Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK

REPORT
KONSEP DASAR PKN
KATA PENGANTAR
Skor nilai:

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK PERGURUAN TINGGI

(Apiek Gandamana, S.Pd, M.Pd, 2017)

NAMA : RACHEL RIA FELISIANA SIDEBANG

NIM : 1203311110

DOSEN PENGAMPU : WALIYUL MAULANA, S.Pd, M.Pd

MATA KULIAH : KONSEP DASAR PKN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

MARET 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
berkuasa atas seluruh alam semesta, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya jugalah maka
Critical Book Report (CBR) mata kuliah “Konsep Dasar PKN” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam kesempatan ini saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu selesainya pembuatan Critical Book Report ini. Saya menyadari
bahwa dalam penyusunan tugas ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
sempurnanya tugas ini.
Saya berharap semoga tugas ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, 03 Maret 2021

Rachel Ria Felisiana Sidebang

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………...........………………….…………….....


DAFTAR ISI ……………………………………………………….............……………....….…..
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….............…………...
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR ……………...……………………………..…..............
B. Tujuan Penulisan CBR …………………..………………………...………..................
C. Manfaat CBR ……………………………………………………….…….....................
D. Identitas Buku yang Direview ……………………………..........................…..............
BAB II RINGKASAN ISI BUKU …………………………………………...….....……........….
BAB III PEMBAHASAN / ANALISIS ..........................…….………….……......….....…..…....
A. Analisis Isi Buku …………………………………………….................….....................
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku …………………...................................................
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………..............…......
A. Kesimpulan ………………………………………………….....…...........…….......
……
B. Saran …………………………………………………………......……...........................
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………....…........……......……

BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Melakukan Critical Book Report pada suatu buku dengan membandingkannya dengan buku
lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan inilah kita dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu buku. Dari mengkritik inilah kita jadi mendapatkan informasi yang kompeten
dengan cara merangkum bab yang terdapat pada keseluruhan buku. 

B. Tujuan Penulisan CBR


1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mengetahui informasi sebuah buku.
3. Membandingkan  isi buku utama dengan buku pembanding.
4. Melatih individu agar berfikir kritis dalam mencari informasi yang ada di setiap buku.
C.      Manfaat CBR
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai pembahasan kontekstual Pendidikan
Kewarganegaraan yang berkaitan dengan semangat kebangsaan dan cinta tanah air, demokrasi,
negaara hukum, wawasan nusantara serta ketahanan nasional.
3. Untuk mengetahui dan membandingkan banyak hal tentang ringkasan isi buku yang dianalisis
serta mengambil kesimpulan atas ringkasan buku tersebut.

D.     Identitas Buku yang Direview


Buku Utama
Judul buku : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
Edisi : Pertama
Penulis : Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd.
Penerbit : Unimed Press
Kota terbit : Medan
Tahun terbit : 2017
Jumlah Halaman : 261 hlm
ISBN :  -

Buku Pembanding
Judul buku : Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
Edisi : Pertama
Penulis : Prof. Dr. Tukiran Taniredja, M.M., dkk.
Penerbit : Penerbit Ombak
Kota terbit : Yogyakarta
Tahun terbit : 2013
Jumlah Halaman : 244 hlm
ISBN : 978-602-258-094-2

BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

BAB I : HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan Kewarganegaraan dibentuk oleh dua kata, ialah kata "pendidikan" dan kata
"kewarganegaraan". Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal Ayat (I) definisi pendidikan sebagai berikut; pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, keerdacan. akhlak mulia, serta kelerampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1).

Menurut winataputra (Winarno 2014: 16) Pendidikan Kewarganegaraan sudah menjadi


bagian dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia dalam status. Pertama
sebagai mata pelajaran di sekolah, kedua sekolah mata kuliah perguruan tinggi, ketiga sebagai
salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program
pendidikan guru, keempat sebagai pedoman pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk
penataran penuh penghayatan dan pengamatan Pancasila yang pernah dikelola oleh pemerintah
sebagai salah satu program kelima sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran
individual dan kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka
berpikir mengenai Pendidikan Kewarganegaraan pertama, kedua, dan ketiga, dan keempat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian Pendidikan


Kewarganegaraan adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang membentuk peserta didik
menjadi warga negara yang berkarakter, cerdas, terampil, dan bertanggang jawab sehingga dapat
berperan aktif dalam masyarakat, bangsa, dan negara sesuai ketentuan Pancasila dan UUD NRI
1945. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses pembelajaran yang berusaha untuk
membangun civic knowledge, skill, dan disposition peserta didik sehingga tujuan untuk
membangun warga negara yang baik dapat terwujud.

BAB II : IDENTITAS NASIONAL


Bangsa Indonesia adalah bangsa agraris sebagai besar penduduk Indonesia bermata
pencaharian sebagai petani hal secara umum di sebagian suku-suku Indonesia adalah sistem
paguyuban.

Identitas nasional berasal dari kata National Identity dapat diartikan sebagai kepribadian
nasional atau jati diri nasional kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki oleh
suatu bangsa. Jika ada yang orang yang mengatakan bahwa negara Indonesia adalah bangsa yang
besar adalah bangsa yang berbudaya maka itulah yang kita katakan kepribadian atau jati diri
nasional bangsa Indonesia.

Unsur-unsur pembentukan Identitas Nasional :

1. Identitas kesukubangsaan (Identity cultural unity)

Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa dalam arti
sosiologis dan antropologis. Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan ras, suku, agama,
adat budaya, keturunan, dan daerah asal. Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity
bersifat ascribtife (sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah, primer dan etnik. Setiap anggota
cultural unity memiliki kesetiaan atau loyalitas pada identitasnya.

2. Identitas Kebangsaan (Identity political unity)

Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik yaitu bangsaa-bangsa.
Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk bernegara namun dewasa ini
negara yang relatif homogen yang hanya terdiri dari satu bangsa tidak banyak terjadi. Negara
baru perlu menciptakan identitas yang baru untuk bangsanya yang disebut juga sebagai identitas
nasional. Kebangsaan merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di dalamnya identitas bangsa
yang bersifat buatan sekunder etis dan nasional (Budi Juliardi, 2016: 36).

BAB III : INTEGRASI NASIONAL


Tentang integrasi, (Myron Weiner (1971) dalam Ditjendikti, 2012: 178) memberikan
lima definisi mengenai integrasi, yaitu: 1. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial dalam satu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional,
membangun rasa kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada ikatan- ikatan yang lebih
sempit. 2. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat
di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial budaya
masyarakat tertentu. 3. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah
dengan yang diperintah, mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada
kelompok elit dan massa. 4. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang
minimum yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial. 5. Integrasi integrasi merujuk pada
penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima demi mencapai tujuan bersama.

Sejalan tersebut definisi tersebut, Myron Weirner dalam Ramlan Surbakti 2010
membedakan 5 tipe integrasi, yaitu : 1. Integrasi bangsa. 2. Integrasi wilayah. 3. Integrasi nilai.
4. Integrasi elit massa. 5. Integrasi tingkah laku atau perilaku integratif.

BAB IV : NEGARA DAN KONSTITUSI

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu negara harus tunduk pada
kekuasaan negara, karena organisasi negara sifatnya mencakup semua orang yang ada di
wilayahnya dan kekuasaan negara berlaku bagi orang-orang tersebut. Melalui kehidupan
bernegara dengan pemerintahan yang ada di dalamnya, masyarakat ingin mewujudkan tujuan-
tujuan tertentu seperti terwujudnya ketenteraman, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat.

Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara. Setiap negara pasti memiliki konstitusi.
Karena tanpa adanya konstitusi negara tidak mungkin terbentuk. Sebagai hukum dasar negara,
kostitusi berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu
negara. Jadi segala praktik-praktik dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan pada
konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi tersebut. Konstitusi menempati
kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi
menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah
perjuangan para pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam
hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama.

BAB V : HAK ASASI MANUSIA

Dewasa ini isu mengenai HAM telah menjadi perhatian dunia, bahkan tidak jarang suatu
negara dalam memberikan bantuan atau kebijakan lainnya dikaitkan dengan pelaksanaan HAM.
Sejumlah negara maju mencanangkan HAM sebagai bagian dari program nasionalnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menjadikan HAM sebagai salah satu agenda yang perlu
ditangani secara serius. Penghormatan terhadap HAM telah menjadi ukuran bagi diakuinya suatu
pemerintahan. Pemerintah suatu negara yang tidak menghargai HAM mendapat kecaman bahkan
bisa dikucilkan dari pergaulan internasional (Winataputra, 2010). Menurut Didik B. Arif (2014:
133-134) menjelaskan, ada beberapa prinsip pokok yang terkait dengan penghormatan,
pemenuhan, pemajuan, dan perlindungan HAM.

Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Prinsip universal, bahwa HAM itu berlaku bagi semua
orang, apapun jenis kelaminnya, statusnya, agamanya, suku bangsa atau kebangsaannya. 2.
Prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), yaitu siapapun, dengan alasan apapun, tidak dapat
dan tidak boleh mengambil hak asasi seseorang. Seseorang tetap mempunyai hak asasinya
kendati hukum di negaranya tidak mengakui dan menghormati hak asasi orang itu atau bahkan
melanggar hak asasi tersebut. 3. Prinsip keseimbangan, artinya bahwa perlu ada keseimbangan
dan keselarasan di antara HAM perorangan dan kolektif di satu pihak dengan tanggung jawab
perorangan terhadap individu yang lain, masyarakat dan bangsa di pihak lainnya. Hal ini sesuai
dengan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

BAB VI : DEMOKRASI
Kata demokrasi sudah terbiasa terdengar di kalangan masyarakat umum dalam berbagai
peristiwa dan konteks, kita sering menyebutkan. Kata demokrasi dan demikian pula dalam
bentuk sifatnya yaitu demokratis kita gunakan untuk berbagai tingkatan mulai individu
masyarakat bangsa maupun negara. Walaupun demikian kata demokrasi, ataupun sifat
demokratis tidak jarang dipakai dalam konteks yang justru bertentangan dengan makna
demokrasi itu sendiri. Secara etimologi kata demokrasi berasal dari istilah “Demokrasi” yang
berarti Rule of Survival merupakan paduan dari 2 kata “Demos” berarti “Rakyat” dan “Kratos”
berarti “Kekuasaan (power) atau pemerintahan”. Menurut Ranney ada empat prinsip yang terkait
dengan pemerintahan demokrasi, yaitu :
1. Kedaulatan rakyat
2. Persamaan politik
3. Konsultasi kepada rakyat
4. Mayoritas

BAB VII : NEGARA HUKUM

Negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan bagi
seluruh warga negara, dengan adanya keadilan dalam masyarakat maka, akan tercapai
kebahagiaan dalam masyarakat itu untuk mendasari keadilan tersebut pada setiap warga negara
perlu diajarkan norma Susila agar mereka menjadi warga negara yang baik, demikian pula
peraturan hukum yang sesungguhnya itu hanya ada apabila peraturan dimaksudkan
mencerminkan keadilan dalam pergaulan hidup antar warga negara (Arumandi dan Sunarto,
1990).
Ketentuan pasal 1 ayat 3 berasal dari penjelasan UUD NRI 1945 yang diangkat ke dalam
UUD NRI 1945 negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan tidak bertanggung jawabankan .
Indonesia adalah salah satu negara yang merupakan negara hukum, kedudukan Indonesia sebagai
bidang lain, realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan
hukum yang melekat pada masyarakat yang multi etnis dan multikultur istilah negara hukum
tidak asing lagi dalam pengetahuan ketatanegaraan sejak zaman dulu hingga sekarang ini.

BAB VIII : WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA

Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederich Ratzel 1844 sebagai ilmu bumi politik
atau political geografi, istilah ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh sarjana ilmu politik
Swedia Rudolf Kjellen 1864 dan Karl Haushofer dari Jerman menjadi geografi politik dan
disingkat geopolitik. Berdasarkan pengertian tersebut, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem
politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong
oleh aspirasi National Geographic atau kepentingan yang titik beratnya terletak pada
pertimbangan geografi wilayah atau teritorial dalam arti luas lautan negara yang apabila
dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik
suatu negara. Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan
dan kemanusiaan yang luhur dengan jelas tertuang di dalam Pembukaan UUD NRI 1945, bangsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan. Bangsa Indonesia
menolak segala bentuk penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Oleh karena itu wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia.

BAB IX : KETAHANAN NASIONAL

Sifat-sifat ketahanan nasional adalah sebagai berikut : 1) Mandiri, artinya ketahanan


nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan dan keuletan dan ketangguhan yang
menyandang prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas dan
kepribadian bangsa. 2) Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap melainkan dapat
meningkat dan menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi
lingkungan startegisnya. 3) Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integrative
yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi danselaras diantara
seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4) Wibawa, artinya ketahanan
nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal dapat diwujudkan kewibaan nasional
yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara. 5)
Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional tidak menutamakan sikap konfrontatif dan
antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebh pada sikap
konsultatif dan kerjasama serta saling menghargai dan mengandalkan kekuatan moral dan
kepribadian bangsa.
BAB III

PEMBAHASAN / ANALISIS

A. Analisis Isi Buku

a. Keterkaitan antar Buku


Dalam buku “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi” karya Apiek
Gandamana, S.Pd., M.Pd., serta pada buku “Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan” karya
Prof. Dr. Tukiran Taniredja, M.M., dkk., sama-sama membahas tentang konsep-konsep yang
berkaitan dengan prinsip-prinsip kewarganegaraan Republik Indonesia, negara hukum dan
konstitusi, hak dan kewajiban warga negara, demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
1945, wawasan nusantara, dan upaya bela negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Kedua
buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

b. Kemutakhiran isi buku


Menurut saya pada buku “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi” karya
Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd., sudah cukup relevan bagi para pembaca dan mahasiswa karena
telah dilengkapi dengan rangkuman, sumber referensi yang memadai, serta soal-soal yang berupa
pertanyaan untuk menguji wawasan kita di setiap akhir bab. Bahasa yang digunakan pun cukup
mudah dipahami, akan tetapi cara penyampaiannya cenderung berputar-putar tidak fokus ke
dalam satu pembahasan. Terkadang apa yang dituliskan di bab pertama, muncul lagi di bab
kedua, dan hal itu cukup banyak ditemui sehingga pembahasan menjadi kurang fokus.
Sedangkan pada buku “Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan” karya Prof. Dr. Tukiran
Taniredja, M.M., dkk., ide yang terkandung sangat terperinci memaparkan tentang pendidikan
kewarganegaraan dan terdapat pernyataan para ahli dalam bahasa Inggris yang disertai dengan
terjemahannya sehingga memudahkan pembaca untuk mempelajari dan memahami isi buku.
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku

Kelebihan Buku Utama :

1. Buku ini menyajikan materi yang mendalam dan bisa digunakan oleh mahasiswa dengan
materi yang tidak sulit untuk dipahami.

2. Dari segi kebahasaan sangat tepat dan mudah dimengerti mengenai apa yang dijelaskan pada
isi buku ini.

3. Desain penyusunan buku cocok untuk menjadi pembelajaran bagi mahasiswa ataupun bagi
calon guru karena buku ini sangat membantu dengan adanya soal-soal dan pengembangan sikap.

Kekurangan Buku Utama :

1. Terkadang apa yang dituliskan di bab pertama, muncul lagi di bab kedua, dan hal itu cukup
banyak ditemui sehingga pembahasan menjadi kurang fokus.

Kelebihan Buku Pembanding :

1. Dari segi pembahasan sangat lengkap dan detail, terdapat pernyataan para ahli disertai dengan
terjemahannya yang dijabarkan dalam buku ini.

2. Terdapat glosarium yang berisi kata kunci dan kata-kata sulit dalam buku sehingga
memudahkan pembaca lebih memahami isi buku.

3. Tercantum pasal-pasal dalam Undang-Undang yang sangat terperinci mengenai Hak Asasi
Manusia dalam Konstitusi.

Kekurangan Buku Pembanding :

1. Dalam buku Konsep Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak terdapat rangkuman pada setiap
akhir bab sehingga mahasiswa/pembaca kurang dapat menemukan intisari dari materi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan :

Pancasila sebagai karya besar bangsa Indonesia yang setingkat dengan ideologi besar
dunia lainnya. Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
menumbuhkan sikap demokratis bagi warga negara dalam mengaktualisasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Buku ini berisi tentang materi kewarganegaraan yang sangat tepat bagi
mahasiswa dalam mengembangkan sikap berkewarganegaraan yang baik dan juga membentuk
mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Disusun
dengan berdasarkan pada 4 konsensus kebangsaan yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan substansi kajian untuk Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Saran

Saran antara buku 1 (wajib) dengan buku 2 (pembanding) antara keduanya sudah bagus.
Dan keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan dari berbagai macam segi, baik dari segi
format dan penulisan struktur buku, penggunaan bahasa, kualitas isi buku, dan sebagainya. Jadi,
apa yang menjadi keunggulan ini maka hendaknya ditingkatkan lagi agar kualitas buku ini
semakin meningkat dan para pembaca semakin semangat untuk membacanya. Dan apa yang
menjadi kelemahan dari buku ini hendaknya diperbaiki agar kesempurnaan buku ini tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Narmoatmojo, Winarno dkk. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Taniredja, Tukiran dkk. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.

Anda mungkin juga menyukai