Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR

CRITICAL BOOK REVIEW


PEMANTAPAN WAWASAN KEBANGSAAN DALAM PERSATUAN DAN KESATUAN

BANGSA

Disusun Oleh

Maria Clara Elfrisma Manalu


3203111024

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan kasih dan
Rahmat-nya saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report Mata kuliah “Pendidikan
Kebangsaan” Sebagai bagian dari pemenuhan tugas KKNI.

Critical Book Report ini dibuat dengan berbagai bantuan dari berbagai pihak untuk
menyelesaikan tantangan dan hambatan. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan critical book report. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Perlaungan , selaku dosen pengampu dalam mata
kuliah ini. Juga kepada teman teman yang telah membantu saya dalam menjalankan aktivitas
perkuliahan.

Terlepas dari itu saya sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap karya critical
book report ini, sebab itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar dapat memperbaiki critical book selanjutnya. Akhir kata
sekiranya critical book report ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... ii
BAB I ..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................................1
1.1 Identitas Buku .............................................................................................................................1
2.1 Relevansi Dengan Mata Kuliah ...................................................................................................1
BAB II .........................................................................................................................................................3
RINGKASAN BUKU .................................................................................................................................3
Buku Pembanding ...................................................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................... 12
KEUNGGULAN BUKU.......................................................................................................................... 12
Buku Utama.......................................................................................................................................... 12
Buku Pembanding ................................................................................................................................ 12
BAB IV .................................................................................................................................................... 14
KELEMAHAN BUKU ............................................................................................................................ 14
Buku utama .......................................................................................................................................... 14
BAB V ...................................................................................................................................................... 16
HASIL ANALISIS ................................................................................................................................... 16
BAB VI .................................................................................................................................................... 17
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................................ 17
6.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 17
6.2 Saran ......................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 18
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Identitas Buku
Buku utama

Judul Buku : Pemantapan Wawasan Kebangsaan


Penulis : Menteri Koordinator Polhukam
Penerbit : Kemenko Polhukam
Tahun Terbit : 2016
ISBN : -
Jumlah Halaman : 108 hal
Edisi : -

Buku Pembanding

Judul Buku : Membangun Karakter Kemanusiaan, Membentuk


Kepribadian Bangsa Melalui Pendidikan
Penulis : SARBAINI,dkk
Penerbit : UPT MKU (MPK-MBB) Universitas Lambung Mangkurat
Jalan H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin
Tahun Terbit : 2016
ISBN : 978-602-6791-72-6
Jumlah Halaman : 410 hal
Edisi : Cetakan -1

2.1 Relevansi Dengan Mata Kuliah

"bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya"
ir.soekarno.

Alasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa itu sendiri dan
kesadaran terhadap sistem nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI tahun 1945,
NKRI dan bhinneka tunggal Ika. Relevansi buku utama dengan mata kuliah pendidikan
kebangsaan terdapat pada pembahasan buku utama yang menjelaskan mengenai pementasan
pemahaman nilai-nilai kebangsaan dan konsep kebangsaan. Relevansi buku pembanding

1
dengan mata kuliah juga terdapat relevansi yang kuat di mana buku pembanding dengan
judul membangun karakter kemanusiaan dan membentuk kepribadian bangsa melalui
pendidikan merupakan suatu tujuan yang tertulis dalam undang-undang dasar 1945 yang
juga menjadi landasan untuk memupuk nilai-nilai kebangsaan pada generasi penerus bangsa
melalui pendidikan.

Urgensi dari pembangunan karakter bangsa, generasi muda dan peserta didik
mempunyai latar belakang yang kuat baik secara filosofis ideologis norma normatif dan
historis maupun sosiokultural. Kondisi perilaku modern di masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari terjadi karena adanya pengaruh yang kuat dari nilai-nilai pragmatis yang dibawa
oleh globalisasi melalui arus teknologi komunikasi secara canggih sementara melemahnya
pengaruh nilai-nilai idealisme religius dari budaya lokal yang masih bertahan sehingga
selain mewujudkan dalam perubahan juga melahirkan benturan.

2
BAB II
RINGKASAN BUKU

PEMANTAPAN WAWASAN KEBANGSAAN

1. Apakah yang dimaksud dengan Pemantapan Wawasan Kebangsaan? a. Pemantapan


adalah proses kegiatan yang mengedepankan upaya-upaya untuk membuat seseorang
atau keadaan menjadi mantap, teguh, dan stabil, sehingga dapat berlangsung lebih baik
dari keadaan sebelumnya untuk menunjang kehidupan bersama sebagai satu kesatuan
bangsa.
2. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber
dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Apa manfaat Pemantapan Wawasan Kebangsaan

Bagi masyarakat maupun para elite politik? Pemantapan Wawasan Kebangsaan yang
berintikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan
pedoman dan sumber inspirasi, motivasi, dan kreativitas yang mengarahkan proses
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju masa depan yang
dicita-citakan bersama bangsa Indonesia. Melalui Pemantapan Wawasan kebangsaan kita dapat
menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Selanjutnya dengan kerja keras seluruh komponen
bangsa dalam membangun bangsa yang ditopang prasyarat stabilitas politik dan keamanan yang
dinamis, serta supremasi hukum yang adil, maka akan terwujud tujuan nasional, yaitu Indonesia
yang aman dan sejahtera.

SUBSTANSI WAWASAN KEBANGSAAN

1. Substansi apa yang perlu dipahami dalam Wawasan Kebangsaan? Pada dasarnya
wawasan kebangsaan berintikan Empat Konsensus Dasar, sebagaimana yang telah
diwariskan oleh para pendiri negara dan bangsa (the founding fathers), yaitu: a.
Pancasila; b. UUD NRI Tahun 1945; c. NKRI; d. Bhinneka Tunggal Ika
2. Konsepsi apa yang dibutuhkan dalam implementasi pemantapan Wawasan Kebangsaan?
Konsepsi untuk mendukung implementasi Pemantapan Wawasan Kebangsaan yang
3
berpedoman kepada Empat Konsensus Dasar dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, di implementasikan dengan konsepsi Wawasan Nusantara,
Ketahanan Nasional, Kewaspadaan Nasional, serta Etika Berbangsa dan Bernegara
dengan uraian singkat sebagai berikut: Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, Ketahanan Nasional (Tannas) adalah suatu kondisi
dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan
untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk
Ancaman, Kewapadaan Nasional atau Padnas adalah kesadaran dan kesiapsiagaan
bangsa untuk melihat dengan cermat masalahmasalah yang dihadapi secara nasional,
baik dalam bentuk kerawanan atau dalam bentuk Ancaman, Gangguan, Hambatan dan
Tantangan (AGHT), etika kehidupan berbangsa dan bernegara, Suatu bangsa dikatakan
berperadaban tinggi apabila warga bangsa tersebut bertindak sesuai dengan aturan main
yang disepakati bersama, yaitu etika yang sering disebut unggahungguh, tata krama,
sopan santun dan budi pekerti. Warga yang mempunyai etika akan mampu secara baik.

Arah Kebijakan Etika Berbangsa dan Bernegara


Nilai-nilai etika dan moral harus benar-benar hidup didalam sanubari dan
kehidupan bangsa Indonesia. Atas dasar itu semua, perlu upaya dan langkah konkrit
untuk membebaskan bangsa Indonesia dari situasi yang semakin memprihatinkan, serta
semakin membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan
etika merupakan pendidikan karakter yang berbeda dengan pendidikan yang bersifat
transfer ilmu pengetahuan, karena dalam proses ini peran keteladanan jauh lebih besar
pengaruhnya terhadap pembentukan etika.

KARAKTER BANGSA
Apa yang dimaksud dengan karakter bangsa?
Karakter bangsa adalah karakter dari individu atau pribadi yang menjadi identitas atau
jati diri bangsa. Karakter, artinya kepribadian termasuk didalamnya cara berpikir, nilai-
nilai dan watak yang tercermin melalui sikap, perilaku, dan tindakan yang menjadi ciri-
ciri bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mengapa dibutuhkan pembangunan karakter bangsa?
Pembangunan karakter bangsa diperlukan karena bertujuan untuk menciptakan
masyarakat Indonesia yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, dan
beretika berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku
4
manusia Indonesia yang berkepribadian, beriman, berbudi luhur, bergotong royong,
berkembang, dinamis, dan berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya bangsa.
Bagaimana hubungan Pemantapan Wawasan Kebangsaan dan pembangunan karakter
bangsa?
Pemantapan wawasan kebangsaan dan pembangunan karakter bangsa seperti “satu koin
yang mempunyai dua sisi”, yaitu dimana satu sama lain tidak dapat dipisahkan, saling
berhubungan, saling melengkapi, dan saling memperkuat, karena keduanya bersumber
dari Empat Konsensus Dasar. Karakter bangsa pada dasarnya merupakan bagian penting
dalam implementasi pemantapan wawasan kebangsaan yang dicerminkan dengan sikap,
perilaku dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari warga negara Indonesia.
Bagaimana perbedaan dan kesamaan Pemantapan Wawasan Kebangsaan dan
pembangunan karakter bangsa?
Wawasan kebangsaan dan karakter bangsa mengandalkan strategi pendekatan melalui
pendidikan dan menonjolkan faktor keteladanan sesuai budaya bangsa. Perbedaannya
adalah pada upaya-upaya pendekatan dalam proses transformasi kepada seseorang atau
kelompok masyarakat, dimana pembangunan karakter bangsa lebih menekankan pada
pendidikan formal di sekolah, mulai dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),
TK (Taman Kanak-Kanak), Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tingkat Sekolah
Menengah Umum (SMU), termasuk karakter sopan santun dan budi pekerti untuk
memperkuat Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Bagaimana membangun SDM Indonesia dan menumbuhkan rasa kebangsaan
(nasionalisme) bagi anak-anak remaja di sekolah?
Untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh, dibutuhkan
pendidikan yang ditopang dengan national character building atau pembangunan
pendidikan karakter. Harus diakui bahwa semangat euforia reformasi membawa ekses
buruk yang di kemudian hari

PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA


Perlu ada kesadaran dan komitmen seluruh masyarakat untuk menghormati
kemajemukan bangsa Indonesia dalam upaya mempersatukan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara melalui Pemantapan Wawasan Kebangsaan dalam menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa, demi tegaknya NKRI menuju masa depan yang lebih
baik berdasarkan Empat Konsensus Dasar. yang berintikan Pancasila, UUD NRI Tahun
5
1945, merupakan warisan oleh para pendiri bangsa Indonesia. Sepanjang masih ada
negara dan bangsa Indonesia, maka Empat Konsensus Dasar wajib dipegang teguh dan
dipatuhi oleh seluruh Warga Negara Indonesia (WNI).

KESADARAN BELA NEGARA


Esensi bela negara adalah bersikap dan berbuat serta bertindak yang terbaik dan berguna
bagi bangsa dan negara yang dapat dikategorikan sebagai pejuang/patriot. Apabila dapat
meningkatkan dan berprestasi bagi negara dan bangsa, maka sangat pantas mereka
disebut sebagai “pahlawan bangsa” masa kini. Bela negara merupakan kebijakan yang
dibuat oleh negara atau pemerintah yang bertujuan untuk melindungi negara dari
ancaman musuh, baik yang datang secara langsung maupun tidak langsung

Kita juga perlu terus mempertahankan nilai, jati diri dan karakter bangsa kita
yang luhur dan terhormat. Kita perlu terus meningkatkan semangat dan etos kerja
sebagai bangsa yang kuat dan gigih, dan bukan bangsa yang lemah dan mudah
menyerah. Kita terus membangun peradaban yang menghadirkan persaudaraan,
persahabatan dan kerukunan bangsa. Bangsa Indonesia akan kokoh dan tetap berdiri
untuk selamalamanya yang mempedomani Empat Konsensus Dasar, meskipun krisis
dan ujian berat datang silih berganti. Kunci dari semua itu adalah persatuan,
kekompakan dan kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Jiwa dan semangat semua ini
adalah keharusan kita untuk bersatu dalam perbedaan sebagaimana tertuang dalam
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa Indonesia amat majemuk ditinjau dari
berbagai sudut suku, daerah, budaya, agama, adat istiadat dan berbagai identitas lainnya.
Namun, kemajemukan dan perbedaan ini janganlah menjadi penghalang untuk
membangun persaudaraan, kerukunan, dan harmoni di bumi pertiwi ini.
Kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk terus menjadikan Indonesia
yang kita cintai ini sebagai taman kehidupan yang indah dan teduh, dimana semua anak
bangsa mendapatkan ketenteraman, kedamaian dan harapan terhadap masa depan yang
cerah. Pemantapan Wawasan Kebangsaan yang berintikan Empat Konsensus Dasar
merupakan upaya menanamkan kembali rasa kebangsaan, semangat kebangsaan dan
tekad/komitmen kebangsaan yang kuat, dalam meningkatkan kecintaan dan kebanggaan
terhadap bangsa dan negara Indonesia ditengah persahabatan dunia yang semakin
demokratis, semakin adil, dan semakin sejahtera.

6
Buku Pembanding
MEMBANGUN KARAKTER KEMANUSIAAN, MEMBENTUK KEPRIBADIAN
BANGSA MELALUI PENDIDIKAN

BAB I Membangun Karakter Bangsa

Dalam sejarah, termasuk sejarah Indonesia menunjukkan bahwa kaum muda atau
pemuda selalu menempati peran terdepan dalam momentum yang menentukan. Pendiri bangsa
ini, adalah kaum muda, tak hanya hebat menjadi pejuang, tetapi juga ulet dan teguh pendirian.
Karakter yang kuat pada diri merekalah, yang membuat mereka gigih untuk merebut
kemerdekaan dari tangan penjajah

Membangun Karakter Bangsa

1. Pengertian Membangun Karakter Bangsa

Secara etimologis, karakter berasal dari charac atau charassein, charatto yang berarti
stempel, takut, takik, guratan, ukiran. Jadi karakter itu adalah guratan totalitas yang unik dari
seorang individu. Salahlah, jika kita berpikir akan mencetak karakter anak menurut ”kehendak
dan cita idiilnya”, dengan melupakan faktor lingkungan belajarnya (fisik dan non fisik).
Kekeliruannya, karena kita melupakan pola dan iklim kehidupan nyata anak dalam
kehidupannya di sekolah dan atau bersama temannya. Padahal lingkungan tersebut amat
menentukan terhadap pembentukan diri anak, karena melalui lingkungan tersebut, anak
menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan
moral dalam hidupnya.

Meski masih ada yang berpendapat bahwa perubahan yang disebabkan lingkungan relatif
sangat kecil, namun itu hanya diakui terhadap kecerdasan yang dimiliki seseorang. Karakter
atau sering disamakan dengan kepribadian yang relatif bersifat tetap. Jika Kelly (Hurlock, 2006:
106) menggarisbawahi bahwa tidak ada perubahan praktis pada kecerdasan. Pendapat ini juga
mendapat dukungan dari Allport (Hurlock, 2006; 108) yang menggarisbawahi bahwa kenyataan
yang paling penting tentang kepribadian adalah bahwa ia relatif bersifat tetap dan kualitasnya
unik.

2. Cara Membangun Karakter Bangsa

Pembicaraan tentang cara membangun karakter bangsa, berarti membicarakan pada tataran
operasional, dengan selalu memperhitungkan keragaman etnis serta keragaman budaya, dan
juga berkait dengan Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara, sudah seharusnya digali,

7
dikembangkan agar terinternalisasi pada masing-masing pribadi bangsa Indonesia. Jika P- 4
(Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ), pada masa Orde Baru dikatakan gagal
dalam membangun karakter bangsa, di antaranya karena P4 disampaikan sebagai intruksi.
Untuk membangun karakter bangsa, kiranya dapat dimulai dengan mengoperasionalkan
penjabaran sila-sila dari Pancasila dan tidak disampaikan sebagai instruksi.

Manusia berupaya mengenal dirinya dan mengenal dunia. Ada yang menganggap
mengenal diri itu lebih penting, dan ada yang memandang mengenal dunia lebih penting.
Perbedaan jawaban untuk pertanyaan ini terjadi akibat perbedaan cara berpikir Timur dan Barat.
Juga akibat perbedaan pandangan ilmu pengetahuan dan pandangan agama. Ilmu pengetahuan
adalah sarana untuk mengetahui dunia, sedangkan agama adalah produk dari kenal, tahu atau
sadar diri. Ilmu pengetahuan, selain berupaya membuat manusia mengenal dirinya, juga
berupaya membuat manusia mengenal dunia.

BAB 3 Hakekat Pendidikan Agama

Pendidikan agama adalah pendidikan yang unik, berbeda dari pendidikan dalam bidang-
bidang lainnya. Keunikan ini terletak pada karakter agama itu sendiri yang keberadaannya pada
seseorang merupakan suatu keyakinan dan kepercayaan. Oleh karena itu, “keberagamaan” lebih
merupakan fenomena emosional yang menyentuh rasa dan melibatkan kesadaran irrasional.
Dengan demikian, pendidikan agama memerlukan pendekatan khusus, antara lain, dalam
pemilihan materi, proses pengajaran dan pembelajaran, dan perumusan tujuan pendidikan.
Untuk sampai pada pendekatan yang pas dan tepat, sehingga pendidikan agama mencapai
sasaran secara efektif, diperlukan suatu perenungan mengenai apa hakekat dari pendidikan
agama itu.

Pendidikan agama dalam Sistem Pendidikan Nasional, secara eksistensial merupakan


bagian dari Pendidikan Umum yang misinya adalah membina karakter peserta didik melalui
berbagai pembinaan moral dan transfer nilai-nilai konstruktif, baik bagi kehidupan individual
atau dalam kehidupan bersama.

Rasa ke”beragama”an adalah fitrah, merupakan kesadaran akan eksistensi zat yang
transenden, memerlukan 85 wadah untuk menyalurkannya. Rasa ke”beragama”an ini disalurkan
dengan memeluk suatu agama tertentu, baik hasil pewarisan dari orang tua atau kesadaran
sendiri. Namun demikian pemelukan suatu agama, tidak otomatis menjadi religius. Agama
memuat seperangkat nilai-nilai dan menuntut pemeluk-pemeluknya untuk memiliki keterikatan

8
secara kuat dengannya. Religiositas merupakan komitmen terhadap nilainilai agama. Manusia
adalah homo-educandum.

Untuk perkembangan dirinya menuju ke”manusia”an, perlu dididik termasuk dalam


religiositasnya. Meskipun rasa ke”beragama”an merupakan fitrah, namun agar fitrah itu tumbuh
subur dan terjadinya ikatan kuat dengan nilainilai agama, nilai-nilai agama tersebut perlu
dididikkan. Pendidikan agama merupakan kebutuhan niscaya (hajah dlaruriyyah), karena
adanya kondisi-kondisi yang menuntut diadakannya, tanpanya tujuan tidak akan tercapai.
Pendidikan agama menjadi conditio sine qua non bagi terjadinya perkembangan religiositas
Pendidikan agama merupakan suatu proses mempertemukan fitrah keberagamaan seseorang
dengan nilai-nilai agama untuk meningkatkan religiositasnya. Oleh karena itu, pendidikan
agama sebagai pendidikan nilai yang bersifat rabbany, secara konseptual haruslah merupakan
pendidikan yang religius, bukan sekedar transfer pengetahuan tentang ajaran-ajaran agama,
yaitu pendidikan yang tidak sekedar menyentuh aspek kognitif, tapi pendidikan yang dapat
menembus hati dan kesadaran batiniyyah peserta didik.

BAB 12 Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Keadilan Sosial; Analisis Nilai
Bersama dan Kebersamaan dalam Pendidikan Inklusif

Amandemen Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa salah satu tujuan


Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, maka setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang
merata dan bermutu, sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status
sosial, etnis dan jender (Renstra Depdiknas 2005- 2009). Hak setiap warga negara untuk
memperoleh layanan pendidikan yang bermutu tanpa diskriminasi, pada dasarnya merupakan
jabaran dari landasan idiil sistem pendidikan di Indonesia, yaitu Pancasila, terutama sila
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Tujuan Pendidikan Nasional tersebut di atas selanjutnya dijadikan acuan dalam


perumusan Visi Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Straregis
Depdiknas yaitu “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Cerdas dan kompetetif dimaknai
sebagai Insan Kamil atau Insan Paripurna. Tercapai tidaknya visi dimaksud sangat tergantung
pada upaya peningkatan kualitas pendidikan sejak pendidikan pra sekolah sampai perguruan
tinggi. (Renstra Depdiknas 2005-2009).

Ketercapaian tujuan dan visi pendidikan nasional salah satunya sangat ditentukan oleh
seberapa besar pemerintah mengusahakan pendidikan yang berbasis keadilan sosial. Salah satu

9
wujud dari pendidikan berbasis keadilan sosial adalah memberikan hak-hak yang sama kepada
setiap anak usia sekolah untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu sesuai dengan
karakteristi dan kebutuhannya. Ditinjau dari sisi hakhak anak, setiap warga negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, termasuk di dalamnya warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan /atau sosial berhak
memperoleh pendidikian khusus ( pasal 5 ayat 1 dan 2 UU No 20 tahun 2003).

Secara normatif, sekolah Inklusif adalah sekolah yang terpilih melalui seleksi dan
memiliki kesiapan baik Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Peserta Didik, Tenaga Administrasi
dan Lingkungan Sekolah/Masyarakat). Pengembangan pendidikan inklusif (sebagai perwujudan
dari pendidikan berbasis keadilan sosial), bahkan telah mendapatkan dukungan dan pembenaran
dari organisasi-organisasi internasional seperti UNESCO. Pendidikan inklusif menekankan
perlunya anak-anak yang selama ini termarjinalkan untuk memperoleh pelayanan pendidikan
dan berpartisipasi dalam pembelajarannya. Kenyataan menunjukkan, walaupun secara normatif
pendidikan inklusif telah memperoleh pijakan yang kuat baik secara nasional maupun
internasional, tetapi dalam praktik penyelengaraannya masih dihadapkan kepada kendala-
kendala, baik kendala yuridis, birokratis, maupun psikologis.

Secara filosofis pengembangan pendidikan inklusif pada dasarnya merupakan buah dari
pendidikan progresif yang bersumber dari filsafat eksistensialisme dan pragmatisme. Konsep
filosofis pendidikan inklusif sejalan dengan deklarasi UNESCO (1998) tentang pendidikan nilai
, yaitu “belajar untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni” Pijakan yuridis baik
komitmen-komitmen internasional maupun hukum nasional menghendaki adanya penghapusan
diskriminasi terhadap layanan pendidikan. Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan nasional
sekarang ini, disamping tetap mempertahankan keberadaan SLB, dalam rangka memperluas
aksesibilitas 331 layanan pendidikan yang berkualitas, dikembangkan pula pendidikan inklusif
dalam bentuk pengembanganpengembangan sekolah inklusif.

Dalam perspektif Pendidikan Umum/Nilai pelaksanaan pendidikan inklusif merupakan


implementasi model pendidikan berbasis nilai keadilan sosial, khususnya nilai kerjasama dan
kebersamaan.Nilai-nilai sosial merupakan seperangkat sikap masyarakat yang dihargai sebagai
suatu kebenaran dan dijadikan standar untuk bertingkah laku guna memperoleh kehidupan
masyarakat yang demokratis dan harmonis. Nilai sosial tersebut digunakan sebagai acuan atau
pedoman untuk bertingkah laku guna menata hubungan sesama warga masyarakat secara
sukarela. nilai sosial sebagai suatu standar atau aturan dalam suatu masyarakat. Nilai bersifat
abstrak, seperti nilai keadilan dan kejujuran, dan bersifat spesifik, seperti hukum dan kebajikan.

10
Nilai-nilai sosial tersebut digunakan untuk mencapai kehidupan manusia yang harmonis.
Fungsi Nilai-nilai sosial antara lain adalah: (a) sebagai pedoman, dasar pertimbangan, standar
atau prinsip dalam bertingkah laku dengan orang lain. (b) untuk mengukur nilai-nilai sosial
yang dimiliki; (c) untuk memiliki perilaku yang terbaik dalam hubungannya dengan orang lain,
dan (d) sebagai sarana mencapai tujuan hidup bermasyarakat yang demokratis dan harmonis.

Adapun kedudukan Nilai-nilai sosial sangat mempengaruhi terhadap kehidupan, apakah


konstruktif atau destruktif. Implikasi dari pernyataan tersebut, seseorang atau masyarakat
menjadi baik atau buruk, tergantung dari nilai-nilai sosial yang dijunjungnya. Nilai nilai
tersebut menentukan kualitas perilaku individu dan masyarakat. Pendekatan dan pengukuran
nilai-nilai sosial dapat dilakukan dengan : (a) pengembangan nilai-nilai sosial dapat dilakukan
dengan menggunakan pembelajaran aksi sosial dan sosial dapat dilakukan dengan
menggunakan pembelajaran aksi sosial dan model keterlibatan langsung di masyarakat; (b)
nilai-nilai sosial efektif dikembangkan dengan metode eksperimen atau dengan memberikan
perlakuan khusus untuk mengembangkan Nilai-nilai tersebut; (c) nilai-nilai sosial terdiri atas
tiga tingkat, yakni rendah, sedang dan tinggi; dan (d) Nilai-nilai sosial efektif diukur dengan
kuesioner berbentuk pengukuran diri dengan skala sikap dari pada dengan teknik lain, hal ini
karena lebih operasional, obyektif, valid dan reliabel.

11
BAB III
KEUNGGULAN BUKU

Buku Utama

Keterkaitan Antar Bab : Dalam buku utama keterkaitan antara bab yang satu bab
dengan yang lainnya sudah cukup berkaitan yang di mana
dalam pembahasan buku utama bab 1 mengenai
pemantapan wawasan kebangsaan dikuatkan dengan bab 2
yaitu substansi wawasan kebangsaan dan diperkuat oleh bab
3 karakter bangsa, lalu persatuan dan kesatuan bangsa pada
bab 4 dan bab 5 kesadaran bela negara.
Jika ditarik lurus maka bab pertama merupakan puncak
untuk memulai pembahasan mengenai wawasan kebangsaan
untuk bab bab selanjutnya dan dapat dilihat bahwasanya
keterkaitan antar dalam buku utama ini saling berhubungan.
Kemutakhiran Isi Buku : Pada buku utama dan buku pembanding sama-sama
menjelaskan mengenai pemantapan wawasan kebangsaan
dan pembangunan karakter bangsa dan kedua buku ini
menjelaskan materi isi buku secara mudah dan dapat
dimengerti karena memiliki pemaparan yang lebih
mendetail serta teori-teori dalam masing-masing pengertian
sehingga pembaca dapat membayangkan maksud dari
penulis buku.
Keterkaitan Dengan : Keterkaitan isi buku ini mempunyai keterkaitan yang sangat
Bidang Ilmu relevan dengan bidang pendidikan kebangsaan karena di
sini penulis menjelaskan secara rinci dengan metode tanya
jawab mengenai pendidikan kebangsaan dan juga telah
ditulis langsung oleh POLHUKAM dan pastinya sudah
teruji akan kualitas dan kebenaran data yang disediakan.

Buku Pembanding

Keterkaitan Antar Bab : Keterkaitan antara bab dalam buku pembanding ini sudah

12
cukup berkaitan yang di mana dalam buku ini
pembahasannya mengenai cara membangun karakter bangsa
untuk meningkatkan pendidikan kebangsaan melalui
pendidikan dan beberapa BAB sudah cukup untuk
membahas mengenai peranan pendidikan dalam
meningkatkan wawasan kebangsaan.
Kemutakhiran Isi Buku : pada buku utama dan buku pembanding sama-sama
menjelaskan mengenai pemantapan wawasan kebangsaan
dan pembangunan karakter bangsa dan kedua buku ini
menjelaskan materi isi buku secara mudah dan dapat
dimengerti karena memiliki pemaparan yang lebih
mendetail serta teori-teori dalam masing-masing pengertian
sehingga pembaca dapat membayangkan maksud dari
penulis buku.
Keterkaitan Dengan : Keterkaitan isi buku pembanding ini dengan mata kuliah
Bidang Ilmu mempunyai keterkaitan yang sangat relevan karena dalam
buku pembanding ini secara rinci menjelaskan dan
memberikan gambaran mengenai bagaimana cara
membangun karakter bangsa melalui pendidikan dan juga
dalam buku ini terdapat studi kasus yang semakin
menguatkan peranan pendidikan dalam meningkatkan
wawasan kebangsaan.

13
BAB IV
KELEMAHAN BUKU

Buku utama

Keterkaitan Antar Bab : Pada buku utama ini semua bab saling berkaitan dan tidak
ditemukan ketidak keterkaitannya antara bab yang satu
dengan bab yang lain serta pemaparan isi babnya sudah
dipaparkan penulis secara runtut dan tidak bertele-tele.
Kemutakhiran Isi Buku : Jika dilihat dari kemutakhiran isi buku utama, buku utama
masih terjamin karena buku tersebut merupakan keluaran
dari kementerian POLHUKAM sehingga tidak ditemukan
teori-teori yang tidak relevan dan masih bisa digunakan
sebagai acuan dalam pemantapan mengenai wawasan
kebangsaan.
Keterkaitan Dengan : Keterkaitan antara isi buku dengan bidang ilmu sudah
Bidang Ilmu cukup, namun buku ini tidak secara khusus membahas
mengenai pendidikan kebangsaan namun pembacaan yang
dapat mengambil kesimpulan di setiap bab.

Buku Pembanding

Keterkaitan Antar Bab : Keterkaitan antara bab dalam buku pembanding tidak
seluruh bab memiliki keterkaitan namun jika membaca
cukup jeli ada beberapa bab yang saling berkaitan dan
menguatkan antar isinya.
Kemutakhiran Isi Buku : Pada buku pembanding 1 komutakiran isi buku juga masih
relevan dan masih dapat digunakan sebagai referensi namun
untuk kelengkapan masih sangat kurang dan masih banyak
materi yang dijabarkan sangat sedikit dan tidak menyeluruh.
Keterkaitan Dengan : Keterkaitan antara isi buku dengan bidang ilmu dalam buku
Bidang Ilmu pembanding 1 terfokus pada studi kasus dalam dunia
pendidikan untuk meningkatkan pendidikan kebangsaan.
Setiap bab berdiri judul sendiri namun masih ada beberapa
bab yang masih berkaitan dengan bidang ilmu maka dalam

14
mereview buku pembanding ini pembaca yang dapat
mengambil kesimpulan di setiap contoh kasusnya.

15
BAB V
HASIL ANALISIS

Melalui review buku,maka penulis dapat menarik hasil yakani :

Pada buku utama dijelaskan bahwa pendidikan wawasan kebangsaan merupakan proses
kegiatan yang mengedepankan upaya untuk membuat seseorang untuk melatih cara pandang
melihat bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang
dilandasi oleh jati diri bangsa. Indonesia memerlukan pemantapan wawasan kebangsaan karena
seiring dengan berjalannya waktu Pancasila sebagai ideologi bangsa sering mengalami
goncangan-goncangan yang membuat Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah
masa lalu yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi dalam artian
Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa. Pancasila bukan milik sebuah era atau
identik dengan kekuasaan pemerintahan pada masa tertentu Pancasila juga bukan representasi
sekelompok orang golongan ataupun orde tertentu Pancasila adalah dasar negara yang akan
menjadi pondasi bangunan arsitektural yang bernama Indonesia. Sepanjang Indonesia masih
ada maka Pancasila akan selalu menyertai perjalanannya.Penulis menemukan begitu banyak
wawasan baru dalam me-review buku utama yang memiliki bahasa yang mudah dimengerti dan
disertai dengan quotes di setiap awal bab yang membuat penulis tertarik untuk membaca buku
utama secara menyeluruh.

Pada buku pembanding 1 dijelaskan bahwa dalam meningkatkan pendidikan


kebangsaan perlu dan penting untuk membangun karakter manusia melalui pendidikan. Dalam
sejarah termasuk sejarah Indonesia menunjukkan bahwa kaum muda ataupun pemuda selalu
menempati peran terdepan dalam momentum yang menentukan. Peran pendidikan dalam
peningkatan wawasan kebangsaan sangat penting dalam melahirkan generasi muda yang
berkarakter yang sekaligus mandiri dan meliputi tiga kawasan domain yakni kognitif, afektif
dan psikomotor.

16
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Karakter bangsa adalah karakter dari individu atau pribadi yang menjadi identitas atau jati
diri bangsa. Pembangunan karakter bangsa diperlukan karena bertujuan untuk menciptakan
masyarakat Indonesia yang tangguh kompetitif dan bermoral berdasarkan nilai-nilai Pancasila
yang dicerminkan dengan watak dan perilaku manusia Indonesia.

Dalam pendidikan kebangsaan selalu identik dengan nasionalisme. Setiap saat semua warga
negara harus siap membela kepentingan bangsa negaranya serta siap berkorban demi
kelangsungan hidup dan keutuhan perjuangan bangsanya. Peranan nasionalisme dalam jaringan
kebangsaan sangat penting dalam proses integrasi nasional atau kesatuan bangsa yang di mana
salah satunya diwujudkan melalui konsep psikoas pada nasional. Oleh sebab itu untuk
menciptakan suatu negara yang kuat harus memiliki rakyat dan generasi bangsa yang memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara yang tinggi.

6.2 Saran
Mengakhiri critical book report ini, tentunya setiap karya itu memiliki kekurangan dan
kelebihan. Oleh karena itu maka hendaknya penulis dapat mempertimbangkan beberapa kritik
terhadap buku yang sudah dipaparkan dalam makalah ini. Kekurangan menjadikan penulis lebih
banyak introspeksi dan terbuka terhadap kritik maupun saran agar kedepannya menjadi lebih
baik, kekurangan juga menjadikan pembaca sadar bahwa menyusun suatu karya itu sulit dan
membutuhkan banyak usaha, hal inilah yang menjadikan kita para pembaca sebagai orang yang
kiranya dapat menghargai karya orang lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan K.R. (2016) ‘Pemantapan


Wawasan Kebangsaaan dalam Persatuan dan Pesatuan Bangsa’, pp. 1–83.

Rizal, A.S. et al. (2016) Membangun Karakter Kemanusiaan, Membentuk Kepribadian


Bangsa Melalui Pendidikan, Journal of Chemical Information and Modeling.

18
LAMPIRAN

BUKU UTAMA

19
BUKU PEMBANDING

20
21

Anda mungkin juga menyukai