REVIEW
MK. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
AKUNTANSI
SKOR NILAI :
Disusun Oleh:
SELLY SETIAWATI
(7213342013)
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas KKNI mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Surya Dharma., M.Pd
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review
ini. Dan tidak lupa pula kami berterima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
kewarganegaraan
Kami sangat berharap, semoga tugas Critical Book Review ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan pembacanya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan atau masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu,
kiranya diperlukan kritik ataupun saran yang membangun guna perbaikan di masa yang akan
datang.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Harapannya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang
membacanya. Demikian, mohon maaf apabila ketika membaca masih terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Selly setiawati
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Manfaat CBR
1. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk karya serupa yang lebih
baik dan bermutu.
2. Menambah ilmu pengetahuan tentang Pendidikan kewarganegaraan
3. Dapat mengasah pengetahuan dengan analisis pemahaman dari sebuah buku.
1
D. Identitas Buku Yang Di Review
Judul Buku : Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi
Penulis : Dr. Osberth Sinaga, M.Si.
Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd.
Tim dosen Pendidikan kewarganegaraan
Penerbit : CV. Harapan Cerdas
Tebal : 170 hal
Bahasa : indonesia
Sampul : merah putih
ISBN : 978-602-5799-42-6
Bahasa : Indonesia
Sampul : putih, merah, emas
ISBN : 978-623-5811-65-9
Buku 2
Judul Buku : PENDIDIKANsKEWARGANEGARAAN
Penulis : :Ibnu Hurri, H., S.Sos., M.Pd. dan Asep Munajat, M.Pd.
Penerbit : CV. Nurani
Tebal : 157 hal
Bahasa : Indonesia
Sampul : putih biru
ISBN : 978-602-7920-47-7
2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. Buku Utama
I. PENDAHULUAN
salah satu cita-cita bernegara yang penting yang diwariskan oleh “the founding father”
kepada generasi kita sekarang ialah cita negara hukum Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan uud NRI 1945. Indonesia adalah salah satu negara yang merupakan negara
hukum. Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang semua penyelenggaraan
pemerintahan dan kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum, bukan
didasarkan atas kekuasaan belaka. Menurut Arumanadi (1990:1-2) bahwa negara hukum
Indonesia lahir bukan sebagai manifestasi dari tuntutan kebebasan lawan absolitisme, akan
tetapi terdorong oleh keinginan baik menuju terwujudnya cita-cita nasional yang telah
disepakati bersama. Latar belakang sosiokultural berpengaruh terhadap konsep negara
hukum yang ada dalam suatu masyarakat atau negara, karena hukum merupakan lembaga
kemasyarakatan yaitu merupakan himpunan kaidah-kaidah dari segala tingkatan yang
berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan
karena hukum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok seluruh warga masyarakat
akan ketertiban dan lembaga kemasyarakatan hukum jelas berfungsi sebagai pedoman
bertingkah laku, sebagai alat untuk menjaga keutuhan masyarakat dan sebagi suatu sistem
pengendalian sosial (Soekanto dalam Tukiran Taniredja et al, 2017:134)
II. DESKRIPSI ISI
1. Pengertian negara hukum
Thomas Hobbes dalam bukunya leviathan pernah mengatakan "Homo homini
lupus", artinya manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Manusia memiliki
keinginan dan nafsu yang berbeda-beda antara manusia yang satu dan yang lainnya.
Nafsu yang dimiliki manusia ada yang baik, ada nafsu yang tidak baik. Inilah salah satu
argumen mengapa aturan hukum diperlukan. Kondisi yang kedua tampaknya bukan hal
yang tidak mungkin bila semua masyarakat tidak memerlukan aturan hukum. Namun,
Cicero pernah menyatakan "Ubi societas ibi ius", artinya di mana ada masyarakat, di
sana ada hukum. Dengan kata lain, sampai saat ini hukum masih diperlukan bahkan
kedudukannya semakin penting (Nurwardani, 2016:181)
Ada beberapa istilah yang sering dipakai dalam arti yang sama dengan wa hukum.
Di Amerika Serikat, digunakan istilah "Government under inilah "le Principe de la
Legalite". Sedangkan paham Anglo Saxon menggu- Di Jerman dikenal dengan "der
Rechsstaat" dan di Prancis digunakan an istilah "Rule of Law", yang ternyata istilah ini
kemudian menjadi lebih Populer di kalangan negara-negara di dunia.
Negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menja- min
keadilan bagi seluruh warga negara. Dengan adanya keadilan dalam masyarakat maka
akan tercapai kebahagiaan dalam masyarakat itu. Untuk mendasari keadilan tersebut
kepada setiap warga negara perlu diajarkan norma-norma susila agar mereka menjadi
3
warga negara yang baik. Demi- kian pula peraturan hukum yang sesungguhnya itu
hanya ada apabila pera- turan dimaksud mencerminkan keadilan dalam pergaulan
hidup antar war- ga negaranya (Arumanadi dan Sunarto, 1990:6).
2. Konsep negara hukum
Konsep negara hukum yang berkembang pada abad 19 cenderung mengarah pada
konsep negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukum dalam arti sempit. Dalam
konsep ini negara hukum diposisikan ke dalam ruang gerak dan peran yang kecil atau
sempit. Pemerintah dan unsur- unsur lembaganya dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan
pasif (Ditjendikti, 2012:112).
syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerin tahan yang demokratis di
bawah rule of law adalah:
1. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menja min hak-
hak individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5. Kebebasan untuk berserikat, berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan Kewarganegaraan (civic education)
Nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa lembaga sebagai berikut:
1. Pemerintahan yang bertanggung jawab
2. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan dan kepingan-
kepingan dalam masyarakat yang dipilih dengan pemilihan umum yang bebas dan
rahasia dan atas dasar sekurang-kurangnya dua calon untuk setiap kursi;
3. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik (sistem
dwipartai, multipartai).
4. Pers dan media masa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
5. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan mempertahankan
keadilan.
3. Konsep Negara Hukum (eropa continental)
Table 7.1 negara hukum continental
No Teori Penjelasan
4
1 Immanuel kent teori negara hukumnya dikenal negara hukum liberal,
karena konsep Immanuel kent bernafaskan paham
liberalisme, yang menentang kekuasaan raja yang absolute
pada masanya. Disebut juga negara hukum dalam arti
sempit karena pemerintah dengan hukumnya hanya
bertugas untuk menjamin kepentingan golongan terutama
kaum borjuis liberal. Teorinya juga sering disebut
“nachtwachterrstaat”. Konsep negara hukum kent
mengundang 2 unsur penting yaitu : (1) perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia, dan (2) pemisahan
kekuasaan (busroh dan busroh, 1985:111).
2 F.J stahl Konsep negara hukum stahl sering disebut negara hukum
dalam arti formal. Stahl berpendapat, bahwa negara hukum
haruslah memenuhi empat unsur penting, yaitu: (1) adanya
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, (2)
pemisahan kekuasaan, (3) setiap Tindakan pemerintahan
harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan, dan
(4) adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri (
kusnardi dan Ibrahim, 1983:156).
3 Paul Scholten Dalam bukunya “over den rechtstaat” ia menyebutkan
adanya dua ciri negara hukum. Ciri yang utama adalah
“er is recht tegenover den stat”, maksudnya kaulah negara
itu mempunyai hak terhadap negara, individu mempunyai
hak terhadap masyarakat. Menurut notohamidjojo,
(1970:25-26) asas ini meliputi 2 segi, yaitu 1). Manusia itu
mempunyai suasana tersendiri, yang pada asasnya terletak
diluar wewenang negara, dan 2) pembatasan suasana
manusia itu hanya dapat dilakukan denngan ketentuan
undang-undang dengan peraturan-peraturan umum. Kedua
aspek tersebut merupakan ciri hakiki dari konstitusi di
negara-negara barat, yaitu menyebutkan hak hak asasi
manusia dan badan perundang-undangan. Ciri kedua
negara hukum adalah” er is scheiding van machten”, yang
artinya bahwa dalam negara hukum ada pemisahan
kekuasaan. Dengan pemisahan kekuasaan ada satu hal yang
penting untuk diperhatikan yaitu bahwa rakyat ingin turut
mengambil bagian dalam perundang-undangan.
5
kedudukan yang tertinggi, agar pelaksanaan kekuasaan (pemerin- tah) tidak
menyimpang dari undang-undang. Kekuasaan akan tunduk pada hukum,
bukan sebaliknya.
2) Equality before the law, bahwa dalam negara hukum, kedudukan warga
negara, termasuk pejabat pemerintah, adalah sama, dan tidak ada bedanya di
muka hukum. Apabila tidak ada persamaan di muka hukum, maka
dimungkinkan orang yang mempunyai kekuasaan, akan kebal hukum, dan
lazimya akan menindas yang lemah.
3) Human Rights, yang terutama ada tiga, yaitu a) The right to personal freedom,
(merupakan hak kemerdekaan pribadi), berupaya hak-hak untuk melakukan
yang dianggap baik bagi dirinya tanpa merugikan orang lain ataupun
menimbulkan gangguan terhadap masyara sekelilingnya. b) The right to
freedom of discussion (hak kemerdeka berdiskusi), yaitu hak untuk melahirkan
pendapat dan kritik, dengan ketentuan harus pula bersedia mendengar serta
memperhatikan penda pat dan kritik orang lain. c) The right to public meeting
(hak Vener dekaan berapat), hak ini harus dibatasi jangan sampai
menyebabkan atau menyebarkan kekacauan sehingga perdamaian menjadi
rusak.
6
NRI 1945, yakni kesepakatan untuk meman hal-hal normatif yang ada di dalam
penjelasan ke dalam pasal-pasal Masuk nya ketentuan mengenai Indonesia adalah
negara hukum ke dalam paral dimaksudkan untuk memperteguh faham bahwa
Indonesia adalah negara hukum, baik dalam penyelenggaraan negara maupun
kehidupan berbangsa dan bernegara (Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia, 2012 67-68)
7. Implementasi hukum di Indonesia sebagai negara hukum
Gustav Radbruch, seorang ahli filsafat Jerman (Sudikno Mertokusuma, 1986:
130), menyatakan bahwa untuk menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus
diperhatikan yaitu: (1) Gerechtigheit, atau unsur keadilan: (2) Zeckmaessigkeit, atau
unsur kemanfaatan; dan (3) Sicherheit, atau unsur kepastian. 1) Keadilan Keadilan
merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum. Artinya bahwa
dalam pelaksanaan hukum para aparat penegak hukum harus bersikap adil.
Pelaksanaan hukum yang tidak adil akan menga kibatkan keresahan masyarakat,
sehingga wibawa hukum dan aparatnya akan luntur di masyarakat. Apabila masyarakat
tidak peduli terhadap hukum maka ketertiban dan ketentraman masyarakat akan
terancam yang pada akhirnya akan mengganggu stabilitas nasional. 2) Kemanfaatan
Selain unsur keadilan, para aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya
harus mempertimbangkan agar proses penegakan hukum dan pengambilan keputusan
memiliki manfaat bagi masyarakat. Hukum harus bermanfaat bagi manusia. Oleh
karena itu, pelaksanaan hukum atau penega- kan hukum harus memberi manfaat atau
kegunaan bagi manusia. 3) Kepastian hukum Unsur ketiga dari penegakan hukum
adalah kepastian hukum, artinya pene- gakan hukum pada hakikatnya adalah
perlindungan hukum terhadap tinda kan sewenang-wenang. Adanya kepastian hukum
memungkinkan seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan
(Nurwardani et al, 2016: 190)
B. Buku Pembanding
Buku pembanding 1
Indonesia adalah Negara hukum, artinya segala sesuatu diatur dalam hukum yang
berlaku dengan dasar nilai-nilai luhur dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun
1945 yang kemudian dijabarkan dalam berbagai peraturan dan perundang-undangan.
Dalam Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tahap
keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya
hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1
ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep
Negara Hukum idealnya kebijakan tertinggi ada pada hukum, dengan kata lain prinsip
Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’
Pengertian Negara Hukum
Negara diartikan sebagai suatu masyarakat yang sempurna (a perfect society). Negara
pada hakikatnya adalah suatu masyarakat sempurna yang para anggotanya mentaati aturan
yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki sejumlah
kelengkapan yakni kelengkapan internal dan eksternal. Kelengkapan secara internal yaitu
penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan warga Negara itu
7
sendiri. Sedangkan kelengkapan eksternal kesadaran warga Negara terhadap
keberadaannya sebagai bagian dari organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks
ini pengertian negara seperti halnya masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan internal
dan eksternal, there exists only one perfect society in the natural order, namely the state
(Henry J. Koren, 1995:24).
Ciri Negara Hukum
Konsep negara hukum yang berkembang pada abad 19 mengarah pada konsep
negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukum dalam arti sempit. Dalam konsep ini
negara hukum diposisikan ke dalam ruang gerak dan peran yang kecil atau sempit.
Pemerintah dan unsur-unsur lembaga yang melaksanakan tugas dan wewenangnya terikat
oleh hukum yang berlaku. Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada
pengembangan negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya memperluas peran
pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika perkembangan jaman. Konsep negara
hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki sejumlah ciri yang
melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut.
A. HAM terjamin oleh undang-undang
B. Supremasi hukum
C. Pembagian kekuasaan (Trias Politika) demi kepastian hukum
D. Kesamaan kedudukan di depan hukum
E. Peradilan administrasi dalam perselisihan
F. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi
G. Pemilihan umum yang bebas
H. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
8
Buku pembanding 2
Pengertian Negara Hukum
Negara adalah sebuah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
yang tertinggi dan ditaati oleh rakyat, atau sekelompok sosial yang menduduki wilayah
atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintahan yang
efektif, dan mempunyai kesatuan politik, yang berdaulat sehingga berhak menentukan
tujuan nasionalnya. Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi yang dianggap
mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintahan, dalam hukum terdapat
peraturan undang-undang yang bertujuan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat
yang mengenai segala peristiwa apa yang telah terjadi sehingga keputusan atau
pertimbangan ditetapkan oleh hakim. Negara Hukum adalah Negara yang memberikan
perlindungan hukum bagi warga negaranya berdasarkan atas keadilan
Negara Hukum Eropa Kontinental
Pada perkembangan berikutnya Negara hukum Eropa Kontinental banyak
dipengaruhi oleh faham liberal yang menjungjung faham Negara kesejahteraan (warfare
state), sehingga konsep negara hukum Eropa Kontinental bergeser ke arah bentuk Negara
hukum kesejahteraan yang mengupayakan terciptanya kesejahteraan rakyat. Adapun tokoh
yang telah merumuskan bagaimana ciri bentuk dari negara hukum kesejahteraan ini adalah
oleh Friedch Julius Stahl
Negara Hukum Anglo Saxon
Sistem hukum Anglo Saxon ialah suatu sitem hukum yang didasarkan pada
yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar
putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih
engutamakan hukum kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika
masyarakat. Pembentukan hukum melalui lembaga peradilan dengan sistem jurisprudensi
dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan kemanfaatan yang
dirasakan oleh masyarakat secara nyata.
Bentuk-bentuk Negara Hukum
1) Negara Hukum Negara Eropa Kontinental Rechtstaat
- Adanya jaminan terhadap perlindungan HAM.
- Adanya pemisahan kekuasaan.
- Adanya pemerintahan berdasarkan Undang- undang.
- Adanya peradilan Administrasi.
9
- Adanya perlindungan HAM.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keunggulan Buku
1. Buku utama
Pada bab 7 buku utama membahas mengenai negara hukum Pendidikan
kewarganegaraan sebagai kerangka acuan dasar dan alur berfikir dimana
mahasiswa harus sadar akan hak dan kewajibannya, cerdas, terampil dan
berkarakter
Dilihat dari tahun terbit, buku ini terbit 2023 yang artinya buku ini sangat
terbarukan dan juga merupakan edisi revisi buku sebelumnya. Tetapi penulis
menggunakan sumber bacaan atau referensi kebanyakan sudah lebih dari lima
tahun terakhir, walaupun seperti itu penulis tetap menggunakan referensi yang
akurat dan terpercaya seperti buku panduan terjemahan, jurnal terakreditasi dan
dengan buku-buku yang memang penulisnya ahli dalam bidang kewarganegaraan.
Materi yang dijelaskan cukup dimengerti dan terstriktur dengan baik, hal itu
membuat para pembaca merasa mudah dipahami. Selain itu terdapat Latihan soal
di akhir bab untuk menguji kemampuan mahasiswa.
2. Buku pembanding 1
materi yang dijelaskan sesuai tema dan mudah dipahami oleh pembaca, karena
dijelaskan secara rinci dan terstruktur
di akhir pembahasan terddapat Latihan soal untuk mahasiswa yang sudah
membahas materi tersebut
terdapat rangkuman pembahasan yang memudahkan pembaca menarik kesimpulan
materi
3. buku pembanding 2
materi yang disajikan membahas mengenai negara hukum di berbagai negara dan
penjelasannya jelas
terdapat gambaran struktur tentang negara hukum di Indonesia sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami
B. Kelemahan buku
1. Buku utama
Buku ini didesain cukup baik dengan cover yang cukup sederhana. Namun tampilan
kertas buku yang berwarna hitam putih menyebabkan beberapa gambar terlihat
kurang jelas. Dibagian belakang cover buku, Penulis menuliskan harapan agar buku
berguna tidak hanya bagi mahasiswa namun juga dosen. Buku ditulis dengan
Bahasa yang baku dan disesuaikan dengan EYD.
11
2. Buku Pembanding 1
Pada buku pembanding pertama tidak memiliki gambar saat menjelaskan materi
sehingga pembaca merasa bosan
materi tidak terlalu lengkap, tidak seperti pada buku utama yang dijabarkan secara
lengkap
3. buku pembanding 3
materi pada bab tersebut terlalu sedikit membahas tentang negara hukum dan tidak
dijelaskan secara rinci, selain itu tidak terdapat gambar untuk memudahkan
pembaca memahami
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan Critical Book Review terhadap ketiga buku, penulis
menyimpulkan bahwa ketiga buku tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan
kekurangan. Jadi menurut penulis ,ketiga buku tersebut saling melengkapi dalam
penjelasan materi sehingga apa yang kurang pada buku utama dapat dilengkapi oleh kedua
buku pembanding dan sebaliknya. Buku utama memiliki keunggulan yang lebih dari buku
pembanding sehingga dapat dikatakan bahwa buku utama yang lebih cocok digunakan
sebagai pedoman mahasiswa dalam belajar Pendidikan kewarganegaraan. Karena dari
setiap penjelasan yang terdapat di dalam buku utama memuat materi yang lebih luas dari
buku utama.
B. Saran
Setelah melakukan Critical Book Review terhadap ketiga buku di atas, kami memberi
rekomedasi terhadap ketiga buku tersebut kepada pihak seperti mahasiswa calon guru
untuk dapat dijadikan referensi. Dari setiap hasil pekerjaan pasti ada kekurangan, oleh
karena itu penulis terbuka pada kritikan dan saran yang bersifat membangun sehingga
dapat memperbaiki Critical Book Review dilain waktu dan dilain tugas. Penulis juga
berharap dengan adanya Critical Book Review ini pembaca dapat memahami isi bukan
sekedar membaca namun sebagai pelaku generasi muda yang berkompeten dan
berkarakter.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sinaga Osberth. 2023. Pendidikan Kewarnegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Medan: Cv.
Harapan Cerdas
Willius Kogoya. 2013. Buku ajar Pendidikan kewarganaegaraan bagi mahasiswa.
Bandung: CV. Widina Media Utama.
Ibnu Hurri. 2016. Pendidikan kewarganegaraan . Bandung: CV. Nurani
14