Anda di halaman 1dari 1

Pada suatu malam, Abdullah bin Mas’ud berjalan di suatu tempat yang berada di

pinggiran Kota Kufah. Di tempat tersebut banyak berkumpul pemuda berandal yang
gelandangan sedang minum khamr. Di antara mereka ada seorang pemuda yang bernama
Zadzan. Dalam keadaan mabuk berat, ia bernyanyi. Zadzan ini termasuk orang yang
memiliki suara merdu. Oleh karena itu, teman-temannya menyuruhnya untuk bernyanyi.
Saat mendengar kemerduan suara Zadzan ini, Abdullah bin Mas’ud lalu berkomentar,
“Alangkah baiknya jika suara yang merdu itu digunakan untuk membaca Al-Our’
an.”Zadzan langsung berhenti bernyanyi mendengar komentar Abdullah bin Mas’ud
tersebut. la kemudian meletakkan selendangnya di atas kepalanya, seraya bertanya
kepada temannya, “Siapa orang itu?”

Teman-temannya menjawab, “Dia adalah Abullah bin Mas’ud, seorang sahabat


Rasulullah saw.”

“Apa yang dikatakan olehnya?” tanya Zadzan lagi.

Mereka menjawab,””Alangkah baiknya jika suara yang merdu itu digunakan untuk
membaca Al-Qur an.”

Zadzan ini Setelah mendengar jawaban seperti itu, hatinya seketika bergetar. la sadar
akan kesalahannya selama ini, yang tidak pernah menghiraukan seruan agama, apalagi
menjalankan kewajibannya. Maka, tanpa pikir panjang ia pergi menyusul Abdullah bin
Mas’ud. Di hadapan Abullah bin Mas’ud, ia meletakkan sapu tangannya di lehernya,
kemudian menangis terisak-isak sambil merangkul Abdullah bin Mas’ud.Melihat
kejadian itu, karena terharunya Abdullah juga tidak mampu menahan air matanya.
Akhirnya, keduanya menangis sambil berangkulan. Di tengah isak tangisan, Abdullah
berkata, “Bagaimana mungkin aku tidak mencintai orang yang telah dicintai Allah?”

Mendengar ucapan Abdullah bin Mas’ud ini, tangisan pemuda gelandangan Itu semakin
keras. Hatinya telah luluh. Di hadapan Abdullah, seketika itu juga ia menyatakan
tobatnya kepada Allah atas segala dosa yang pernah dijalaninya dengan segala
penyesalannya. la juga akan belajar AI-Qur’an kepada Abdullah bin Mas’ud. Dengan
ketekunannya belajar Al-Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud serta menimba ilmu-ilmu lain
darinya, akhirnya Zadzan menjadi seorang yang alim dalam bidang agama dan tekun
beribadah. Karena pergaulannya sehari-hari sering dengan Abdullah bin Mas’ud.
Demikianlah perjalanan tobat seorang gelandangan yang setiap hari bergelut dengan
kemaksiatan dan kedurhakaan, namun akhirnya menjadi seorang perawi hadis yang
setelah bertobat tekun mendalami ilmu agama.

Anda mungkin juga menyukai