Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

Pembangkit Listrik Energi Laut/Samudra

(Metode Gelombang/Ombak Dan Arus Laut)

Al Azmi
1920305003
Dosen Pengampu :

Syahrizal,S.T.,M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

POLITEKNIK CALTEX RIAU

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang Pembangkit Listrik
Energi Laut/Samudra (Metode Gelombang Dan Arus Laut) ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Energi Baru dan Terbarukan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Syahrizal, S.T., M.T. selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 19 Januari
2022

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang mempunyai lautan yang cukup luas.
Posisinya cukup strategis, yaitu terletak di kawasan khatulistiwa yang terletak di
antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dan dua
benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Laut Indonesia yang semula
(versi Wawasan Nusantara) seluas ±3.166.000 km 2 menjadi ±6.000.000 km2
menurut versi ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sedangkan luas seluruh laut yang
ada di bumi ±361.000.000 km2 (Wibisono, 2005 dalam Surinati, 2007).
Beberapa wilayah pesisir di Indonesia yang memiliki wilayah estuaria
cukup luas, yaitu di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Irian Jaya (Supriadi, 2001
dalam Surinati, 2007). Krisis energi telah melanda dunia hingga akhir tahun
1990an, hal ini karena kebutuhan akan bahan energi primer dunia adalah 85%
disuplai oleh bahan bakar fosil, yakni minyak bumi 40%, batu bara 25% dan gas
bumi 20% (Pramudji, 2002 dalam Surinati, 2007).
Menurut Hadi (2014), Indonesia memiliki arus dan gelombang laut yang
sangat potensial untuk dikembangkan. Potensi ini tersebar di berbagai area.
Untuk energi gelombang, bagian selatan Jawa dan bagian barat Sumatera
merupakan tempat potensi gelombang yang cukup besar untuk dikembangkan,
karena wilayahnya yang langsung menghadap ke laut lepas, yaitu Samudera
Hindia. Untuk energi dari elevasi pasang surut, daerah paling potensial terdapat
di Malaka dan Digual. Sedangkan untuk pembangkit dari potensi suhu dan lebih
dikenal sebagai Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), Indonesia
berpotensi di daerah perairan Bali, Sulawesi hingga perairan Papua. Hal ini
terjadi karena Indonesia bagian barat memiliki lautan yang dangkal sehingga
perbedaan suhunya tidak cukup signifikan, berbeda dengan perairan di daerah
timur Indonesia yang kedalamannya cukup besar. Sementara potensi angin
pesisir tersebar di daerah selatan Jawa dan Nusa Tenggara Barat.

2
Prof. Safwan Hadi, Ph.D (2014) juga berpendapat bahwa, selat-selat
tersebut berpotensi menghasilkan energi arus karena intensitasnya yang relatif
besar, serta didukung oleh ketersediaan air laut yang luas dibandingkan negara
lain. Sebut saja Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makassar, Selat Lombok dan
perairan sekitar Kepulauan Lesser Sunda. Selat-selat tersebut memiliki nilai
rapat daya yang cukup besar, yaitu berkisar antara 0,06 – 64 kW per meter
kubik. Oleh karena itu, tugas akhir ini meneliti pemanfaatan energi arus laut di
kawasan pesisir pulau Sumatera yang memiliki kecepatan arus laut signifikan.
Selain itu, tugas akhir ini menganalisa kriteria kelayakan sebuah pembangkit
listrik tenaga arus laut agar usulan proyek tersebut dapat dilaksanakan dan
kinerjanya sesuai dengan yang direncanakan.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa pengertian energi gelombang laut?
2. Bagaimana cara kerja pembangkit listrik energi gelombang laut?
3. Bagaimana berkaitan dengan aspek besar daya yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik dengan cara memanfaatkan energi arus laut dan
mekanisme fisik pemanfaatan arus laut agar dapat dijadikan sumber
energi untuk menghasilkan listrik?

1.3 Tujuan
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pengertian energi gelombang laut?


2. Untuk mengetahui cara kerja pembangkit listrik energi gelombang laut?
3. Mengetahui besar daya yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga arus laut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Energi gelombang laut

2.1.1 Pengertian energi gelombang laut


Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi
akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2
titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda
di kedua titik tersebut. Mengingat sifat tersebut maka energi gelombang laut dapat
dikategorikan sebagai energi terbarukan.

Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang


memiliki ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum . Pada selang
waktu tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut
berbeda-beda, bahkan ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama
jika diukur pada hari yang berbeda. Meskipun demikian secara statistik dapat
ditentukan ketinggian signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.

Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung
dari data jumlah gelombang laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka
dapat diketahui potensi energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi
energi gelombang laut pada satu titik pengamatan dalam satuan kw per meter
berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu
yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut.

2.1.2 Teknik konversi energi gelombang laut menjadi energi listrik

Gelombang laut dihasilkan oleh angin yang bertiup di permukaan laut.


Sesungguhnya gelombang laut merupakan sumber energi yang cukup besar,
namun, untuk memanfaatkan energi yang terkandungnya tidaklah mudah, terlebih
lagi mengubahnya menjadi listrik dalam jumlah yang memadai. Inilah sebabnya
jumlah pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang ada di dunia sangat sedikit.
Salah satu metode yang efektif untuk memanfaatkan energi gelombang
laut adalah dengan membalik cara kerja alat pembuat gelombang laut yang biasa
terdapat di kolam renang. Pada kolam renang dengan ombak buatan, udara
ditiupkan keluar masuk sebuah ruang di tepi kolam yang mendorong air sehingga
bergoyang naik turun menjadi ombak.

Gambar 1 Skema Oscilating Water Column

Pada sebuah pembangkit listrik bertenaga ombak (PLTO), aliran masuk


dan keluarnya ombak ke dalam ruangan khusus menyebabkan terdorongnya udara
keluar dan masuk melalui sebuah saluran di atas ruang tersebut (pada gambar 1).
Jika di ujung saluran diletakkan sebuah turbin, maka aliran udara yang keluar
masuk tersebut akan memutar turbin yang menggerakkan generator. Masalah
dengan desain ini ialah aliran keluar masuk udara dapat menimbulkan kebisingan,
akan tetapi, karena aliran ombak pun sudah cukup bising umumnya ini tidak
menjadi masalah besar.

Setelah selesai dibangun, energi ombak dapat diperoleh secara gratis, tidak
butuh bahan bakar, dan tidak pula menghasilkan limbah ataupun polusi. Namun
tantangannya adalah bagaimana membangun alat yang mampu bertahan dalam
kondisi cuaca buruk di laut yang terkadang sangat ganas, tetapi pada saat
bersamaan mampu menghasilkan listrik dalam jumlah yang memadai dari ombak-
ombak kecil (jika hanya dapat menghasilkan listrik ketika terjadi badai besar
maka suplai listriknya kurang dapat diandalkan).

Beberapa perusahaan yang mengembangkan PLTO versi komersial sesuai


dengan metode yang dijelaskan di atas antara lain: Wavegen dari Inggris, dengan
prototipnya yang bernama LIMPET dengan kapasitas 500 kW di pantai barat
Skotlandia, dan Energetech dari Australia yang sedang mengusahakan proposal
proyek PLTO berkapasitas 2 MW di Rhode Island.

Selain metode yang telah dijelaskan, beberapa perusahaan & institusi


lainnya mengembangkan metode yang berbeda untuk memanfaatkan ombak
sebagai penghasil energi listrik:

a) Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang


sekilas terlihat seperti ular mengambang di permukaan laut (dengan
sebutan Pelamis) sebagai penghasil listrik. Setiap tabung memiliki
panjang sekitar 122 meter dan terbagi menjadi empat segmen. Setiap
ombak yang melalui alat ini akan menyebabkan tabung silinder
tersebut bergerak secara vertikal maupun lateral. Gerakan yang
ditimbulkan akan mendorong piston diantara tiap sambungan segmen
yang selanjutnya memompa cairan hidraulik bertekanan melalui
sebuah motor untuk menggerakkan generator listrik. Supaya tidak ikut
terbawa arus, setiap tabung ditahan di dasar laut menggunakan jangkar
khusus.
b) Renewable Energy Holdings; ide mereka untuk menghasilkan listrik
dari tenaga ombak menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut
dekat tepi pantai sedikit mirip dengan Pelamis. Prinsipnya
menggunakan gerakan naik turun dari ombak untuk menggerakkan
piston yang bergerak naik turun pula di dalam sebuah silinder. Gerakan
dari piston tersebut selanjutnya digunakan untuk mendorong air laut
guna memutar turbin.
c) SRI International; konsepnya menggunakan sejenis plastik khusus
bernama elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika
listrik dialirkan melalui elastomer tersebut, elastomer akan meregang
dan terkompresi bergantian. Sebaliknya jika elastomer tersebut
dikompresi atau diregangkan, maka energi listrik pun timbul.
Berdasarkan konsep tersebut idenya ialah menghubungkan sebuah
pelampung dengan elastomer yang terikat di dasar laut. Ketika
pelampung diombang-ambingkan oleh ombak, maka regangan maupun
tahanan yang dialami elastomer akan menghasilkan listrik.
d) BioPower Systems; perusahaan inovatif ini mengembangkan sirip-
ekor-ikan-hiu buatan dan rumput laut mekanik untuk menangkap
energi dari ombak. Idenya bermula dari pemikiran sederhana bahwa
sistem yang berfungsi paling baik di laut tentunya adalah sistem yang
telah ada disana selama beribu-ribu tahun lamanya. Ketika arus ombak
menggoyang sirip ekor mekanik dari samping ke samping sebuah
kotak gir akan mengubah gerakan osilasi tersebut menjadi gerakan
searah yang menggerakkan sebuah generator magnetik. Rumput laut
mekaniknya pun bekerja dengan cara yang sama, yaitu dengan
menangkap arus ombak di permukaan laut dan menggunakan generator
yang serupa untuk merubah pergerakan laut menjadi listrik.

Gambar 2 Berbagai Desain Inovatif Dari Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak

Gambar kiri (1) :Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power
DelivProyek komersial pertama dengan kapasitas 2,25
MW telah dibangun di tengah laut 4,8 km dari tepi
pantai Portugal.
Gambar tengah (2) : Rumput laut mekanik yang disebut juga Biowave.
Gambar kanan (3) : Sirip ekor ikan hiu buatan yang disebut Biostream.

Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu :

1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional


pelambung.

2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik


dibangkitkan dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa
silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan
keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan
turbin.

3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau
kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal
yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang,
membawanya ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang
mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk
membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar
hydropower.

2.1.3 Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Ombak Menurut Lokasinya


1. Kategori lepas pantai (off-shore)
Kategori lepas pantai (off-shore) dirancang pada kedalaman sekitar
40 meter dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck
yang diciptakan Stephen Salter (Scotish) yang memanfaatkan pergerakan
gelombang untuk memompa energi. Sistem ini memanfaatkan gerakan
relatif antara bagian/pembungkus luar (external hull) dan bandul
didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi listrik. Peralatan
yang digunakan yaitu pipa penyambung ke pengapung di permukaan yang
mengikuti gerakan gelombang. Naik turunnya pengapung berpengaruh
pada pipa penghubung selanjutnya menggerakan rotasi turbin bawah laut.
Di Amerika Serikat, telah ada perusahan yang mengembangkan
untaian buoy pelampung plastik yang mendukung penghasil listrik
ini. Setiap Buoy pelampung bisa menghasilkan 20 kW listrik dan saat ini
telah dikembangkan untuk mengisi ulang energi (recharge) bagi robot
selam angkatan laut AS dan digunakan bagi komunitas kecil. Cara lain
untuk menangkap energi gelombang lepas pantai adalah dengan
membangun tempat khusus seperti sistem tabung Matsuda, metodenya
adalah memanfaatkan gerak gelombang yang masuk di dalam ruang bawah
dalam pelampung dan sehingga timbul gerakan perpindahan udara ke
bagian atas pelampung. Gerakan perpindahan udara ini menggerakkan
turbin. Pusat Teknologi Kelautan Jepang telah mengembangkan prototype
jenis ini yang disebut ‘Mighty Whale’ berupa peralatan penangkap
gelombang yang di tempatkan di dasar laut (anchored) dan dikontol dari
pantai untuk kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil.

2. Katogori sekitar pantai (On-shore)


Sistem on-shore mengkonversi gelombang pantai untuk
menghasilkan energi listrik lewat 3 sistem: channel systems, float systems
dan oscillating water column systems. Prinsipnya energi mekanik yang
tercipta dari sistem-sistem ini secara langsung mengaktifkan generator
dengan mentransfer gelombang pada fluida, air atau udara penggerak yang
kemudian mengaktifkan turbin generator. Pada channel systems
gelombang disalurkan lewat suatu saluran kedalam bangunan penjebak
seperti kolam buatan (lagoon).
Ketika gelombang muncul, gravitasi akan memaksa air melalui
turbin guna membangkitkan energi listrik. Pada float systems yang
mengatur pompa hydrolic berbentuk untaian rakit-rakit dihubungkan
dengan engsel-engsel (Cockerell) bergerak naik turun mengikuti
gelombang. Gerakan relatif menggerakkan pompa hidrolik yang berada di
antara dua rakit. Tabung tegak Kayser juga dapat digunakan dengan
pelampung yang bergerak naik turun didalamnya karena adanya tekanan
air. Gerakan antara pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik
yang diubah menjadi energi listrik. Oscillating water column systems
menggunakan gelombang untuk menekan udara diantara kontainer. Ketika
gelombang masuk ke dalam kolom kontainer berakibat kolom air

terangkat dan jatuh lagi sehingga terjadi perubahan tekanan


udara. Sirkulasi yang terjadi mengaktifkan turbin sebagai hasil perbedaan
tekanan yang ada. Beberapa sistem ini berfungsi juga sebagai tempat
pemecah gelombang ‘breakwater’ seperti di pantai Limpit, Scotlandia
dengan energi listrik yang dihasilkan sebesar 500 kW.
Ada empat teknologi energi gelombang yaitu sistem rakit
Cockerell, tabung tegak Kayser, pelampung Salter, dan tabung Masuda.

a. Sistem rakit Cockerell berbentuk untaian rakit-rakit yang saling


dihubungkan dengan engsel-engsel dan sistem ini bergerak naik
turun mengikuti gelombang laut. Gerakan relatif rakit-rakit
menggerakkan pompa hidrolik yang berada di antara dua rakit.
b. Sistem tabung tegak Kayser menggunakan pelampung yang
bergerak naik turun dalam tabung karena adanya tekanan air.
Gerakan relatif antara pelampung dan tabung menimbulkan
tekanan hidrolik yang dapat diubah menjadi energi listrik.

c. Sistem Pelampung Salter memanfaatkan gerakan relatif antara


bagian pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya
(internal pendulum) untuk diubah menjadi energi listrik
d. sistem tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak
gelombang laut masuk ke dalam ruang bawah dalam pelampung
dan menimbulkan gerakan perpindahan udara di bagian ruangan
atas dalam pelampung. Gerakan perpindahan udara ini dapat
menggerakkan turbin udara.Lokasi potensial untuk membangun
sistem energi gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang
sedang dan di perairan pantai. Energi gelombang bisa
dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera.

2.1.4 Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga


Ombak
1. PLTO metode Osilating Water Column (OWC)

Sebuah tabung beton dipasang pada suatu ketinggian tertentu di


pantai dan ujungnya dipasang dibawah permukaan air laut. Tiap kali ada
ombak yang datang ke pantai, air di dalam tabung beton itu akan
mendorong udara yang terdapat di bagian tabung yang terletak di darat.
Pada saat ombak surut, terjadi gerakan udara yang sebaliknya dalam
tabung tadi. Gerakan udara yang bolak-balik inilah yang dimanfaatkan
untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan sebuah pembangkit
listrik. Sebuah alat khusus dipasang pada turbin itu supaya turbin hanya
berputar satu arah, walaupun arah arus udara dalam tabung beton itu silih
berganti

Gambar 3 PLTO metode OWC

Kolom Air Bergerak kesana kemari ( Owc): Kolom Air yang


bergerak kesana kemari dan diteliti yang dikembangkan dari semua alat
garis pantai. Kolom Air bergerak kesana kemari menggunakan suatu
struktur yang secara parsial menyelam untuk memanfaatkan tenaga
potensial dan kinetik meliputi suatu gelombang samudra. Untuk
membangun OWC yang diperlukan adalah suatu perhatian utama sebab
keseluruhan lokasi harus " kering". Suatu dinding penghalang pada
umumnya dibangun pada atas/sisi samudra area konstruksi. Walaupun alat
ini adalah lebih mudah untuk mengakses dibanding generator lepas pantai
ongkos bangunan suatu dinding penghalang adalah penting. Bagian yang
atas struktur adalah berongga dengan suatu pelabuhan pada bagian
belakang turbine/generator baik ( gambar 4). Dinding Medan meluas ke
dalam air dan perlu untuk secara penuh menyelam terus menerus. Dalam
kaitan dengan keperluan ini fluktuasi yang pasang surut harus
dibandingkan secara relatif kecil kepada ukuran struktur [itu].

Gambar 4 kontruksi PLTO di pesisir

Asumsikan garis yang merah membujuk untuk terus gambar 1


adalah permukaan air diwakili. Jika ini adalah kasus, ketika gelombang
yang datang/berikutnya menyalurkan ke dalam struktur, sebagian dari
airflow akan lepas kebalikan arah gelombang sebab akan tidak ada "
segel" memaksa angkasa sampai pelabuhan pada atas dinding belakang
struktur .
Seperti itu, fluktuasi yang pasang surut harus tidak menetes jatuh di
bawah tepi alas dinding medan dalam rangka memelihara parameter
operasional. Ketika gelombang mendekati, itu menyebabkan udara untuk
memaksa supaya ruang/daerah dan ke luar dari pelabuhan, dekat dinding
belakang. Ketika gelombang mundur arah kebalikan, udara ditarik dari
pelabuhan pada dinding belakang sampai turbin dan ke luar dekat pintu
masuk dinding medan. Turbin baik dengan sendirinya adalah terobosan
yang utama di dalam implementasi OWC , pemanfaatan dua cara
perputaran generator searah. Walaupun OWC mempunyai potensi maha
besar ketika diterapkan dengan energi samudra mempunyai beberapa
kelemahan. Awal ongkos dinding penghalang dan lampiran adalah sangat
tinggi sebab kebanyakan penempatan adalah jalan masuk ke alat berat.
Pada umumnya pantai lokasi sukar untuk diperoleh, tergantung pada
penetapan wilayah. Lagipula lokasi karang ini adalah pantas untuk
penempatan berbagai jenis hidup samudra dan kadang-kadang yang
dilindungi di depan hukum. Seperti tersebut sebelumnya, masalah utama
dengan OWC sedang memanfaatkan bi-directional arus udara itu
menyajikan. Penggunaan suatu Mekanik Turbin menggabungkan dengan
suatu generator induksi adalah bentuk wujud khas dari suatu OWC.

Salah satu permasalahan yang paling besar yang menyertakan


generasi tenaga gelombang adalah fakta keadaan laut yang sederhana
adalah suatu unsur yang sangat bersifat menghancurkan, terutama ketika
dalam hubungan dengan bagian mekanis untuk menentukan jangka waktu.
Ini telah dipecahkan di dalam disain OWC dengan penggunaan udara
dipaksa sebagai ganti seawater untuk memutar generator. Masalah yang
berikutnya ditemui yaitu usaha untuk menggunakan kedua arus udara
yang disajikan oleh OWC. Turbin baik telah dirancang oleh Alan Well
pada tahun 1980. Pumpun primernya adalah untuk kembangkan suatu
turbin yang bisa menerima dua jalan/cara searah yang mengalir hanya
memutar satu arah, dengan mengabaikan arah air atau airflow. Seperti
ditunjukkan gambar 2-b, perancangan mata pisau diri mereka adalah
inovasi turbin baik.

2. Metode Turbin Balik


Salah satu permasalahan yang paling besar yang menyertakan
generasi tenaga gelombang adalah fakta keadaan laut yang sederhana
adalah suatu unsur yang sangat bersifat merusak, terutama ketika dalam
hubungan dengan bagian mekanis untuk menentukan jangka waktu. Ini
telah dipecahkan di dalam disain OWC dengan penggunaan udara dipaksa
sebagai ganti air laut untuk memutar generator. Masalah yang berikutnya
ditemui yaitu usaha untuk menggunakan kedua arus udara yang disajikan
oleh OWC. Turbin baik telah dirancang oleh Alan Well pada tahun 1980.
Rancangannya ialah adalah untuk kembangkan suatu turbin yang bisa
menerima dua jalan/cara searah yang mengalir hanya memutar satu arah,
dengan mengabaikan arah air atau airflow. Seperti ditunjukkan gambar 6,

Mata pisau serupa untuk suatu air foil kalau tidak mereka adalah
simetris tentang poros yang horisontal, yang secara khas air foil adalah
berbentuk lonjong dalam keadaan dan tidak simetris. Suatu air foil hanya
menggunakan dan mengangkat kekuatan, sedang turbin baik
menggunakan itu untuk mengangkat dan untuk memperoleh suatu yang
self-rectifing yang searah perputaran generator. Ketika jarak pindah ke hal
positif atau hal negatif yang arah mata pisau berputar ke arah yang sama (
gambar 5).

Gambar 5. Gambar 6

Kelemahan pada jenis ini adalah kerugian aerodinamika yang terjadi.


Kebanyakan turbin beroperasi pada 85% dan di atas untuk efisiensi tetapi
turbin balik hanya beroperasi pada 80% efisiensi . ketika ukuran ombak
adalah yang terlalu kecil turbin benar-benar melepaskan tenaga generator
untuk tinggal pada beroperasi kecepatan. Selama kondisi-kondisi badai
ketika angka percepatan menjadi ekstrim dan pergolakan kembangkan di
sekitar mata pisau dan efisiensi berkurang secara drastis.
3. TAPCHAN
TAPCHAN adalah suatu singkatan untuk saluran yang
diruncingkan dan telah dirancang dan diterapkan oleh peneliti Norwegia
pada tahun 1985 . Lokasi yang menghadap samudra dan dikelilingi oleh
dinding beton tinggi adalah suatu bentuk setengah bola pada sisi masing-
masing ( gambar 3 ). Air masuk kepada struktur adalah suatu nilai/kelas
sedikit [sebagai/ketika] didekati dari pantai dengan suatu reservoir pada
sisi yang jauh. Saluran yang sangat lebar/luas terdekat ke laut dan
meruncingkan bagi suatu lebar lebih kecil ketika mendekati reservoir.

2.1.5 Potensi Daya


Untuk memprediksi daya yang dapat dibangkitkan di pantai dilakukan
dengan memanfaatkan data angin. Angin yang bertiup dipermukaan laut
merupakan faktor utama penyebab timbulnya gelombang laut. Angin yang
berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air.
Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar
gelombang yang terbentuk. Menurut teori Sverdrup, Munk dan Bretchneider
(SMB) kecepatan angin minimum yang dapat membangkitkan gelombang
adalah sekitar 10 knot atau setara dengan 5 m/det. Untuk mengkonversi
tinggi dan perioda gelombang digunakan persamaan gelombang untuk
perairan dangkal (CERC,1984). Persamaan yang digunakan adalah
Dimana:
F : panjang fetch
UA : Faktor stres angin
G : percepatan gravitasi

Sedangkan Daya yang dapat dibangkitkan dari energi gelombang dihitung dengan
menggunakan persamaan daya gelombang, yaitu:

P = 0. 55 H2S Tz kW/m

Dimana:

P : Daya (kW/m panjang gelombang)


H : Tinggi gelombang (m)
S : perioda (detik)
Tz : Zero Crossing Period

2.1.6 Kelebihan dan kekurangan pembangkit listrik energi ombak


Kelebihannya antara lain:

 Energi bisa diperoleh secara gratis.


 Tidak butuh bahan bakar.
 Tidak menghasilkan limbah.
 Mudah dioperasikan dan biaya perawatan rendah.
 Dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang memadai.
 Sumber energi yang dapat diperbaharui.
 Biaya tidak mahal
Kekurangan:

 Bergantung pada ombak; kadang dapat energi, kadang tidak.


 Perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana ombaknya kuat dan muncul
 Alatnya harus kokoh sehingga tahan terhadap kondisi cuaca buruk
2.2 Teori Pasang Surut
Pasang surut adalah gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda
angkasa lainnya yang disebabkan gaya gravitasi benda angkasa dari luar materi itu
berada sehingga terjadi peristiwa naik turun permukaan air laut disertai gerakan
horizontal massa air. Faktor-faktor non Astronomis yang mempengaruhi tinggi
gelombang pasang surut adalah kedalaman perairan dan keadaan meteorologi serta
faktor hidrogafis lainnya. Pasang surut tidak hanya fenomena naik turunnya air laut
secara vertikal tetapi juga merupakan fenomena gerakan air laut secara horizontal
(Haryono.dkk, 2007 dalam Sangari, 2014).
Pasang surut laut dapat didefinisikan pula sebagai gelombang yang
dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi, matahari dan bulan. Puncak
gelombang disebut pasang tinggi (High Water/HW) dan lembah gelombang disebut
surut/pasang rendah (Low Water/LW). Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang rendah rentang pasang surut atau tenggang pasang surut (tidal range) yang
bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan meter. Periode pasang surut adalah
waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang
berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24
jam 50 menit (Setiawan, 2006 dalam Surinati, 2007).
Menurut Wibisono (2005) dalam Surinati (2007), sebenarnya hanya ada tiga
tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya yaitu
sebagai berikut :
- Pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type) : yakni bila dalam waktu 24 jam
terdapat 1 kali pasang dan 1 kali surut.
- Pasang surut tipe tengah harian/harian ganda (semi diurnal type) : yakni bila dalam
waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang dan 2 kali surut.
- Pasang surut tipe campuran (mixed tides) : yakni bila dalam waktu 24 jam terdapat
bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau condong ke tipe harian
ganda.
Gambar berikut ini merupakan skema pasang surut purnama (spring tides)
dan perbani (neap tide).

Gambar Skema pasang surut purnama (spring tides) dan perbani (neap tides)
(Sumber : https://rovicky.wordpress.com)

Pasang surut purnama (spring tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang
sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi
pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika
bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi
pada saat bulan seperempat dan tiga perempat.
Nontji (2005) dalam Surinati (2007) mengatakan bahwa pengetahuan
mengenai pasang surut sangat diperlukan dalam pembangunan pelabuhan, bangunan
di pantai dan lepas pantai serta dalam hal lain seperti pengelolaan dan budidaya di
wilayah pesisir, pelayaran, peringatan dini terhadap bencana banjir air pasang, pola
umum gerakan massa air dan sebagainya. Namun, yang paling penting dari pasang
surut adalah energinya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik.

2.2.1 Bilangan Formzahl


Untuk menentukan bilangan Formzahl, digunakan Persamaan (2.1) berikut
(Ilahude, 1999; Siswanto, 2007 dalam http://laboseanografi.mipa.unsri.ac.id) :
AO,+AK,
N f = AM,+AS, (2.1)

dimana :
AO, = amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan (m)
AK, = amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan dan matahari (m)
AM, = amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan (m)
AS, = amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik matahari (m)

Tabel 2.1. Pengelompokkan tipe pasang surut (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005
dalam Sutirto dan Trisnoyuwono, 2014)
Nilai Tipe Pasang Surut Fenomena
2x pasang dalam sehari dengan
0 < Nf < 0,25 Harian Ganda Murni
tinggi yang relatif sama.
2x pasang sehari dan memiliki
0,25 < Nf < 1,5 Campuran Ganda
perbedaan tinggi serta interval.
1x atau 2x pasang sehari
1,5 < Nf < 3 Campuran Tunggal
dengan interval berbeda.
1x pasang sehari dan saat
Nf > 3 Tunggal Murni
spring terjadi 2x pasang sehari.

2.2.1 Prinsip Dasar Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut


Teknologi Marine Current Turbine (Gambar 2.2) bekerja seperti pembangkit
listrik tenaga angin yang dibenamkan dibawah laut. Kincir memutar rotor yang
menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah kotak gir (gear box). Kincir
tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang horizontal dari sebuah
barang silinder yang diborkan ke dasar laut. Turbin tersebut akan menghasilkan 750 –
1.500 kW per unitnya dan dapat disusun dalam barisan-barisan sehingga menjadi
ladang pembangkit listrik. Demi menjaga agar ikan dan makhluk hidup lainnya tidak
terluka oleh alat ini, kecepatan rotor diatur 10 – 20 rpm (sebagai perbandingan saja,
kecepatan baling-baling kapal laut berkisar hingga sepuluh kalinya) (Aziz, 2010).

Gambar Teknologi Marine Current Turbine


(Sumber : http://www.bloomberg.com)

Daya keluaran dari pembangkit listrik arus laut dapat diperoleh melalui
Persamaan (2.2) berikut :

P = 0,5 * 𝜌 * A * V3 (2.2)

dimana :
P = daya output (watt)
p = berat jenis air = 1.025 kg/m3
A = luas permukaan turbin (m2)
V = kecepatan (m/s)
Dengan mempertimbangkan bahwa pembangkit energi arus laut memiliki
losses di turbin, maka daya keluaran pembangkit menjadi Persamaan (2.3) :

P = Cp * 0,5 * p * A * V3 (2.3)

dimana :
Cp = konstanta performa turbin

Menurut Daud (2006) dalam Surinati (2007), teknologi ini berfungsi sangat
baik pada arus pantai yang bergerak sekitar 3,6 dan 4,9 knot (4 dan 5,5 km/jam). Pada
kecepatan ini, turbin arus berdiameter 15 meter dapat menghasilkan energi sama
dengan turbin angin yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin arus pasang surut
ini tentunya dekat dengan pantai pada kedalaman antara 20 – 30 meter. Energi listrik
yang dihasilkan menurut perusahaan Marine Current Turbine Inggris adalah lebih
besar dari 10 MW per 1 km2 dan 42 lokasi yang berpotensi di Inggris telah
teridentifikasi perusahaan ini. Lokasi ideal lainnya yang dapat dikembangkan terdapat
di Filipina, Cina dan tentunya Indonesia.
Gambar (2.3) di bawah ini merupakan gambar komponen-komponen Marine
Current Turbine.

Gambar Komponen-komponen Marine Current Turbine


(Sumber : http://www.news.bbc.co.uk.com)
Pembangkit listrik tenaga arus laut memiliki beberapa komponen penting
antara lain :

 Rotor berfungsi untuk mengkonversikan energi kinetik. Terdapat dua jenis


rotor (daun turbin) yang biasa digunakan, yaitu jenis rotor yang mirip dengan
kincir angin atau cross flow rotor dan rotor Daarieus
 Generator dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Generator yang
digunakan oleh pembangkit arus laut dengan teknologi MCT adalah generator
asinkron.
 Gear box berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada turbin energi arus
laut menjadi putaran tinggi agar dapat digunakan untuk memutar generator.
 Sistem pengereman digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gear
box agar bekerja pada titik aman saat terdapat arus yang besar. Alat ini perlu
dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya.

 Rectifier inverter untuk mengatasi naik turunnya keluaran listrik dari generator
karena naik turunnya putaran turbin maka listrik yang dihasilkan oleh
generator harus disalurkan terlebih dahulu ke sistem rectifier inventer agar
keluaran tegangan dan frekuensi listriknya sama dengan listrik yang dihasilkan
PLN.

2.2.3. Konversi Arus Laut


Jenis turbin yang digunakan untuk pembangkit arus laut secara garis besar
terbagi atas 2 bagian :

Vertical Axis Turbine

Turbin aksis vertikal (Gambar 2.4) dirancang tegak lurus dengan arah arus
laut. Pada turbin aksis vertikal memiliki efisiensi yang lebih besar, tetapi tidak stabil
dan getaran yang dihasilkan lebih tinggi. Keuntungan yang lain adalah ukuran blade
pada turbin jenis VAT dapat ditingkatkan tanpa adanya batasan seperti pada turbin
jenis
HAT. Kerugian dari turbin jenis VAT adalah memiliki sifat self start yaitu kekuatan suatu
turbin untuk memulai berputar.

Gambar Turbin aksis vertikal (Sumber : Hardisty, 2009)

Horizontal Axis Turbine


Pada turbin aksis horizontal (Gambar 2.5) dimana bilah turbin dirancang
berlawanan arah dengan arah arus laut, karena kecepatan arus dan arah arus maka
bilah turbin berputar. Konversi energi terjadi kecepatan dan arus air laut menjadi
putaran turbin yang digunakan untuk memutar turbin. Hal ini juga dipengaruhi oleh
perubahan beban-beban gaya, kedalaman dan kemungkinan terjadinya kavitasi.
Gambar 2.5. Turbin aksis Horizontal (Sumber : Hardisty, 2009)

Berdasarkan pertimbangan itu juga, turbin aksis vertikal memiliki torsi yang
kecil pada saat start dikarenakan adanya tahanan dari bilah turbin yang berseberangan
dari bilah turbin yang mendapatkan gaya. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut,
turbin jenis ini memerlukan motor untuk start. Sebaliknya, turbin aksis horizontal
tidak membutuhkan motor penggerak awal karena tidak ada tahanan saat turbin mulai
berputar. Karena turbin aksis horizontal harus dapat mengikuti perubahan arah dan
perubahan inklinasi arus. Alat yang dibutuhkan oleh turbin ini memiliki desain yang
kompleks dan biaya yang tinggi dan beberapa penyesuaian agar dapat beroperasi dan
bertahan di dalam laut. Dari pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa turbin aksis
vertikal sangat cocok untuk tempat yang arus lautnya cepat dan sering berubah. Dan
turbin aksis horizontal cocok untuk tempat yang arus laut stabil dan mudah diprediksi.
2.2.4 Jenis Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
Marine Current Turbines
Teknologi Sea Gen yang dikembangkan oleh MCT terdiri dari rotor aliran
aksial kembar dengan diameter 15 – 20 m, berputar dengan kecepatan 10 – 15 rpm,
masing-masing memutar generator melalui gear box seperti turbin pembangkit listrik
tenaga air atau turbin angin. Masing-masing rotor aliran ini dipasang di sisi sayap
mono pile baja berbentuk tabung 3 m dengan diameter yang diatur ke dalam lubang
dan dibor ke dasar laut. Teknologi untuk menempatkan mono pile di laut
dikembangkan dengan baik oleh Seacore Ltd, sebuah perusahaan rekayasa lepas
pantai yang bekerja sama dengan MCT dalam pekerjaan ini. Situs MCT mengklaim
bahwa, fitur unik yang dipatenkan dari teknologi ini yaitu turbin dan unit daya yang
menyertainya dapat diangkat ke atas permukaan laut untuk memungkinkan akses
pemeliharaannya.
Tahap pertama proyek ini disebut sea flow dan involved the design, konstruksi,
instalasi dan pengujian 300 kW single yang memiliki diameter rotor 11 meter di
Lynmouth, Devon, UK. Pengujian ini berhasil diinstal Mei 2003 dan menggunakan
beban dump sebagai pengganti koneksi jaringan. Biaya dalam fase ini berkisar £3,4
juta dan secara finansial didukung oleh mitra bersama antara Inggris DTI, Komisi
Eropa dan pemerintah Jerman.
Tahap kedua disebut Sea Gen dan involves the design, instalasi dan pengujian,
penghubung jaringan dan sistem twin rotor 1,2 MW. Fase ini membutuhkan biaya
sekitar £8,5 juta termasuk koneksi jaringan dan secara finansial didukung oleh mitra
operasi dan Inggris DTI (UK BERR) yang telah mendapat hibah dari £4,27 juta. Situs
MCT mengklaim bahwa perangkat prototipe memiliki kapasitas terpasang 300 kW,
dengan pitch control blades 11 m. Perhitungan sederhana telah digunakan untuk
menguji Persamaan (2.4) berikut untuk output daya keseluruhan (Pe) dari perangkat
ini :

Pe = 2
*e* *R2*U3 (2.4)

Untuk efisiensi 20% dan kecepatan arus rata-rata 2,0 m/s, perangkat MCT
berdiameter 11 meter akan memberikan daya listrik sebesar 305 kW. Angka-angka ini
umumnya mendukung data MCT (Gambar 2.6).

Gambar Marine Current Turbine Sea Gen twin impellor device


(Sumber : Hardisty, 2009)

Neptune Renewable Energy


Turbin vertikal pasang surut Proteus Mark NP1000 dikembangkan oleh
Neptune Renewable Energy Ltd dan diuji oleh Universitas Hull. Desain Mark I
memiliki tinggi 5,00 m, 5,00 m diameter, dua belas bilah, sumbu vertikal, cross flow
rotor di pusat simetris, panjang 22 m x lebar saluran diffuser 14 m. Perangkat
dibangun pada skala 1/10 dan diuji di Sungai Hull saat air pasang (Gambar 2.7).
Analisis CFD kemudian digunakan untuk mengoptimalkan rotor dan desain saluran
seperti yang ditunjukkan pada Gambar (2.7) :

Gambar (Kiri dan Tengah) The Neptune Proteus Mark I pada skala 1/10 dan
(Kanan) pengujian di Sungai Hull saat air pasang (Sumber : Hardisty, 2009)

Dalam versi Mark II, rotor didesain ulang dan sudut saluran berkurang 7°
untuk mencegah pemisahan lapisan batas. Pelat deflektor tunggal digantikan oleh dua
set three vertical shutters untuk mengarahkan aliran di dekat sudut optimal dari 16°
ke rotor. Perangkat Mark III (Gambar 2.9) mengalami peningkatan rotor dan desain
saluran serta pemanfaatan pemisahan ruang apung dibandingkan penggunaan steel
hulls pada versi sebelumnya (Gambar 2.8).
Gambar CFD simulasi kecepatan rotor pada Neptunus Proteus Mark I dan Mark II
(Sumber : Hardisty, 2009)

Komputasi dinamika fluida digunakan untuk mengoptimalkan desain rotor dan


orientasinya untuk meningkatkan elemen cross flow yang menyediakan positive
torque baik saat masuk dan keluar rotor. Seluruh perangkat ini diangkur depan
belakang dan berfungsi secara efisien di saat banjir dan pasang surut. Sistem kontrol
memvariasikan shutter angle dan beban listrik untuk mempertahankan rasio
kecepatan puncak sekitar 0,35 untuk efisiensi maksimum.
Proteus adalah biaya rekayasa untuk mesoscale, produksi energi muara dan
dirancang untuk menghasilkan listrik di kedua capital cost dan biaya operasi yang
signifikan kurang dari pembangkit listrik tenaga arus laut lain dan kompetitif dengan
onshore wind.

PH = p * A0 * U3 (2.5)
2 0

JVA = 0,5 * N′ * CD * e3 * RF (2.6)


HY R

PSVA = Jp * A * TSR * U3 * (1 − TSR)2 (2.7)

Dengan demikian, Persamaan (2.5) memberikan PH = 1.350 kW untuk Ao


dari 15 × 6,5 = 100 m2 dan U = 3 m/s. Persamaan (2.6) memberikan J = 10 untuk N‟=
8, 𝐶𝐷 = 2,3, 𝑒𝐻F = 1, dan 𝑅𝐹 / R = 1. Persamaan (2.7) kemudian memberikan PS =
452 kW untuk = 1.026, U = 3,0 dan A = 12 m 2 dan untuk 𝑇𝑆𝑅 optimal = 0,35. Jelas,
perangkat ini secara teoritis dan komersial beroperasi pada efisiensi keseluruhan
452/1.300 atau sekitar 35% dari perangkat. Suatu harapan untuk menghasilkan 1.000
MWh/tahun di puncak musim semi pada sungai dengan pasang surut sekitar 3,0 m.

Gambar Neptune Proteus Mark III konsep cross flow rotor (Sumber
: Hardisty, 2009)

Gambar Susunan dampak visual yang rendah dari 5 MW


(10.000 MWh/tahun) (Sumber : Hardisty, 2009 )

Clean Current
Generator turbin pasang surut Clean Current (Gambar 2.11 dan 2.12) adalah
turbin dua arah, ducted, turbin aksis horisontal dengan direct drive, variasi kecepatan
dan generator magnet permanen.
Turbin Clean Current mengklaim bahwa desain ini memberikan air yang deras
untuk pengefisiensian kawat, peningkatan yang signifikan atas persaingan teknologi
energi pasang surut. Desain Turbin Clean Current sangat sederhana yang hanya
perakitan rotor dan pergerakan pisau, magnet untuk generator tertanam dalam pisau,
dan gulungan di casing stasioner. Ini adalah konsep dasar seperti yang digunakan
oleh turbin Open Hydro dan akan dijelaskan di bawah. Clean Current mengklaim saat
itu generator turbin memiliki umur desain 10 tahun (perbaikan besar-besaran setiap 10
tahun) dan service life 25 – 30 tahun.
Detail desain dari konsep Clean Current European Patent EP 1 430 220 B1
dimana cakram rotor dan generator disesuaikan untuk dihapus sebagai unit modular
sehingga pemeliharaan dan penggantian mudah dilakukan.

Gambar Turbin Clean Current sumbu horizontal


(Sumber : Hardisty, 2009)

Perhitungan sederhana telah digunakan untuk menguji Clean Current dengan


diameter pisau 20 m dan kecepatan 3,0 m/s akan memberikan daya listrik sebesar 2,2
MW. Pada kecepatan 3,5 m/s akan memberikan daya listrik sebesar 3,5 MW.
Persamaan (2.4) menunjukkan bahwa daya output yang dihasilkan (Pe) dari perangkat
melingkar ini adalah :
Pe = p * e * 𝜋 * R2 * U3 (2.4)
2

Sehingga, dengan efisiensi 40% dan diameter 20 m akan menghasilkan daya


listrik 1,7 MW pada kecepatan 3,0 m/s dan akan menghasilkan daya listrik 2,7 MW
pada kecepatan 3,5 m/s. Angka-angka ini secara signifikan kurang dari apa yang
diklaim Clean Current. Atau, daya output Clean Current akan membutuhkan efisiensi
sekitar 52% yang harus tercapai. Jika angka Clean Energy sudah benar, dimungkinkan
adanya output tambahan karena efek dari ducting yang meningkatkan area
penangkapan sekitar 50%.

Gambar Clean Current Turbine (Sumber : Hardisty, 2009)

Open Hydro
Turbin Open Hydro (Gambar 2.13) adalah salah satu contoh dari ide
sederhana yang membuktikan dirinya menjadi salah satu solusi yang paling efektif
untuk masalah ini. Meskipun perusahaan berencana untuk membangun perangkat
yang lebih besar, prototipe yang dipasang di European Marine Energy Centre
(EMEC) tampaknya memiliki diameter sekitar 6,0 m sehingga power rating (untuk
efisiensi 40% dengan kecepatan aliran 3 m/s) adalah 50 kW.
Perangkat ini berbentuk saluran yang meningkatkan efisiensi hidrodinamik
rotor. Saluran rumah stator menuju ke rotor dan tertutup didalam generator magnet
permanen. Pusat terbuka meningkatkan efisiensi rotor serta memberikan jalan keluar
bagi kehidupan makhluk hidup laut. Situs Open Hydro menjelaskan asal-usul dari
perusahaan dan teknologinya berikut : Open Hydro dibentuk pada tahun 2004 setelah
adanya negosiasi untuk pembelian hak teknologi dunia dengan Teknologi Open
Centre (oleh Irish Consortium). Teknologi ini telah dikembangkan oleh Irish
American, Herbert Williams, di Amerika Serikat selama 8 tahun yang lalu.

Gambar Open Hydro Turbine (Sumber : Hardisty, 2009)

Gorlov Helical Turbine


Gorlov Helical Turbine adalah turbin cross flow dengan pisau berbahan aero
foil seperti yang ditunjukkan pada Gambar (2.14). Perangkat ini menyediakan
reaction thrust yang dapat memutar pisau dua kali lebih cepat dalam aliran air.
Gorlov Helical Turbine memiliki diameter 1,0 m, panjang 2,5 m dan memiliki output
1,5 kW pada kecepatan aliran sebesar 1,5 m/s, naik ke 180 kW pada kecepatan aliran
sebesar 7,72 m/s, dengan efisiensi keseluruhan sekitar 30%.
Kita dapat memeriksa bahwa dengan potensi persamaan tenaga hidrolik cross
flow (Persamaan 2.5) yang menyatakan bahwa :

p
Pe = 2
*e*A*U3 (2.5)
Dengan A = 2,5 m2, e = 0,3 dan U = 1,5 dan 7,72 m/dtk menunjukkan output
1,2 kW dan 173 kW masing-masingnya dan mirip dengan angka yang diberikan di
atas. Namun, tidak jelas di perairan mana yang memiliki kecepatan arus 7,72 m/dtk.

Gambar Gorlov Helical Turbine (Sumber : Hardisty, 2009)

Hammerfest Strom
Hammerfest Strom menggunakan teknologi kincir air, untuk mengubah energi
kinetik dalam gelombang pasang surut untuk menghasilkan tenaga listrik. Turbin arus
pasang surut (Gambar 2.15) memiliki diameter baling-baling pisau 15 – 16 m,
dipasang pada sebuah tiang pedal gravitasi dan ditempatkan di dasar laut. Arus
mendorong baling-baling dengan sudu-sudu secara otomatis disesuaikan dengan
penyesuaian yang sudah diatur. Setiap baling-baling ini digabungkan ke generator
listrik yang diberi tenaga melalui kabel penopang menuju trafo lalu kemudian ke
jaringan listrik. Prototipe ini telah diuji coba di dasar laut di Kvalsund di Norwegia
dari awal tahun 2003.
Situs Hammerfest Strom mengklaim bahwa perangkat prototipenya memiliki
kapasitas 300 kW dan menghasilkan 700 MWh per tahun ke jaringan listrik yang
dikendalikan dengan pisau berdiameter 10 m. Dengan demikian, output daya rata-rata
adalah 700.000/8.760 = 80 kW. Perhitungan sederhana telah digunakan untuk
menguji angka-angka ini menggunakan Persamaan (2.4) untuk output daya
keseluruhan (Pe) dari perangkat ini :
Pe = 2p*e* *R2*U3 (2.4)

Untuk efisiensi 40%, kecepatan arus rata-rata 1,0 m/s dan diameter baling-
baling 10 m, perangkat ini dapat menghasilkan daya listrik sebesar 88 kW. Angka-
angka tersebut umumnya mendukung Hammerfest Strom ini.

Gambar Hammerfest Strom (Sumber : Hardisty, 2009)

Lunar Energy
Turbin arus Lunar Energy Rotech (Gambar 2.16 dan 2.17) didasarkan pada
konsep Rotech Engineering, yang telah digunakan diseluruh dunia, dalam lisensi
miliknya. Sebuah tim kolaborator berpengalaman telah ditarik bersama-sama
termasuk Rotech (desainer ahli dan manajer proyek), Atkins (desain struktural), ABB
(generator), Hagglunds dan Bosch Rexroth (pompa hidrolik, motor dan sirkuit), SKF
(bantalan), Garrad Hassan (algoritma kontrol dan hardware) dan Wichita (rem
hidrolik) untuk mengembangkan konsep.
Gambar Lunar Energy konsep RTT (Sumber : Hardisty, 2009)

RTT adalah turbin horizontal sumbu dua arah yang diletakan di sebuah
Venturi duct simetris. The Venturi beroperasi sebagai diffuser dan menciptakan
tekanan rendah di belakang rotor sehingga mempercepat aliran ke saluran. Daya dari
rotor diambil oleh cairan hidrolik tekanan tinggi dan dipercepat ke sebuah turbin
standar dan generator. Lunar Energi menyatakan bahwa RTT2000 menghasilkan
output 2 MW dengan kecepatan aliran pasang surut 3,0 m/s yang melalui rotor dengan
diameter 32 m dan berat 2.500 ton.
Awalnya, Lunar Energi telah menyelesaikan model matematika dan simulasi
komputasi fluida dinamis (CFD) dan 1/20 skala pengujian tangki derek. Kerja CFD
dan pengujian tangki dikatakan telah menunjukkan efisiensi turbin lebih dari 49%,
dengan efisiensi keseluruhan sekitar 40%. Biaya modal awal dari RTT2000
diperkirakan oleh Lunar Energy sekitar £ 1,6 – 2,0 juta, namun diharapkan dapat
berkurang dengan Learning by Doing (LBD) dan pengurangan skala biaya yang lebih
besar (LSCR). Biaya pemeliharaan akan tergantung pada penggalian “cassette” dari
pusat unit ke permukaan yang mengandung rotor dan semua bergerak dengan
komponen listrik.
Gambar Lunar Energy Turbine (Sumber : Hardisty, 2009)

Ponte di Archimede (Kobold)


Calcagno dkk. (2007) dalam Hardisty (2009) melaporkan bahwa turbin
Kobold (Gambar 2.18 dan 2.19) yang digunakan dalam perangkat ini memiliki bilah
yang lurus dan turbin sumbu vertikal. Turbin Kobold memiliki tiga bilah, masing-
masing memiliki panjang 5 m dengan chord 0,4 m pada struktur diameter 6 m,
menghasilkan angka Reynolds dari 800 × 103 – 2 × 106. Sudut pisau dikontrol dengan
serangkaian tuas untuk mempertahankan sudut optimum aliran. Rotor dipasang pada
platform 10 m dan memiliki diameter 150 m di lepas pantai Selat Messina antara
Italia dan Sisilia Mediterania. Perangkat ini ditambatkan dengan empat blok masing-
masing beratnya 350 kN.
Gambar Simulasi pembangkit listrik di selat Messina (Sumber : Ponte di Archimede,
2008 dalam Hardisty, 2009)

Gambar Turbin Kobold dengan 3 bilah (Sumber : Hardisty, 2009)


Gambar 2.20. Perbandingan antara lift dari lift H dan airfoil klasik (Ponte di
Archimede, 2008 dalam Hardisty, 2009)

Rotor terhubung melalui 90 : 1 gear box ke brushless, tiga fase, empat pole
generator. Tim pengembangan mengukur efisiensi perangkat keseluruhan yaitu 23%
sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Persamaan (2.8) :

e = PE
PH (2.8)

Pada Gambar (2.20) menunjukkan hasil untuk koefisien lift yang dihasilkan
oleh bagian aerofoil yang berbeda dalam uji laboratorium di berbagai sudut datang.

2.2.5 Simplified Tidal Economic Model


STEM adalah program komputer yang dirancang untuk mensimulasikan arus
pasang surut dan output daya listrik untuk turbin arus dalam time series 12 bulan dan
kecepatan arus per jam. Preset ekonomi parameter dalam STEM meliputi tingkat
bunga 5 persen, periode depresiasi 20 tahun, listrik terpasang 1 MW, 10 turbin dalam
array, biaya turbin £ 1 juta, biaya penyediaan situs £ 5 juta, biaya operasi dan
pemeliharaan per tahun £ 30 ribu.
Metode analisis yang digunakan program STEM tertanam di dalam komputer.
Program ini disebut Simplified Tidal Economic Model atau STEM. STEM dirancang
untuk mensimulasikan arus pasang surut dan output tenaga listrik pada interval jam
selama periode 12 bulan, membuat penyisihan karena untuk perbani dan musim semi
pasang, pasang ekuinoksnya, air dangkal dan efek diurnal. STEM menggunakan enam
4 komponen harmonik pasang surut yaitu :

 M2 = Principal lunar. Komponen ini merupakan rotasi Bumi terhadap


bulan dengan periode = 12,4206 h.

 S2 = Principal solar. Komponen ini merupakan rotasi Bumi terhadap


Matahari dengan periode = 12,0000 h.

 K2 = Luni solar semi diurnal. Komponen ini memodulasi amplitudo dan


frekuensi masing-masing M2 dan S2 untuk efek deklinasi Bulan dan Matahari
dengan periode = 11,967 h.

 K1 = Luni solar diurnal dengan periode 23,930 h.

 O1 = Principal lunar diurnal dengan periode 25,820 h.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul
akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan
udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut, sedangkan arus laut
merupakan proses pergerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat
ketempat lain secara kontinu atau terjadi secara terus-menerus . Arus dipermukaan
laut terutama disebabkan oleh tiupan angin, sedangkan arus dikedalaman laut
disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut.

Pada pemanfaatan energi gelombang/ombak digunakan metode Osilating


Water Culomn, turbin balik, dan TAPCAN.

Untuk pemanfaatan arus laut pada umumnya menggunakan metode turbin


layaknya turbin angin namun penempatannya diletakkan dibawah permukaan air
laut.

3.2 Saran
Dengan wilayah perairan yang luas, saran penulis untuk pemerintah agar
melihat prospek kedepannya seperti sosialisasi, dan pembiayaan riset untuk
mengembangkan energi laut ini karena memiliki potensi energi yang sangat besar.
DAFTAR PUSTAKA
Adcock, A.A.T. 2015. Predictability and Temporal Variation of Tidal Stream
Power, Oxford Tidal Energy Workshop 23-24 March 2015, Oxford,
UK.

Aziz, A. 2010. Studi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Arus laut di selat
Alas Kabupaten Lombok, NTB. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Jurusan Teknik Elektro.

Estu, S.L, Muhartono, R, Siti, H.S. 2013. Analisa Finansial


Pengembangan Energi Laut di Indonesia, J. Sosek KP, Vol. 8, NO.
1, Tahun 2013.

Hadi, S. 2014. Energi Listrik Alternatif Berbasis Arus Laut Indonesia. “Triton
Magz” edisi 2014 (Majalah Himpunan Mahasiswa Oseanografi ITB).

Hardisty, J. 2009. The Analysis of Tidal Stream Power, Wiley-Blackwell,


Kingston-upon-Hull, UK.

Hardisty, J. 2012. The Tidal Stream Power Curve: A Case Study, Energy and
Power Engineering, 2012, 4, 132-136

Sangari, F. J. 2014. Perancangan Pembangkit Listrik Pasang Surut Air Laut,


Teknologi dan Kejuruan, Vol. 37, NO. 1, 187-196.

Shapiro, G.I. 2011. Effect of Tidal Stream Power Generation on the Region-Wide
Circulation in a Shallow Sea. Ocean Sci., 7, 165-174, 2011.

Soeharto, I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industr, Erlanga, Jakarta.

Surinati, D. 2007. Pasang Surut dan Energinya. Oseana, Volume XXXII, Nomor
1, Tahun 2007: 15-22 (ISSN: 0216-1877).
https://media.neliti.com/media/publications/171553-ID-none.pdf

http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/jurnalwave/article/download/3070/pdf

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/berkala_fisika/article/download/9668/7744

https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jis/article/download/240/337

https://id.wikipedia.org/wiki/Arus_air_laut

https://id.scribd.com/ http://academia.edu/

Anda mungkin juga menyukai