Anda di halaman 1dari 26

PERAN PENDIDIKAN PPKn DALAM

MENANAMKAN NILAI-NILAI BUDAYA


DIMASYARAKAT INDONESIA YANG
MULTIKULTUR

Kelompok 6

Adila hana 2113032067


Anisa Anggraini

Agil Desriyanti 2113032007


Anis fitriani 2113032058
Jennisa Triayu Danial 2113032060
Nadya paramit
Resti Apriliyani
Yeni yusnita 2153032008
Yulia 2113032048

PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat dan karunia-Nya
makalah yang berjudul “Peran Pendidikan PPKn Dalam Menanamkan Nilai-nilai
Budaya Dimasyarakat Indonesia yang multikultur” dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas salah satu mata kuliah yaitu Hukum
Administrasi Negara yang diampu oleh Bapak Drs. Berchah Pitoewas, MH. dan Ibu Ana
Mentari, S.Pd. M.Pd.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan, baik
yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun pengetikan. Namun, makalah ini
merupakan hasil dari usaha penyusun yang sudah maksimal.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan ilmu tambahan bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa pegetahuan kami masih sangat terbatas, sehingga kami
mengharapkan masukan, kritik, serta saran untuk membuat makalah selanjutnya agar menjadi
lebih baik.

Bandar Lampung, 02 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. Definisi pendidikan.......................................................................................................4
B. Definisi Multikultural....................................................................................................4
C. Pengintegrasian nilai- nilai multikultural dalam pembelajaran PPKn ...........................5
D. Peran pendidikan PPKn dalam penanaman nilai-nilai budaya di Indonesia
E. Implementasi nilai-nilai multikultural dimasyarakat ....................................................9
F. Urgensi penanaman nilai-nilai budaya dalam masyarakat ..........................................1012

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11


3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................27

iii
BAB I PENDAHULUAN

1
Indonesia merupakan sebuah nation atau bangsa dengan kemajemukannya yang terdiri Atas berbagai ras,
bahasa, suku bangsa, adat istiadat, budaya dan agama. Bangsa Indonesia Disebut juga sebagai bangsa atau
masyarakat multikultural, hal ini dikarenakan masyarakatnya Berasal dari berbagai latar belakang budaya
dan agamanya. Multikukturalisme dapat diartikan Sebagai kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya,
yakni memiliki potensi yang harus dibina Dan dikembangkan. Tetapi tidak dimikian jika keanekaragaman
ini tidak difungsikan dan dipupuk Dengan baik, akan tumbuh menjadi hal yang berbahaya. Oleh karenanya,
pendidikan berdasarMultikulturalisme menjadi syarat yang diperlukan guna sebagai
pendorongkeberagaman Tersebut. Saat ini, keberagaman lebih dianggap sebagai perbedaan yang
diperparah dan Dimanfaatkan oleh beberapa orang dalam mewujudkan kepentingan pribadi dan ambisi
Kelompoknya. Hal ini menumbuhkan konflik horizontal dan kemerosotan bangsa Indonesia. Tidak dapat
dipungkiri bahwa konflik horizontal, kekerasan etnis dan diskriminasi yang terjadi Belakangan ini dapat
membawa bangsa Indonesia di ambang kehancuran. Oleh karena itu, Perlu dilakukan upaya yang terencana
untuk menginternalisasikan pemahaman tentang Kedamaian, kemakmuran, cinta, rasa hormat, dan bahkan
saling melindungi, inilah peran orangorang yang baik hati dan berwawasan luas dalam mengisi
kemerdekaan Indonesia.Akibat perbedaan sikap politik terhadap partai demokrasi, konflik horizontal yang
Berpotensi menimbulkan dampak negatif biasanya merupakan konflik yang tidak produktif. Tentunya
sebagai negara yang beradab perlu kita perhatikan fenomena ini, karena pada Umumnya bangsa Indonesia
menjadi bangsa dengan ciri persatuan, kesatuan, dan toleransi Yang erat. Idealnya, perbedaan pilihan
politik cukup untuk menyelesaikannya secara matang Dan bijaksana agar tidak menimbulkan konflik yang
tidak perlu. Tentu idealnya, upaya-upaya harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis Melalui
pendidikan untuk memelihara dan melahirkan semangat toleransi, persatuan, saling Menghormati dan
cinta. Pendidikan kewarganegaraan menjadi satu bidang penelitian yang Melatar belakangi pendidikan
nasional. Dalam heterogenitas masyarakat Indonesia, pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peran yang
sangat strategis dalam membentuk karakter bangsa Seperti yang dikatakan Kerr (1999: 17), pendidikan
kewarganegaraan menjadi pusat Untuk pembangunan solidaritas dan mempunyai peran tertentu guna
membentuk generasi Muda. Pendidikan kewarganegaraan secara luas diartikan sebagai persiapan kaum
muda untuk Tanggung jawab dan peran mereka sebagai warga negara melalui pembelajaran dan
pengajaran Di sekolah.Definisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kewarganegaraan telah berperan
gunanMendorong masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang dapat mengetahui kewajiban dan
Tanggung jawabnya sebagai warga negara dalam menjalani hidup berbangsa dan bernegara Dalam lingkup
negara kesatuan yang memahami Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini Dikarenakan warga
mempunyai peran yang terpenting dalam membangun masyarakat yang Multikultural.Seperti apa yang
tertulis di Pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah nama Mata kuliah wajib untuk pendidikan dasar
dan menengah, dan pendidikan tinggi adalah nama Mata kuliah wajib. Oleh karena masyarakat Indonesia
yang sangat beragam, maka dalam Proses mengintegrasikan pendidikan multikultural Indonesia ke dalam
masyarakat Indonesia, Pendidikan kewarganegaraan memegang peranan penting dalam mendorong
2
keberagaman Masyarakat Indonesia. Tujuan artikel yakni untuk menjelaskkan mengenai peran pendidikan
Kewarganegaraan dalam pendidikan multikultural

3
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi pendidikan?
2. Bagaimana definisi multikultural?
3. Bagaimana Pengintegrasian nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran PPKn ?
4. Bagaimana peran pendidikan PPKn dalam penanaman nilai-nilai budaya di
Indonesia?
5. Bagaimana Implementasi nilai-nilai multikultural dimasyarakat?
6. Bagaimana urgensi Penanaman nilai-nilai budaya dalam masyarakat?
1.2 Tujuan
1. Pikirkan secara rasional, kritis dan kreatif tentang masalah kewarganegaraan.

2. Berkualitas tinggi, berperan dengan bertanggung jawab, dan bertindak bijak dalam
kegiatan kemasyarakatan, nasional, dan kenegaraan.
3. Berkembang secara demokratis dan positif, membentuk diri Anda dengan karakter
bangsa Indonesia, dan memungkinkan mereka untuk hidup bersama negara lain.
4. Berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung bersama negara lain di dunia
melalui Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pendidikan

Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang memfokuskan


pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. ( Depdiknas 2003) berdasarkan
devinisi tersebut PKn mempunyai peranan penting untuk membentuk karakter yang cerdas
dan berkepribadian yang baikdalam menjadi warganegara.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar dari budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari – hari peserta didik
sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sedangkan penjelasan pasal 39 ayat 2 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik
dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan dengan warga
negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negaranya.
Pendidikan kewarganegaraan ini menitik beratkan pada ketrampilan berpikir sebagai
Negara dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga Negara yang baik ( good citizen)
dengan suasana demokratis berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Pendapat ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Soemantri (2001:299):
Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang menitik beratkan pada
demokratis politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainya, pengaruh-
pengaruh pasif dari pendidikan sekolah,masyarakat dan orang tua yang kesemuanya
diproses guna untuk melatih berpikir kritis, analisis, bersikap dan bertindak demokratis
yang berdasarkan Pancasiladan UUD 1945.
Secara umum PKn bertujuan membentuk warganegara yang baik ( to be good
citizentship)dan pembentukan karakter bangsa yang baik. Penjelasan tersebut senada
5
dengan pendapat Djairi (1955:1) yang mengemukakan secara khusus tujuan PKn itu
bertujuan untuk :
Membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yang
memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradap perilaku yang mendukung kesatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka
ragam kebudayaan dan kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan golongan
sehingga perbedaan pemikiran pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan
mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia ” Pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk
mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung
jawabnya sebagai warga Negara, dan secara khusus peran pendidikan termasuk didalamnya
persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga Negara tersebut.
Peran pendidikan kewarganegaraan sangat berperan penting dalam pembentukan
watak dan karaktersiswa untuk menjadi warga Negara yang baik dan bermoral yang baik
pula, guru sangat memiliki peran dan fungsisebagai seseorang yang dapat membina dan
membimbing moral siswa harus berusaha membentuk siswa yang mampu bersikap dan
berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari sesuai nilai moral dan norma yang
berlaku dimasyarakat, serta harus dapat membantu siswa dalam mengimplemantasikan
nilai-nilai yang diperoleh dalam kehidupanya di lingkungan keluarga, sekolah maupun di
lingkungan masyarakat umum.
Menurut Budimansyah (2002:8) prinsip pembelajaran adalah prinsip belajar bagi
siswa aktif (student active learning) kelompok belajar cooperative (cooperative learning).

6
B. Definisi Multikultural
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, budaya, dan bahasa daerah, realitas
tersebut secara positif menggambarkan kekayaan masyarakat yang bertipe pluralis.
Namun dalam hal ini juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal ini telah terbukti di beberapa wilayah Indonesia terjadi
konflik seperti di Sampit (antara Suku Madura dan Dayak), di Poso (antara Kristiani dan
Muslim), di Aceh (antara GAM dan RI), ataupun perkelahian yang kerap terjadi antar
kampung di beberapa wilayah di pulau Jawa dan perkelahian pelajar antar sekolah.
Namun terlepas dari konflik-konflik tersebut, negara indonesia menganut
multikulturalisme yang tercermin dalam simbol yang telah disepakati bersama, yakni
Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika merupakan suatu pengakuan terhadap
heterogenitas etnik, budaya, agama, ras, dan gender, namun menuntut adanya persatuan
dalam komitmen politik membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bhinneka Tunggal Ika sebagai simbol yang seharusnya dapat difungsikan sebagai roh
penggerak perilaku masyarakat Indonesia, di dalam kenyataan belum secara sungguh-
sungguh dijadikan kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. Oleh karena itu
konflik-konflik diatas seperti pada beberapa tempat, kemajemukan masih dianggap
sebagai sumber permasalahn bahkan konflik, yang membuktikan bahwa realitas
heterogenitas belum dipahami dan diakui oleh seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), multikultural adalah bersifat
keberagaman budaya. Multikultural berasal dari kata “multi” yang berarti “banyak”, dan
“kultural” berarti budaya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat multikultural adalah
suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan. Multikultural adalah
sebuah filosofi yang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan
dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama
dalam
masyarakat modern. Definisi tersebut bersumber dari Dr. Sutiah, M.Pd. dalam buku
Pendidikan Agama Islam di Desa Multikultural. Istilah multikultural juga sering
digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda
dalam suatu negara. Masyarakat multikultural mengusung konsep multikulturalisme,
yaitu sebuah paham yang menekankan pada kesederajatan dan kesetaraan berbagai
budaya lokal tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya lain. Masyarakat
multikultural menjunjung tinggi perbedaan kelompok sosial, kebudayaan, dan suku
bangsa. Meski demikian, bukan berarti ada kesenjangan atau perbedaan hak dan
kewajiban karena terdapat kesederajatan secara hukum dan sosial.
Menurut Lawrence A. Blum, multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,
penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan
tentang budaya etnis orang lain. (Nurdin 2019) Multikulturalisme menurut Azyumardi
Azra, pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam
berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas
keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Dapat pula dipahami bahwa multikulturalisme sebagai pandangan dunia yang kemudian
diwujudkan dalam kesadaran politik. (Azyumardi Azra 2007)
Barbara Houston menjelaskan, bahwa multikulturalisme mengupayakan adanya
kesadaran bersama untuk berbagi nilai (shared values) dan berbagi indentitas (shared
identity). Dalam masyarakat plural, kesadaran kolektif untuk rela berbagi nilai di tengah
perbedaan akan mampu mendorong munculnya kesepakatan norma dasar sebagai
landasan sikap yang menjadi keputusan bersama. Pengakuan perbedaan tersebut dapat

7
mengantarkan kita pada suatu kemampuan membangun kesadaran komunalitas.
Sedangkan sikap berbagi identitas merupakan upaya dalam melapangkan proses
pencairan identitas untuk mencapai status kewarganegaraan yang sederajat secara sosial
dan setara secara politik. Kewarganegaraan tidak saja status hukum yang diartikan
sebagai hak-hak dan tanggungjawab namun juga sebagai identitas yang merupakan
ekspresi pengakuan sebagai anggota dalam komunitas politik. (Houston, n.d.)
Multikulturalisme merupakan pandangan dunia yang diwujudkan dalam “politics of
recognation”. Setiap individu ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati
kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Seperti apapun bentuk kebudayaan tersebut
harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan lainnya. Yang selanjutnya dibingkai dalam kerangka kesatuan
dan perbedaan serta kekhasan dalam kerangka kemanusiaan yang umum. (Imarah
1999).selain itu terdapat beberapa tokoh yang mendefinisiskan multicultural sebagai
berikut:
Azyumardi Azra (2007)
Multikulturalisme adalah serangkaian pandangan sekaligus pedoman hidup yang
mengedepankan kebersamaan atas asas berbedaan, baik perbedaan agama, politik, sampai
dengan perbedaan suku bangsa.
Parekh (1997)
Pengertian multikulturalisme adalah kesepakatan yang diabagun atas dasar perbedaan,
baik secara komunitas budaya, sejarah, kebiasaan, serta adat,
Lawrence Blum
Multikulturalisme adalah pemahaman atas suatu ideologi yang menerima perbedaan
dengan dasar kesedaran, baik secara individual ataupun kelompok.
Rifai Harahap (dalam M. Atho’ Muzhar, 2007)
Multikulturalisme adalah gagasan yang dibagun atas dasar cara pandang mengenai
perbedaan dan mengeutamakan kebersamaan.
Nilai-nilai multikultural adalah prinsip-prinsip atau keyakinan yang mendasari
pendekatan multikultural dalam masyarakat. Nilai-nilai ini menggarisbawahi pentingnya
keberagaman budaya, kesetaraan, dan penghargaan terhadap perbedaan budaya. Berikut
adalah beberapa nilai-nilai multikultural yang umumnya dianut:
1. Kebudayaan adalah Aset: Nilai ini menganggap keberagaman budaya sebagai sumber
kekayaan dan aset positif dalam masyarakat. Setiap kelompok budaya membawa
kontribusi uniknya sendiri yang dapat memperkaya kehidupan sosial, ekonomi, dan
budaya.
2. Kesetaraan: Kesetaraan adalah nilai inti multikulturalisme. Ini berarti semua individu,
terlepas dari latar belakang budaya, memiliki hak yang sama dan perlindungan hukum
yang sama. Tidak ada diskriminasi berdasarkan ras, etnis, agama, atau kebangsaan.
3. Penghargaan terhadap Perbedaan: Nilai ini mendorong penghargaan terhadap
perbedaan budaya dan nilai-nilai yang berbeda. Ini mencakup pengakuan dan
penghargaan terhadap praktik keagamaan, bahasa, adat istiadat, dan cara hidup yang
berbeda.
4. Toleransi: Toleransi adalah nilai penting dalam multikulturalisme. Ini berarti
masyarakat harus bersedia menerima dan menghormati perbedaan, bahkan jika mereka
tidak sepakat atau memahaminya sepenuhnya.
8
5. Keadilan Sosial: Nilai-nilai multikultural seringkali terkait dengan perjuangan untuk
keadilan sosial. Ini mencakup penanggulangan ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam
masyarakat yang dapat memengaruhi kelompok-kelompok budaya tertentu.
6. Dialog Antarbudaya: Nilai ini mendorong komunikasi dan pemahaman antara
kelompok-kelompok budaya yang berbeda. Dialog ini bertujuan untuk memecahkan
konflik, mempromosikan pemahaman, dan membangun hubungan yang harmonis.
7. Pendidikan Multikultural: Pendidikan multikultural adalah nilai yang mendorong
inklusi kurikulum yang mencerminkan berbagai budaya dan pengalaman. Ini membantu
siswa memahami keberagaman dan menghargainya.
8. Partisipasi Publik: Nilai-nilai multikultural mendorong partisipasi aktif semua
kelompok budaya dalam kehidupan publik dan politik. Ini mencakup hak untuk
berpartisipasi dalam pemilihan umum dan pemegang jabatan publik.
9. Hak Asasi Manusia: Nilai ini mengakui hak asasi manusia sebagai landasan utama
multikulturalisme. Semua orang memiliki hak dasar, seperti hak atas kehidupan,
kebebasan berpendapat, dan kebebasan beragama, yang harus dihormati dan dilindungi.
10. Kerjasama Antarbudaya: Nilai ini mengedepankan kerjasama dan kolaborasi antara
kelompok-kelompok budaya yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama, seperti
memerangi kemiskinan atau menjaga perdamaian.
Nilai-nilai multikultural dapat bervariasi di berbagai negara dan masyarakat. Meskipun
ada prinsip-prinsip inti yang seringkali menjadi dasar multikulturalisme, penerapannya
dapat berbeda tergantung pada konteks budaya, politik, dan sejarah setiap negara. Ada
beberapa Jenis masyarakat multikultural
- Multikulturalisme Isolasionis; Ialah kelompok masyarakat multikultural yang menjalani
kehidupan secara otonom dengan interaksi antarkelompok seminimal mungkin.
Multikulturalisme Akomodatif; Merupakan jenis masyarakat yang mempunyai kultur
dominan yang membuat penyesuaian tertentu untuk kaum minoritas. Masyarakat ini
memberi kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan apa yang menjadi
kebudayaan mereka.
- Multikultural Otonomis; Merupakan masyarakat multikultural yang hidup bersama dan
berupaya menciptakan kesetaraan budaya mereka.
- Multikultural Kritikal atau Interaktif; Merupakan jenis masyarakat yang tidak fokus
terhadap kehidupan kultural otonom, tetapi lebih kepada menciptakan kultur bersama
yang mencerminkan dan menegaskan perspektif masing-masing kelompok masyarakat.
- Multikulturalisme Kosmopolitan; Merupakan jenis masyarakat yang berusaha
menghilangkan batas kultural dalam kehidupan mereka sehingga tercipta masyarakat
yang tidak terikat pada budaya tertentu.

C. Pengintegrasian nilai-nilai multicultural dalam pembelajaran PPKn


Pembelajaran multikultural merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan
keberagaman latar belakang kebudayaan dari peserta didik sebagai salah satu kekuatan
dalam membentuk sikap multikultural. Menurut Sleeter and Grant pembelajaran
multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima,
dan menegaskan perbedaan dan persamaan yang dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas
(Retnoningsih: 2019). Pembelajaran multikultural dapat diintegrasikan pada mata
pelajaran PPKn. Pemahaman mengenai keberagaman penting diajarkan kepada peserta
9
didik terutama nilai toleransi, kebersamaan, HAM, dan saling menghargai. Berkaitan
dengan hal tersebut maka pembelajaran disekolah memiliki peranan penting dalam
menanamkan nilai-nilai multikultural kepada peserta didik.
Berdasarkan temuan penulis di lapangan, nilai-nilai multikultural yang ditanamkan oleh
guru kepada siswa di SD Fransiskus Padang Panjang diantaranya: Pertama, nilai
pluralisme yaitu penanaman nilai pluralisme oleh guru dalam pembelajaran terutama
mata pelajaran PPKn, dimana guru memberikan pemahaman terkait nilai pluralisme
dengan mengaitkannya dengan materi pelajaran PPKn. Adapun pluralisme itu sendiri
merupakan suatu sikap saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang
berbeda dan toleransi satu sama lain (Rusdiana: 2015). Penanaman nilai pluralisme
kepada siswa yaitu dengan menjelaskan kenyataan akan adanya keragaman budaya
kepada siswa, dimana siswa diajak oleh guru untuk menghormati setiap perbedaan yang
ada dilingkungan sekitar siswa. Bentuk penanaman nilai pluralisme berdasarkan
pengamatan penulis di dalam kelas VI, guru menjelaskan materi pelajaran dengan
subtema Rukun Dalam Perbedaan dan tema Proklamasi, lalu guru menjelaskan kepada
siswa tentang sejarah lahirnya Bangsa Indonesia, melalui materi tersebut guru
menjelaskan nilai-nilai apa saja yang tersirat pada sejarah proklamsi dan mengaitkan
dengan makna nilai pluralisme tersebut seperti nilai persatuan, gotong royong dan
kebersamaan.
Kedua, nilai demokrasi yaitu berkaitan dengan mengubah pola pikir siswa dalam bersikap
maupun bertindak yang menilai bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama
satu sama lain. Berdasarkan pengamatan penulis tentang penanaman nilai demokrasi ini
yaitu, didalam proses pembelajaran, guru menanamkan kepada siswa bahwa masing-
masing individu mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti halnya kebebasan
dalam menyampaikan pendapat baik dalam diskusi maupun dalam proses tanya jawab.
Semua siswa mempunyai kewajiban menghargai setiap perbedaan pendapat teman. Guru
tidak hanya mengaitkan nilai demokrasi dalam lingkungan sekolah, namun juga di
lingkungan masyarakat, seperti halnya guru menjelaskan kepada siswa bentuk hak dan
kewajiban sebagai warga Negara Indonesia.
Ketiga, nilai humanisme yaitu menurut Kartika, Luciana, Yayu (2018), nilai humanisme
merupakan suatu sikap yang menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia, sehingga
manusia menduduki posisi yang sangat penting diantara makhluk lain di dunia. Jadi
penanaman nilai humanisme ini berkaitan dengan nilai yang menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia. Berdasarkan pengamatan penulis didalam kelas, dimana siswa
saling toleransi satu sama lain. Hal ini dapat terlihat pada saat Adzan Zuhur
berkumandang dalam proses pembelajaran, seluruh siswa berhenti dari segala aktivitas
yang dilakukannya. Ini merupakan salah satu bentuk toleransi siswa ditengah perbedaan
yang ada. Ini dilakukan oleh seluruh siswa didalam kelas sebagai bentuk menghormati
keyakinan siswa yang muslim, walaupun didalam kelas tidak semua siswa muslim.
Melalui penanaman nilai-nilai multikultural atau keberagaman, guru menggunakan
beberapa metode dan strategi dalam penyampaiannya kepada siswa. Hal ini bertujuan
agar nilai-nilai yang disampaikan dapat diterima dan dijalankan oleh siswa baik di
lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitarnya dengan benar. Adapun metode atau
strategi yang digunakan adalah: Pertama, metode bercerita dimana metode ini dapat
dijadikan sebagai cara dalam menanamkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Berdasarkan pengamatan penulis, dimana guru menceritakan sebuah cerita yang
berkaitan dengan materi pelajaran, lalu guru mengaitkan nilai-nilai tentang keragaman
dan multikultural tersebut kedalam cerita sebagai nilai moral yang dapat menjadi
pedoman bagi siswa dalam berinteraksi dengan antar sesama ditengah keberagaman.
Kedua, metode diskusi dimana metode diskusi ini lebih menekankan dalam penanaman
nilai-nilai menghargai pendapat teman, kerjasama, gotong royong, kekeluargaan, dan
persatuan. Berdasarkan pengamatan penulis pada saat proses pembelajaran dengan
10
metode diskusi, guru selalu mengelompokkan siswa dari berbagai latar belakang yang
berbeda, baik keyakinan, etnis, maupun suku bangsa dengan tujuan agar siswa mampu
bekerjasama tanpa memandang perbedaan yang ada. Serta melalui metode diskusi ini
siswa dapat dibentuk oleh guru, untuk lebih menghargai pendapat teman yang lainnya
dan tidak saling merendahkan.
Ketiga, strategi modeling dimana guru harus mampu menjadi teladan bagi siswa.
Berdasarkan pengamatan penulis di SD Fransiskus juga mempunyai guru yang berasal
dari latar belakang yang berbeda. Hal ini dapat menjadi contoh bagi siswa tentang
bagaimana interaksi antar guru yang juga beragam, serta bentuk toleransi antar masing-
masing guru dalam merayakan hari besar keagamaan. Menurut Bukhori (2018) Guru
yang ideal adalah mereka yang mampu menempatkan posisinya sebagai fasilitator,
pemimpin, orang tua, bahkan tempat menyandarkan kepercayaan dan membantu orang
lain.
Keempat, metode tutor sebaya (group teaching) dimana metode ini cukup efektif untuk
meningkatkan interaksi sosial antar sesama siswa ditengah keberagamannya, mereka
tidak memandang perbedaan yang ada dalam berbagi ilmu yang mereka miliki, tanpa
diskriminasi dan melihat latar belakang temannya. Kelima, strategi pembasaan prilaku
yaitu pembiasaan yang dilakukan kepada siswa selama proses pembelajaran. Seperti
halnya berbaris didepan kelas dan bersalaman dengan guru sebelum masuk kelas, berdoa
sebelum dan sesudah belajar sesuai keyakinan masing-masing, mengangkat tangan jika
ada yang bertanya atau menyampaikan pendapat.

D. Peran Pendidikan PPKn dalam penanaman nilai-nilai budaya diindonesia

Indonesia merupakan salah satu negara Multikultural selain Amerika Serikat dan Kanada. Bhiku
Parekh (dalam Azra, 2006) Mendefinisikan masyarakat multikultural Sebagai gabungan beberapa
kelompok Masyarakat yang memiliki ciri khasnya Masing-masing. Hal inilah yang terjadi di Indonesia,
yaitu memiliki berbagai macam Budaya yang beraneka ragam. Menurut Ki Hajar Dewantara (Tilaar, 2007)
kebudayaan Indonesia terlahir dan terbentuk dari setiap Kebudayan yang ada di Indonesia.
Beranekaragamnya unsur-unsur yang dimiliki Indonesia, menjadi tantangan tersendiri bagi Bangsa ini
dalam menjaga kestabilan situasi Serta mempertahankan keutuhan dan Persatuan. Keberagaman yang ada
di Indonesia, selain menjadi salah satu sumber Kekayaan dan kekuatan bangsa, nyatanya juga Bisa menjadi
malapetaka.
Secara filosofi keberagaman bangsa Indonesia merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa,
sehinggarealita tersebut perlu Disikapi secara bijaksana bahkan dioptimalkan Sebagai upaya menjaga
marwah bangsa serta Membawa Indonesia menuju puncak Peradabannya. (We’u, 2020) memaparkan
Bahwa “keberagaman bangsa Indonesia Merupakan fakta sosial yang tidak Terbantahkan, sehingga
masyarakat harus Menghargai realita tersebut dengan penuh Kesadaran, guna memperkuat ikatan
Persaudaraan, persatuan serta saling Menghargai”. Nyatanya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki peran Penting dalam mengubah paradigma atau cara Pandang peserta didik terhadap realita
Tersebut, sehingga lumrah output dari Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan keberagaman
adalah membentuk Pemahaman peserta didik akan pentingnya Menjaga persatuan, kesatuan, persaudaraan
Bangsa, yang didasari oleh sikap religious, Patriotism, nasionalisme, toleransi, serta saling Menyayangi
dan menghargai. Pendidikan Kewarganegaraan sangat relevan untuk Berperan sebagai pendidikan

11
keberagaman. Selain didukung oleh tujuan serta struktur Keilmuannya yang mengakomodir kepentingan
Dalam menjaga kemajemukan bangsa, guna Meminimalisir praktik-praktik yang mengarah Pada
kekerasan, konflik SARA, penindasan Serta diskriminasi. Pendidikan Kewarganegaraan juga memiliki
posisi yang Strategis dalam konstitusi serta kurikulum Pendidikan nasional, yang disuratkan sebagai Mata
pelajaran serta mata kuliah wajib bagi Peserta didik. Terlepas dari pendekatan Maupun strategi
pembelajarannya, bahkan dari Berbagai hambatan teknis yang terjadi selanjutnya.
Sebagai negara yang kaya akan suku, Agama, dan budaya, Indonesia menjadi salah Satu negara
multikultural terbesar di dunia. (Assegaf, 2011) mengatakan bahwa Indonesia Memiliki setidaknya 300
suku, 200 bahasa Daerah, serta ribuan aspirasi dan pemikiran Kultural. Hal ini menjadi kebanggaan
tersendiri Bagi bangsa Indonesia sebagai identitas Nasional.Keberagaman sebagai anugerah dari Tuhan,
artinya bangsa ini diberi suatu Kepercayaan dalam menjaga dan memelihara Hubungan baik dalam
keberagaman yang mana Pemberian ini merupakan sesuatu yang niscaya Tanpa diusahakan. Bangsa ini
mengemban Tanggung jawab dan amanah yang besar dalam Menjaga kerukunan seluruh elemen
Masyarakat. Dengan adanya keberagaman ini,Bangsa Indonesia seharusnya mampu Memanfaatkan
kesempatan untuk Memaksimalkan potensi yang dimiliki serta juga mensyukurinya. “Menurut Soekarno
Keragaman etnis di Indonesia merupakan suatuAnugerah yang sangat bernilai. Sejak zaman Pra-
kemerdekaan usaha untuk menghilangkan Sifat kedaerahan (yang fanatik) terus Digencarkan. Hal ini
dipengaruhi oleh Peristiwa Sumpah Pemuda yaitu sumpah yang Meleburkan seluruh perbedaan yang ada
Menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pendidikan merupakan upaya yang strategis dalam pembentukan sistem nilai yang ada Dalam diri
seseorang, yang kaitannya dengan perwujudan hrkat dan martabat sebagai manusia Sesuai dengan tatanan
kehidupan masyarakt yang melingkupinya. Pendidikan senantiasa Mmengarahkan upaya dalam
peningkatan kesadaran dan martabat seseorang baik secara pribadi Maupun sebagai anggota masyarakat
suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana Untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif Mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakay, Bangsa dan negara (UU RI No. 20 Tahun 2003).
Pkn sudah menadi bagian dari instrument pendidikan nasional Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia. PKn mempersiapkan para peserta didik untuk Menjadi warga negara yang baik dan cakap,
berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung Jawab. PKn menciptakan generasi yang berkarakter
dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter adalaah suatu sisten
penanaman nilai-nilai karakter kepada Warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran,
kemauan, dan pola tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan Kewarganegaraan sangat relevan untuk Berperan sebagai pendidikan keberagaman.Selain
didukung oleh tujuan serta struktur Keilmuannya yang jelas berfokus pada upaya Untuk menjaga
kemajemukan bangsa, guna Meminimalisir praktik-praktik yang mengarah Pada ketidakadilan, kekerasan,
konflik Horizontal, penindasan serta diskriminasi. Oleh Karenanya Pendidikan Kewarganegaraan harus
Diajarkan sedari dini khususnya sejak peserta Didik memasuki usia sekolah dan pendidikan Ini harus terus
12
ditingkatkan sesuai dengan Jenjang peserta didik tersebut.
Namun begitu, untuk dapat menanamkan nilai nilai budaya yang yang baik Tersebut bukan hanya tanggung
jawab lembaga pendidikan semata, tetapi orang tua, keluarga dan Lingkungan sekitar pun memiliki peran
penting dalam menanamkan nilai-nilai budaya . Untuk itu, lembaga Pendidikan, orang tua dan juga
lingkungan sekitar harus bekerja sama dalam menanamkan nilai nilai budaya.

E. Implementasi nilai-nilai multikultural dimasyarakat


Pendidikan multikultural menurut Zamroni (2011) suatu bentuk reformasi pendidikan
yang bertujuan untuk memberikan kesempatan yang setara kepada siswa tanpa
memandang latar belakangnya, sehingga semua siswa dapat meningkatkan kemampuan
yang setara optimal sesuai dengan ketertarikan, minat dan bakat yang dimiliki. Nilai-nilai
tersebut seperti, nilai saling menghargai dan menghormati atau toleransi tidak membeda-
bedakan atau diskriminasi; tenggang rasa; empati; tolong menolong; kesetaraan; keadilan;
komunikasi kekompakan. Nilai-nilai multikultural yang telah dimiliki tersebut diyakini
kebenarannya dan dilakukan oleh sivitas akademika tersebut didorong oleh prinsip dan
tujuan yang dikembangkan oleh sekolah sesuai visi misinya.

Kelompok masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman


serta perbedaan yang sangat kompleks atau majemuk. Kelompok masyarakat dengan
bebagai keanekaragaman dan kemajemukan tersebut dikenal dengan istilah masyarakat
multikultural atau Multicultural society. Jika kita mengenal masyarakat sebagai
sekelompok masyarakat yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehinga mereka
mampu mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu, maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan
dengan multicultural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang
mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multicultural itu. Acuan
utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah
multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan
dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Fay 1996, Jary
dan Jary 1991, Watson 2000).

Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat


bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku
umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik
tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang
membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan
yang seperti sebuah mosaik tersebut (Reed, ed. 1997). Model multikulturalisme ini
13
sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam
mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang
terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: "kebudayaan bangsa
(Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah". Multikulturalisme bukan
hanya sebuah wacana tetapi sebuah ideologi yang harus diperjuangkan, karena
dibutuhkan sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup
masyarakatnya.

Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri terpisah dari ideologi-
ideologi lannya, dan multikulturalisme membutuhkan seperangkat konsep-konsep yang
merupakan bangunan konsep-konsep untuk dijadikan acuan bagi memahaminya dan
mengembang-luaskannya dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk dapat memahami
multikulturalisme diperlukan landasan pengetahuan yang berupa bangunan konsep-
konsep yang relevan dengan dan mendukung keberadaan serta berfungsinya
multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Bangunan konsep-konsep ini harus
dikomunikasikan diantara para ahli yang mempunyai perhatian ilmiah yang sama tentang
multikultutralisme sehinga terdapat kesamaan pemahaman dan saling mendukung dalam
memperjuangkan ideologi ini. Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme
antara lain adalah, demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos,
kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa, kesukubangsaan, kebudayaan
sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan
publik, HAM, hak budaya komuniti, dan konsepkonsep lainnya yang relevan (Fay 1996,
Rex 1985, Suparlan 2002).

Suparlan (2005) menyatakan bahwa konsep masyarakat multikultural (multicultural


society) perlu dibedakan dengan konsep masyarakat majemuk (plural society) yang
menunjukkan keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan suku bangsa,
multikulturalisme dikembangkan dari konsep pluralisme budayaatau masayarakat yang
memilikibudaya beranekaragam dengan menekankan pada kesederajatan kebudayaan
yang ada dalam suatu masyarakat. Sejalan dengan itu (Azra, 2006) menjelaskan bahwa
multikulturalisme ini mengusung semangat untuk hidup berdampingan secara damai
(peaceful coexistence) dalam perbedaan budaya yang ada baik secara individual maupun
secara kelompok dan masyarakat.

Konsep pendidikan multikultural pertama kali muncul di Amerika Serikat sebagai solusi
untuk mengatasi masalah pendidikan yang sangat diskriminatif. Pendidikan multikultural
ini dirancang sedemikian rupa untuk mengakomodir berbagai perbedaan budaya, ras,
14
suku, mengedepankan nilai kesamaan dan demokrasi. (Rois, A, 2013).H.A.R, Tilaar,
(2012), mengemukakan pendidikan multikultural bukan memfokuskan pendidikan untuk
kelompok, ras, suku, agama dan kultur yang dominan, melainkan pendidikan yang lebih
menekankan pada pengintegrasian semua kelompok yang ada. Sejalan dengan itu, Paulo
Freire (dalam Bukhori, I, 2018)mengemukakan pendidikan multikultural adalah
pendidikan yang memberikan kasamaan hak kepada semua kelompok, baik suku, ras,
etnis, agama, budaya dan strata sosial. Menurut Sukardi, J. S dkk., (2019), ada beberapa
nilai inti dalam pendidikan multikultural, yaitu pertama, nilai demokratis atau kebebasan
berekspresi tanpa paksaan. Kedua, nilai humanisme, yaitu nilai berkaitan dengan
kemanusiaan, seperti saling menolong, saling membantu, saling menghargai dan
sebagainya. Ketiga, nilai pluralisme, yaitu pengakuan adanya kesetaraan, kemajemukan
dan perbedaan, seperti perbedaan agama, suku, ras, budaya dan sebagainya. Hal senada
juga dikemukakan oleh Suryana, Yaya & Rusdiana H. A, (2015), nilai-nilai pendidikan
mulitikultural meliputi nilai perdamaian, nilaiinklusivisme, nilai toleransi, nilai
humanisme dan nilai kebebasan.

Menjaga dan mengelola kemultikulturan bukanlah sesuatu yang mudah diperlukan


kerjasama antar maupun inter komponen seluruh lapisan masyarakat. Elain itu juga di-
perlukan sinergi antara masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, budaya, etnik, suku, ras dan
bangsa dengan pemerintah baik desa, daerah, dan pusat. Dalam mengelola kemul-
tikulturan yang ada di Desa Patoman dilakukan melalui beberapa cara, yaitu Dialog dan
Kerjasama antarumat Beragama, Doa Bersama, Komunikasi Lintas Budaya, Meyakini
Agama Sendiri dan Menghargai Agama Orang Lain, Toleransi, Simpati, dan Empati,
Desa Kebangsaan, Forum Pembauran Kebangsaan, dan Forum Kerukunan Antar Umat
Be-ragama.

Implementasi nilai-nilai multikultural adalah penerapan nilai-nilai yang menghargai


perbedaan budaya, agama, dan ras dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa
contoh penerapan nilai-nilai multikultural yang dapat dilakukan di berbagai lingkungan,
seperti sekolah dan masyarakat:

Membuka diri terhadap perbedaan budaya, agama, dan ras.

Menghargai perbedaan dan tidak melakukan diskriminasi terhadap orang lain.

Menyediakan ruang untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang perbedaan budaya,
agama, dan ras.

Menyediakan bahan bacaan dan sumber informasi yang mengenai perbedaan budaya,
agama, dan ras.
15
Mengadakan kegiatan yang menghargai perbedaan budaya, agama, dan ras, seperti
festival budaya dan kegiatan sosial.

Implementasi nilai-nilai multikultural dapat dilakukan di berbagai lingkungan, seperti


sekolah dan masyarakat. Beberapa contoh implementasi nilai-nilai multikultural yang
dapat dilakukan adalah membuka diri terhadap perbedaan budaya, agama, dan ras,
menghargai perbedaan, menyediakan ruang untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman
tentang perbedaan budaya, agama, dan ras, menyediakan bahan bacaan dan sumber
informasi yang mengenai perbedaan budaya, agama, dan ras, serta mengadakan kegiatan
yang menghargai perbedaan budaya, agama, dan ras, seperti festival budaya dan kegiatan
sosial.

F. Urgensi penanaman nilai-nilai budaya dalam Masyarakat

16
Isu budaya selain menjadi bagian yang terdampak dari perkembangan Ekonomi dunia, juga
menjadi isu penting karena akibat merasuknya nilai-nilai budaya Barat Melalui arus
globalisasi ke kalangan masyarakat di negara berkembang, seperti Indonesia Merupakan
ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas. Budaya konvensional yang
Menempatkan toleransi, keramah-tamahan, penghormatan pada yang lebih tua dapat
tergerus Oleh pergaulan bebas dan sikap individualistik yang dibawa oleh arus globalisasi.
Dalam hal ini contohnya pada kota Pontianak dimana mereka dalam upaya melestarikan
dan mewariskan nilai-nilai budaya lokal adalah Melalui tradisi Saprahan yang diadakan
oleh etnis Melayu di Kota Pontianak. Tradisi ini lahir Dan berkembang dengan nuansa
religi yang kental karena tidak terlepas dari peristiwa di Masa lampau serta pengaruh Islam
yang menjadi corak dari pendirian kerajaan Pontianak Sebagai cikal bakal lahirnya Kota
Pontianak. Keragaman etnis di Kota Pontianak melahirkan berbagai tradisi budaya yang
Berlangsung hingga saat ini. Tradisi tersebut misalnya Saprahan dan Tepung Tawar
(Melayu), Imlek dan Sembahyang Kubur (Tionghoa), Gawai Dayak dan Naik Dango
(Dayak).

Salah satu strategi agar tradisi budaya lokal di Kota Pontianak tetap lestari adalah melalui
sarana pendidikan. Lembaga pendidikan/sekolah dianggap sebagai satu-satunya lembaga
yang tidak pernah mati. Pewarisan nilainilai budaya dapat dilakukan melalui pembelajaran
sejarah lokal di sekolah. Hal ini karena Pembelajaran sejarah lokal dapat memberikan
gambaran dan menjadi pedoman suatu bangsa Untuk melangkah dari kehidupan masa kini
ke masa yang akan datang. Tradisi Saprahan termasuk ke dalam budaya kuliner karena
dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang diatur sesuai tradisi turun-temurun
seperti pada apa saja menu makanan yang disajikan, cara menyajikan makanan tersebut,
hingga ritual makannya. Dalam tradisi Saprahan terdapat kebiasaan atau tata cara
pelaksanaan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun seperti dalam tata cara duduknya
yang lesehan atau bersila di atas lantai secara berkelompok yang terdiri dari enam orang
dalam satu kelompoknya. Dalam makan Saprahan semua hidangan makanan disusun secara
teratur di atas kain Saprah yang biasanya berwarna putih atau kuning. Lambang warna
putih atau kuning Merupakan simbol warna Melayu yang berarti kesucian pada warna putih
dan kehormatan Pada warna kuning. Sedangkan lauknya berjumlah lima macam sebagai
penanda rukun Islam.

Peralatan dan perlengkapan dalam tradisi Saprahan seperti kain Saprahan yang berwarna
putih atau kuning, piring makan, kobokan, kain serbet, mangkuk nasi, mangkuk lauk pauk,
serta gelas minuman Pelaksanaan tradisi Saprahan biasanya diadakan ditempat yang luas,
17
baik itu di tempat tertutup (gedung, aula) atau di lapangan yang diberi tenda. Semua
tergantung pada tujuan pelaksanaan dan jumlah undangan yang mengikuti tradisi Saprahan
itu sendiri.

Nilai-Nilai Budaya Dalam Tradisi Saprahan di Kota Pontianak

Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,
kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan
lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi
Tradisi Saprahan kental akan nuansa religi keislaman. Sebagai contoh adalah adanya
simbol Rukun Iman yang jumlahnya enam, yang dalam tradisi Saprahan diwujudkan dalam
jumlah orang yang makan bersama dalam tiap kelompok berjumlah enam orang. Rukun
Iman sendiri dalam kepercayaan Islam ada enam yaitu percaya kepada Allah SWT, percaya
kepada malaikat, percaya keada kitab-kitab, percaya kepada rasul-rasul, percaya pada hari
kiamat, serta percaya kepada qada dan qadar. Jadi dapat dikatakan bahwa budaya sapranan
ini mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan nilai budaya, yang bisa kita wariskan dan
terapkan pada generasi muda

Nilai-Nilai Budaya Dalam Tradisi Saprahan di Kota Pontianak Nilai budaya merupakan
nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu Masyarakat, lingkup organisasi,
lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu Kebiasaan, kepercayaan, simbol-
simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan Satu dan lainnya sebagai acuan
perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang Terjadi Tradisi Saprahan
kental akan nuansa religi keislaman. Sebagai contoh adalah adanya Simbol Rukun Iman
yang jumlahnya enam, yang dalam tradisi Saprahan diwujudkan dalam Jumlah orang yang
makan bersama dalam tiap kelompok berjumlah enam orang. Rukun Iman sendiri dalam
kepercayaan Islam ada enam yaitu percaya kepada Allah SWT, percaya kepada Malaikat,
percaya keada kitab-kitab, percaya kepada rasul-rasul, percaya pada hari kiamat, Serta
percaya kepada qada dan qadar. Jadi dapat dikatakan bahwa budaya sapranan ini
mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan nilai budaya, yang bisa kita wariskan dan terapkan
pada generasi muda

Nilai budaya lain adalah bersikap sopan saat menikmati sajian atau hidangan makanan
Dalam tradisi Saprahan yaitu dengan kebiasaan kaum pria duduk bersila sedangkan kaum
Wanitanya duduk bersimpuh. Dalam tradisi Saprahan juga mengandung makna ritual
makan Bersama sebagai simbol duduk sama rendah, berdiri sama tinggi sebagai wujud

18
kebersamaan, Keramahtamahan, kesetiakawanan sosial, serta persaudaraan.Tradisi
Saprahan dilakukan dalam berbagai acara seperti perjamuan, perkawinan, Peringatan hari
besar keagamaan dengan mengundang beragam etnis lain selain etnis Melayu Sehingga
muncul sikap kebersamaan dan penghargaan kepada orang lain atau etnis lain dalam Acara
Saprahan tersebut. Melalui tradisi Saprahan juga sebuah kesederhanaan tercipta.

Penanaman Nilai-Nilai Budaya Berbasis Tradisi Saprahan Dalam Pembelajaran

Sejarah Lokal di Sekolah Kota Pontianak Pengajaran sejarah akan lebih meresap dalam
sanubari siswa jika dilengkapi dengan Sejarah lokal karena siswa dapat menyaksikan
sendiri peninggalan sejarah dan budaya, nama Orang, nama tempat, dan peristiwa-peristiwa
di sekeliling mereka. Sumber sejarah lokal Selain yang tertulis juga terdapat sumber tak
tertulis yang biasanya masih tersimpan dalam Tradisi rakyat berupa cerita legenda,
nyanyian, adat-istiadat yang khas, pola nilai, Kepercayaan dan sikap. Pembelajaran sejarah
lokal dengan memasukkan tradisi Saprahan sebagai bahan materi Pelajaran dapat
digolongkan sebagai pembelajaran kontekstual. Materi pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran sejarah lokal
memiliki keterkaitan dengan konteks Lingkungan di mana siswa itu berada yaitu dalam
lingkungan budaya nonmateri yang meliputi Sistem kepercayaan dan agama yang dianut
masyarakat, sistem norma yang berlaku di Masyarakat, sistem kemasyarakatan, adat
istiadat, kesenian, bahasa, keragaman suku dan ras. Adanya nilai-nilai budaya dalam tradisi
Saprahan seperti nilai saling Mengenal, persaudaraan, dan menghargai orang lain dapat
meredam konflik antar etnis Apabila budaya ini dilestarikan. Sehingga Kota Pontianak
akan menjadi harmonis dan Sejahtera.

19
20
3.1 Kesimpulan

Pendidikan PKn merupakan pendidikan yang berbasis multikultural dimana pendidikan


Ini memuat ilmu yang menumbuhkan beberapa prinsip multikulturalisme. Beberapa prinsip
Tersebut diharapkan dapat diaplikasikan pada kehidupan berbangsa Indonesia khususnya di
Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dengan tujuan dapat melindungi demokrasi.
Masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam menghargai keberagaman serta hidup dalam
Keberagaman. Masyarakat yang bedasar multikulturalisme menumbuhkan paradigma atau
Sudut pandang akan keberagaman dengan terus penghargaan bagi perbedaan, baik itu
Perbedaan individu (jenis kelamin, warna kulit, usia dan tinggi), serta perbedaan agama,
sosial
Budaya, bahasa, dan kelompok etnis. Warga negara yang berdasar pada multikulturalisme
Mempunyai peran penting dalam rangka mewujudkan keberagaman bangsa Indonesia, yang
Mana keberagaman tidak dapat menyebabkan sumber konflik, namun dalam rangka toleransi
Serta hormat menghormati guna memperkuat keberagaman bangsa negara Indonesia serta
Makna Bhinneka Tunggal Ika .

21
3.2 Saran
Dalam proses pembelajaran, pendidikan kewarganegaraan yang berdasar pada
Multikulturalisme harus mencerminkan multikulturalisme untuk merefleksikan
masyarakat Multikultural. Hal itu dikarenakan didalam rangkaian pembelajaran siswa
harus lebih dekat Bersama masyarakat, kehidupannya serta permasalahan sosialnya.
Mahasiswa harus mengenal Dan telah mendapatkan pelatihan untuk menghadapi dan
memecahkan masalah keberagaman Di masyarakat. Warganegara guru harus melakukan
reformasi diri dan refleksi diri untuk Mempersiapkan diri membela dan mengajar atas
dasar multikulturalisme. Guru harus Mendapatkan bimbingan dan bimbingan agar dapat
memainkan peran terbaiknya agar Pendidikan multikultural dapat dilaksanakan dengan
baik melalui organisasi kemasyarakatan.Pelaksanaan pendidikan multikultural di bidang
kewarganegaraan dan disiplin ilmu lainnyabHarus ditingkatkan, terutama di wilayah
konflik yang tadinya berkonflik dan wilayah yang banyak Keanekaragamannya, agar
konflik tidak terulang kembali.

22
DAFTAR PUSTAKA

Azra,A. (2006). Pancasila dan identitas nasional Indonesia: perspektif multikulturalisme.


Dalam restorasi Pancasila: Mendamaikan Politk identitas dan modenitas. Bogor.
Brighten Press
Arif, M. (2014). Model kerukunan sosial pada masyarakat multikultural cina benteng (kajian
historis dan sosiologis). Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1
Faisal, S. (1992).Format-format penelitian sosial (dasar-dasar dan aplikasi) Jakarta:
Rajawali.
Huda, U., & Angraini, R. (2021). Integrasi Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran
PPKn di SD Fransiskus Padang Panjang. Journal of Civic Education, 4(1), 25-
31.
Humaeroh, S., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan di Era
Globalisasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa. Journal on Education, 3(3),
216-222.

Sati, L., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pendidikan
Multikultural. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 904-910.
Azra,A. (2006). Pancasila dan identitas nasional Indonesia: perspektif multikulturalisme.
Dalam restorasi Pancasila: Mendamaikan Politk identitas dan modenitas. Bogor.
Brighten Press
Arif, M. (2014). Model kerukunan sosial pada masyarakat multikultural cina benteng (kajian
historis dan sosiologis). Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1
Faisal, S. (1992).Format-format penelitian sosial (dasar-dasar dan aplikasi) Jakarta:
Rajawali.
Marjito, E. R., & Juniardi, K. (2021). Urgensi penanaman nilai-nilai budaya berbasis tradisi
saprahan dalam pembelajaran sejarah lokal di Kota Pontianak. SWADESI:
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah, 2(1), 59-73.

23

Anda mungkin juga menyukai