PENDIDIKAN PANCASILA
Disusun oleh:
KELOMPOK 5
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-
Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Pancasila” ini
yang meliputi; pengertian filsafat pancasila, hakikat sila-sila pancasila, serta pancasila sebagai
sistem filsafat dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam
proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami telah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan makalah
ini, namun kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam
makalah ini. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
menyempurnakan tugas makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI..……………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...4
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….4
B. TUJUAN MEMPELAJARI PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI………………....5
C. MANFAAT MEMPELAJARI PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI………………6
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….9
A. KESIMPULAN………………………………………………………………………….18
B. SARAN…………………………………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara memberikan pengertian bahwa, negara Indonesia
adalah Negara Pancasila. Hal itu berarti, negara harus tunduk kepadanya, membela dan
melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Menurut Ernest Renan: melalui kehendak
untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui
bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism),
tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan
dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”. Maka, Pancasila merupakan intelligent choice (pilihan
cerdas) karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran
terhadap adanya perbedaan.
Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu
negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak asasi semua warga Indonesia (kemanusiaan yang adil dan
beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan
mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum,
yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan
sosial).”
Dinamika dan tantangan pendidikan pancasila dewasa ini sangat memerlukan perhatian lebih.
Dengan munculnya berbagai kasus nasional yang memicu terjadinya aksi provokatif yang sedang
marak terjadi, juga berbagai usaha golongan sparatis yang dengan perlahan melancarkan aksi
yang tidak mencerminkan nilai luhur dalam pancasila, tentu pendidikan pancasila tetaplah harus
dijunjung dan diperjuangkan oleh keseluruhan lapisan masyarakat NKRI, demi terciptanya
kondisi sosial dan bermasyarakat yang teratur dan berkeadilan sosial. Seperti yang diatur pada
UU no 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Bab 1 ayat (2) yang berbunyi:
4
Sehingga, dapat dikatakan bahwa pendidikan Pancasila harus lebih berporos pada praktek nyata
yang melibatkan seluruh warga negara dalam berperilaku. Serta, penanaman nilai pancasila itu
sendiri harus lebih ditekankan demi menghindari sikap dismoralitas bangsa.
Dalam upaya merespon kondisi tersebut, pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak menuju
kearah keadaan yang lebih memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah,
dalam menjaga nilai-nilai panutan dalam berbangsa dan bernegara secara lebih efektif yaitu
melalui bidang pendidikan.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk mewujudkan
tujuan Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian konsep,
program, tata cara, dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan Undang
-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi tujuan penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui
revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem
pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat
madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk
mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat bangsa Indonesia.
Tentu saja pendidikan pancasila memiliki berbagai manfaat bagi siapa saja yang mempelajarinya
. Berkut ini adalah beberapa diantaranya:
6
4. Agar individu dapat berperilaku sesuai dengan isi dari butir-butir Pancasila
Pancasila, sesuai namanya memilki 5 sila yang berbeda-beda. Masing-masing dari kelima sila
tersebut memilIki butir-butir sila tersendiri, yang merupakan ekstraksi atau penjabaran dari
setiap sila yang terdapat pada pancasila. Manfaat pendidikan pancasila maka diharapkan, siapa
saja yang menempuh pendidikan pancasila dapat berperilaku sesuai dengan apa yang ditulis
melalui butir-butir pancasila tersebut.
7
9. Mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan
Moral merupakan hal yang sulit diperoleh. Kita bisa mewujudkan kehidupan bermoral dalam
kehidupan kita sehari-hari, salah satunya adalah dengan cara memahami nilai dari pancasila,
yang kita pelajari dalam pendidikan pancasila.
Itulah manfaat dari pendidikan pancasila. Jadi, jangan pernah menganggap remeh pendidikan
pancasila yang sudah pernah kita lalui pada tingkat-tingkat pendidikan, karena memiliki banyak
manfaat untuk kehidupan berbangsa dan juga kehidupan bernegara.
8
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat pancasila adalah hasil pemikiran yang paling mendalam dan dianggap telah dipercaya
serta diyakni sebagai suatu kesatuan dari norma dan nilai yang paling dianggap benar, adil,
bijaksana, paling baik dan paling sesuai dengan kaidah didirikannya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila sebagai falsafah dapat diartikan sebagai pandangan hidup dalam kegiatan
praktis.
Dalam pengertian lain, filsafat pancasila merupakan penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai
pedoman atau pandangan hidup bernegara. Pada prinsipnya, pancasila sebagai filsafat yakni
perluasan manfaat dari yang bermula sebagai dasar dan ideologi berkembang menjadi produk
filsafat (falsafah).
Menyusul hal tersebut, filsafat pancasila berarti mempunyai fungsi dan peranan untuk manusia
sebagai pedoman dan pegangan dalam bersikap dan bertingkah laku sebagai bentuk perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara untuk bangsa
Indonesia.
Pada hakikatnya, pancasila memiliki sistem nilai yang didapat dari pengertian nilai-nilai dasar
luhur kebudayaan bangsa Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan tersebut berakar dan mengalir
sehingga membuat secara keseluruhan menjadi terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.
Hal inilah yang menjadi hasil dari perenungan jiwa mendalam yang dilakukan oleh para tokoh
pendiri bangsa (Founding Father) bangsa Indonesia dan merumuskannya ke dalam suatu sistem
dasar negara, dari situlah muncul Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain pengertian secara umum, untuk mengetahui pengertian filsafat secara keseluruhan kita
perlu memahami dan mengerti pengertian filsafat menurut tokoh atau para ahli dari dalam negeri
ini. Beberapa diantaranya ialah sebagai berikut:
Bagi sosok Ir. Soekarno, filsafat pancasila merupakan filsafat asli dari Indonesia yang diambil
dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen)
dan Arab (Islam).
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat dari negara yang terlahir sebagai ideologi
kolektif (cita-cita bersama) seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
9
Menurut Notonagoro, filsafat pancasila memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah
mengenai hakikat pancasila. Menurutnya, secara ontologi kajian pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila yang terkandung di dalam pancasila. Pada
sisi lain, Notonagoro juga menyebut bahwa hakekat dasar ontologis pancasila adalah manusia,
hal itu dikarenakan manusia merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila pancasila.
Kaelan menjelaskan lebih lanjut bahwa berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmad
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia pada hakekatnya adalah manusia.
Kata Ketuhanan Yang Maha Esa sudah mencakup semua agama sehingga di dalamnya
mengandung nilai toleransi beragama. Pancasila mengajarkan kepada setiap orang agar
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-masing dan tidak
mencampuri urusan beragama mereka. Negara juga berkewajiban untuk mengawasi
pelanggaran terhadap nilai-nilai Ketuhanan. Hakikat sila pertama sesuai dengan pembukaan
UUD 1945 dan pasal 29 UUD 1945.
Jadi, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia
yang yang sesungguhnya sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai dan
10
berbudaya. Juga bisa didasarkan kepada budi murni manusia yang berhubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri sendiri, kepada Tuhan, sesama
manusia maupun dengan hewan dan alam. Dengan kemanusiaan yang adil dan beradab
semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban, kedudukan atau derajat yang sama
terhadap Undang-undang Negara. Hakikat sila kedua sesuai dengan pembukaan UUD alenia
pertama dan pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 UUD 1945.
Jadi Persatuan Indonesia adalah persatuan yang mendiami berbagai wilayah di Indonesia
karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam negara yang merdeka dan
berdaulat yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan
menciptakan perdamaian yang abadi. Karena jika persatuan tidak terwujud maka akan
terpecah-belah dan tidak tahu arah dan tujuan bangsa. Hakikat sila ini sesui dengan
pembukaan UUD 1945 alinea keempat dan pasal 1, 32, 35 dan 36 UUD 1945.[5] Sila ini juga
mengandung pengakuan terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku bangsa dan kebudayaan
bangsa.
Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawar
atan/ Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yang berarti sekelompok orang yang mendiami suatu
wilayah atau bertempat tinggal di suatu wilayah negara. Rakyat menjadi salah satu syarat
atau unsur yang wajib berdirinya negara. Dalam hubungan sila keempat kerakyatan berarti
kedaulatan rakyat atau kekuasaan tertinggi di pegang oleh rakyat. Dari rakyat, oleh rakyat,
untuk rakyat.
Hikmat kebijaksanaan berarti memutuskan suatu perkara dengan bijaksana melalui akal /
ratio, demi kepentingan rakyat, jujur, adil, dan dilaksanakan dengan sadar penuh
tanggungjawab.
Permusyawaratan adalah suatu cara yang di pakai bangsa Indonesia untuk memecahkan suatu
permasalahan atau memutuskan suatu perkara yang hasilnya mufakat.
Perwakilan adalah sitem yang mengambil rakyat untuk dijadikan wakil rakyat atau
keikutsertaan rakyat untuk mengatur rakyat. Jadi hakikat sila keempat adalah bahwa
11
kekuasaan yang dijalankan oleh rakyat yang berpikir secara sehat melalui sistem perwakilan
yang keputusannya diambil dari jalan musyawarah mufakat. Sila keempat ini mencakup
sistem kekeluargaan dan gotong-royong. Hakikat sila ini sesuai dengan pembukan UUD 1945
alinea keempat dan pasal 1, 2, 3, 28 dan 37 UUD 1945.
Jadi sila kelima berarti keadilan yang berhak di dapatkan oleh setiap warga negara Indonesia,
baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berupa keadilan dalam bidang
politik, hukum, ekonomi, kebudayaan pertahanan dan keamanan. Hakikat sila ini sesuai
dengan pembukaan UUD 1945 dan pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD 1945.
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur yang memiliki fungsi
tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan ketergantungan. Filsafat adalah upaya
manusia mencari kebijaksanaan hidup dalam membangun peradaban manusia. Pancasila adalah
ideologi dasar dalam kehidupan bernegara Indonesia.
Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan yang dapat ditunjukk
an untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama; dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945,
Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia
Merdeka. Adapun isi pidatonya adalah sebagai berikut:
“Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka
Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai
perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu
Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu”. (Soekarno,
1985: 7).
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil perenungan
yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula
dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan
tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan.
12
1. Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara
runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan di dalamnya. Pancasila
sebagai system filsafat, bagian-bagiannya tidak saling bertentangan, meskipun berbeda,
bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri;
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala
yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan
suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di Indonesia.
3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan
mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai
peranggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis,
serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara pada
permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar
yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam
sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI. (Bakry, 1994: 13--15).
Sastrapratedja menegaskan bahwa fungsi utama Pancasila adalah menjadi dasar negara dan dapat
disebut sebagai dasar filsafat. Dasar filsafat adalah dasar hidup kenegaraan atau ideologi negara.
Pancasila adalah dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan
dengan hidup kenegaraan, seperti perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian nasional,
hidup berbangsa, hubungan warga negara dengan negara, hubungan antarsesama warga negara,
serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejateraan bersama. Oleh karena itu, Pancasila harus
menjadi operasional dalam penentuan kebijakan-kebijakan dalam bidang-bidang tersebut di atas
dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan Negara.
Istilah Philosphische Grondslag dan Weltanschauung merupakan dua istilah yang sarat dengan
nilai-nilai filosofis. Driyarkara membedakan antara filsafat dan Weltanschauung. Filsafat lebih
bersifat teoritis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realita dengan sedalam-
dalamnya untuk memperoleh kebenaran. Weltanschauung lebih mengacu pada pandangan hidup
yang bersifat praktis. Driyarkara menegaskan bahwa weltanschauung belum tentu didahului oleh
filsafat karena pada masyarakat primitif terdapat pandangan hidup (Weltanschauung) yang tidak
didahului rumusan filsafat. Filsafat berada dalam lingkup ilmu, sedangkan weltanshauung
berada di dalam lingkungan hidup manusia, bahkan banyak pula bagian dari filsafat (seperti:
sejarah filsafat, teori-teori tentang alam) yang tidak langsung terkait dengan sikap hidup.
(Driyarkara, tt: 27).
Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di
13
Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus
mendasari seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh: Undang-Undang No.
44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara
tatanan kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-
undang tersebut memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan
untuk menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai agama dan martabat
kemanusiaan.
Kedua; Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu
yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian disepakati
sebagai dasar filsafat Negara (Philosophische Grondslag). Weltanschauung merupakan sebuah
pandangan dunia (world-view). Hal ini menyitir pengertian filsafat oleh J. A. Leighton
sebagaimana dikutip The Liang Gie, ”A complete philosophy includes a worldview or a
reasoned conception of the whole cosmos, and a life-view or doctrine of the values, meanings,
and purposes of human life” (The Liang Gie, 1977: 8). Ajaran tentang nilai, makna, dan tujuan
hidup manusia yang terpatri dalam Weltanschauung itu menyebar dalam berbagai pemikiran dan
kebudayaan Bangsa Indonesia.
Mengapa manusia memerlukan filsafat? Jawaban atas pertanyaan tersebut dikemukakan Titus,
Smith and Nolan sebagai berikut:
1. Manusia telah memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan
teknologi, telah mengembangkan bermacam-macam teknik untuk memperoleh ketenteraman
(security) dan kenikmatan (comfort). Akan tetapi, pada waktu yang sama manusia merasa
tidak tenteram dan gelisah karena mereka tidak tahu dengan pasti makna hidup mereka dan
arah harus tempuh dalam kehidupan mereka.
2. Filsafat melalui kerjasama dengan disiplin ilmu lain memainkan peran
yang sangat penting untuk membimbing manusia kepada keinginan-keinginan dan aspirasi
mereka. (Titus, 1984: 24). Dengan demikian, manusia dapat memahami pentingnya peran
filsafat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Filsafat pun memiliki beberapa faedah yang perlu diketahui dan dipahami sebagai berikut:
14
2. Filsafat adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang
menjadi dasar perbuatan manusia. Ide-ide filsafat membentuk pengalaman-pengalaman
manusia pada waktu sekarang.
3. Filsafat adalah kemampuan untuk memperluas bidang-bidang kesadaran
manusia agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat membedakan, lebih kritis, dan lebih
pandai” (Titus, 1984: 26).
Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai dasar Negara ditunjukkan pada
beberapa aspek. Diantaranya ialah sebagai berikut:
Adapun alasan diperlukannya kajian pancasila sebagai sistem filsafat ialah sebagai berikut:
15
dalam dari sesuatu yang ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga
dengan istilah substansi. Inti persoalan ontologi adalah menganalisis tentang substansi.
(Taylor, 1955: 42).
Jadi, pentingnya pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan pertanggungjawaban
rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik; agar
dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam penyelenggaraan negara; agar
dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.
16
Hasil Analisis
PERSAMAAN
NO JUDUL PENELITIAN PERBEDAAN MATERI
MATERI
17
Pendidikan Pancasila
untuk Perguruan
Tinggi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai)
yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari
seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pancasila sebagai sistem filsafat pun sangat penting sebab dapat memberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-
prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
penyelenggaraan negara; agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala
kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.
B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, sudah sepatutnya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk
selalu mengkaji dan mengembangkan Pancasila dalam berkehidupan dan bermasyarakat. Sebab,
Pancasila merupakan dasar negara dan pedoman dalam tata berkelakuan.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://leman2311.wordpress.com/2018/05/19/dinamika-dan-tantangan-pendidikan-pancasila/
(14.03)
https://dhanyrachmadi17.wordpress.com/latar-belakang-landasan-dan-tujuan-pendidikan-
pancasila/ (14.05)
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2016/09/dasar-dan-tujuan-pendidikan-pancasila-di-
perguruan-tinggi.html (14.07)
https://manfaat.co.id/manfaat-pendidikan-pancasila (14.09)
https://olympics30.com/filsafat-pancasila/ (14.11)
http://bangshanip.blogspot.com/2016/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar_16.html (14.17)
https://www.kompasiana.com/brianjohanes7627/5ceb56e195760e301c7e64f2/pancasila-sebagai-
sistem-filsafat?page=all (14.19)
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia; Direktorat Jendral dan
Kemahasiswaan; Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi 2016. (08.18)
19
20