Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan Kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Panas
Bumi".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
ii
ABSTRAK
Energi panas bumi adalah sumber daya energi yang terbarukan karena berasal dari inti bumi dan
fluidanya disirkulasikan kembali ke bumi. Energi Panas Bumi adalah energi yang bersifat ramah
lingkungan bila dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil
pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel). Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis,
karena proses pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan
hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Studi manifestasi panas bumi adalah untuk mengetahui
kondisi keterdapatan panas bumi pada daerah pemetaan berupa manifestasi titik-titik sumber mata
air panas dan keadaan lain yang berhubungan dengan keberadaan panas bumi.Panas bumi adalah
sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, batuan bersama mineral ikutan
dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas
bumi dan untuk pemanfaataan nya diperlukan proses penambangan. Panas bumi adalah sumber
daya alam yang dapat diperbarui (renewable), berpotensi besar serta sebagai salah satu sumber
energi pilihan dalam keanekaragaman energi. Panas bumi merupakan sumber energi panas yang
terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi.
iii
DAFTAR ISI
3.2 Saran............................................................................................................................... 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut riset statistik global yang dipublikasikan British Petroleum pada Juni
2012, cadangan minyak bawah tanah di Indonesia hanya sekitar 4 miliar barel pada akhir
tahun 2011. Dengan asumsi produksi minyak mentah nasional sebesar 942.000 barel per
tahun. Saat ini, secara matematis, minyak tersebut akan habis dalam waktu tidak lebih dari
12 tahun. Masih menurut data yang sama, Indonesia juga mengalami kekurangan minyak
mentah sebesar 488 ribu barel karena kebutuhan hingga 1,43 juta barel/hari (Andri 2013),
artinya pada tahun 2025 Indonesia akan sangat kekurangan energi dari bahan bakar kimia.
bahan bakar fosil, bahkan sudah habis, sehingga perlu adanya energi baru terbarukan (EBT)
yang perlu dikembangkan oleh Indonesia. Sudah banyak energi alternatif yang dapat
diperbaharui telah ditemukan. Salah satu jenisnya adalah energi panas bumi (geotermal).
Berbeda dengan sumber energi berupa batu bara maupun minyak bumi yang berasal dari
sisa bahan organik, maka energi panas bumi terjadi karena pertemuan antara magma, yaitu
panas dalam “perut bumi”, dengan air. Bagi Indonesia, sumber energi panas bumi ini
memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan sebagian besar posisi
5
geografis Indonesia yang terletak di jalur pegunungan vulkanik, sehingga banyak terdapat
sumur-sumur sumber panas bumi.
Energi panas bumi (geothermal energy) merupakan sumber daya alam berupa air
tanah yang dipanaskan oleh batuan panas yang terdapat di dalam tanah. Panas bumi yang
dihasilkan berupa air panas, uap panas, atau kombinasi keduanya. Terbentuknya panas
bumi disebabkan oleh proses geologi yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup
lama Panas bumi yang terdapat di permukaan bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia,
misalnya sebagai sumber air panas dan sebagai energi alternatif. Pemanfaatan energi panas
bumi mempunyai banyak keuntungan, salah satunya adalah ramah lingkungan,
meminimalkan risiko efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Potensi
panas bumi Indonesia sebesar mencapai sekitar 28 GWe atau dengan sebaran geografis
sekitar 265 titik dan menempatkan negara ini dalam peringkat negara dengan potensi panas
bumi yang melimpah. Potensi panas bumi di Indonesia terbagi dalam 4.444 jenis sistem
panas bumi berdasarkan setting geologinya.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang
energi panas bumi sebagai salah satu energi alternatif pengganti energi fossil serta
menjelaskan bagaimana proses terbentuknya panas bumi dan proses pengeboran panas
bumi
6
BAB II
PEMBAHASAN
Energi panas bumi atau sering disebut energi geothrrmal adalah energi panas yang
terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Temperatur di bawah kerak bumi akan
bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Suhu di pusat bumi diperkirakan mencapai
5400 °C. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi Panas Bumi adalah
sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama
mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam
suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet
ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan
bumi. Selain itu sumber energi panas bumi ini diduga berasal dari beberapa fenomena:
Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau
air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi
listrik. Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh
dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia. Energi
panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area
perbatasan lapisan tektonik.
7
2.2 Proses terbentuknya Geothermal
8
Gejala panas bumi pada umumnya tampak dipermukaan bumi berupa mata air panas,
fumarola, geyser dan sulfatora. Dengan jalan pengeboran, uap alam yang bersuhu dan
tekanan tinggi dapat diambil dari dalam bumi dan dialirkan kegenerator turbo yang
selanjutnya menghasilkan tenaga listrik.
9
Sebagian fluida lagi yang terperangkap dibawah batuan impermeable akan
mengalami proses akumulasi panas. Lokasi dimana terjadi akumulasi panas disebut
sebagai reservoar. Proses akumulasi panas mengakibatkan batuan impermeable di atasnya
mengalami perubahan struktur dan sifat batuan. Batuan 19 yang mengalami perubahan ini
disebut batuan alterasi yang dalam sistem panasbumi berfungsi sebagai claycap atau batuan
penudung untuk menjaga proses akumulasi panas di reservoar. Sercara garis besar sistem
panasbumi dikontrol oleh adanya sumber panas (heat source), batuan reservoar, lapisan
penutup, keberadaan struktur geologi dan daerah resapan air. Hochstein dan Browne
(2000), mengkategorikan sistem panasbumi menjadi tiga sistem, yaitu :
1. Sistem hidrotermal, merupakan proses transfer panas dari sumber panas ke
permukaan secara konveksi, yang melibatkan fluida meteoric dengan atau tanpa
jejak dari fluida dari magmatic. Daerah rembesan berfasa cair dilengkapi air
meteoric yang berasal dari daerah resapan. Sistem ini terdiri atas: sumber panas,
reservoar dengan fluida panas, daerah resapan dan daerah rembesan panas berupa
manifestasi.
2. Sistem vulkanik, merupakan proses transfer panas dari dapur magma ke permukaan
melibatkan konveksi fluida magma. Pada sistem ini jarang ditemukan adanya fluida
meteoric.
3. Sistem vulkanik-hidrotermal, merupakan kombinasi dua sistem di atas, yang
diwakili dengan air magmatik yang naik kemudian bercampur dengan air meteorik.
Hochstein dan Soengkono (1997) mengklasifikasikan temperatur suatu sistem
panasbumi menjadi tiga berdasarkan tempratur reservoar:
1. Single Phase System Reservoar megandung air panas dengan temperatur sekitar 90oC
hingga 180oC dan tidak ada pendidihan yang terjadi di reservoar. Reservoar pada
10
sistem ini termasuk sistem panasbumi bertemperatur rendah. Jika reservoar ini dibor,
maka yang keluar berupa air karena rekahannya masih sangat tinggi.
2. Two Phase System Two phase system terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Vapour Dominated System Merupakan sistem tertutup dimana sangat sedikit
rechargeable water, air bisa meresap namun sangat lama akibat berputar-putar di
reservoar dan tidak ada outflow sehingga mengkibatkan adanya arus konveksi. Hal
ini lama-kelamaan akan mengkibatkan batuan reservoar menjadi homogen dan
temperatur maupun tekanan fluida menjadi relatif konstan .Fluida di reservoar yang
didominasi oleh uap akibat temperatur dan tekanan yang sangat tinggi,
menghasilkan manifestasi berupa fumarol dan acid hot spring.
b. Water Dominated System Merupakan sistem terbuka yang mana terdapat
rechargeable water. Reservoar mengadung air dan uap namun lebih didominasi oleh
air. Pada sistem ini terdapat outflow sehingga jenis manifestasinya lebih beragam.
Adanya outflow dan rechargeable water membuat energi terlepas sehingga
temperatur dan tekanan di reservoar berubah seiring dengan kedalamnya.
Sedangkan temperatur di reservoar memiliki gradien panas bumi yang sangat kecil.
Di atas reservoar terjadi arus konduksi sama seperti sistem vapour dominated.
11
(5) Lokasi batuan yang mengalami alterasi.
Data-data tersebut dirangkum dalam suatu laporan yang berbentuk peta geologi lokal
daerah panas bumi dan draf awal model konseptual bawah permukaan daerah prosfek
panas bumi (Supriyanto Suparno, 2009).
Data Hidrokimia yang menjadi pertimbangan:
(1) kandungan kimia air dan gas dengan geothermometer,
(2) stable isotope analysis,
(3) umur fluida dengan radio isotope,
(4) gas flux measurenment.
Data geofisika meliputi:
(1) sifat fisik batuan mulai dari permukaan hingga beberapa kilometer dibawah permukaan,
(2) gradien temperature/anomali gradien,
(3) hasil survey gravity, geomagnetik, geolistrik,
(4) hasil analisis manifestasi permukaan.
Ahli geologi mempunyai peranan penting selama pemboran. Pada tahap ini ahli geologi
harus bekerjasama dengan insinyur pemboran dan “Rig Chief”. Terutama memantau hasil
pengeloboran yang dikembangkan menjadi gambar stratigrafi bawah pemukaan dan
struktur dari lapangan. Hal ini akan membantu memahami sistem hidrologis dan penentuan
letak sumur.
Tahap pengeboran dalam eksplorasi geothermal, adalah tahapan yang sangat penting
dan mahal, bahkan bisa melebihi separuh dari biaya produksi yang dibutuhkan dalam
sebuah proyek geothermal. Tingginya biaya pengeboran sistem geothermal, disebabkan
oleh:
1. Sifat target fluida di dalam reservoir biasanya bersifat: (1) corrosive, (2) temperature
tinggi, dan (3) tekanan tinggi, yang mengharuskan penggunaan peralatan khusus yang
lebih tahan pada ketiga hal tersebut diatas.
2. Diameter lubang yang besar
Fluida yang diproduksi adalah air (secara komersial, harganya tidak tinggi), maka
dibutuhkan flow-rate yang tinggi untuk dapat menutup biaya produksi. Hal ini berarti
membutuhkan lubang bor yang besar dan casing yang besar.
12
B. Proses Pemboran Sumur Eksplorasi
Berikut adalah tahapan teknis dan peralatan pengeboran sistem geothermal.
1. Rotary Drilling
Sistem pengeboran rotary drilling menggunakan mata bor bergerigi yang diputar. Mata
bor dipasang di ujung pipa yang disebut sebagai drill pipe atau pipa bor. Panjang pipa bor
kurang lebih adalah 30-33 ft, yang dipasang satu persatu, menurut kedalaman pengeboran.
Seluruh rangkaian pipa bor dan mata bor, digantung pada sebuah sistem penggantung
(hoisting system). Hoisting system ini adalah bagian utama dari sebuah menara besar yang
disebut rig.
Pemutaran mata bor dilakukan dengan salah satu dari 3 cara tersebut dibawah ini.
a. Menggunakan mesin yang terletak tepat di atas lantai rig, yang disebut sebagai meja
pemutar (rotary table)
b. menggunakan motor yang terpasang pada ujung atas tempat penyambungan pipa bor,
disebut sebagai pemutar atas (top drive).
c. pada kasus-kasus khusus (pengeboran berarah/directional drilling dan pengeboran
mendatar/horizontal drilling) menggunakan motor yang dipasang pada ujung bawah
pipa bor, yang disebut sebagai motor bawah permukaan (downhole motor).
Kelebihan dari sistem pengeboran rotary drilling, salah satunya adalah tersedianya
13
sistem untuk sirkulasi fluida (drilling fluid) dari dan keluar lubang bor selama proses
pengeboran berlangsung. Fluida ini dimasukkan kedalam pipa bor, kemudian dikeluarkan
dari bagian bawah rangkaian pipa bor (drill string) dan mata bor (drill bit). Melalui lubang
bor di sebelah luar pipa bor, fluida akan dikeluarkan dari lubang bor. Sehingga akan terjadi
sirkulasi masuk dan keluarnya fluida.
2. Drilling Fluid
Selama melakukan proses pengeboran, dilakukan sirkulasi fluida. Fluida yang
disirkulasikan disebut sebagai drilling fluid. Fungsi dari sirkulasi fluida di dalam lubang bor
adalah:
a. menstabilkan lubang bor selama proses pengeboran.
b. mengontrol formasi, mencegah masuknya fluida geothermal ke dalam lubang bor.
c. membersihkan mata bor dari serpih-serpih pengeboran, mendinginkan dan melumas
mata bor, mengurangi pengaratan pada mata bor.
Drilling Fluid dibuat oleh seorang mud engineer, berdasarkan perkiraan tekanan fluida dan
jenis batuan formasi. Idealnya, tekanan hidrostatis di dalam lubang bor sama dengan
tekanan formasi, sehingga tidak ada ekspansi dari dan ke dalam lubang bor. Jenis-jenis
Drilling fluid yang selama ini digunakan dalam eksplorasi adalah:
a. water-based mud, adalah campuran fluida dengan material solid, berbahan dasar air
b. oil-based mud, adalah campuran fluida dengan material solid, berbahan dasar minyak
c. foams , dibentuk dari campuran air, gas ( udara, nitrogen) dan penambah busa.
d. Udara
3. Casing dan Liner
Casing adalah selubung lubang bor yang terbuat dari bahan campuran logam. Ragam
campuran akan mempengaruhi kekuatan casing, termasuk ketahanan terhadap proses
perkaratan. Kegunaan casing antara lain adalah:
a. Untuk menahan dinding lubang bor dari keruntuhan akibat tidak stabilnya formasi
b. Untuk memisahkan/mengisolasi lubang bor dengan formasi, yang mempunyai
gradien tekanan yang berbeda
14
c. Untuk mengisolasi formasi yang satu dengan formasi yang lainnya.
Sedangkan liner adalah selubung yang menutup reservoir geothermal. Liner
berukuran lebih kecil dari casing, dan mempunyai lubang-lubang di seluruh permukaan
vertikalnya. Dengan menggunakan liner, akan diperoleh flow rate dari fluida geothermal
yang cukup tinggi. Hal ini sangat penting karena apabila flow rate terlalu rendah, akan
terjadi penurunan tekanan yang cukup tinggi sehingga diperlukan tambahan pompa re-
injeksi. Ini juga berarti kenaikan biaya produksi. Pemasangan casing dan liner di dalam
lubang bor dengan menggunakan bantuan centralizer untuk membuat posisi setepat
mungkin di tengah lubang bor.
15
4. Comentation
Formasi belum benar-benar terisolasi meskipun casing sudah terpasang di dalam
lubang bor. Masih ada celah antara casing dan dinding lubang bor yang disebut sebagai
anulus. Bagian ini harus diisi semen untuk menghindarkan komunikasi antara formasi.
Proses penyemenan tidak dilakukan pada bagian yang menggunakan liner.
16
yang akan dibuat pada casing dapat di disain sesuai dengan besarnya flowrate yang
diinginkan.
Beberapa lubang bor tidak menggunakan casing pada zona reservoirnya, sehingga
tidak diperlukan proses perforasi. Fungsi casing digantikan oleh liner. Sebagai ganti semen,
antara dinding liner dan lubang bor, dimasukkan gravel, yang antara lain berfungsi sebagai
filter. Untuk reservoir yang berupa batuan yang cukup ‘keras’, tidak digunakan casing
maupun liner. Lubang dibiarkan terbuka dan fluida mengalir langsung dari formasi
(barefoot completion). Setelah fluida reservoir mengalir masuk ke dalam lubang bor,
selanjutnya dibawa naik ke atas. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan pompa
ataupun secara alami.
a. Sumur Produksi untuk mengambil panas dalam bentuk uap (steam) atau air panas (brine).
b. Sumur Injeksi digunakan untuk menginjeksikan kembali brine setelah energi panasnya
diekstraksi atau untuk menginjeksikan air sisa dari proses di power plant (kondensat) ke
dalam lapangan geothermal.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa energi geothermal adalah sumber energi yang dihasilkan dari
panas bumi. Energi geothermal dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik yang ramah
lingkungan dan dapat diandalkan. Proses penambangan energi geothermal dilakukan dengan
melakukan pemboran sumur eksplorasi untuk membuktikan adanya sumberdaya panasbumi
di daerah yang diselidiki dan menguji model sistem panasbumi yang dibuat berdasarkan data-
data hasil survei rinci. Namun, pemanfaatan energi geothermal juga memiliki kendala, seperti
terbatasnya area perbatasan lapisan tektonik dan biaya investasi yang tinggi.
3.2 Saran
pengembangan energi geothermal memerlukan studi geologi yang rinci dan pemboran
sumur eksplorasi untuk membuktikan adanya sumberdaya panasbumi di daerah yang
diselidiki dan menguji model sistem panasbumi yang dibuat berdasarkan data-data hasil survei
rinci. Selain itu, pemanfaatan energi geothermal juga memiliki kendala, seperti terbatasnya
area perbatasan lapisan tektonik dan biaya investasi yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
upaya-upaya untuk mengatasi kendala tersebut agar pengembangan energi geothermal dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arif Munandar, dkk. 2007. Jurnal Pengeboran Sumur Eksplorasi Sr-1 Lapangan Panas
Bumi Mutubusa - Sokoria, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
Budiardjo, B., Nugroho dan Budihardi, M. 1997. Resource Characteristics of the Ungaran
Central Java, Indonesia, Proceeding of National Berkala MIPA, 16(1), Januari
2006 48 Seminar of Human Resources Indonesian Geologist, Yogyakarta.
Dedi Kusnadi dkk. 1991. Penelitian Geokimia Dengan Metode Hg dan CO2 Daerah
Mutubusa dan Sekitarnya, Kabupaten Ende, NTT. Direktorat Vulkanologi.
Anonim, 2014. Energi Panas Bumi http://id.wikipedia.org/
(Diakses tanggal 22 Oktober 2023).
Marwaningsih, Fitri. 2012. Energy Geothermal-Energi Panas Bumi.
http://fitrimarwaningsih.wordpress.com (Diakses Tanggal 22 Oktober 2023).
Novitasari, 2011. Energi Panas Bumi.http://www.novitasari.blogspot.com
((Diakses Tanggal 22 Oktober 2023).
Hochstein dan Soengkono. 1997. Geothermal Exploration for Earth Scientist.
The University of Auckland. Auckland.
Gafoer, S. 1990. Tinjauan Kembali Tatanan Stratigrafi Pra-Tersier Sumatera Basin. Proc.
IPA. Jakarta.
Andri. 2013. Mengenal Teknologi Pembangkit Listrik. http//www.mengenal- teknologi-
pembangkit-listrik- panasbumi.html (Diakses tanggal 22 Oktober 2023).
19