Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL BOOK REPORT

“HAK ASASI MANUSIA dan PARADIGMA BARU PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing : Dra. Katrina Samosir, M.Pd

Di Susun Oleh :

Nama : Melisa

Nim : 5173144016

Kelas : Reguler A

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PRODI PENDIDIKAN TATA RIAS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunianya kita selalu diberikan kesehatan dan kesempatan terutama kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keriting Rambut Dasar yang berjudul “Critical Book Report”
ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih kepada para pendukung penulis di dalam menyelesaikan tugasnya,
terkhususnya kepada Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd Selaku dosen mata kuliah yang banyak
memberi bimbingan.

Demikianlah pengantar ini disampaikan, apabila dalam penyusunan ini terdapat hal-hal
yang sedikit menyindir pengarangnya mohon dimaklumi, semua ini hanya lah sebuah saran
perbaikan dari penulis sebagai pengkritik. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 14 maret 2019

Melisa
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang. .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A.Identitas Buku. ............................................................................................. 2

B. Ringkasan Isi Buku ..................................................................................... 2

BAB III PENILAIAN TERHADAP BUKU ............................................... 27

A. Kelebihan buku .......................................................................................... 27


B. Kelemahan buku ........................................................................................ 27

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 28

A. Kesimpulan. ............................................................................................... 28
B. Saran .......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Critica Book report yang berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dari Buku yang
akan kami kritik dengan judul “Hak Asasi Manusia Dan Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan” Dan kami akan menyertakan ringkasan dari isi Buku tersebut.
Dalam critical Book Report ini kami akan memaparkan definisi masalah tersebut lewat
pembahasan berikut. Serta memberikan saran atas kelemahan Buku yang kami kritik ,Semoga
usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penyusun khususnya.

B. Rumusan Masalah

Memberikan penilaian terhadap buku yang menjadi acuan, serta memberikan masukan
atau pendapat positif yang mampu mendorong penulis untuk memperbaiki isi dari buku tersebut
baik dari segi tampilan maupun isi / kajian di dalamnya.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan bahan bacaan yang menjadi pedoman
pembelajaran.
2. Melatih mahasiswa untuk lebih kritis dalam menganalisis buku yang menjadi pedomannya.
3. Memberi masukan yang positif terhadap kelayakan buku yang dikritik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Identits Buku

No Cover Buku Identitas Buku

1 Judul buku : Paradigma Baru Pendidikan


Kewarganegaraan
Nama pengarang : Winarno,S.Pd.,M.Si
No ISBN : 978-979-010-178-4
Penerbit : PT Bumi Aksara
Tahun Terbit : 2013
Urutan Cetakan : Kesembilan
Tebal buku : 223

2 Judul :Hak Asasi Manusia


Edisi :1
Pengarang :Idrus Affandi dan Karim Suryadi
Penerbit :Universitas Terbuka
Kota terbit :Tangerang Selatan
Tahun terbit :2013
ISBN :979-689-024-0

B. Ringkasan Isi Buku

Buku Utama

Bab 1

Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Nasional.


Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yang asing lagi. Namun, sebagai
Ideologi dan dasar filsafat negara, Pancasila layak untuk dikaji kembali relevansinya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kajian Pancasila pada awal bab ini berpijak dari kedudukan
Pancasila sebagai dasar dan Ideologi negara Republik Indonesia. Akan tetapi mengakaji
Pancasila secara mendalam. Dikatakan Pancasila dalam pendekatan Filsafat, karena untuk lebih
mengetahui tentang Pancasila itu perlu pendekatan filosofis. Untuk mendapat pengertian yang
mendalam dan mendasar, kita harus mengetahui sila- sila yang membentuk pancasila itu. Setelah
kita paham mengenai filosofis dari Pancasila melalui pendekatan filsafat, kita harus mewujudkan
nilai Pancasila sebagai norma bernegara. Di era sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma
etik untuk kehidupan bernegara masih perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Etika
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat ini bertujuan untuk :

 Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek.

 Menetukan pokok - pokok etika kehidupan berbangsa dan bernegara, dan bermasyarakat.

 Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai - nilai etika dan moral
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Dengan berpedoman pada etika kehidupan berbangsa tersebut, penyelenggara negara dan
warga negara dapat bersikap dan berperilaku secara baik bersumber pada nilai - nilai Pancasila
dalam kehidupannya. Setelah itu kita akan memaknai, makna Pancasila sebagai dasar Negara.
Hal ini telah dinyatakan berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai dasar
negara berarti nilai - nilai Pancasila menjadi pedoman normatif bagi penyelenggaraan bernegara.
Di era sekarang, mengembalikan atau menegaskan kembali kedudukan Pancasila sebagai dasar
(filsafat) negara Indonesia merupakan suatu tuntutan penting oleh karena telah banyak terjadi
kesalahan penafsiran atas pancasila di masa lalu. Terdapat tiga faktor yang membuat pancasila
semakin sulit dan marginal dalam semua perkembangan yang terjadi. Pertama, pancasila
terlanjur tercemar karena kebijakan resmi orientasi Baru yang menjadikan Pancasila sebagai alat
politik untuk mempertahankan status quo kekuasaannya. Kedua, liberialisasi politik dengan
penghapusan ketentuan oleh Presiden B.J Habibie tentang pancasila sebagai satu satunya asas
setiap organisasi. Ketiga, desentralisasi dan otonomisasi daerah yang sedikit banyak mendorong
penguatan sentimen kedaerahan, yang jika tidak diantisipasi, bukan tidak bisa menumbuhkan
sentimen local - nationalism yang dapat tumpang - tindih dengan ethno- nationalism.

Pancasila, meskipun menghadapi ketiga masalah tadi, tetap merupakan kekuatan pemersatu
(integrating force) yang relatif masih utuh sebagai common platform bagi negara - negara
Indonesia. Setelah kita memahami makna Pancasila tersebut, maka kita akan
mengimplementasikan Pancasila sebagai dasar negara. Setelah itu makna Pancasila sebagai
Ideologi Nasional dan kita implementasikan Pancasila sebagai Ideologi Nasional. Nah,
disamping mengamalkan secara objektif, warga negara dan penyelenggara negara wajib
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam
rangka pengalaman secara subjektif ini, Pancasila menjadi sumber etika dalam bersikap dan
betingkah laku setiap warga negara dan penyelenggara negara.

Bab 2

Identitas Nasional

Kita ketahui bahwa manusia itu tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Manusia
harus saling ketergantungan dan membutuhkan orang lain untuk mendapatkan kebutuhannya.
Dengan begitu agar lebih mudah mendapatkannya, manusia akan membentuk kelompok -
kelompok untuk mencapai tujuan hidupnya. Demikian jugalah orang -orang yang telah bernegara
yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa. Dapat menyatakan dirinya sebagai satu bangsa.
Dalam arti sosiologis Antropologis bangsa merupakan persekutuan hidup masyarakat yang
berdiri sendiri dimana masing - masing anggota merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan
adat istiadat. Bangsa dalam arti politis merupakan suatu masyarakat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi keluar
dan kedalam.

Dikatakan Identitas Nasional yakni tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang,
kelompok, masyarakat bahkan suatu bangsa. Sehingga dengan identitas itu bisa membedakannya
dengan yang lain. Proses pembentukan bangsa - negara membutuhkan identitas - identitas untuk
menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Kira- kira yang menjadi faktor identitas
bersama suatu bangsa meliputi : Primordial, Sakral, Tokoh, Bhinneka Tunggal Ika, Sejarah,
Perkembangan Ekonomi, dan kelembagaan. Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku , agama,
ras, adat dan kebudayaan, semua itu termasuk kedalam identitas kesukubangsaan. Sedangkan
identitas kebangsaan terbentuk berasal dari satu bangsa dengan identitas Primordial yang sama.
Identitas- identitas kebangsaan itu merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di dalamnya.
Identitas nasional itu dapat berasal dari identitas sebuah bangsa di dalamnya yang selanjutnya
disepakati sebagai identitas nasionalnya.

Identitas Nasional Indonesia menunjuk pada identitas- identitas yang sifatnya nasional,
bersifat buatan oleh karena identitas itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa
sebagai Identitasnya setelah mereka bernegara. Setelah bangsa Indonesia bernegara, mulai di
bentuk dan disepakati apa- apa yang dapat menjadi identitas nasional Indonesia. Bisa dikatakan
bangsa Indonesia relatif berhasil dalam membentuk identitas nasionalnya kecuali pada saat
proses pembentukan Ideologi Pancasila sebagai identitas nasional yang membutuhkan
perjuangan dan pengorbanan di antara warga bangsa. Tumbuh dan disepakatinya identitas
nasional Indonesia itu sesungguhnya telah di awali dengan adanya kesadaran politik bangsa
Indonesia sebelum bernegara. Dengan demikian nasionalisme yang tumbuh kuat dalam diri
bangsa Indonesia turut mempermudah terbentuknya identitas nasional Indonesia.

Bab 3

Hak dan kewajiban warga negara

Warga negara adalah warga atau anggota dari suatu negara. Status sebagai warga negara
dimana orang memiliki hubungan dengan negara. Hubungan itu akan tercermin dalam hak dan
kewajiban. Sedangkan kewarganegaraan merupakan keanggotaan yang menunjukkan hubungan
atau ikatan antara negara dengan warga negara. Kedudukan warga negara dalam negara, warga
negara lah yang merupakan pendukung dan arti penting bagi negara. Warga negara memiliki hak
dan Kewajiban terhadap negara. Sebaliknya, negara memiliki hak dan kewajiban terhadap
warganya. Negara Indonesia telah menetukan siapa - siapa yang menjadi warga negara yakni
orang orang bangsa Indonesia asli dan orang dari bangsa lain yang disahkan dengan Undang -
undang sebagai warga negara. Setiap hak dan kewajiban warga negara Indonesia tercantum
dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Selain adanya hak dan kewajiban warga
negara di dalam UUD 1946, tercantum pula adanya hak asasi manusia. Dimana hak asasi
manusia itu berbeda dengan hak warga negara. Hak warga negara merupakan hak yang
ditentukan dalam suatu konstitusi negara. Munculnya hak ini adalah karena adanya ketentuan
Undang -undang dan berlaku bagi orang-orang yang berstatus sebagai warga negara.

Bab 4

Negara dan konstitusi

Negara yang berlandaskan pada suatu konstitusi dinamakan negara konstitusional maka
konstitusi negara tersebut harus memenuhi sifat atau ciri -ciri dari konstitusionalisme. Di negara
demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjamin sepenuhnya kepentingan
rakyat serta hak- hak dasar rakyat. Konstitusi atau Undang -undang dasar dianggap sebagai
perwujudan dari hukum tertinggi yang harus di taati oleh negara dan pejabat- pejabat negara
sekalipun. Negara konstitusional bukan sekedar konsep formal, tetapi juga memiliki makna
normatif. Didalam gagasan konstitusionalisme, konstitusi tidak hanya merupakan suatu dokumen
yang menggambarkan pembagian dan tugas-tugas kekuasaan tetapi juga menetukan dan
membatasi kekuasaan agar tidak disalahgunakan.

Konstitusi merupakan untuk pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan
suatu negara. Konstitusi mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaran suatu negara karena Konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan
berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu.

Bab 5

Demokrasi dan pendidikan demokrasi

Demokrasi merupakan pemerintahan atau kekuasaan . Dalam prinsipnya rakyat tetap


merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, dengan begitu muncul lah adanya demokrasi
langsung atau demokrasi perwakilan. Dimana demokrasi adalah paham yang mengikutsertakan
setiap warga negara nya dalam permusyawaratan untuk menetukan kebijaksanaan umum dan
Undang -undang. Demokrasi tidak langsung merupakan paham yang dilaksanakan melalui
sistem perwakilan, yang dilaksanakan melalui pemilihan umum. Abraham Linclon mengatakan
demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (goverment of the
poeple, Hy The poeple, and for the poeple) .

Dengan demikian pemerintahan dari rakyat itu merupakan bahwa rakyat lah pemegang
kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam negara demokrasi. Sedangkan pemerintahan oleh
rakyat, bahwa rakyat lah yang menjalankan penyelenggaraan pemerintahan itu, melalui para
wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat tersebut. Dan pemerintahan untuk rakyat adalah pemerintah
yang menjalankan kebijakan - kebijakan yang mengarah terhadap kepentingan dan kesejahteraan
rakyat. Demokrasi berasumsi bahwa semua orang sama derajat dan hak haknya sehingga harus
diperlakukan sama pula dam pemerintahan. Pada masa sebelumnya demokrasi dikatakan sebagai
bentuk pemerintahan. Tetapi sekarang ini sudah lebih luas lagi yaitu sistem pemerintahan atau
politik. Demokrasi membutuhkan usaha nyata dari setiap warga maupun penyelenggara negara
untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga mendukung pemerintahan atau sistem politik
demokrasi. Perilaku yang mendukung tersebut tentu saja merupakan perilaku yang demokratis.
Ada istilah demokratisasi yang dimana merupakan kaidah -kaidah atau prinsip -prinsip
demokrasi pada setiap politik kenegaraan.

Bab 6

Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara hukum. Dimana hal ini terdapat pada
pasal 1 ayat 3 UUD 1945 perubahan ketiga yang berbunyi "negara adalah negara hukum "
artinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum, tidak
berdasar atas kekuasaan, dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar) bukan
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Di dalam negara hukum, hukum sebagai dasar
diwujudkan dalam peraturan perundang- undangan yang berpuncak pada konstitusi atau hukum
dasar negara. Apabila negara berdasar atas hukum, pemerintahan negara itu juga harus berdasar
atas suatu konstitusi atau Undang -undang dasar sebagai landasan penyelenggaraan
pemerintahan.

Bab 7

Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia


Indonesia memiliki wawasan nasional yaitu wawasan nusantara. Dimana wawasan nusantara
itu merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri bangsa Indonesia serta nusantara
sebagai lingkungan tempat tinggalnya. Menjadi bangsa yang wawasan nusantara yakni yang
memiliki persatuan bangsa dan kesatuan wilayah karna bangsa Indonesia memiliki budaya yang
beragam. Sebagai bangsa yang berwajah dan terpecah-pecah serta memiliki wilayah yang
terpisah-pisah, jelas merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia. Untuk bisa keluar dari
keadaan bangsa terjatuh dan terpecah, kita membutuhkan semangat kebangsaan. Semangat
kebangsaan melahirkan visi sebagai bangsa yang bersatu. Salah satu kepentingan nasional
Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh.
Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita- cita nasional, tujuan nasional,
maupun visi nasional. Yang menjadi tujuan wawasan nusantara terdiri atas dua :

 Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek


kehidupan nasional, yaitu politik, ekonomi, Sosial budaya dan pertahanan keamanan.

 Tujuan keluar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah,
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial serta mengembangkan suatu kerjasama dan saling
menghormati.

Dan yang menjadi manfaat wawasan nusantara adalah, diterima dan diakuinya konsepsi
nusantara di forum internasional, pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia, pertambahan
luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber daya yang besar bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat, penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang tentang
keutuhan wilayah nusantara yang perlu dipertahankan oleh bangsa Indonesia dan yang terakhir
wawasan nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional. Wawasan nusantara dalam
fungsinya sebagai wawasan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, harus mampu
menumbuhkan dan meningkatkan momentum kekuatan- kekuatan sentripetal untuk dapat terus
mempertahankan dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

Bab 8

Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia


Geostrategi adalah suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan
untuk mewujudkan cita - cita proklamasi dan tujuan nasuonal. Ketahanan nasional adalah
konsepsi politik kenegaraan Republik Indonesia. Konsepsi ketahanan nasional menggambarkan
adanya keterpaduan dan saling ketergantungan antaraunsur ketahanan nasional. Kuat atau
lemahnya ketahanan nasional Indonesia diukur dari tiap aspek dalam ketahanan nasional
tersebut. Ketahanan nasional itu merupakan konsepsi yang amat normatif. Ketahanan nasional
pada hakikatnya adalah kondisi yang dinamis dari integrasi tiap gatra yang ada. Dimana ada
gatra penduduk, gatra wilayah, gatra sumber daya alam, gatra bidang Ideologi, gatra di bidang
politik, gatra di bidang ekonomi, gatra di bidang sosial, gatra di bidang pertahanan keamanan.

Ketahanan nasional dan pembelaan negara mempunyai hubungan. Karena pembelaan


negara merupakan usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Ketahanan
nasional Indonesia bukanlah merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap gatranya,
melainkan suatu resultante keterkaitan yang integratif dari kondisi dinamik kehidupan bangsa di
seluruh aspek kehidupannya.

Buku Pembanding

A.BAB I SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA

1.Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada manusia kodrati. Pengakuan hak asasi
manusia lahir dari kenyataan bahwa semua umat manusia dilahirkan bebas dan memiliki
martabat dan hak-hak yang sama. Sejak abad ke -13 usaha perlindungan hak asasi manusia telah
dimulai. Usaha melindungi hak-hak asasi manusia telah ditempuh bangsa inggris sejak 1215
dengan ditandatanganinya Magna Charta oleh Raja John Lackland. Piagam ini berisi beberapa
hak yang diberikan Raja John kepada beberapa bangsawan bawahannya dan kaum gerejania atas
sejumlah tuntutan yang diajukan mereka. Dengan demikian , piagam ini melindungi kaum
bangsawan dan gerejania dari kekuasaan Raja John yang amat luas. Perkembangan selanjutnya
ditandai dengan penandatanganan Petition of Rights pada 1628 yang dilakukan Raja Charles 1 .
Dibandingkan dengan Magna Charta , kandungan petition of rights banyak mengalami
kemajuan.Bila penandatanganan Magna Charta dilatarbelakangi oleh sejumlah tuntutan yang
diajukan kaum bangsawan dan gerejani , maka kelahiran Petition of Rights dilatarbelakangi oleh
munculnya sejumlah tuntutan rakyat yang diwakili oleh Parlemen ( House of Common
).Perjuangan perlindungan hak asasi manusia tidak lepas dari perrjuangan rakyat di Negara –
Negara tersebut dalam menghadapi kesewenang-wenangan penguasanya. Diakui oleh
berkembangnya ajaran kenegaraan yang mengarah pada pertumbuhan ajaran demokrasi
menjadikan sejarah perlindungan hak asasi manusia memiliki kaitan erat dengan usaha
pembentukan tatanan Negara hukum yang demokrasi . Hal ini antara lain tampak dari
tumbuhnya kesadaran rakyat Inggris , Prancis dan Amerika Serikat untuk meletakkan
pembatasan kekuasaan para penguasanya dalam sebuah undang-undang atau bahkan
konstitusi,sekaligus mewajibkan pemimpin suatu Negara melindungi sejumlah hak yang melekat
secara kodrati pada individu-individu yang menjadi warga negaranya.

2. Periode-Periode Hak Asasi Manusia

Konvensi eropa untuk perlindungan hak –hak asasi manusia dan kebebasan fundamental
ditandatangani oleh lima belas anggota dewan eropa di Roma,pada tanggal 4 november
1950.Konvensi ini berisi jaminan pihak-pihak penanda tangan bagi setiap orang yang berada di
yurisdiksi mereka tentang sejumlah hak dan kebebasan sebagai berikut:

1. Hak setiap orang atas hidup dilindungi oleh undang-undang.


2. Menghilangkan hak hidup orang tak dianggap bertentangan,apabila diakibatkan
penggunaan kekerasan yang dipaksakan oleh keadaan.
3. Tak seorang pun boleh dikenakan siksaan atau perlakuan tak berprikemanusiaan atau
merendahkan martabat manusia.

Kovenan internasional tentang hak-hak ekonomis,social dan cultural berisi 15 pasal yang terbagi
ke dalam 3 bagian.kelima belas pasal tersebut menjamin hak-hak setiap orang,dan mengakui
kewajiban Negara-negara berdasarkan piagam PBB untuk memajukan rasa hormat terhadap ,dan
menaati hak-hak dan kebebasan insani.konvenan ini pun menegasan kewajiban individu
terhadap individu lainnya terhadap masyarakatnya ,untuk berusaha kea rah dimajukan dan
ditaatinya hak-hak yang diakui dalam konvenan ini.

3.Pandangan dan Praktek Pelaksanaan Hak Asasi Manusia


Teori Hak Kodrati Ajaran teori hak kodrati muncul pada abad prtengahan dengan tokoh paling
meonjol Santo Thomas Aquinas . Ajaran hukum kodrati mengandung dua filsafat,yakni (1) ide
bahwa posisi masing-masing kehidupan manusia ditentukan oleh Tuhan dan semua manusia
tunduk pada otoritas Tuhan;(2) ide bahwa setiap orang adalah individu yang otonom.Para
pendukung teori hokum kodrati memilih pendekatan rasional sekuler,dengan memandang semua
permasalah an hokum sebagai ketentuan yang dapat diketahui dengan menggunakan nalar yang
benar dan kesahihannya tidak bergantung pada Tuhan.

PositivismeTeori ini menggunakan pendekatan yang mencerminkan suasana ilmiah zaman


pencerahan di eropa pada abad ke -18. Salah seorang penganut teori ini adalah David Hume,yang
mengungkapkan bahwa penelitian terhadap fenomena social dapat dikelompokkan dakam dua
kategori ,yakni:( 1) kategori fakta,yang dapat dibuktikan dengan “ada” secara empiris dan yang
“benar”atau”salah”-nya dapat diperlihatkan . inilah yang dimaksud dengan “seharusnya”.

Realisme HukumPara penganut teori ini adalah Karl Liewellyn dan Roscoe Pound. Menurut
pandangan penganut teori ini,hak dipandang sebagai produk akhir proses interaksi ,dan
mencerminkan nilai moral masyarakat yang berlaku pada segala waktu tertentu.Kemunculan
teori tentang ham yang beragam ,telah menjadi salah satu penyebab kemajemukan pandangan
tentang mekanisme perlindungan ham pada suatu Negara.sekurang-kurangnya terdapat 4
kelompok pandangan tentang ham yang masing-masing memiliki pengikut yang luas :

1. Pandangan Universal Absolut melihat HAM sebagai nilai-nilai universal sebagaimana


dirumuskan dalam dokumen-dokumen hak asasi manusia internasional.
2. Pandangan Universal Relatif melihat persoalan HAM sebagai masalah universal,namun
dalam pelaksanaannya mengenal perkecualian yang didasarkan atas asa-asas hukum
internasional.
3. Pandangan Partikularistik Absolut melihat persoalan HAM sebagai masalah intern
masing-masing bangsa
4. Pandangan Partikularistik Relatif melihat persoalan HAM disamping sebagai masalah
universal juga merupakan masalah nasional masing-masing bangsa.

4.Hak Asasi Manusia dan Warga Negara


Seseorang dapat menjadi warga Negara apabila telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
undang-undang atau peraturan lain yang mengatur masalah kewarganegaraan .Dikenal dua asas
yang dianut bangsa di dunia yakni asas ius soli status kewarganegaraan seseorang ditentukan
oleh tempat dimana ia dilahirkan ,tanpa memandang asal usul,kewarganegaraan orang tua.asas
ius sanguinis menetapkan status kewarganegaraan orang tualah yang menentukan
kewarganegaraan seseorang,bukan tempat ia dilahirkan .kewarganegaraan bipatride atau rangkap
apabila seorang warga dari suatu Negara menganut asas ius sanguinis melahirkan anak di
wilayah Negara yang menganut asas ius soli.aptride terjadi apabila seorang anak dari keluarga
yang menjadi warga dari suatu Negara yang menganut asas ius soli dilahirkan di wilayah yang
menganut asas ius sanguinis

B. BAB II HAK – HAK POLITIK DAN SIPIL

1.Hak-hak sipil dan politik dalam Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia

Kesadaran umat manusia untuk memajukan usaha perlindungan HAM mengalami perkembangan
pesat sejak berakhirnya perang dunia ke II. Penegasan ini tertuang di dalam pasal 68 piagam
PBB yang menyatakan dewan ekonomi dan social mendirikan panitia di bidang ekonomi dan
sosial untuk memajukan hak- hak manusia.Memenuhi ketentuan pasal 68 tersebut,pada tahun
1946 telah terbentuk komisi hak-hak manusia beranggotakan 18 orang.setelah dua tahun
bekerja,akhirnya komisi menghasilkan deklarasi universal tentang HAM. Deklarasi berisi 30
pasal. Hak- hak sipil dan politik diatur dalam pasal 3 sampai pasal 21. Hak-hak tersebut meliputi
: hak atas hidup,kebebasan dan keamanan pribadi,kebebasan dari perbudakan dan perdagangan
budak : kebebasan dari penyiksaan atau perlakuan kejam tak berprikemanusiaan merendahkan
martabat atau dikenakan hukuman, hak atas pengakuan dimana-mana sebagai pribadi (person) di
hadapan hukum , hak diperlakukan sama dan mendapat perlindungan hukum yang sama , hak
mendapat penyelesaian efektif oleh pengadilan dijamin konstitusinya, hak untuk didengar secara
adil dan terbuka oleh sebuah mahkamah yang bebas dan tidak memihak.

2. Hak-hak Sipil dan Politik dalam Konvenan Internasional Hak- hak Sipil dan Politik

Sejak tanggal 23 Maret 1976 konvenan internasional hak- hak sipil dan politik dan protokol
manasuka pada konvenan tersebut telah berlaku bagi 35 negara peserta konvenan dan bagi 10
peserta protokol. Jumlah Negara peserta meningkat menjadi 44 peserta konvenan dan 16 peserta
protokol pada tanggal 31 agustus 1977.Dengan bersandarkan pada prinsip-prinsip yang
dideklarasikan piagam PBB, Negara-negara peserta konvenan internasional hak-hak sipil dan
politik diawali mengakui pentingnya pelindungan hak-hak sebagai berikut: hak atas hidup,hak
untuk bebas dari siksaan atau perlakuan kejam,tak berprikemanusiaan atau merendahkan
martabat ;hak untuk bebas dari perbudakan , perdagangan budak, kerja paksa, hak atas kebebasab
dan keselamatan pribadi (persona) , dan penangkapan, hak untuk bebas bergerak , termasuk
meninggalkan atau memasuki negara ; hak untuk sama diperlakukan sama di depan pengadilan ;
hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum , hak untuk tidak dicampuri
pribadinya,keluarga,rumah atau surat-suratnya, hak atas kebebasan berpikir,kepercayaann dan
beragama, hak atas kebebasan menyatakan pendapat; dan hak untuk berkumpul secara damai.

3. Hak- hak Warga Negara Indonesia dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Jaminan hak- hak asasi manusia dalam UUD 1945 bukan hanya tercantum di dalam pasal-
pasalnya , tetapi juga terdapat di dalam pembukaan dan penjelasannya. Di alinea pertama ,
ditegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa . Sebagai konsekuensinya , segala
bentuk penjajahan harus dihapuskan , karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Jaminan hak asasi termuat pula dalam rumusan pancasila yang terdapat pada setiap
silanya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan jaminan sekaligus bukti bahwa
kemerdekaan beragama seperti ditegaskan dalam pasal 29 ,setiap orang dituntut untuk
menghargai agama yang dianut orang lain agar tercipta keselarasan kehidupan bernegara.Sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab sangat erat kaitannya dengan hak asasi manusia dan
kebebasan fundamental.Hubungan antarmanusia dalam bernasyarakat dan bernegara diatur agar
berlandaskan moralitas secara adil dan beradab.Sila Persatuan Indonesia mengandung ide dasar
bahwa rakyat Indonesia meletakkan kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan
dan keselamatan pribadi.Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan merupakan inti ajaran demokrasi pancasila ,baik dalam arti formal maupun
material.Demokrasi yang dikembangkan berintikan nilai-nilai kontemporer,dengan
mengedepankan pengambilan keputusan secara musyawarah , bukan pada suara mayoritas. Sila
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berkaitan erat dengan nilai- nilai kemanusiaan .
Sila ini mengandung prinsip- prinsip usaha bersama dalam mencapai cita- cita masyarakat yang
adil dan makmur.Ketentuan di dalam penjelasan UUD 1945 menegaskan implikasi status
kewarganegaraan bagi perolehan hak dan kewajiban sebagai warga Negara . Namun demikian
perlindungan hak asasi bukan hanya diberikan kepada warga Negara, tetapi meliputi seluruh
penduduk, khususnya dalam hal kebebasan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran,
beragama dan memperoleh kesejahteraan.

C. BAB III HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

1. Hakikat Kedaulatan Negara dalam Masyarakat Internasional

Dalam maknanya sebagai kekuasaan yang tertinggi, makna kedaulatan telah diakui sejak
Aristoteles dan sarjana hukum romawi. Pengertian ini sampai batas-batas tertentu masih dianut
hingga abad menengah dengan memahami kedaulatan sebagai wewenang tertinggi dari suatu
kesatuan politik.Makna kedaulatan dalam kontes hubungan antarnegara menjadi semakin penting
setelah ditandatangani konferensi Montevideo tahun 1933.Menurut konferensi ini, sebagai
subjek hukum internasional , Negara harus memiliki kualifikasi berikut :(1) penduduk yang
tetap, (2) wilayah tertentu (3) pemerintah (4) kemampuan mengadakan hubungan dengan
Negara-negara lain. Unsur keempat merupakan unsur yang khusus dalam kaitannya dengan
Negara sebagai subjek hukum internasional . Bagi sarjana hukum internasional , unsur ini pula
yang menjadi unsur konstitutif yang terpenting.Pandangan ini berbeda dengan konstitutif suatu
Negara.Sebagai kekuasaan Negara tertinggi , pengertian kedaulatan mengandung dua
pembatasan penting yaitu(1) kekuasaan itu terbatas pada batas wilayah Negara yang memiliki
kekuasaan itu, dan (2) kekuasaan itu berakhir di mana kekuasaan suatu Negara lain mulai.Dalam
konteks perlindungan yang terbatas tadi mengandung konsekuensi khusus. Semua Negara sama-
sama merdeka dan memiliki derajat yang sama, sehingga masing-masing Negara tidak
diwajibkan untuk tunduk pada keputusan Mahkamah Internasional, kecuali jika Negara itu
memberitahukan terlebih dahulu persetujuannya untuk mematuhi keputusan itu.

2. Individu Sebagai Subjek Hukum Internasional

Pendapat yang menyatakan bahwa Negara merupakan subjek hukum internasional yang utama
masih memiliki pengikut banyak . Sejalan dengan itu tumbuh pula pengakuan bahwa Negara
bukan lagi satu-satunya subjek hukum internasional.Pendapat terakhir berkembang pesat sejak
usainya perang dunia II. Disamping Negara,tahta suci,palang merah internasional,organisasi
internasional,orang per orang,bahkan pemberontak dan pihak dalam sengketa diangkat sebagai
subjek hukum internasional.Untuk sebagian besar, hukum internasioanl masih mengatur
hubungan antarnegara,dan munculnya individu dan badan hukum lain sebagai subjek hukum
internasional sebagai suatu pengecualian.Sejalan dengan kecenderungan di atas,pengakuan
individu sebagai subjek hukum internasional mengalami perkembangan cukup pesat . kini
individu bukan saja dapat mengajukan perkara ke mahkamah internasional , tetapi dapat
dianggap langsung bertanggungjawab sebagai individu bagi kejahatan perang dan terhadap
perikemanusiaan dan tidak dapat berlindung di balik negaranya.

3.Perjanjian Internasional dan Proses Pembuatannya

Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh subjek-subjek hukum internasional
dan bertujuan untuk melahirkan akibat-akibat hukum tertentu.Termasuk ke dalam perjanjian
internasional adalah perjanjian yang dibuat oleh Negara dengan Negara ,antara Negara dengan
organisasi internasional,antara organisasi internasional yang satu dengan yang
lainnya,danperjanjian yang dibuat antara tahta suci dengan Negara-negara.Jika dilihat dari pihak
yang terlibat perjanjian internasional dibedakan atas perjanjian Birateral adalah perjanjian yang
diadakan oleh dua pihak,seperti perjanjian antara Republik Indonesia dan Filipina tentang
pemberantasan penyeludupan dan pajak laut.Dan perjanjian Multilateral,adalah perjanjian yang
diadakan oleh banyak pihak. Perjanjian ini biasanya tidak hanya mengatur kepentingan pihak-
pihak yang terlibat dalam perjanjian.contoh perjanjian multilateral adalah konvensi Winna
tentang hubungan diplomatik. Sedangkan jika dilihat dari sifat yang mengikatnya perjanjian
internasional dibedakan atas treaty contract adalah perjanjian yang dimaksudkan untuk
melhirkan akibat-akibat hukum yang hanya mengikat pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
Adapun law making treaty adalah perjanjian yang akibat-akibatnya menjadi dasar ketentuan atau
kaidah hukum internasional. Perjanjian internasional dibuat melalui tiga proses berikut: (1)
perundingan (2)penandatanganan dan ( 3) pengesahan. Tahap perundingan akan diakhiri
dengan penerimaan naskah dan pengesahan bunyi naskah. Dalam praktek perjanjian
internasional,peserta biasanya menetapkan ketentuan mengenai jumlah suara yang harus
dipenuhi untuk memutuskan apakah naskah perjanjian diterima atau tidak. Demikian pula
menyangkut pengesahan bunyi naskah yang diterima akan dilakukan menurut cara yang disetujui
semua pihak . Bila konferensi tidak menentukan cara pengesahan ,maka pengesahan dapat
dilakukan dengan penandatanganan,sementara atau dengan pembubuhan paraf. Pengesahan
naskah perjanjian internasional yang diberikan oleh badan yang berwenang di suatu Negara.

4.Kebiasaan Internasional,Prinsip Hukum Umum,dan Resolusi Majelis Umum PBB dalam


rangka Perlindungan Hak Asasi Manusia Internasional

a. Kebiasaan Internasional

Kebiasaan internasional adalah kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum. Untuk menjadi
sumber hukum, kebiasaan internasional harus memenuhi dua unsure berikut :(1) Terdapat
kebiasaan yang bersifat umum,dan (2) Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum. Contoh
hukum internasional yang timbul melalui proses kebiasaan internasional adalah penggunaan
bendera putih sebagai bendera parlementer, maksudnya sebagai bendera yang member
perlindungan kepada utusan yang dikirim untuk mengadakan hubungan dengan musuh.

b. Prinsip Hukum Umum

Dimaksudkan dengan prinsip hukum umum adalah asas hukum yang mendasari system hukum
modern . sistem hukum modern banyak didasarkan atas asas dan lembaga hukum Negara barat
yang sangat dipengaruhi oleh asas dan lembaga hukum romawi. Prinsip hukum umum memberi
keleluasaan kepada mahkamah internasional dalam membentuk dan menemukan hukum baru
sehingga semakin leluasa dalam mengadili perkara yang diajukan kepadanya.

c. Keputusan Pengadilan,Pendapat Sarjana,dan Keputusan Organisasi Internasional

Keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana sebagai sumber hukum tambahan bersifat tidak
mengikat, artinya tidak dapat menimbulkan suatu kaidah hukum. Meskipun tidak memiliki
kekuatan mengikat ,keputusan pengadilan internasional,terutama mahkamah
internasional,memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan hukum internasional.

d. Keputusan Badan Perlengkapan Organisasi Internasional

Meskipun belum disepakati sebagai sumber hukum internasional,namun keputusan badan


perlengkapan organisasi internasional mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam melahirkan
kaidah-kaidah yang mengatur pergaulan antaranggota masyarakat internasional. Keputusan
badan tersebut sekurangnya akan berlaku di lingkungan Negara yang menjadi anggota badan
tersebut.Resolusi Majelis Umum PBB contoh keputusan akibat yang luas.

BAB IVPERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DAN HAK ASASI MANUSIA

1.Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Sebagaimana diketahui piagam PBB lahir berdasarkan konferensi San Fransisco yang
ditandatangani pada tanggal 26 juni 1945. Dan baru secara resmi dinyatakan berlaku pada
tanggal 24 oktober 1945, setelah diratifikasi oleh Negara-negara peserta konferensi tersebut.
Yang dimaksud dengan ratifikasi adalah persetujuan dari dewan legislatif,karena setiap
perjanjian internasional tidak begitu saja berlaku setelah ditandatangani Negara peserta, tetapi
juga membutuhkan persetujuan dari dewan legislatif Negara yang bersangkutan .Pasal 1 (3)
dalam piagam ini mencantumkan bahwa salah satu tujuan PBB adalah menggalakkan dan
mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan asasi bagi semua orang
tanpa membedakan jenis kelamin,ras bahasa atau agama.Ada dua argumen para ahli hukum
internasional dalam menyikapi piagam PBB ini,yakni pertama,bahwa pasal 55 dan 56 yang
memprasyaratkan menggalakkan dan penghormatan serta ketaatan terhadap HAM hanyalah
bersifat anjuran,sebab Deklarasi tidak membuat daftar HAM dan tidak pula adanya lembaga
atau mekanisme jaminan pelaksanaan HAM tersebut. Kedua,menyatakan bahwa pasal 56
mengenakan kewajiaban yang jelas pada semua Negara anggota untuk mengambil tindakan
positif menuju penghormatan dan ketaatan terhadap HAM .Scott Davidson mengemukakan
bahwa status deklarasi dewasa ini adalah sebagai berikut:

a. Deklarasi tetap berstatus sebagai resolusi yang tidak mempunyai kekuatan mengikat
b. Deklarasi dapat diartikan sebagai tafsiran resmi piagam oleh Majelis Umum PBB
c. Deklarasi dipostulatkan sebagai bagian dari prinsip hukum umum yang diakui bangsa
beradab
d. Deklarasi dipostulatkan telah menjadi bagian hukum kebiasaan internasional

Ius Cogens adalah norma-norma yang harus dipatuhi dan tidak boleh dikurangi contohnya
larangan penggunaan kekerasan menurut hukum internasional.

2. Organ-Organ PBB dan Hukum


Organ-organ PBB yang lebih banyak berkiprah dalam memperjuangkan HAM diantaranya yang
menonjol adalah Majelis Umum,Dewan ECOSOC,CHR,Komisi tentang Status Wanita
,Sekretariat , Dewan Keamanan UNESCO dan ILO.

A.Majelis Umum

Merupakan organ pleno PBB dan mempunyai kewajiban luas menurut Piagam untuk
mempertimbangkan HAM atas inisiatif sendiri dan usulan ketujuh komite utamanya. Kewajiaban
utama organ ini,menurut pasal 13 (1)(b) adalah mengadakan studi dan membuat rekomendasi
dalam rangka memnbantu merealisasikan HAM bagi setiap orang.

B.Dewan ECOSOC

Merupakan organ politik PBB yang bertugas membuat rekomendasi untuk menggalakkan
penghormatan dan ketaatan terhadap HAM dan kebebasan asasi.

C.Komisi HAM (CHR)

Adalah suatu badan politik yang berdimrnsi pilitis,yang kepada ECOSOC menyampaikan
proposal,rekomendasi dan laporan tentang:

1. Suatu bill of rights ( pernyataan tertulis mengenai hak-hak asasi manusia terpenting)
internasional
2. Deklarasi atau konvensi internasional mengenai kebebasan sipil (civil liberties) ,status
wanita kebebasan informasi dan hal-hal serupa
3. Perlindungan bagi kaum Minoritas
4. Pencegahan diskriminasi berdasarkan ras,jenis kelamin,bahasa atau agama
5. Hal-hal lain mengenai hak-hak asasi manusia yang tidak dicakup oleh butir – butir 1-4

D.Komisi mengenai status wanita memiliki fungsi ganda :

a. Menyiapkan laporan dan rekomendasi kepada ECOSOC mengenai penggalakan HAM


wanita baik hak politik,ekonomi,sipil,sosial,dan pendidikan
b. Menyampaikan saran kepada ECOSOC mengenai masalah hak wanita yang menuntut
perhatian segera.
E.UNESCO
Adalah badan khusus PBB yang bermarkas di Paris, mempunyai tujuan untuk menyumbangakan
pada perdamaian dan keamanan dengan menggalakkan kolaborasi di antara bangsa – bangsa
melalui pendidikan , sains, dan budaya dalam rangka mendorong maju penghormatan universal
tentang keadilan, rule of law serta hak asasi manusia dan kebebasan fundamental yang
ditegaskan bagi bangsa – bangsa di dunia , tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau
agama .

F.Organisasi buruh internasional ( ILO )


Didirikan tahun 1919 dengan Traktat Versailles , bermarkas di Jewana , Swiss yang perhatian
utamanya terletak pada keadilan sosial dan kesejahteraan sosial lewat penggalakkan hak
kesejahteraan sosial buruh. Adapun prosedur pengawasan pencapaian tujuan ILO diatur dalam
pasal 22 , 24 dan 25 Anggran Dasar I ILO. Sedangkan alat perangkat kelengkapan yang terdapat
pada ILO, terdiri dari:
a. Konferensi
b. Dewan Pengurus
c. Sekretariat Jenderal

G.Dewan Keamanan

Dewan ini diberi hak dan wewenang untuk menentukan mengenai suatu hal atau masalah yang
dianggap mengganggu perdamaian,mengancam perdamaian atau suatu tindakan agresif. Dewan
ini bertanggung jawab atas pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

H.Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris jenderal yang bertugas mengepalai administrasi
PBB. Sekretaris jenderal ini dapat meminta perhatian dewan keamanan PBB tentang sesuatu
masalah yang menurut pendapat mereka dapat membahayakan perdamaian dan keamanan
internasional.

BAB V HAK ASASI MANUSIA DI DUNIA YANG SEMAKIN BERSATU


1.Nilai-nilai Hak Asasi Manusia di Dunia Kontemporer
Terdapat dua reaksi yang salah arah dalam memandang kontradiksi antara keseriusan usaha
perlindungan hak asasi manusia dengan kondisi nyata penegakan hak- hak asasi di dunia. Reaksi
pertama menyebabkan timbulnya rasa penderitaan yang pasif dan mencari “jalan keluar yang
gampang”,sedangkan reaksi kedua menyebabkan timbulnya rasa percaya yang berlebihan dan
suatu harapan yang palsu bahwa hak-hak asasi lambat laun akan menang disebabkan oleh nilai
intristiknya. Hak asasi merupakan suatu bentuk dari hukum alami bagi umat manusia, yakni
terdapatnya sejumlah aturan yang dapat mendisiplinkan dan menilai tingkah laku kita. Konsep
ini disarikan dari berbagai ideologi dan filsafat,ajaran agama dan pandangan dunia,dan
terlambang dengan Negara-negara itu dalam suatu kode prilaku internasional.Dengan
demikian,konsep hak asasi tidak lain adalah komitmen bangsa-bangsa di dunia tentang
pentingnya penghormatan terhadap sesamanya sebagaimana diisyaratkan berbagai
ideology,filsafat,dan agama sebagai perbuatan luhur dan terpuji.

2.Dampak Hak-hak Asasi Manusia terhadap Masyarakat Internasional

Hak-hak asasi manusia sebagai konsepsi yang mencakup hak-hak rakyat memiliki pengaruh
terhadap masyarakat internasional.Pengaruh tersebut dapat dicermati dalam hal:

a.Prinsip Resiprositas Versus Tuntutan-tuntutan Masyarakat Internasional

Prinsip resiprositas menekanakn sebuah Negara harus memenuhi kewajibannya selama pihak
lain juga melakukan kewajiban yang sama,sebaliknya bila Negara lain tidak memenuhi
kewajibannya,maka tak ada alasan bagi suatu Negara mematuhi kewajibannya.Dalam hal prinsip
resiprositas perkembangan yang paling menonjol adalah pergeseran orientasi kebangsaan
menjadi kemanusiaan.Bila kebangsaan sekarang telah digantikan tempatnya oleh keinginan
untuk menjaga menusia sebagaimana adanya.

b.Rakyat dan Individu sebagai Warga Masyarakat Internasional

Rakyat dan individu telah menggeser kedudukan Negara sebagai satu-satunya pusat kekuasaan.

Terdapat kecenderungan untuk menempatkan rakyat dan individu sebagai subjek hukum
internasional.Namun kedudukannya tidak setara betul dengan Negara berdaulat,sehingga
peranannya dalam masyarakat internasional masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan
peranan Negara berdaulat .

c.Hak-hak Asasi Manusia dan Hak-hak Orang Asing


Perlindungan ham hanya berlaku ketika manusia menjadi warga Negara.Ketika ia memilih
menjadi orang asing atau bukan warga Negara maka ia berada di luar perlindungan tadi.Hal ini
terjadi karena dua sebab:(1) Sangat sedikit peraturan mengenai hak-hak asasi manusia yang
memperoleh kesahihan universal atau yang menjadi hukum biasa,kebanyakan masih tetap
sebagai hukum perjanjian.(2) Alasan subjektif,seperti Negara berkembang menganggap hak-hak
orang asing timbul dari keinginan untuk menjaga warga Negara dari suatu Negara besar ketika
berada di luar negerinya,dan karenanya telah mendorong Negara- Negara berkembang untuk
menempatkan warga asing sama dengan warga negaranya.Namun secara perlahan hak asasi
manusia telah mengubah tujuan peraturan tentang orang asing.

1. Perjanjian internasional tentang hak-hak asasi manusia mengandung persyaratan


mengenai masalah yang secara khusus berkaitan dengan orang asing,terutama sepanjang
ada hubungannya dengan kemungkinan mengeluarkan mereka.
2. Peraturan-peraturan yang telah lama berlaku harus ditafsirkan dan dilaksanakan
berdasarkan hak-hak asasi manusia.
3. Kenyataan bahwa gagasan hak-hak asasi manusia telah diterima luasnya dan telah
mendorong diterimanya deklarasi tentang hak-hak orang asing dengan suara bulat oleh
siding umum PBB tahun 1985.

d.Teknik Menciptakan Standar Hukum Internasional

Pengaruh doktrin hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri terhadap hukum
internasional bersifat instrumental,bukanlah dalam hal tatanan atau metode pembuatan hukum
internasional.Doktrin hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri telah mendorong
lahirnya perangkat prinsip dan criteria baru dan memutuskan pengaruh prinsip dan criteria
lama.Pengaruh tadi dapat dapat dilihat pada tiga bidang:

a. Munculnya kesadaran bahwa prinsip-prinsip pokok hak –hak asasi manusia tidak ada
hubungannya dengan resiprositas.
b. Kesadaran masyarakat internasional untuk mengakui nilai-nilai tertentu yang harus
dimenangkan dari segala bentuk kepentingan nasional mana pun .
c. Berkenaan dengan”kematian” perjanjian yang merujuk pada pasal 60 Konvensi Wina
tahun 1969.
e..Pengawasan Internasional

Berkembangnya doktrin hak-hak asasi manusia menjelang berakhirnya perang dunia II telah
mendorong munculnya mekanisme pengawasan dengan dua cciri menonjol: (1) Ia dapat
digerakkan oleh badan-badan yang lain dari Negara,seperti organisasi buruh,serikat pekerja dan
lain-lain dan dapat diaktifkansecara otomatis tanpa suatu permintaan khusus (2) Ia hanya
membuktikan kejadian-kejadian pelanggaran yang mungkin terjadi dan menganjurkan Negara
yang bersangkutan untuk menghentikan tingkah lakunya yang melanggar peraturan
tersebut,tanpa mengeluarkan suatu pengutukan resmi atau mewajibkan suatu ganti rugi.

f.Pertanggungjawaban Internasional

Doktrin hak-hak asasi manusia telah berpengaruh pula terhadap pertanggungjawaban suatu
Negara akibat pelanggaran yang dilakukannya terhadap peraturan internasional.Pengaruh ini
tampak dalam dua hal berikut : (a)hak-hak asasi manusia ikut serta dalam mengecilkkan peranan
kerugian dalam gagasan (b)hak-hak asasi manusia ikut serta dalam menciptakan suatu kategori
pelanggaran khusus dalam hukum internasional.

g.Hukum Perang

Peristilahan hukum perang,sebagai seperangkat peraturan dan prinsip yang berusaha mengatur
jalannya perang antara dua Negara atau lebih,sebagaimana juga perang saudara atau perang
kemerdekaan nasional,dalam besenjata.Pergeseran terminologi ini jelas
menggambarkan,perubahan fokus masalah dari aspek legal ke arah aspek kemanusiaan.

BAB VI PERSAMAAN DI DEPAN UNDANG-UNDANG

1.Dimensi Persamaan

Istilah persamaan didefinisikan sebagai suatu keadaan yang sama atau serupa.Keadaan mana
dapat dilihat dari unsur-unsur yang terdapat padanya.Sebuah benda dikatakan memiliki
persamaan dengan benda lain apabila unsur0unsur dari kedua benda tersebut memiliki unsure
yang sama.Pemahaman istilah persamaan ini akan lebih mudah dengan cara memahami pula
makna yang terkandung dari lawan kata yang bersangkutan,yakni perbedaan dan atau
ketidaksesuaian.
a.Persamaan secara kodrati dan persamaan secara biologis

Secara kodrati sebagai mana yang diungkapkan di atas pada dasarnya setiapa manusia adalah
sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta Alam Semesta yang
menganugerahkan manusia beberapa hak yang tidak dapat dirampas dari padanya,yakni berupa
hak-hak asasi manusia lain halnya bila dilihat secara biologis bahwa tidak dapat diragukan lagi
tidak ada persamaan antara manusia yang bersifat biologis.

b.Persamaan secara sosial dan ekonomi

Adanya persamaan bahwa setiap manusia berhak untuk mendapat kedudukan sosial ekonomi
yang sama yang dijamin oleh hukum dan undang-undang . Hal ini dapat kita lihat dari berbagai
piagam,maupun konvensi serta beberapa pasal yang berkenaan dengan hak-hak asasi
manusia.Beberapa ukuran yang sering dijadikan pedoman oleh masyarakat dalam menempatkan
seorang dalam kelompok yang lebih tinggi,sedang maupun rendah yaitu: (a) ukuran kekayaan
(b)ukuran kekuasaan (c) ukuran kehormatan (d0 ukuran ilmu pengetahuan.

c.Persamaan secara hukum dan undang-undang

Bahwa setiap manusia secara hukum dan undang-undang mempunyai hak-hak ,kewajiban-
kewajiban dan perlindungan hukum yang sama.Kedudukan yang sama tersebut didasarkan atas
kesamaan manusia secara kodrati sebagai makhuluk yang sama-sama diciptakan Tuhan dan
diberikan hak-hak dasar kepadanya.

2.Persamaan dalam Perlindungan Undang-undang


BAB III

PENILAIAN TERHADAP BUKU

A. Kelebihan Dan Kelemahan Buku 1


1. Memiliki Latar Belakang Masalah Yang Akan Dikaji Antara Lain : Pengarang buku/penulis
buku adalah Winarno, S.Pd.,M.Si. Yang menjadi target penulis adalah mahasiswa perguruan
tinggi, dan isi tersebut sudah cukup sesuai karena dalam buku ini audience diharapkan
menjadi warga negara yang demokratis dengan fokus utamanya pada materi demokrasi, hak
asasi manusia, dan konsep hubungan antara warga negara dengan negara.
2. Teori yang digunakan dalam bahasan buku sangat relevan dengan topik yang di bahas.
Karena setiap pembahasan mengawali dengan teori -teori untuk lebih mudah lagi audience
memahami pembahasan selanjutnya.
3. Metode yang digunakan sudah sesuai dan metodenya adalah metode berpikir secra kritis
dogmatis dan bersifat dialogis .
4. Gagasan yang diajukan sudah cukup logis Hubungan antar gagasan disajikan secara naratif.
Tidak terlalu banyak contoh yang di cantumkan dalam pembahasan, tetapi beberapa contoh
tersebut sudah cukup logis, factual, dan cukup kuat mendukung pikiran utama setiap
audience. Contoh dalam buku berdasarkan data sekunder.
5. Pembahsasan dalam tema ini lebih dalam dan mudah dimengerti dan kata kata yang di pakai
lebih mudah dipahami, dibanding buku Winarno.

B. Kelebihan Dan Kelemahan Buku 2


1. Dilihat Dari Aspek Tampilan Buku. Jika dilihat dari aspek berikut,buku karya tulis oleh
Idrus Affandi dan Karim Suryadi ini adalah buku “Pendidikan Kewarganegaraan”.Buku
ini ditulis bertujuan untuk mendapatkan alat bantu pembelajaran kewarganegaraan
sebagai pengembang kepribadian bagi mahasiswa perguruan tinggi.Semua penjelasan
dalam buku ini juga sangat lengkap.
2. Dilihat Dari Aspek tata penulisan
3. Banyak di jumpai penulisan bahasa asing yang dibuat garis miring sehingga membantu
pembaca,namun huruf dalam buku ini terlalu rapat –rapatdan kecil sehingga saat
membaca membutuhkan konsentrasi yang penuh.
4. Dilihat Dari Aspek Isi Buku Secara garis besar buku ini sudah lengkap membahas
tentang materi pendidikan kewarganegaraan yaitu HAM itu sendiri.Mulai dari
perkembangan Ham sampai persamaan Ham di depan undang-undang.Selain itu di akhir
pembahasan tiap bab disuguhkan latihan soal beserta kunci jawaban di akhir guna
memantapkan materi yang telah diulas dan memiliki rangkuman di setiap babnya.Buku
yang diterbitkan pada januari 2013 ini terdiri dari 6 bab.materi pokok yang dibahas dalam
buku ini adalah perkembangan Ham, hak-hak politik dan sipil,Ham dalam internasional ,
dan persamaan Ham di depan undang-undang.
5. Dilihat Dari Aspek Tata Bahasa Dilihat dari aspek tata bahasa pada buku terbitan
universitas terbuka ini juga sangat baku.Jadi tidak banyak hal yang mengganjal dalam
memahami isi materinya.Jadi saya simpulkan dari aspek tata bahasa ini bahwa yang
digunakan singkat,padat,jelas.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata kuliah Kewarganegaraan pada perguruan tinggi memiliki posisi strategis dalam
melakukan perubahan sikap dan prilaku mahasiswa Indonesia melalui proses pembelajaran mata
kuliah kewarganegaraan.Terutama saat mempelajari lebih dalam tentang Hak Asasi Manusia
,dalam upaya meningkatkan mutu dan pembentukan karakter bangsa yang senantiasa dilakukan
peningkatan dan perbaikan materi yang dinamis mengikuti perubahan zaman,materi HAM dalam
buku ini sangat cocok untuk pembelajaran kewarganegaraan dimana kita mengetahui bagaimana
sejarah perkembangan Ham,pelaksanaan Ham dalam kehidupan,Ham internasional dan
persamaan Ham di depan undang-undang bagi setiap orang.a gar kita saling menghargai setiap
hak kita masing –masing.

B.Rekomendasi

Menurut saya buku ini cocok untuk bahan pengejaran dan media pembelajaran antar guru
dengan siswa atau dosen dengan mahasiswa atau untuk belajar mandiri di kalangan umum.
Karena selain buku ini mudah dipahami,buku ini juga membahas secara rinci tentang Hak Asasi
Manusia. Buku ini juga tidak sepenuhnya lengkap saran saya jangan berpatok hanya pada buku
ini saja sebab sumber-sumber lain juga amatlah penting seperi media masa atau media elektronik
(internet).
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fauzi. 2003. Pancasila, Tinjauan Konteks Sejarah, Filsafat Ideologi Nasional dan
Ketatanegaran Republik Indonesia. Malang: PT Danar Jaya Brawijaya University Press.

Adnan Buyung Nasution. 1995. Aspirasi Pemerintah Konstitusional di Indonesia. Jakarta :


Grafitti.

Afan Gaffar. 1999. Politik Indonesia ; Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai