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia karena iklim investasi negara ini
yang rumit (birokrasi yang buruk, korupsi, kurangnya infrastruktur yang layak, dan
kurangnya kepastian hukum). Terlebih lagi, berlimpahnya batu bara yang murah
di Indonesia membuat investasi dalam energi yang terbarukan kurang menarik.

2.2 Energi Geothermal Di Indonesia


Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di bawah tanah
Indonesia, maka negara ini diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi
geotermal terbesar di dunia dan karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber
energi terbarukan. Namun, sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat
ini, Indonesia hanya menggunakan 4-5% dari kapasitas geothermalnya.
Faktor utama yang menghalangi investasi pengembangan geothermal di
Indonesia adalah hukum di Indonesia sendiri. Dulu aktivitas geothermal
didefinisikan sebagai aktivitas pertambangan (Undang-Undang No. 27/2003) yang
mengimplikasikan bahwa hal ini dilarang untuk dilaksanakan di wilayah hutan
lindung dan area konservasi (Undang-Undang No. 41/1999), walaupun faktanya
aktivitas-aktivitas tambang geothermal hanya memberikan dampak kecil pada
lingkungan (dibandingkan aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain). Namun,
sekitar 80% dari cadangan geothermal Indonesia terletak di hutan lindung dan
area konservasi, oleh karena itu mustahil untuk memanfaatkan potensi ini. Pada
Agustus 2014, waktu periode kedua administrasi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono hampir selesai, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia
mengesahkan Undang-Undang Geothermal No. 21/2014 (menggantikan Undang-
Undang No. 27/2003) yang memisahkan geotermal dari aktivitas-aktivitas
pertambangan yang lain dan karena itu membuka jalan untuk eksplorasi
geothermal di wilayah hutan lindung dan area konservasi. Pengesahan Undang-
Undang ini adalah gebrakan yang penting. Namun, pada saat tulisan ini dibuat
(Desember 2014), Undang-Undang baru ini masih perlu diatur pelaksanaannya
dengan peraturan-peraturan kementerian yang lain.
Pemerintah Indonesia juga telah melaksanakan berbagai upaya lain untuk
membuat investasi energi panas bumi lebih menarik. Geothermal Fund Facility
(GFF) menyediakan dukungan untuk memitigasi resiko-resiko dan menyediakan
informasi mengenai biaya pengembangan awal geothermal yang relatif tinggi.
Halangan lain di Indonesia adalah tarif listrik yang tidak kompetitif. Melalui
subsidi pemerintah, tarif listrik menjadi murah. Selain itu, Perusahaan Listrik
Negara (PLN) memiliki monopoli distribusi listrik di Indonesia dan karena itu energi
listrik dari produsen-produsen independen harus dijual kepada PLN. Namun, di
Juni 2014, Pemerintah Indonesia mengumumkan akan membuat harga pembelian
(dibayar oleh PLN) menjadi lebih menarik melalui kebijakan tarif feed-in yang baru.
Terakhir, eksplorasi geothermal di Indonesia dihalangi oleh keadaan infrastruktur
yang buruk di wilayah-wilayah terpencil, perlawanan masyarakat lokal pada
proyek-proyek ini, dan juga birokrasi yang buruk (prosedur perizinan yang panjang
dan mahal yang melibatkan pemerintah pusat provinsi, dan kabupaten).
Cadangan energi panas bumi yang terbesar terletak di wilayah barat
Indonesia dimana ada permintaan energi yang paling tinggi: Sumatra, Jawa dan
Bali. Sulawesi Utara adalah provinsi yang paling maju dalam penggunaan
geotermal untuk energi listrik: sekitar 40% dari pasokan listriknya didapat dari
energi geothermal.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Energi Geothermal


Pemanfaatan energi geothermal atau panas bumi sebagai salah satu
sumber energi alternatif diyakini mempunyai berbagai keuntungan dan kelebihan.
Di antara kelebihan dan keuntungan pemanfaatan energi geothermal tersebut
adalah :
1. Panas bumi (geothermal energy) merupakan salah satu sumber energi
paling bersih. Jauh lebih bersih dari sumber energi fosil yang menimpulkan
polusi atau emisi gas rumah kaca.
2. Geothermal merupakan jenis energi terbarukan yang relatif tidak akan
habis. Sumber energi ini terus-menerus aktif akibat peluruhan
radioaktif mineral.
3. Energi Geothermal ramah lingkungan yang tidak menyebabkan
pencemaran (baik pencemaran udara, pencemaran suara, serta tidak
menghasilkan emisi karbon dan tidak menghasilkan gas, cairan, maupun
meterial beracun lainnya).
4. Panas bumi (geothermal energy), dibandingkan dengan energi alternatif
lainnya seperti tenaga surya dan angin, bersifat konstan sepanjang musim.
Di samping itu energi listrik yang dihasilkan dari geothermal tidak
memerlukan solusi penyimpanan energi (energy storage) karena dapat
dihasilkan sepanjang waktu.
5. Untuk memproduksi energi geothermal membutuhkan lahan dan air yang
minimal, tidak seperti misalnya pada energi surya yang membutuhkan area
yang luas dan banyak air untuk pendinginan. Pembangkit panas bumi
hanya memerlukan lahan seluas 3,5 kilometer persegi per gigawatt
produksi listrik. Air yang dibutuhkan hanya sebesar 20 liter air tawar per
MW / jam.
Selain memiliki kelebihan, energi geothermal pun memiliki kekurangan. Di
antara kekurangan energi geothermal adalah :
1. Biaya modal yang tinggi. Pembangunan pembangkit listrik geothermal
memerlukan biaya yang besar terutama pada eksploitasi dan pengeboran.
2. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar
lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi
tersedia di dekat permukaan.
3. Pembangunan pembangkit listrik geothermal diduga dapat mempengaruhi
kestabilan tanah di area sekitarnya.
Itulah kelebihan dan kekurangan dari energi geothermal (panas bumi).
Salah satu sumber energi terbarukan yang seharusnya mulai dilirik dan
dimanfaatkan, terutama untuk menggantikan sumber energi konvensional, sumber
energi berbahan fosil. Apalagi potensi energi ini di Indonesia mencapai 28.994
MWe (megawatt listrik) yang jika dikonversi dengan BBM setara lebih dari 200
milyar barrel minyak.

Anda mungkin juga menyukai