Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat


hidayah dan karuniaNya, sehingga dengan segenap kemampuan yang ada,
penulis dapat menyelesaikan makalah “Ejaan Yang Disempurnakan” ini.

Tugas yang penulis buat ini, juga sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi nilai mata kuliah Bahasa Indonesia.

Pada kesempatan ini juga, izinkanlah penulis menyampaikan rasa


terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT. yang telah
memberikan petunjuk dalam penyelesaian tugas ini. Ucapan terimakasih,
penulis sampaikan pula kepada:

1. Drs. Adi Putra, M. Pd., selaku dosen mata kuliah Profesi


Kependidikan.
2. Para pembaca dan teman – teman sekalian.

Dengan ini kami mengharapkan, karya tulis ini dapat


bermanfaat bagi para pembaca khusunya kami pribadi. Dan dengan segala
keterbatasan ilmu yang dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritiknya demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi


para pembacanya.

Jakarta, April 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah.............................................................................................. 3
D. Metodologi Penulisan................................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi Profesi Kependidikan............................................. 4
B. Refleksi Dalam Tugas Dan Pengembangan Profesi Melalui Organisasi . 9
C. Tujuan Organsasi Profesi Pendidikan.......................................................... 10
D. Jenis-jenis Organisasi Profesi Kependidikan.............................................. 12
E. Mengetahui Sikap Profesional Guru Terhadap Pengembangan Organisasi
Kependidikan Di Indonesia................................................................................ 21
F. Peran Organisasi Profesi Kependidikan Terhadap Sikap yang Menunjang
Keprofesionalan.................................................................................................. 23
G. Analisis Peranan Organisasi Profesi Keguruan Dewasa Ini..................... 26

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................... 28
B. Saran................................................................................................................ 28

Daftar Pustaka..................................................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagaimana kita ketahui bahwa selain sebagai pengajar dan pendidik
guru juga harus mampu membina relasi dengan organisasi profesi. Hal ini
merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagaimana tuntutan
yang telah ditentukan, dimana setiap guru wajib menjadi anggota organisasi
profesi serta mempunyai kewenangan mengatur hal – hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru. Melalui organisasi profesi ini diharapkan akan
membawa dampak yaitu sebagai alat pemersatu seluruh anggota profesi dalam
kiprahnya menjalankan tugas serta dapat meningkatkan kemampuan profesional
dari anggotanya. Dari hal ini, tentu saja membutuhkan kerjasama seluruh
anggota profesi untuk memelihara, meningkatkan mutu serta bertanggung jawab
terhadap organisasi profesi itu.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
perubahan sosio-kultural yang terkadang sulit diprediksi, profesi pendidikan
seakan-akan dihadapkan pada dilema yang kompleks. Di satu pihak, masyarakat
pengguna jasa kependidikan menuntut akan kualitas layanan jasa kependidikan
secara lebih baik, tetapi di pihak lain para penyandang profesi kependidikan
dihadapkan pada pelbagai keterbatasan. Bahkan secara individual mereka
dihadapkan pula pada suatu realitas bahwa kesejahteraannya perlu mendapat
perhatian khusus. Imbalan jasa kependidikan yang kurang sesuai menurut ukuran
kebutuhan hidup realistis masih menjadi topik diskusi keseharian masyarakat.
Padahal masyarakat yakin betul bahwa kelangsungan hidup bangsa ini akan
sangat ditentukan oleh keberhasilan proses sistem pendidikan.
Banyak orang yang menganggap bahwa menjadi seorang guru itu mudah.
Presepsi itu sungguh tidak benar adanya, karena seseorang guru mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan mengajar. Tanggung jawab

1
itulah yang menjadi professionalitas seorang guru di mata masyarakat. Seorang
guru tidak sebatas mengajar di kelas tetapi juga harus menjadi teladan bagi
muridnya. Keteladanan tersebut akan menjadi tolak ukur keberhasilan seorang
guru. Dalam mentrasfer ilmu, seorang guru haruslah memperhatikan murid-
murid secara bijak dan cermat, karena antara murid yang satu dan lainnya
berbeda karakter. Ada murid yang cepat dalam menangkap pelajaran, ada juga
murid yang lamban dalam memahami pelajaran. Selain itu guru juga harus
menjunjung tinggi etika dan norma dalam mendidik.
Yang masih terasa membelenggu kalangan pendidikan antara lain gelar
pahlawan tanpa tanda jasa bagi para guru di Indonesia. Gelar ini bukan sesuatu
yang tidak baik, tetapi kalau penafsirannya tidak tepat akan menghasilkan
implilkasi yang justru menyudutkan para guru. Apa artinya gelar sebagus itu jika
tidak memberikan jaminan hidup yang layak?
Itulah sekelumit permasalahan yang sesungguhnya akan terasa amat sulit
jika dihadapi secara individual. Artinya, kalangan profesional kependidikan
dipandang perlu untuk membentuk suatu organisasi profesi dan masuk di
dalamnya sebagai anggota. Melalui fungsi pemersatu organisasi ini, penyandang
profesi kependidikan memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam menjalankan
tugas keprofesiannya. Bukan hanya itu, suatu organisasi kependidikan berupaya
meningkatkan dn mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan
profesional, martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan.
Banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang profesi kependidikandari
organisasi profesinya sendiri. Sebab itu, disi dipandang penting untuk
dibahas.Berikut ini dikemikakan hakikat, fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan
maam-macam organisasi profesi kependidikan.

B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam karya tulis ini diantaranya:
1. Apakah pengertian organisasi profesi kependidikan?

2
2. Bagaimana refleksi dalam tugas dan pengembangan profesi melalui
organisasi?
3. Apakah tujuan organisasi profesi kependidikan?
4. Apa sajakah jenis – jenis organisasi profesi kependidikan di Indonesia?
5. Bagaimanakah sikap profesional terhadap guru pengembangan organisasi
kependidikan di Indonesia?
6. Apakah peran organisasi kependidikan di Indonesia terhadap sikap yang
menunjang keprofesionalan.?
7. Bagaimana analisis peranan organisasi profesi keguruan dewasa ini?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dalam karya tulis ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian organisasi profesi kependidikan.
2. Untuk mengetahui refleksi dalam tugas dan pengembangan profesi melalui
organisasi
3. Untuk mengetahui tujuan organisasi profesi kependidikan?
4. Untuk mengetahui jenis–jenis organisasi profesi kependidikan di Indonesia.
5. Untuk mengetahui sikap profesional guru terhadap pengembangan
organisasi kependidikan di Indonesia.
6. Untuk mengetahui peran organisasi kependidikan di Indonesia terhadap
sikap yang menunjang keprofesionalan.
7. Dapat menganalisis peranan organisasi profesi keguruan dewasa ini.

D. Metodelogi Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
deskriptif, yang mengacu pada metode studi pustaka. Dimana metode
pengumpulan data atau keterangan dari berbagai sumber yang ada dari buku
literatur di perpustakaan dan internet.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Profesi Kependidikan


1. Hakikat Organisasi
Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari organisasi.
Seperti berikut ini:
a. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-
orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
b. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama.
c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih.
Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan
organisasi non-formal. Dimana organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang
atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar
serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas,
Sekolah, Negara, dan lain sebagainya. Sedangkan Organisasi informal adalah
kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan
bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar
bersama anak-anak SD, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan
teman, dan lain-lain.
2. Hakikat Profesi
Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu : profesi,
profesionalitas, profesional, profesionalisasi, dan profesionalisme.Profesi
menunjuk pada suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung
jawab, dan kesetiaan terhadapnya. Profesionalitas menunjuk pada kualitas atau

4
sikap pribadi individu terhadap suatu pekerjaan. Dalam profesi digunkan teknik
dan prosedur intelektul yng harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat
diterapkan untuk kemaslhatan orang lain. Profesional menunjuk pada
penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya dan
menunjuk pada orangnya itu sendiri. Profesionalisasi menunjuk pada proses
menjadikan seseorang sebagai profesional. Profesionalisme menunjuk pada (a)
derajat penampilan seseorang sebagai profesional; tinggi, rendah sedang, dan (b)
sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang
paling ideal dari kode etik profesinya.
Rokhman Natawidjaja mengemukakan beberapa kriteria sebagi ciri suatu
profesi :
a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
b. Ada lembga pendidikan khusus untuk pelakunya dengan programdan jenjang
pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai.
c. Ada organisasi yang mewadai para pelakunya.
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya.
e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku
f.Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.
Public Trust atau Kepercayaan masyarakat yang menjadi penopang suatu
profesi didasari oleh tiga perangkat keyakinan. Pertama, kepercayaan
masyarakat terjadi dengan adanya suatu persepsi tentang kompetensi.Kedua,
adanya persepsi masyarakat bahwa kelompok-kelompok profesional mengatur
dirinya dan lebih lanjut diatur oleh masyarakat berdasarkan minat dan
kepentingan masyarakat.Ketiga, persepsi yang melahirkan kepercayaan
masyarakat itu ialah anggota-anggota suatu profesi memiliki motivasi untuk
memberikan layanan kepada orang-orang dengan siapa mereka bekerja.
Sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu pernyataan
atau suatu janji yang terbuka.Suatu profesi mengandung unsur pengabdian
menurut Oemar Hamalik, suatu profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari
keuntungan materi belaka, melainkan untuk pengabdian kepada

5
masyarakat.Pengabdian seorang profesional menunjuk pada pengutamaan
kepentingan orang banyak daripada kepentingan diri sendiri.
Ciri-Ciri Profesi
Erik Hoyle (1969 : 80-85) mengemukakah enam ciri profesi, yaitu:
a. A profession performa an esential social service (suatu profesi menunjukkan
suatu pelayanan sosial)
b. A profession is founded up on a systematic body of knowledge (suatu profesi
didasari oleh tubuh keilmuan yang sistematis);
c. A profession requires a lengthy periode of academic and practical Training
(suatu profesi memerlukan suatu pendidikan dan latihan dalam periode waktu
yang cukup lama);
d. A profession has a light degree of autonomy (suatu profesi memiliki otonomi
yang tinggi);
e. A profession has a code of ethics (suatu profesi memliki kode etik);
f. A profession gengerat in service growth (suatu profesi berkembang dalam
proses pemberian layanan)
Suatu jabatan profesional harus mempunyai beberapa ciri pokok yaitu :
(a) pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara
formal; (b) pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat; (c) adanya
pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI dan IPBI; (d)
mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab profesi tersebut.
Ciri suatu profesi. Pertama, pekerjaan itu mempunyai fungsi dan
signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kaepada masyarakat. Kedua,
profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan
latihan yang “lama” dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang
secara sosial dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, profesi didukung oleh suatu
disiplin ilmu. Keempat, ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku
anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik.

6
Kelima, sebagai konsekuensi profesi secara perorangan ataupun kelompok
memperoleh imbalan finansial atau materiil
3. Organisasi Profesi Kependidikan
Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapatlah diterima bahwa
jabatan kependidikan / keguruan merupakan suatu profesi. Pekerjaan sebagai
guru muncul dari kepercayaan masyarakat dan mengabdikan diri pada
masyarakat. Pekerjaan itu menuntut keterampilan tertentu yang dipersiapkan
melalui proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam
lembaga tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti IKIP, FKIP di
pelbagai universitas dan sekolah tinggi serta LPTK lainnya. Profesi keguruan
didukung oleh suatu disiplin ilmu, yaitu ilmu keguruan dan ilmu pendidikan.
Profesi ini juga memiliki kode etik dan organisasi profesinya. Dari pekerjaan ini
seroang guru memperoleh imbalan finansial dari masyarakat sebagai
konsekuensi dari layanan yang diberikannya.
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang – orang yang
memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian
tertentu. Dikatakan ciri khas oleh karena bidang tersebut diperoleh bukan secara
kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh melalui suatu jalur khusus.
Dalam prakteknya sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyrakat
tentunya memerlukan satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang–
orang yang memiliki pekerjaan atau keahlian yang sejenis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi
kependidikan adalah sebuah wadah perkumpulan orang – orang yang memiliki
suatu keahlian dan keterampilan mendidik yang dipersiapkan melalui proses
pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Bentuk dan Corak Organisasi Profesi Kependidikan
Bentuk organisaasi profesi kependidikan begitu bervariasi dipandang dari
segi derajat keeratan dan keterkaitan antar anggotanya. Ada tiga bentuk
organisaasi profesi kependidikan. [ Abin Syamsudin, 1999. hlm. 98 ] Pertama,

7
berbentuk persatuan (union), antara lain di Ausrtalia, Singapura, dan Malaysia,
misalnya: Ausrtalian Education Union (AUE), National Tertiary Education Union
(NTEU), Singapore Teachers’ Union (STU), National Union of the Teaching
Profession (NUTP), dan Sabah Teachers Union (STU). Kedua, berbentuk federasi
(federation) antara lain di India dan Bangladesh, misalnya: All India Primary
Teachers Federation (AIPTF), dan Bangladesh Teachers’ Federation (BTF). Ketiga,
berbentuk aliansi (alliance), antara lain di Pilipina, sepertiNational Alliance of
Teachers and Office Workers (NATOW). Keempat, berbentuk asosiasi
(association) seperti yang terdapat di kebanyakan negara, misalnya, All Pakistan
Government School Teachar Association (APGSTA) di Pakistan, dan Brunei Malay
Teachers’ Association (BMTA) di Brunei.
Ditinjau dari kategori keanggotaannya, corak organisasi profesi
kependidikan beragam pula. Corak organisasi profesi ini dapat dibedakan
berdasarkan (1) Jenjang pendidikan di mana mereka bertugas (SD, SMP, dll); (2)
Status penyelenggara kelembagaan pendidikannya (negeri, swasta); (3) Bidang
studi keahliannya (bahasa, kesenian, matematika, dll); (4) Jender (Pria, Wanita);
(5) berdasarkan latar belakang etnis (cina, tamil, dll) seperti China education
Society di Malaysia.
5. Struktur dan Kedudukan Organisasi Kependidikan
Berdasarkan struktur dan kedudukannya, organisasi profesi kependidikan
terbagi atas tiga kelompok, yaitu (1) Organisasi profesi kependidikan yang
bersifat lokal (kedaerahan dan kewilayahan), misalnya Serawak Teachers’ Union
di Malaysia; (2) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat nasional seperti
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI); dan (3) Organisasi profesi
kependidikan yang bersifat internasional seperti UNESCO (United Nations
Educational, Scientific, and Culture Organization).

8
B. Refleksi Dalam Tugas Dan Pengembangan Profesi Melalui Organisasi
Refleksi Dalam Tugas Dan Berbagi Bentuknya
1. refleksi dalam tugas
Tujuan utuh pendidikan itu merupakan rujukan segenap upaya
pengembangan manusia indonesia seutuhnya dan model rumusan tentang
manusia dapat bervariasi, sebagaimana tertuang dalam UU No 20 Th 2003
tentang pendidikan nasional pasal 3 dengan demikian gambaran manusia
indonesia seutuhnya sebagai refleksi TUP itu bukan hanya dikonseptualkan
secara ideal dan abastrak saja melainkan dapat juga dijabarkan.
Tindakan – tindakan yang seyogyanya dilakukan secara berjenjang dan bertahap
diantaranya :
1. tingkat struktural ( organisasi penyelenggara sistem pendidikan nasional
ditingkat pusat dan daerah )
2. tingkat institusional ( satuan tingkat pelaksana penyelengara sistem
pendidikan baik pada jalur sekolahan maupun laur sekolah )
3. tingkat operasional ( satuan pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran

2. Berbagai Bentuk Refleksi Profesional


Kemampuan seseorang untuk sanggup dan mau merenungkan,
memahami dan menyadari pengalaman- pengalaman masa lalu dal;am hidupnya
merupakan hakikat refleksi diri. Melakukan refleksi profesional itu sangat
penting , tugas pekerjaan helping profesion sangat erat dengan masalah
kelangsungan hidup dan nasib masa depan klien/customer.misalnya jika konselor
slah mendiagnosis masalah yang dialami siswa yang pada awalnya membantu
justru malah sebaliknya ( merusak ).
IPTEK sekarang ini sangat mempengaruhi bidang profesi kependidikan
dan keguruan terutama dalam hal antara lain :
a. muatan dan kemasan kurikulum bahan ajarnya
b. strategi dan metodologi atau teknolgi pembelajarannya

9
c. menejemen sistem pendidikan umumnya dan sistem pembelajaran pada
khususnya
Fishbein Dan Ajzen ( 1975 ) menunjukkan Tiga Kecenderungan dalam
sikap terhadap suatu hal yang dihadapinya :
a. orang akan menerima kenyataan apa adanya, maksudnya disini seorang guru/
pendidik itu menyikapi tugas2 profesioanalnya secara positiv
b. seseorang itu kemungkinan menyikapi suatu hal yang dihadapinya dengan
diliputi keraguan – keraguan
c. orang sebaliknya akan menolak ( tiadak setuju ) bahkan secara sadar maupun
tidak sadar sangant menlak ( sangant tidak setuju ) terhadap suatu hal yang
dihadapinya, itu berarti seorang guru sangat mungkin menyikapi tugas-tugas
profesi anak didiknya secara negatif.
Johnson dan kawan2 ( 1972 ) menempatkan unusur sikap dan
kepribadian guru dalam posisi sturukrural perangkat komponen
kopentensi/kemampuan profesional tenaga kependidikan dengan tujuan
membangun perangkat komponen kopetensi prasyarat bagi terbentuknya
kemahiran penampilan profesional yang bisa dirasakan langasung oleh klien atau
siswa yang menerima perlakuan darii guru yang bersangkutan.

C. Tujuan Organsasi Profesi Pendidikan


Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap,
mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima
misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau
mengembangkan (a) karier, (b) kemampuan, (c) kewenangan profesional, (d)
martabat, dan (e) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya
secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
Organissi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40
ayat 1 mempunyai tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi,
karier, wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteran, dan pengabdian

10
dalam masyarakat.Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal
61, ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu : meningkatkan
dan/atau mengembangkan. Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya
tenaga kependidikan yang profesional.
a. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan upaya
dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang
diembannya. Karier yang dimaksud adalah perwujudan diri seorang
pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi orang
lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas. Organisasi profesi berperan
sebagai fasilitator dan motifator terjadinya peningkatan karier setiap anggota.
Adalah kewajiban organisasi profesi kependidikan untuk mampu memfasilitasi
dan memotifasi anggotanya mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan
tugas yang diembannya.
b. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota, merupkan
upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan kekuatan
dan kewibawaan organisasi, para pengemban profsi akan memiliki mkekuatan
moral untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.
c. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional anggota,
merupakan upaya para profsional untuk menmpatkan anggota suatu profesi
sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi keendidikan bertujuan
untuk megembangkan dan meningkatkan kemampuan kepada anggotanya
melaluai pendidikan atau latihan terprogram.
d. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan
upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik
melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi
keendidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan masyarakat yang
tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang disepakati.

11
e. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraa, merupakan upaya
organisasi profesi keendidikan untuk meningkatkan kesejahteraanlahir batin
anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati
urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi. Banyak
kiprah organisasi profesi keendidikan dalam meningkatkan kesejahteraan
anggota. Asprasi anggota melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih
terindahkan dibandingkan individu.
Selain itu organisasi profesi guru juga mempunyai kewenangan:
a. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.
b. Memberikan bantuan hukum kepada guru.
c. Memberikan perlindungn profesi guru.
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
e. Memajukn pendidikan nasional.

D. Jenis-jenis Organisasi Profesi Kependidikan


Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik
menyatakan bahwa organisasi profesi kependidikan di indonesia berkembang
pesat bagaikan tumbuhan di musim penghujan. Sampai sampai ada sebagian
pengemban profesi pendidikan yang tidak tahu menahu tentang organisasi
kependidikan itu. Yang lebih dikenal kalangan umum adalah PGRI.
Disamping PGRI yang salah satu organisasi yang diakui oleh pemerintah
juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu
ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan
indonesia (ISPI), yang sekarang suda mempunyai nanyak devisi yaitu Ikatan
Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan
Indonesia (HSPBI), Himpunan Sarjana adminustrasi Pendidikan Indonesia
(HISAPIN) dan lain-lain, hubungannya secara formal dengan PGRI juga belum

12
tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerjasama yang saling
menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya.
Berikut ini jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada di
Indonesia:
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan
nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah
nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
a. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan)
b. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi
profesi) Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as public service, not
commodity”
c. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh
pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan).
Makna Visi PGRI adalah:
a. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Perjuangan :
1. Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam menjamin
terpeliharanya keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa.
4. Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan,
meningkatkan, dan membela hak asasinya baik sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi kependidikan.

13
6. Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela kepentingan
guru dan tenaga kependidikan yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan hukum.
b. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :
1. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi
guru.
2. Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga
kependidikan dalam meningkatkan mutu profesi dan pelayanan kepada
masyarakat.
3. Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru
Indonesia.
4. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi, dan
akreditasi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
5. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di
bidang pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra
dengan PGRI.
6. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan
di semua jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan
pengabdian dan peran serta dalam pembangunan nasional.
7. Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak
lembaga dan badan khusus.
8. Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-
lembaga pendidikan, organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan,
dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan dan kebudayaan.
c. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan :
1. Wahana untuk memperjuangkan terwujudnya hak-hak guru dan tenaga
kependidikan

14
2. Wahana untuk memperjuangkan kesejahteraan guru yang berupa:
imbal jasa, rasa aman, hubungan pribadi, kondisi kerja dan kepastian
karier.
3. Wahana untuk mewujudkan prinsip dan pendekatan ketenagakerjaan
dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat guru melalui
peningkatan kesejahteraan anggota.
4. Wahana untuk memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat guru
serta kesetiakawanan organisasi.
5. Wahana untuk membela dan melindungi guru sebagai pekerja.
6. Wahana untuk membina dan meningkatkan hubungan kerjasama
dengan organisasi ketenagakerjaan baik lokal, regional maupun global.
d. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Mandiri :
1. Menjalin kerjasama dengan semua pihak atas dasar kemitrasejajaran,
saling menghormati dan berdiri di atas semua golongan.
2. Menggali dan mengembangkan potensi baik sumber daya manusia
maupun sumber daya keuangan dan sumber daya organisasi lainnya yang
tidak tergantung dari pihak manapun.
3. Membangun transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan organisasi dengan menempatkan iuran anggota sebagai sumber
utama pembiayaan organisasi.
e. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Non Partisan :
1. PGRI tidak menjadi bagian dari partai politik manapun dan tidak
berafiliasi dengan partai manapun.
2. PGRI memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk menentukan
pilihan politiknya secara merdeka.
3. PGRI selalu menjalin hubungan baik dengan seluruh partai dan
komponen masyarakat dalam memajukan pendidikan nasional.
Misi PGRI adalah:
a. Menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan
bangsa, membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik

15
Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, serta mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
b. Berperan aktif dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan dan
kebudayaan yang berlandaskan asas demokrasi, keterbukaan, pengakuan
terhadap hak asasi manusia, keberpihakan pada rakyat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
c. Mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, profesionalisme dan
kesejahteraan anggota.
d. Melaksanakan, mengamalkan, mempertahankan dan menjunjung tinggi kode
etik profesi guru Indonesia.
e. Membangun sikap kritis terhadap kebijakan pendidikan yang tidak memihak
kepada kepentingan masyarakat.
f. Melaksanakan dan mengelola organisasi berdasarkan tata kelola yang baik
(good govermance).
g. Memperjuangkan perlindungan hukum, profesi, dan kesejahteraan anggota
PGRI.
h. Mewujudkan PGRI sebagai organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
akreditasi, sertifikasi, dan lisensi pendidik dan tenaga kependidikan.
i. Memperkuat solidaritas, soliditas, demokratisasi, dan kemandirian organisasi
di semua level/tingkatan.
j. Menyamakan persepsi, visi, dan misi para guru/pendidik dan tenaga
kependidikan sebagai pilar utama pembangunan pendidikan nasional.
k. Mewujudkan PGRI sebagai organisasi yang memiliki kekuatan penekan
(pressure group), pemikir (thinker), dan pengendali (control).
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru
mata pelajaran yang berada di suatu sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi
sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan
pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai

16
praktisi/perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas
(Depdiknas,2004: 1).
Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau
wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
Tujuan MGMP adalah:
 Tujuan diselenggarakannya MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2)
adalah:
a. Tujuan umum.
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi
dalam meningkatkan profesionalisme guru.
b. Tujuan khusus.
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam
upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses
pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan
siswa.
3. Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. (Depdiknas, 2004: 2)
 Menurut Mangkoesapoetra (2004: 2) tujuan diselenggarakannya MGMP
adalah untuk:
a. Memotivasi guru, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
merencanakan, melaksanakan dan membuat evaluasi program
pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru
profesional.
b. Meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan
pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan
pemerataan mutu pendidikan.
c. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam
melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternative pemecahan

17
sesuai dengan kaarakteristik mata pelajaran masingmasing, guru, sekolah
dan lingkungannya.
Peranan MGMP adalah
Menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) MGMP berperan untuk:
a. Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.
b. Mengakomodasi aspirasi masyarakat/stokeholder dan siswa
c. Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses
pembelajaran.
d. Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan
pendidikan.
Sedangkan menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) peranan MGMP adalah:
a. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi
pembelajaran efektif.
b. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru
terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem pengujian
c. Supporting agency dalam inivasi manajemen kelas dan manajemen sekolah.
d. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan.
e. Evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS.
f. Clinical dan academic supervisor dengan pendekatan penilaian appraisal.
Fungsi MGMP adalah
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) adalah:
a. Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek
serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.
b. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di
tingkat sekolah, wilayah, maupun kota.
c. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas sehingga mampu
mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah.
3.Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

18
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan
tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat
regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya.
Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama
di Jakarta 17-19 Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a)
Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia; (b) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para
angotanya; (c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi
pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan
pembangunan bangsa dan negara; (d) mengembangkan dan menyebarkan
gagasan-gagasan baru dan dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan;
(e) meindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota; (f)
meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan;
dan (g) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi
Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang
tlah ada himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial
Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain
sebagainya.
4. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada
tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat
keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta
secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para
petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta
memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan
mutu layanannya.

19
Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
(IPBI) adalah sebagai berikut ini.
a. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
b. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia
di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga
ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
c. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin,
maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat
kegiatan, yaitu:
a. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
b. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
c. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga, baik
dalam maupun luar negeri; dan Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga
IPBI, 1975).
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga
(ART IPBI, 1975) sebagai berikut ini.
a. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan Indoesia dan
brosur atau penerbitan lain.
b. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
c. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
d. Penelitian di bidang bimbingan.
e. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain yang
sejenis.
f. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan bimbingan.
5. HISAPIN (Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia)
HISAPIN lahir pada tahun 1991 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, dengan
Ketua Dr. Sutjipto yang ketika itu menjabat sebagai Pembantu Rektor II IKIP

20
Padang; beberapa tahun kemudian beliau menjadi Rektor IKIP Jakarta (1997-
2005). Ketika itu IKIP Padang melaksanakan Seminar Nasional di bidang
Pendidikan dengan mengundang seluruh pimpinan jurusan dan dosen
Administrasi Pendidikan di lingkungan FIP dan FKIP. Seminar tersebut
didukung oleh Prof. H. A. R. Tilaar (Deputi Bappenas).

E. Mengetahui Sikap Profesional Guru Terhadap Pengembangan Organisasi


Kependidikan Di Indonesia
Kalau kita ikuti perkembangan profesi keguruan di Indonesia, jelas pada
mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari orang-orang yang tidak
berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru. Dalam bukunya Sejarah
Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) secara jelas melukiskan sejarah
pendidikan di Indonesia terutama dalam zaman colonial Belanda, termasuk juga
sejarah profesi keguruan. Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari orang-
orang yang tidak dididik menjadi guru, secara berangsur-angsur dilengkapi dan
ditambah dengan guru-guru yang lulus dari sekolah guru (kweekschool) yang
pertama kali didirikan di Solo tahun 1852. Karena kebutuhan guru yang
mendesak maka pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru,
yakni :
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang
penuh.
2. Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru.
3. Guru bantu yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon
guru.
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang berasal dari
warga yang pernah mengecap pendidikan.
Tentu saja yang terakhir ini sangat beragam dari satu daerah dengan
daerah lainnya. Walaupun sekolah guru telah dimulai dan kemudian juga

21
didirikan sekolah normal, namun pada mulanya bila dilihat dari kurikulumnya
dapat kita katakanhanya mementingkan pengetahuan yang akan diajarkan saja.
Kedalamnya belum dimasukan secar khusus kurikulum ilmu mendidik dan
psikologi. Sejalan dengan pendirian sekolah-sekolah yang lebih tinggi tingkatnya
dari sekolah umum seperti Hollands Inslandse School (HIS), Meer Uitgebreid
Lagere Onderwijs (MULO), Hogere Burger School (HBS), dan Algemene
Middlebare School (AMS) maka secara berangsur-angsur didirikan pula lembaga
pendidikan guru atau kursus-kursus untuk mempersiapkan guru-gurunya seperti
Hogere Kweekschool (HKS)untuk guru HIS dan kursus Hoofdacte (HA) untuk
calon kepala sekolah (Nasution,1987).
Keadaan yang demikian berlanjut sampai zaman pendudukan jepang dan
awal perang kemerdekaan, walaupun dengan nama dan bentuk lembaga
pendidikan guru yang disesuaikan dengan keadaan waktu itu. Selangkah demi
selangkah pendidikan guru meningkatkan jenjang kualifikasi dan mutunya,
sehingga saat ini kita hanya mempunyai lembaga pendidikan guru yang tunggal,
yakni Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebagai jabatan profesional
penuh, statusnya mulai membaik. Di Imdonesia telah ada Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai
perwakilan di DPR / MPR. Apakah para wakil dan organisasi ini telah mewakili
semua keinginan para guru, baik dari segi profesional ataupun kesejahteraan?
Apakah guru betul-betul jabatan profesional, sehingga jabatan guru terlindungi,
mempunyai otoritas tinggi dalam bidangnya, dihargai dan mempunyai status
yang tinggi dalam masyarakat, semuanya akan tergantung kepada guru itu
sendiri dan unjuk kerjanya, serta masyarakat dan pemerintah yang memakai atau
mendapatkan layanan guru itu.
Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia, guru pernah mempunyai
status yang sangat tinggi dalam masyarakat, mempunayi wibawa yang sangat
tinggi, dan dianggapsebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak
hanya mendidik anak di depan kelas, tapi mendidik masyarakat, tempat bagi

22
masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi ataupun
masalah sosial. Namun, kewibawaan guru mulai memudar sejalan dengan
kemajuan zaman, perkembangan ilmu dan teknologi, dan kepedulian guru yang
meningkat tentang imbalan atau balas jasa. Dalam era teknologi yang maju
sekarang, guru bukan lagi satu-satunya tempat bertanya bagi masyarakat.
Pendidikan masyarakat mungkin lebih tinggi dari guru, dan kewibawaan guru
berkurang antara lain karena status guru dianggap kalah gengsi dari jabatan
lainnya yang mempunyai pendapatan yang lebih baik.

F. Peran Organisasi Profesi Kependidikan Terhadap Sikap yang Menunjang


Keprofesionalan
Jabatan professional harus memiliki wadah untuk menyatakan gerak
langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi yaitu organisasi profesi guru di
negara kita wadah ini telah ada dan dikenal dengan Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Organisasai ini didirikan sebagai wujud aspirasi guru Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. Salah satu tujuan organisasi ini
adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta
meningkatkan kesejahteraan guru. Organisasi profesi kependidikan selain
sebagai ciri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri
yang bermanfaat bagi anggotanya. Organisasi profesi kependidikan Organisasi
profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan berfungsi
sebagai pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas
keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi
ini. Kedua fungsi tersebut dapat diuraikan seperti berikut ini :
1. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang
mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk
membeantuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada
yang bersifat sosial, politik, ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai.
Namun, umumnya dilatar belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan

23
ekstrinsik.[ Abin Syamsudin, 1999. hlm. 95 ] Secara intrinsik, para profesional
terdorong oleh keinginannya medapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan
tugas profesi yang diembannya, bahkan mungkin mereka terdorong oleh
semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlas mengkin. Secara ekstrinsik
mereka terdorong oleh tmntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang
semakin hari semakin klompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengemban
suatu profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan secara
individual. Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para profesional membentuk
organisasi profesi. Demikian pula organisasi profesi kependidikan , merupakan
organisasi profesi sebagai wadah pemersatu pelbagai potensi profesi
kependidikan dalam menghadapi kopleksitas tantangan dan harapan masyarakat
pengguna pengguna jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi
tersebut diharapkan organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan
kekuatan dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu
upaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban
profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat pengguna jasa
profesi ini.
2. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi kedua dari organisasi profesi adalah meningkatkan kemampuan
profesional para pengemban profesi kependidikan. Fungsi ini secara jelas
tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi : Tenaga
kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan
profesional, martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan. PP tersebut
menunjukkan adanya legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan para
anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan
profesionalnya melalui organisaasi atau ikatan profesi kependidikan. Bahkan
dalam UUSPN Tahun 1989, Pasal 31; ayat 4 dinyatakan bahwa : Tenaga
kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan

24
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta pembangunan bangsa.
Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa yang disebut
dengan istilah kompetensi , yang oleh Abin Syamsuddin dijelaskan bahwa
kopetensi merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan pekerjaan
kependidikan. Guru yang memiliki kemampuan atau kecakapan untuk
mengerjakan pekerjaan kependidikan disebut dengan guru yang kompeten.
Peningkatan kemampuan profesional tenaga kependidikan berdasarkan
Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur
dan tidak terstruktur. Program terstruktur adalah program yang dibuat dan
dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar
yang dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Dengan
demikian , Pada akhir program para peserta akan memperoleh sejumlah SKS
yang pada gilirannya dapat disertakan dengan kualifikasi tetrtentu tenaga
kependidikan. Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan
tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup
dalam program tidak terstruktur ini adalah:
· Penataran tingkat nasional dan wilayah;
· Supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang terkait seperti
Kepala Sekolah, Kepala Bidang, Kakandep;
· Pembinaan dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesama tenaga
kependidikan sejenis melalui forum konunikasi, seperti MGI.
· Pembinaan dan pengembangan individual, yaitu upaya atas inisiatif sendiri
dengan partisipasi dalam seminar, loka karya, dan yang lainnya.

25
G. Analisis Peranan Organisasi Profesi Keguruan Dewasa Ini
1. Keadaan yang Ditemui
Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya
Undang-undang Rep. Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dalam UU tersebut, tenaga kependidikan mendapat perhatian yang
amat besar, melebihi bidang-bidang lain. Ada 6 pasal (pasal 39 s/d 44) terdiri atas
17 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga kependidikan. Ini menunjukan
bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam rangka upaya
memajukan pendidikan secara keseluruhan.
Bagi profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat
penting, karena dalam undang-undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar
hukumnya, bahkan pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaannya.
Gagasan yang mendasar yang terkandung UU tentang SPN dalam kaitannya
dengan tenaga kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti
terhadap jabatan guru khususnya dan tenaga kependidikan umumnya. Profesi-
profesi ini secara tegas akan dilindungi, dihargai, diakui, dan dijamin
keberadaannya secara hukum. Perlindungan itu secara eksplisit dikemukakan
dalam pasal 42 yang menyatakan bahwa pendidikan harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.
2. Permasalahan yang Ada
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru
masa sekarang ini adalah sebagai berikut :
a. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat
dalam peraturan yang berlaku yang berkenaan dengan profesi guru beserta
kesejahteraannya, seperti keputusan MENPAN No.26 tahun 1989 tentang Angka
Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru
yang lebih terara, yang memelihara keterpaduan antara pengembangan
profesional dengan pembentukan kemampuan akademik guru, dengan

26
memberikan peluang kepada setiap calon guru untuk melatih unjuk kinerjanya
sebagai calon guru yang profesional.
c. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak
pendidikan prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam
jabatan.
d. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk
pelaksanaan prows profesionalisasi guru, dan dapat memberikan batasan yang
jelas mengenai profesi guru dan profesi lainnya.
e. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-
rambu prilaku profesional yang tegas, jelas, dan operasional, serta perumusan
sanksi-sanksi terhadap penyimpangannya.
f. Pemasyarakatan kode etik guru ditetapkan oleh setiap guru dan diindahkan
oleh masyarakat rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang
wajar terhadap profesi guru itu.
3. Pengembangan Organisasi Keguruan
PGRI sebagai organisasi profesi perlu penekanan upaya penataan dan
peningkatan dalam bidang misi profesi dari PGRI. Dalam hal ini perlu
dikembangkan kerangka konseptual yang memadai dan terarah untuk melandasi
program kerja mengenai pengembangan profesi itu. Kerangka konsep itu
seyogyanya diselaraskan dengan patokan-patokan profesional dan akademik
yang digunakan sebagai dasar pengembangan standar unjuk kerja,
pengembangan progran kependidikan guru, dan penataan proses
profesionalisasi guru berdasarkan pendekatan pengadaan guru terpadu.
Kekolegaan profesional guru sebagai suatu kesadaran profesional merpakan
keharusan bagi setiap guru sebagai konsekuensi kesediaan untuk menerima
tanggung jawab individual dan kolektif. Kekolegaan ini hanya dapat terwujud jika
dituangkan dalam kode etik yang operasional dan diakui oleh pemerintah dan
masyarakat yang tertuang dalam peraturan atau undang-undang seperti dalam
UU tentang SPN.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dijabarkan, penulis dapat menyampaikan beberapa
kesimpulan, diantaranya:
1. Organisasi profesi keguruan adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang
yang memiliki suatu keahlian khusus dalam mendidik yang dipersiapkan
melalui proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam
lembaga tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Fungsi organisasi profesi keguruan yaitu sebagai pemersatu dan peningkatan
kemampuan professional.
3. Lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau
mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4)
martabat, dan (5) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.
4. Jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada di Indonesia: Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia
( HISAPIN ).

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan diantaranya:
1. Setiap orang yang berprofesi dalam bidang kependidikan hendaknya lebih
mengenal dan memahami tentang organisasi profesi kependidikan itu sendiri
karena banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang profesi kependidikan
dari organisasi profesinya sendiri.
2. Organisasi profesi kependidikan hendaknya lebih aktif lagi dalam menjalankan
perannya sebagai pemersatu dan melakukan kegiatan-kagiatan yang
meningkatkan kemampuan profesional anggotanya.

28
3. Hubungan antar organisasi profesi kependidikan yang satu dengan yang
lainnya hendaknya lebih ditingkatkan secara nyata.
4. Kepada struktural organisasi yang menaungi aktifitas guru, baik itu PGRI,
MGMP, maupum KKG bisa lebih berperan dalam pembinaan, pengawasan
kepada guru sehingga nantinya guru bisa maksimal dalam menjalankan tugas
serta aktifitasnyapun terjaga dari segala bentuk asusila.
5. Kepada siswa yang menjadi objek pengaran guru, juga bisa memberi masukan
jika dalam pelaksanaannya ada guru yang bertindak menyimpang dari kode
etik guru yang sedang berlaku.
6. Untuk siswa selalu belajar dengan tekun dan rajin sehingga nantinya bisa
menjadi manusia yang mampu memahami organisasi profesi, dalam hal ini
organisasi profesi guru, serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
7. Untuk orang tua, serta pihak yang terkaik dengan organisasi profesi guru,
maupun pelaksanaan guru dalam kesehariannya yang kurang sesuai dengan
kode etik guru, bisa ikut andil dalam memecahkan masalahnya.

29
Daftar Pustaka

Fauzi, Haris. 2009. Organisasi Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Hadi, Sopwan. 2010. Makalah Profesi Keguruan.
(http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/makalah-organisasi-
keguruan.html, diakses tanggal 31 Maret 2013)
Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara
Syamsuddin, M. Abin. 1999. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga
Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Tim Pengampu. 2012. Profesi Kependidikan. Medan: Universitas Negeri Medan.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas.
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_adp_0704694_chapter_1.pdf,
diakses tanggal 31 Maret 2013)
http://ruangguru.blogspot.com/2009/05/profesi-keguruan-dalam-
mengembangkan.html , diakses tanggal 31 Maret 2013)

30

Anda mungkin juga menyukai