Al Azmi
1920305003
Dosen Pengampu :
Syahrizal,S.T.,M.T
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang Pembangkit Listrik
Energi Laut/Samudra (Metode Gelombang Dan Arus Laut) ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Energi Baru dan Terbarukan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Syahrizal, S.T., M.T. selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, 19 Januari
2022
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Prof. Safwan Hadi, Ph.D (2014) juga berpendapat bahwa, selat-selat
tersebut berpotensi menghasilkan energi arus karena intensitasnya yang relatif
besar, serta didukung oleh ketersediaan air laut yang luas dibandingkan negara
lain. Sebut saja Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makassar, Selat Lombok dan
perairan sekitar Kepulauan Lesser Sunda. Selat-selat tersebut memiliki nilai
rapat daya yang cukup besar, yaitu berkisar antara 0,06 – 64 kW per meter
kubik. Oleh karena itu, tugas akhir ini meneliti pemanfaatan energi arus laut di
kawasan pesisir pulau Sumatera yang memiliki kecepatan arus laut signifikan.
Selain itu, tugas akhir ini menganalisa kriteria kelayakan sebuah pembangkit
listrik tenaga arus laut agar usulan proyek tersebut dapat dilaksanakan dan
kinerjanya sesuai dengan yang direncanakan.
1.3 Tujuan
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk:
Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung
dari data jumlah gelombang laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka
dapat diketahui potensi energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi
energi gelombang laut pada satu titik pengamatan dalam satuan kw per meter
berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu
yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut.
Setelah selesai dibangun, energi ombak dapat diperoleh secara gratis, tidak
butuh bahan bakar, dan tidak pula menghasilkan limbah ataupun polusi. Namun
tantangannya adalah bagaimana membangun alat yang mampu bertahan dalam
kondisi cuaca buruk di laut yang terkadang sangat ganas, tetapi pada saat
bersamaan mampu menghasilkan listrik dalam jumlah yang memadai dari ombak-
ombak kecil (jika hanya dapat menghasilkan listrik ketika terjadi badai besar
maka suplai listriknya kurang dapat diandalkan).
Gambar kiri (1) :Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power
DelivProyek komersial pertama dengan kapasitas 2,25
MW telah dibangun di tengah laut 4,8 km dari tepi
pantai Portugal.
Gambar tengah (2) : Rumput laut mekanik yang disebut juga Biowave.
Gambar kanan (3) : Sirip ekor ikan hiu buatan yang disebut Biostream.
3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau
kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal
yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang,
membawanya ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang
mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk
membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar
hydropower.
Mata pisau serupa untuk suatu air foil kalau tidak mereka adalah
simetris tentang poros yang horisontal, yang secara khas air foil adalah
berbentuk lonjong dalam keadaan dan tidak simetris. Suatu air foil hanya
menggunakan dan mengangkat kekuatan, sedang turbin baik
menggunakan itu untuk mengangkat dan untuk memperoleh suatu yang
self-rectifing yang searah perputaran generator. Ketika jarak pindah ke hal
positif atau hal negatif yang arah mata pisau berputar ke arah yang sama (
gambar 5).
Gambar 5. Gambar 6
Sedangkan Daya yang dapat dibangkitkan dari energi gelombang dihitung dengan
menggunakan persamaan daya gelombang, yaitu:
P = 0. 55 H2S Tz kW/m
Dimana:
Gambar Skema pasang surut purnama (spring tides) dan perbani (neap tides)
(Sumber : https://rovicky.wordpress.com)
Pasang surut purnama (spring tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang
sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi
pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika
bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi
pada saat bulan seperempat dan tiga perempat.
Nontji (2005) dalam Surinati (2007) mengatakan bahwa pengetahuan
mengenai pasang surut sangat diperlukan dalam pembangunan pelabuhan, bangunan
di pantai dan lepas pantai serta dalam hal lain seperti pengelolaan dan budidaya di
wilayah pesisir, pelayaran, peringatan dini terhadap bencana banjir air pasang, pola
umum gerakan massa air dan sebagainya. Namun, yang paling penting dari pasang
surut adalah energinya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik.
dimana :
AO, = amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan (m)
AK, = amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan dan matahari (m)
AM, = amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan (m)
AS, = amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik matahari (m)
Tabel 2.1. Pengelompokkan tipe pasang surut (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005
dalam Sutirto dan Trisnoyuwono, 2014)
Nilai Tipe Pasang Surut Fenomena
2x pasang dalam sehari dengan
0 < Nf < 0,25 Harian Ganda Murni
tinggi yang relatif sama.
2x pasang sehari dan memiliki
0,25 < Nf < 1,5 Campuran Ganda
perbedaan tinggi serta interval.
1x atau 2x pasang sehari
1,5 < Nf < 3 Campuran Tunggal
dengan interval berbeda.
1x pasang sehari dan saat
Nf > 3 Tunggal Murni
spring terjadi 2x pasang sehari.
Daya keluaran dari pembangkit listrik arus laut dapat diperoleh melalui
Persamaan (2.2) berikut :
P = 0,5 * 𝜌 * A * V3 (2.2)
dimana :
P = daya output (watt)
p = berat jenis air = 1.025 kg/m3
A = luas permukaan turbin (m2)
V = kecepatan (m/s)
Dengan mempertimbangkan bahwa pembangkit energi arus laut memiliki
losses di turbin, maka daya keluaran pembangkit menjadi Persamaan (2.3) :
P = Cp * 0,5 * p * A * V3 (2.3)
dimana :
Cp = konstanta performa turbin
Menurut Daud (2006) dalam Surinati (2007), teknologi ini berfungsi sangat
baik pada arus pantai yang bergerak sekitar 3,6 dan 4,9 knot (4 dan 5,5 km/jam). Pada
kecepatan ini, turbin arus berdiameter 15 meter dapat menghasilkan energi sama
dengan turbin angin yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin arus pasang surut
ini tentunya dekat dengan pantai pada kedalaman antara 20 – 30 meter. Energi listrik
yang dihasilkan menurut perusahaan Marine Current Turbine Inggris adalah lebih
besar dari 10 MW per 1 km2 dan 42 lokasi yang berpotensi di Inggris telah
teridentifikasi perusahaan ini. Lokasi ideal lainnya yang dapat dikembangkan terdapat
di Filipina, Cina dan tentunya Indonesia.
Gambar (2.3) di bawah ini merupakan gambar komponen-komponen Marine
Current Turbine.
Rectifier inverter untuk mengatasi naik turunnya keluaran listrik dari generator
karena naik turunnya putaran turbin maka listrik yang dihasilkan oleh
generator harus disalurkan terlebih dahulu ke sistem rectifier inventer agar
keluaran tegangan dan frekuensi listriknya sama dengan listrik yang dihasilkan
PLN.
Turbin aksis vertikal (Gambar 2.4) dirancang tegak lurus dengan arah arus
laut. Pada turbin aksis vertikal memiliki efisiensi yang lebih besar, tetapi tidak stabil
dan getaran yang dihasilkan lebih tinggi. Keuntungan yang lain adalah ukuran blade
pada turbin jenis VAT dapat ditingkatkan tanpa adanya batasan seperti pada turbin
jenis
HAT. Kerugian dari turbin jenis VAT adalah memiliki sifat self start yaitu kekuatan suatu
turbin untuk memulai berputar.
Berdasarkan pertimbangan itu juga, turbin aksis vertikal memiliki torsi yang
kecil pada saat start dikarenakan adanya tahanan dari bilah turbin yang berseberangan
dari bilah turbin yang mendapatkan gaya. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut,
turbin jenis ini memerlukan motor untuk start. Sebaliknya, turbin aksis horizontal
tidak membutuhkan motor penggerak awal karena tidak ada tahanan saat turbin mulai
berputar. Karena turbin aksis horizontal harus dapat mengikuti perubahan arah dan
perubahan inklinasi arus. Alat yang dibutuhkan oleh turbin ini memiliki desain yang
kompleks dan biaya yang tinggi dan beberapa penyesuaian agar dapat beroperasi dan
bertahan di dalam laut. Dari pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa turbin aksis
vertikal sangat cocok untuk tempat yang arus lautnya cepat dan sering berubah. Dan
turbin aksis horizontal cocok untuk tempat yang arus laut stabil dan mudah diprediksi.
2.2.4 Jenis Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
Marine Current Turbines
Teknologi Sea Gen yang dikembangkan oleh MCT terdiri dari rotor aliran
aksial kembar dengan diameter 15 – 20 m, berputar dengan kecepatan 10 – 15 rpm,
masing-masing memutar generator melalui gear box seperti turbin pembangkit listrik
tenaga air atau turbin angin. Masing-masing rotor aliran ini dipasang di sisi sayap
mono pile baja berbentuk tabung 3 m dengan diameter yang diatur ke dalam lubang
dan dibor ke dasar laut. Teknologi untuk menempatkan mono pile di laut
dikembangkan dengan baik oleh Seacore Ltd, sebuah perusahaan rekayasa lepas
pantai yang bekerja sama dengan MCT dalam pekerjaan ini. Situs MCT mengklaim
bahwa, fitur unik yang dipatenkan dari teknologi ini yaitu turbin dan unit daya yang
menyertainya dapat diangkat ke atas permukaan laut untuk memungkinkan akses
pemeliharaannya.
Tahap pertama proyek ini disebut sea flow dan involved the design, konstruksi,
instalasi dan pengujian 300 kW single yang memiliki diameter rotor 11 meter di
Lynmouth, Devon, UK. Pengujian ini berhasil diinstal Mei 2003 dan menggunakan
beban dump sebagai pengganti koneksi jaringan. Biaya dalam fase ini berkisar £3,4
juta dan secara finansial didukung oleh mitra bersama antara Inggris DTI, Komisi
Eropa dan pemerintah Jerman.
Tahap kedua disebut Sea Gen dan involves the design, instalasi dan pengujian,
penghubung jaringan dan sistem twin rotor 1,2 MW. Fase ini membutuhkan biaya
sekitar £8,5 juta termasuk koneksi jaringan dan secara finansial didukung oleh mitra
operasi dan Inggris DTI (UK BERR) yang telah mendapat hibah dari £4,27 juta. Situs
MCT mengklaim bahwa perangkat prototipe memiliki kapasitas terpasang 300 kW,
dengan pitch control blades 11 m. Perhitungan sederhana telah digunakan untuk
menguji Persamaan (2.4) berikut untuk output daya keseluruhan (Pe) dari perangkat
ini :
Pe = 2
*e* *R2*U3 (2.4)
Untuk efisiensi 20% dan kecepatan arus rata-rata 2,0 m/s, perangkat MCT
berdiameter 11 meter akan memberikan daya listrik sebesar 305 kW. Angka-angka ini
umumnya mendukung data MCT (Gambar 2.6).
Gambar (Kiri dan Tengah) The Neptune Proteus Mark I pada skala 1/10 dan
(Kanan) pengujian di Sungai Hull saat air pasang (Sumber : Hardisty, 2009)
Dalam versi Mark II, rotor didesain ulang dan sudut saluran berkurang 7°
untuk mencegah pemisahan lapisan batas. Pelat deflektor tunggal digantikan oleh dua
set three vertical shutters untuk mengarahkan aliran di dekat sudut optimal dari 16°
ke rotor. Perangkat Mark III (Gambar 2.9) mengalami peningkatan rotor dan desain
saluran serta pemanfaatan pemisahan ruang apung dibandingkan penggunaan steel
hulls pada versi sebelumnya (Gambar 2.8).
Gambar CFD simulasi kecepatan rotor pada Neptunus Proteus Mark I dan Mark II
(Sumber : Hardisty, 2009)
PH = p * A0 * U3 (2.5)
2 0
Gambar Neptune Proteus Mark III konsep cross flow rotor (Sumber
: Hardisty, 2009)
Clean Current
Generator turbin pasang surut Clean Current (Gambar 2.11 dan 2.12) adalah
turbin dua arah, ducted, turbin aksis horisontal dengan direct drive, variasi kecepatan
dan generator magnet permanen.
Turbin Clean Current mengklaim bahwa desain ini memberikan air yang deras
untuk pengefisiensian kawat, peningkatan yang signifikan atas persaingan teknologi
energi pasang surut. Desain Turbin Clean Current sangat sederhana yang hanya
perakitan rotor dan pergerakan pisau, magnet untuk generator tertanam dalam pisau,
dan gulungan di casing stasioner. Ini adalah konsep dasar seperti yang digunakan
oleh turbin Open Hydro dan akan dijelaskan di bawah. Clean Current mengklaim saat
itu generator turbin memiliki umur desain 10 tahun (perbaikan besar-besaran setiap 10
tahun) dan service life 25 – 30 tahun.
Detail desain dari konsep Clean Current European Patent EP 1 430 220 B1
dimana cakram rotor dan generator disesuaikan untuk dihapus sebagai unit modular
sehingga pemeliharaan dan penggantian mudah dilakukan.
Open Hydro
Turbin Open Hydro (Gambar 2.13) adalah salah satu contoh dari ide
sederhana yang membuktikan dirinya menjadi salah satu solusi yang paling efektif
untuk masalah ini. Meskipun perusahaan berencana untuk membangun perangkat
yang lebih besar, prototipe yang dipasang di European Marine Energy Centre
(EMEC) tampaknya memiliki diameter sekitar 6,0 m sehingga power rating (untuk
efisiensi 40% dengan kecepatan aliran 3 m/s) adalah 50 kW.
Perangkat ini berbentuk saluran yang meningkatkan efisiensi hidrodinamik
rotor. Saluran rumah stator menuju ke rotor dan tertutup didalam generator magnet
permanen. Pusat terbuka meningkatkan efisiensi rotor serta memberikan jalan keluar
bagi kehidupan makhluk hidup laut. Situs Open Hydro menjelaskan asal-usul dari
perusahaan dan teknologinya berikut : Open Hydro dibentuk pada tahun 2004 setelah
adanya negosiasi untuk pembelian hak teknologi dunia dengan Teknologi Open
Centre (oleh Irish Consortium). Teknologi ini telah dikembangkan oleh Irish
American, Herbert Williams, di Amerika Serikat selama 8 tahun yang lalu.
p
Pe = 2
*e*A*U3 (2.5)
Dengan A = 2,5 m2, e = 0,3 dan U = 1,5 dan 7,72 m/dtk menunjukkan output
1,2 kW dan 173 kW masing-masingnya dan mirip dengan angka yang diberikan di
atas. Namun, tidak jelas di perairan mana yang memiliki kecepatan arus 7,72 m/dtk.
Hammerfest Strom
Hammerfest Strom menggunakan teknologi kincir air, untuk mengubah energi
kinetik dalam gelombang pasang surut untuk menghasilkan tenaga listrik. Turbin arus
pasang surut (Gambar 2.15) memiliki diameter baling-baling pisau 15 – 16 m,
dipasang pada sebuah tiang pedal gravitasi dan ditempatkan di dasar laut. Arus
mendorong baling-baling dengan sudu-sudu secara otomatis disesuaikan dengan
penyesuaian yang sudah diatur. Setiap baling-baling ini digabungkan ke generator
listrik yang diberi tenaga melalui kabel penopang menuju trafo lalu kemudian ke
jaringan listrik. Prototipe ini telah diuji coba di dasar laut di Kvalsund di Norwegia
dari awal tahun 2003.
Situs Hammerfest Strom mengklaim bahwa perangkat prototipenya memiliki
kapasitas 300 kW dan menghasilkan 700 MWh per tahun ke jaringan listrik yang
dikendalikan dengan pisau berdiameter 10 m. Dengan demikian, output daya rata-rata
adalah 700.000/8.760 = 80 kW. Perhitungan sederhana telah digunakan untuk
menguji angka-angka ini menggunakan Persamaan (2.4) untuk output daya
keseluruhan (Pe) dari perangkat ini :
Pe = 2p*e* *R2*U3 (2.4)
Untuk efisiensi 40%, kecepatan arus rata-rata 1,0 m/s dan diameter baling-
baling 10 m, perangkat ini dapat menghasilkan daya listrik sebesar 88 kW. Angka-
angka tersebut umumnya mendukung Hammerfest Strom ini.
Lunar Energy
Turbin arus Lunar Energy Rotech (Gambar 2.16 dan 2.17) didasarkan pada
konsep Rotech Engineering, yang telah digunakan diseluruh dunia, dalam lisensi
miliknya. Sebuah tim kolaborator berpengalaman telah ditarik bersama-sama
termasuk Rotech (desainer ahli dan manajer proyek), Atkins (desain struktural), ABB
(generator), Hagglunds dan Bosch Rexroth (pompa hidrolik, motor dan sirkuit), SKF
(bantalan), Garrad Hassan (algoritma kontrol dan hardware) dan Wichita (rem
hidrolik) untuk mengembangkan konsep.
Gambar Lunar Energy konsep RTT (Sumber : Hardisty, 2009)
RTT adalah turbin horizontal sumbu dua arah yang diletakan di sebuah
Venturi duct simetris. The Venturi beroperasi sebagai diffuser dan menciptakan
tekanan rendah di belakang rotor sehingga mempercepat aliran ke saluran. Daya dari
rotor diambil oleh cairan hidrolik tekanan tinggi dan dipercepat ke sebuah turbin
standar dan generator. Lunar Energi menyatakan bahwa RTT2000 menghasilkan
output 2 MW dengan kecepatan aliran pasang surut 3,0 m/s yang melalui rotor dengan
diameter 32 m dan berat 2.500 ton.
Awalnya, Lunar Energi telah menyelesaikan model matematika dan simulasi
komputasi fluida dinamis (CFD) dan 1/20 skala pengujian tangki derek. Kerja CFD
dan pengujian tangki dikatakan telah menunjukkan efisiensi turbin lebih dari 49%,
dengan efisiensi keseluruhan sekitar 40%. Biaya modal awal dari RTT2000
diperkirakan oleh Lunar Energy sekitar £ 1,6 – 2,0 juta, namun diharapkan dapat
berkurang dengan Learning by Doing (LBD) dan pengurangan skala biaya yang lebih
besar (LSCR). Biaya pemeliharaan akan tergantung pada penggalian “cassette” dari
pusat unit ke permukaan yang mengandung rotor dan semua bergerak dengan
komponen listrik.
Gambar Lunar Energy Turbine (Sumber : Hardisty, 2009)
Rotor terhubung melalui 90 : 1 gear box ke brushless, tiga fase, empat pole
generator. Tim pengembangan mengukur efisiensi perangkat keseluruhan yaitu 23%
sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Persamaan (2.8) :
e = PE
PH (2.8)
Pada Gambar (2.20) menunjukkan hasil untuk koefisien lift yang dihasilkan
oleh bagian aerofoil yang berbeda dalam uji laboratorium di berbagai sudut datang.
3.2 Saran
Dengan wilayah perairan yang luas, saran penulis untuk pemerintah agar
melihat prospek kedepannya seperti sosialisasi, dan pembiayaan riset untuk
mengembangkan energi laut ini karena memiliki potensi energi yang sangat besar.
DAFTAR PUSTAKA
Adcock, A.A.T. 2015. Predictability and Temporal Variation of Tidal Stream
Power, Oxford Tidal Energy Workshop 23-24 March 2015, Oxford,
UK.
Aziz, A. 2010. Studi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Arus laut di selat
Alas Kabupaten Lombok, NTB. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Jurusan Teknik Elektro.
Hadi, S. 2014. Energi Listrik Alternatif Berbasis Arus Laut Indonesia. “Triton
Magz” edisi 2014 (Majalah Himpunan Mahasiswa Oseanografi ITB).
Hardisty, J. 2012. The Tidal Stream Power Curve: A Case Study, Energy and
Power Engineering, 2012, 4, 132-136
Shapiro, G.I. 2011. Effect of Tidal Stream Power Generation on the Region-Wide
Circulation in a Shallow Sea. Ocean Sci., 7, 165-174, 2011.
Surinati, D. 2007. Pasang Surut dan Energinya. Oseana, Volume XXXII, Nomor
1, Tahun 2007: 15-22 (ISSN: 0216-1877).
https://media.neliti.com/media/publications/171553-ID-none.pdf
http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/jurnalwave/article/download/3070/pdf
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/berkala_fisika/article/download/9668/7744
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jis/article/download/240/337
https://id.wikipedia.org/wiki/Arus_air_laut
https://id.scribd.com/ http://academia.edu/