Anda di halaman 1dari 14

Internalisasi Nasionalisme Melalui Pendidikan

Kewarganegaraan

Dolly Syahputra Srg.

5173530010

TE 2017 B

PRODI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji
syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan kami kesehatan, kesempatan, serta
kelapangan waktu untuk sampai akhirnya makalah presentase ini dapat kami selesaikan dan
harapan kami semoga makalah ini bermanfaat sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca juga khususnya untuk diri kami sendiri.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini menjadi lebih baik.

Terimakasih.
    

Medan 27, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................3

B. TUJUAN......................................................................................................................3

C. MANFAAT.................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................5

RINGKASAN MATERI............................................................................................................5

BAB III.....................................................................................................................................10

PEMBAHASAN......................................................................................................................10

A. KELEBIHAN............................................................................................................10

B. KEKURANGAN.......................................................................................................10

BAB IV....................................................................................................................................11

PENUTUP................................................................................................................................11

A. SIMPULAN...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Dalam pola pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan,
penggunaan sistem tegangan menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama untuk
menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas persyaratan tegangan yang
harus dipatuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang kuasa usaha utama sebagaimana diatur
dalam UU Ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009.

Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang


digunakan di Indonesia adalah 20 kV, maka peralatan- peralatan JTM wajib memenuhi
kriteria enjineering kemananan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah peralatan
transformator.

Transformator (trafo) adalah salah satu peralatan utama dalam penyaluran energi listrik
yang berfungsi mengkonversikan tegangan. Trafo ini tentunya diharapkan dapat bekerja pada
performa yang diinginkan. Karena apabila peralatan ini tidak bekerja dengan semestinya,
maka penyaluran energi listrik menjadi terganggu dan bahkan dapat menyebabkan
terhentinya pasokan listrik pada suatu jaringan listrik yang saling terinterkoneksi satu sama
lain. Terhentinya pasokan listrik tersebut tentunya merugikan berbagai pihak mulai dari
konsumen listrik ataupun produsen listrik yang dalam hal ini PT PLN.

Oleh karena itu, sebelum trafo dapat digunakan pada sistem tenaga listrik, maka perlu
dilakukan beberapa rangkaian pengujian pada trafo daya tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
trafo daya tersebut dapat bekerja sesuai dengan spesifikasinya pada berbagai kondisi di
lapangan.

3
B. TUJUAN.

Dalam penulisan makalah ini, penulis bertujuan untuk :


1. Mengetahui pengertian dan jenis-jenis trafo.
2. Mengetahui klasifikasi standar pengujian trafo yang diperlukan sebagai bahan acuan.
3. Membandingkan klasifikasi trafo yang baik dan trafo yang buruk.
4. Mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian trafo.
5. Mempelajari studi kasus atau contoh pengujian trafo.

C. MANFAAT.

Manfaat yang diperoleh setelah membaca karya tulis ini adalah pembaca mengetauhi
proteksi transmis tenaga listrik yang digunakan pada umumnya, bagaimana proteksi tersebut
bisa bekerja, penerapannya dibagian sebelah mana, dan macam alat pengaman transmisi
tenaga listrik
BAB II

PEMBAHASAN

Transformer atau trafo merupakan suatu peralatan yang dapat mengubah tenaga listrik dari
suatu level tegangan ke level tegangan lainnya. Trafo biasanya terdiri atas dua bagian inti
besi atau lebih yang dibungkus oleh belitan – belitan kawat tembaga. Prinsip pengubahan
level tegangan dilakukan dengan memanfaatkan banyaknya jumlah belitan pada inti trafo.

Bila salah satu kumpulan belitan, biasanya disebut belitan primer, diberikan suatu
tegangan yang berubah-ubah, maka akan menghasilkan mutual flux yang berubah-ubah
dengan besar amplitude yang tergantung pada tegangan, frekuensi tegangan, dan jumlah
lilitan kawat tembaga dibelitan primer. Mutual flux yang terjadi akan terhubung dengan
belitan lain yang disebut sisi sekunder dan akan menginduksi suatu tegangan yang berubah-
ubah di dalamnya dengan nilai tegangan yang bergantung pada jumlah lilitan pada belitan
sekunder.

Dengan mengatur perbandingan jumlah lilitan antara sisi primer dan sekunder, maka akan
dapat ditentukan rasio tegangan ataupun sering disebut rasio trafo.

A. Pengujian tahanan kumparan

Pengujian tahana kumparan termasuk dari mata uji yang ditetapkan PT PLN, yang dimana
pada pembahasan ini kami tidak menjelaskan semua mata uji yang terdapat pada SPLN
D3.002-1: 2007 (Rev. SPLN 50: 1997 dan SPLN 50: 1982), maka dari itu kami hanya
membahas mengenai materi terkait.

PT PLN (Persero) dapat menetapkan mata uji khusus maupun merubah atau
menambahkan mata uji dengan menyatakannya saat pemesanan.

Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN D3.002-1: 2007 (Rev. SPLN 50:
1997 dan SPLN 50: 1982), sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 60076, yaitu:
1. Pengujian Rutin
Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan terhadap setiap transformator, meliputi:
A. Pengujian tahanan isolasi
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian dimaksudkan untuk
mengetahui secara dini kondisi isolasi transformator, untuk menghindari kegagalan
yang fatal dan pengujian selanjutnya, pengukuran dilakukan antara:
 Tahanan isolasi antara kumparan fase
 Tahanan isolasi antara kumparan primer dan kumparan sekunder
 Tahanan isolasi antara tangki dengan tanah (khusus untuk transformator yang
memakai pengaman tangki).
Harga tahanan isolasi ini digunakan untuk kriteria kering tidaknya
transformator, juga untuk mengetahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung
singkat.
Berdasarkan IEC standar, ketentuan tahanan isolasi adalah : 1kV = 1M ohm
Catatan :
1kV = besar tegangan fase terhadap tanah.
Kebocoran arus yang diizinkan setiap kV= 1mA.

B. Pengujian tahanan kumparan


Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk mengetahui berapa nilai tahanan
listrik pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila
kumparan tersebut dialiri arus. Nilai tahanan belitan dipakai untuk perhitungan rugi-
rugi tembaga transformator. Pada saat melakukan pengukuran yang perlu diperhatikan
adalah suhu belitan pada saat pengukuran yang diusahakan sama dengan suhu udara
sekitar, oleh karenanya diusahakan arus pengukuran kecil.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tahanan di atas 1 Ohm adalah
Wheatstone Bridge, sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari 1 ohm digunakan
Precition Double Bridge. Pengukuran dilakukan pada setiap phasa transformator,
yaitu antara terminal:
1) Pengukuran pada terminal tegangan tinggi
a) Pada transformator 3 phasa
- phasa A - phasa B
- phasa B - phasa C
- phasa C - phasa A
b) Transformator 1 phasa
Terminal H1-H2 untuk transformator double bushing dan terminal H
dengan Ground untuk transformator single bushing dan pengukuran sisi
tegangan rendah
c) Pada transformator 3 phasa
- phasa a - phasa b
- phasa b - phasa c
- phasa c - phasa a
d) Transformator 1 phasa (terminal X1-X4 dengan X2-X3 dihubung singkat.
C. Pengujian perbandingan belitan
Pengukuran perbandingan belitan adalah untuk mengetahui perbandingan jumlah
kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada setiap tapping, sehingga
tegangan output yang dihasilkan oleh transformator sesuai dengan yang dikehendaki,
toleransi yang diijinkan adalah:
a. 0,5 % dari rasio tegangan atau
b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping nominal.
Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada saat semi assembling yaitu, setelah
coil transformator diassembling dengan inti besi dan setelah tap changer terpasang,
pengujian kedua ini bertujuan untuk mengetahui apakah posisi tap transformator telah
terpasang secara benar dan juga untuk pemeriksaan vector group transformator.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Transformer Turn Ratio Test
(TTR), misalnya merk Jemes G. Biddle Co Cat. No.55005 atau Cat. No. 550100-47.

B. Pengukuran Rasio Tegangan

Tujuan dari pengujian ratio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya masalah
dalam antar belitan dan seksi-seksi sistem isolasi pada transformator.pengujian ini akan
mendeteksi adanya hubung singkat atau ketidaknormalan pada tap changer. Tingginya nilai
resistansi akibat lepasnya koneksi atau konduktor yang terhubung ground dapat dideteksi.
Gambar 3. Hubungan belitan transformator

Konsep dasar untuk melakukan pengujian ratio transformator ini secara sederhana kita
dapat menggunakan sebuah supply tegangan AC 3 fasa 380 V. Dengan Mengacu pada Rumus
Dasar Ratio Transformator:

Metoda pengujiannya adalah dengan memberikan tegangan variabel pada high voltage dan
melihat tegangan yang muncul pada low voltage. Dengan membandingkan tegangan sumber
dengan tegangan yang muncul maka dapat diketahui ratio perbandingannya. Pengujian dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Transformer Turn Ratio Test.

TRANSFORMER TURN RATIO 310


Penggunaan:
Pengukuran untuk mengetahui Rasio, Arus Eksitasi, Pergeseran Fasa dan Persen Error
antar belitan Transformer yang diukur.

Gambar 7. Transformer Turn Ratio 310

Keunggulan:
1) Pengukuran dengan jangkauan rasio tertinggi (45,000:1) dan akurasi tertinggi
(0,1%)
2) Bekerja pada daerah interferensi tinggi/teganan tinggi.

Besarnya tegangan keluaran di sisi sekunder transformator daya diharapkan dapat tepat
dengan tegangan nominal yang seharusnya seperti tertulis pada name plate transformator
daya (150/20 KV), ataupun tidak melebihi dari toleransi tegangan yang diizinkan yaitu
sebesar 0,5% dari tegangan nominalnya berdasarkan standar SPLN. Oleh karena itu,
pemasangan tap changer pada transformator daya dengan sistem perbandingan belitan
diharapkan berguna untuk menjaga tegangan sekunder distribusi tetap konstan meskipun
tegangan pada sisi primer berubah.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tegangan sekunder transformator daya di
mana, akan diberi tegangan primer yang bervariasi dengan batas toleransi tegangan
maksimum dan minimum 5% dari tegangan nominalnya.
BAB III

PEMBAHASAN
Pengukuran tahanan kumparan

Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk mengetahui berapa nilai tahanan listrik pada
kumparan yang akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut dialiri arus. Nilai tahanan
belitan dipakai untuk perhitungan rugi-rugi tembaga transformator. Pada saat melakukan
pengukuran yang perlu diperhatikan adalah suhu belitan pada saat pengukuran yang
diusahakan sama dengan suhu udara sekitar, oleh karenanya diusahakan arus pengukuran
kecil. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tahanan di atas 1 Ohm adalah Wheatstone
Bridge, sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari 1 ohm digunakan Precition Double
Bridge

Pengukuran Ratio Belitan Transformator dan analisa data

Besarnya tegangan keluaran di sisi sekunder transformator daya diharapkan dapat tepat
dengan tegangan nominal yang seharusnya seperti tertulis pada name plate transformator
daya (150/20 KV), ataupun tidak melebihi dari toleransi tegangan yang diizinkan yaitu
sebesar 0,5% dari tegangan nominalnya berdasarkan standar SPLN. Oleh karena itu,
pemasangan tap changer pada transformator daya dengan sistem perbandingan belitan
diharapkan berguna untuk menjaga tegangan sekunder distribusi tetap konstan meskipun
tegangan pada sisi primer berubah.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tegangan sekunder transformator daya di
mana, akan diberi tegangan primer yang bervariasi dengan batas toleransi tegangan
maksimum dan minimum 5% dari tegangan nominalnya.

Data Percobaan
Dari hasil pengujian, di sisi primer sengaja diberi tegangan masukan melebihi tegangan
nominalnya untuk melihat seberapa jauh drop tegangan pada sisi sekunder transformator
daya. Besarnya tegangan pada sisi sekunder yang diinginkan adalah 20 kV.

Tabel 1. Data Rasio Tegangan hasil pengukuran


H Primer Sekunder

10
Tap Vr Vs Vt Vr Selisih Vs Selisih Vt Selisih
(20000 (20000 (20000
v –Vr) v – Vs) v – Vt)
1 165000 165000 165000 19990 10 19988 12 19988 12
2 163125 163125 163125 19990 10 19986 14 19988 12
3 161250 161250 161250 19989 11 19989 11 19989 11
4 159375 159375 159375 19987 13 19987 13 19989 11
5 157500 157500 157500 19987 13 19987 13 19987 13
6 155625 155625 155625 19988 12 19988 12 19988 12
7 153750 153750 153750 19988 12 19984 16 19986 14
8 151875 151875 151875 19989 11 19984 16 19989 11
9 150000 150000 150000 19989 11 19985 15 19985 15
10 148125 148125 148125 19989 11 19985 15 19987 13
11 146250 146250 146250 19990 10 19990 10 19988 12
12 144375 144375 144375 19988 12 19989 11 19988 12
13 142500 142500 142500 19992 8 19987 13 19989 11
14 140625 140625 140625 19989 11 19989 11 19988 12
15 138750 138750 138750 19989 11 19989 11 19989 11
16 136875 136875 136875 19991 9 19991 9 19991 9
17 135000 135000 135000 19991 9 19991 9 19991 9
Total (per 184 211 200
fasa)
Rata-rata error (per fasa) 10,8235 12,4118 11,7647

4.1Data hasil Penelitian


Dari hasil perhitungan pada Tabel 1, didapatkan besarnya error dari tegangan sekunder
dari 17 tapping:
- Pada fasa R (Vr) = 10,8245 V - Pada fasa S (Vs) = 12,4118
V
- Pada fasa T (Vt) = 11,7647 V

Atau jika dinyatakan dalam persen, maka:


% Error teg. Sekunder = Error tegangan X 100%
Sekunder transformator

Untuk fasa R (Vr) = 10,8235 V x 100% = 0,054%


20.000 V
Untuk fasa S (Vs) = 12,4118 V x 100% = 0,062%
20.000 V
Untuk fasa T (Vt) = 11,7647 V x 100% = 0,058% %
20.000 V

BAB IV

PENUTUP
KESIMPULAN

Ketepatan tegangan keluaran disisi sekunder tidak selalu dapat mencapai 100% karena
jumlah tap yang disediakan pada transformator daya terbatas artinya,sistem
perbandingan belitan yang di rancang pada transformator daya tidak untuk setiap
rentang tegangan masukan pada variasi 5% namun hanya pada batas maksimal 5% dan
minimal 5% tegangan nominalnya supaya dapat tepat. Tapi masih dapat melayani
tegangan masukan diantara rentang tersebut dan tegangan keluarannya masih dalam
batas toleransi drop tegangan yang diijinkan ±5%.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Techniques for High-Voltage Testing. IEEE: Std4, 1995.
Anonim. IEC 60076-1. International Electrotechnical Commission: 1999
Meriam, L, J., & Kraige, G. L. Mekanika Teknik Dinamika. Jakarta: Erlangga, 1993.
Tobing, L., Bonggas. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: Erlangga. 2003.

Anda mungkin juga menyukai