Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun oleh:
KELOMPOK 5

Fadhilah A. Shalihah 1952042053


Arya Putra Irawan 1952042054
A Muhammad Zhilan Zhalila 1952042056
Firdayanti 1952042057
Fitya Awalia Mafaza 1952032058

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-
Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Pancasila” ini
yang meliputi; pengertian filsafat pancasila, hakikat sila-sila pancasila, serta pancasila sebagai
sistem filsafat dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam
proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun kami telah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan makalah
ini, namun kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam
makalah ini. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
menyempurnakan tugas makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Makassar, September 2019

Penulis

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI..……………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...4

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….4
B. TUJUAN MEMPELAJARI PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI………………....5
C. MANFAAT MEMPELAJARI PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI………………6

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….9

A. PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA……………………………………………….9


B. HAKIKAT SILA-SILA PANCASILA…………………………………………………..10
C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT…………………………………………12
D. HASIL
ANALISIS……………………………………………………………………….17

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………...18

A. KESIMPULAN………………………………………………………………………….18
B. SARAN…………………………………………………………………………………..18

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara memberikan pengertian bahwa, negara Indonesia
adalah Negara Pancasila. Hal itu berarti, negara harus tunduk kepadanya, membela dan
melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Menurut Ernest Renan: melalui kehendak
untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui
bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism),
tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan
dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”. Maka, Pancasila merupakan intelligent choice (pilihan
cerdas) karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran
terhadap adanya perbedaan.

Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu
negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak asasi semua warga Indonesia (kemanusiaan yang adil dan
beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan
mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum,
yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan
sosial).”

Dinamika dan tantangan pendidikan pancasila dewasa ini sangat memerlukan perhatian lebih.
Dengan munculnya berbagai kasus nasional yang memicu terjadinya aksi provokatif yang sedang
marak terjadi, juga berbagai usaha golongan sparatis yang dengan perlahan melancarkan aksi
yang tidak mencerminkan nilai luhur dalam pancasila, tentu pendidikan pancasila tetaplah harus
dijunjung dan diperjuangkan oleh keseluruhan lapisan masyarakat NKRI, demi terciptanya
kondisi sosial dan bermasyarakat yang teratur dan berkeadilan sosial. Seperti yang diatur pada
UU no 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Bab 1 ayat (2) yang berbunyi:  

‘’Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahaan zaman’’.

4
Sehingga, dapat dikatakan bahwa pendidikan Pancasila harus lebih berporos pada praktek nyata
yang melibatkan seluruh warga negara dalam berperilaku. Serta, penanaman nilai pancasila itu
sendiri harus lebih ditekankan demi menghindari sikap dismoralitas bangsa.

B. Tujuan Mempelajari Pancasila di Perguruan Tinggi


Pancasila adalah dasar filsafah negara indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945. Oleh karena itu setiap warga negara Indonesia harus mempelajari, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan dalam segala bidang kehidupan. Pancasila merupakan warisan
luar biasa dari pendiri bangsa yang mengacu kepada nilai-nilai luhur. Nilai nilai luhur yang
menjadi panutan hidup tersebut telah hilang otoritasnya, sehingga manusia menjadi bingung.
Kebingungan tersebut dapat menimbulkan krisis baik itu krisis moneter yang berdampak pada
bidang politik, sekaligus krisis moral pada sikap perilaku manusia. 

Dalam upaya merespon kondisi tersebut, pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak menuju
kearah keadaan yang lebih memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah,
dalam menjaga nilai-nilai panutan dalam berbangsa dan bernegara secara lebih efektif yaitu
melalui bidang pendidikan.

Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan dapat tercipta


wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk secara akademik mengkaji, menganalisis, dan
memecahkan masalah-masalah pembangunan bangsa dan negara dalam perspektif nilai-nilai
dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Republik Indonesia. 

Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk mewujudkan
tujuan Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian konsep,
program, tata cara, dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan Undang
-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi tujuan penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penjabaran secara spesifik sehubungan dengan tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di


Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut: 

1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui
revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem
pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat
madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk
mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat bangsa Indonesia.

C. Manfaat Mempelajari Pancasila di Perguruan Tinggi

Tentu saja pendidikan pancasila memiliki berbagai manfaat bagi siapa saja yang mempelajarinya
. Berkut ini adalah beberapa diantaranya:

1. Menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila


Pancasila merupakan ideologi landasan negara kita. Segala perbuatan yang kita lakukan, bahkan
hingga aturan perundang-undangan pun mengacu pada nilai dari Pancasila itu sendiri. Dengan
demikian, bisa disimpulkan bahwa Pancasila merupakan salah satu landasan paling luhur yang
ada di Negara  kita. Karena itu, pendidikan pancasila sangat penting diberikan, terutama pada
mereka yang masih usia anak-anak. Agar mereka mengerti dan juga memahami nilai luhur dari
Pancasila bagi kehidupan bermasyarakat dan juga kehidupan bernegara.

2. Membantu memahami arti sebenarnya dari Pancasila


Pancasila merupakan ideologi, yang berarti masih ada kemungkinan banyak orang yang belum
memahami arti sebenarnya secara mendalam dari Pancasila. Mungkin anda hafal kelima sila
yang terkandung dalam pancasila, namun apakah anda memahami arti sebenarnya dari sila
tersebut? Maka dari itu, diperlukan pendidikan pancasila di berbagai jenjang pendidikan, mulai
dari sekolah dasar hingga tingkat universitas. Hal ini tidak lain adalah agar kita sebagai warga
Negara Indonesia yang baik memahami betul apa arti sebenarnya dari Pancasila, sebagai
landasan ideologi bangsa.

3. Membantu individu untuk mencintai Negara Indonesia


Ada pepatah yang berbunyi tak kenal maka tak sayang. Dalam kehidupan bernegara, hal ini
dapat dikaitkan dengan hubungan antara manfaat pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
Indonesia itu sendiri. Bagi mereka yang tidak dapat mengenal pancasila dengan baik, maka
mereka tidak akan mencintai Indonesia. Karena untuk mencintai Indonesia, maka paling tidak
kita juga harus mencintai landasan ideologis yang membentuk Indonesia. Dengan adanya
pendidikan pancasila ini, maka kita akan dapat mencintai Negara Indonesia. Dengan
mempelajari pancasila, maka secara tidak langsung kita akan mengenal Indonesia, dari dasarnya.

6
4. Agar individu dapat berperilaku sesuai dengan isi dari butir-butir Pancasila
Pancasila, sesuai namanya memilki 5 sila yang berbeda-beda. Masing-masing dari kelima sila
tersebut memilIki butir-butir sila tersendiri, yang merupakan ekstraksi atau penjabaran dari
setiap sila yang terdapat pada pancasila. Manfaat pendidikan pancasila maka diharapkan, siapa
saja yang menempuh pendidikan pancasila dapat berperilaku sesuai dengan apa yang ditulis
melalui butir-butir pancasila tersebut.

5. Individu dapat mengamalkan Pancasila di segala situasi


Masih dari perilaku, pendidikan pancasila dapat membantu warga Negara Indonesia dalam
mengamalkan segala macam nilai, butir dan juga perilaku yang sejalan dengan pancasila. Nilai
dan butir-butir yang terkandung dalam pancasila merupakan hal yang baik terutama dalam
kehidupan berbangsa dan juga bernegara. Hal ini membuat individu sebagai warga negara yang
baik wajib, akan mengamalkan berbagai macam nilai-nilai luhur dari pancasila.

6. Sebagai pedoman menjadi warga Negara yang baik


Pancasila tak ubahnya merupakan suatu buku pedoman. Buku pedoman ini merupakan buku
pedoman yang berisi 5 poin penting atau yang kita kenal dengan nama lima sila, yang berisi
bagaimana cara agar kita dapat menjadi warga Negara yang baik. Bagaimana kita dapat menjadi
warga negara yang baik dan berguna bagi masyarakat, apabila kita tidak pernah belajar mengenai
pedoman menjadi warga Negara yang baik. Tentunya hal ini terdapat pada manfaat pendidikan
pancasila, yang tentunya dapat kita peroleh melalui pendidikan pancasila.

7. Untuk memahami ideologi bangsa Indonesia


Dari awal sudah dijelaskan bahwa pancasila merupakan landasan ideologi dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia atau NKRI. Ideologi sendiri merupakan suatu ide atau gagasan yang
terbentuk untuk melandasi atau menyelesaikan suatu masalah. Dalam hal ini pancasila berfungsi
sebagai landasan ideologis Negara Indonesia. Dengan adanya pendidikan pancasila, maka kita
sebagai warga negara akan memahami mengenai ideologi dan juga dasar-dasar Negara Indonesia
dengan baik.

8. Membangun karakter warga negara yang bermartabat


Pancasila merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi Indonesia dan juga warga
negaranya. Hal ini disebabkan karena pancasila sendiri selain merupakan landasan ideologis bagi
Negara, juga merupakan cerminan karakteristik dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Maka dari
itu, manfaat pendidikan pancasila sangatlah penting, karena melalui pendidikan pancasila, dapat
terbangun karakter dari masyarakat Indonesia yang baik, bermartabat dan juga berintegritas
dalam melakukan kehidupan berbangsa dan juga bernegara.

7
9. Mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan 
Moral merupakan hal yang sulit diperoleh. Kita bisa mewujudkan kehidupan bermoral dalam
kehidupan kita sehari-hari, salah satunya adalah dengan cara memahami nilai dari pancasila,
yang kita pelajari dalam pendidikan pancasila.

Itulah manfaat dari pendidikan pancasila. Jadi, jangan pernah menganggap remeh pendidikan
pancasila yang sudah pernah kita lalui pada tingkat-tingkat pendidikan, karena memiliki banyak
manfaat untuk kehidupan berbangsa dan juga kehidupan bernegara.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pancasila

Filsafat pancasila adalah hasil pemikiran yang paling mendalam dan dianggap telah dipercaya
serta diyakni sebagai suatu kesatuan dari norma dan nilai yang paling dianggap benar, adil,
bijaksana, paling baik dan paling sesuai dengan kaidah didirikannya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila sebagai falsafah dapat diartikan sebagai pandangan hidup dalam kegiatan
praktis.

Dalam pengertian lain, filsafat pancasila merupakan penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai
pedoman atau pandangan hidup bernegara. Pada prinsipnya, pancasila sebagai filsafat yakni
perluasan manfaat dari yang bermula sebagai dasar dan ideologi berkembang menjadi produk
filsafat (falsafah).

Menyusul hal tersebut, filsafat pancasila berarti mempunyai fungsi dan peranan untuk manusia
sebagai pedoman dan pegangan dalam bersikap dan bertingkah laku sebagai bentuk perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara untuk bangsa
Indonesia.

Pada hakikatnya, pancasila memiliki sistem nilai yang didapat dari pengertian nilai-nilai dasar
luhur kebudayaan bangsa Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan tersebut berakar dan mengalir
sehingga membuat secara keseluruhan menjadi terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.

Hal inilah yang menjadi hasil dari perenungan jiwa mendalam yang dilakukan oleh para tokoh
pendiri bangsa (Founding Father) bangsa Indonesia dan merumuskannya ke dalam suatu sistem
dasar negara, dari situlah muncul Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain pengertian secara umum, untuk mengetahui pengertian filsafat secara keseluruhan kita
perlu memahami dan mengerti pengertian filsafat menurut tokoh atau para ahli dari dalam negeri
ini. Beberapa diantaranya ialah sebagai berikut:

Bagi sosok Ir. Soekarno, filsafat pancasila merupakan filsafat asli dari Indonesia yang diambil
dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen)
dan Arab (Islam).

Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat dari negara yang terlahir sebagai ideologi
kolektif (cita-cita bersama) seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

9
Menurut Notonagoro, filsafat pancasila memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah
mengenai hakikat pancasila. Menurutnya, secara ontologi kajian pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila yang terkandung di dalam pancasila. Pada
sisi lain, Notonagoro juga menyebut bahwa hakekat dasar ontologis pancasila adalah manusia,
hal itu dikarenakan manusia merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila pancasila.

Kaelan menjelaskan lebih lanjut bahwa berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmad
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia pada hakekatnya adalah manusia.

B. Hakikat Sila-Sila Pancasila

 Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yang masih bersifat umum untuk semua agama di
Indonesia. Jika dipandang dari Islam, Tuhan berarti Allah SWT pencipta alam semesta. Yang
Maha Esa berarti Tuhan Yang Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Esa dalam Dzat-Nya,
sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Jadi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti meyakini bahwa Tuhan
pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dalam semua agama pasti meyakini
akan hal tersebut.

Kata Ketuhanan Yang Maha Esa sudah mencakup semua agama sehingga di dalamnya
mengandung nilai toleransi beragama. Pancasila mengajarkan kepada setiap orang agar
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-masing dan tidak
mencampuri urusan beragama mereka. Negara juga berkewajiban untuk mengawasi
pelanggaran terhadap nilai-nilai Ketuhanan. Hakikat sila pertama sesuai dengan pembukaan
UUD 1945 dan pasal 29 UUD 1945.

 Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Kemanusiaan berasal dari kata manusia yang berarti makhluk yang berbudi, berakal,
menduduki martabat yang tinggi dan mempunyai rasa, karsa dan cipta. Manusia dengan akal
budinya menyadari akan nilai-nilai dan norma-norma. Adil berarti menempatkan sesuatu
pada tempatnya atau seimbang. Adil merupakan keputusan dan tindakan yang didasarkan
atas norma-norma yang obyektif dan tidak sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab
yang berarti budaya. Jadi beradab berarti berbudaya[2]. Ini berarti bahwa sikap, tindakan dan
keputusan seseorang didasarkan pada nilai-nilai budaya terutama kesusilaan atau moral (tata
kesopanan).

Jadi, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia
yang yang sesungguhnya sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai dan

10
berbudaya. Juga bisa didasarkan kepada budi murni manusia yang berhubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri sendiri, kepada Tuhan, sesama
manusia maupun dengan hewan dan alam. Dengan kemanusiaan yang adil dan beradab
semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban, kedudukan atau derajat yang sama
terhadap Undang-undang Negara. Hakikat sila kedua sesuai dengan pembukaan UUD alenia
pertama dan pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 UUD 1945.

 Sila Ketiga: Persatuan Indonesia


Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak dapat dipecah, sesuatu yang bulat,
karena itu adalah suatu individu. Persatuan berarti bersatunya atau berkumpulnya sesuatu
yang beraneka ragam corak atau jenisnya dan menjadi sesuatu yang satu kesatuan. Persatuan
Indonesia pada hakikatnya berarti bahwa bangsa Indonesia yang berjumlah jutaan jiwa dan
mempunyai adat-istiadat, agama, kepercayaan, kebudayaan yang berbeda-beda itu
merupakan satu kesatuan.[4] 

Jadi Persatuan Indonesia adalah persatuan yang mendiami berbagai wilayah di Indonesia
karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam negara yang merdeka dan
berdaulat yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan
menciptakan perdamaian yang abadi. Karena jika persatuan tidak terwujud maka akan
terpecah-belah dan tidak tahu arah dan tujuan bangsa. Hakikat sila ini sesui dengan
pembukaan UUD 1945 alinea keempat dan pasal 1, 32, 35 dan 36 UUD 1945.[5] Sila ini juga
mengandung pengakuan terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku bangsa dan kebudayaan
bangsa.    

 Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawar
atan/ Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yang berarti sekelompok orang yang mendiami suatu
wilayah atau bertempat tinggal di suatu wilayah negara. Rakyat menjadi salah satu syarat
atau unsur yang wajib berdirinya negara. Dalam hubungan sila keempat kerakyatan berarti
kedaulatan rakyat atau kekuasaan tertinggi di pegang oleh rakyat. Dari rakyat, oleh rakyat,
untuk rakyat.

Hikmat kebijaksanaan berarti memutuskan suatu perkara dengan bijaksana melalui akal /
ratio, demi kepentingan rakyat, jujur, adil, dan dilaksanakan dengan sadar penuh
tanggungjawab.

Permusyawaratan adalah suatu cara yang di pakai bangsa Indonesia untuk memecahkan suatu
permasalahan atau memutuskan suatu perkara yang hasilnya mufakat.
Perwakilan adalah sitem yang mengambil rakyat untuk dijadikan wakil rakyat atau
keikutsertaan rakyat untuk mengatur rakyat. Jadi hakikat sila keempat adalah  bahwa

11
kekuasaan yang dijalankan oleh rakyat yang berpikir secara sehat melalui sistem perwakilan
yang keputusannya diambil dari jalan musyawarah mufakat. Sila keempat ini mencakup
sistem kekeluargaan dan gotong-royong. Hakikat sila ini sesuai dengan pembukan UUD 1945
alinea keempat dan pasal 1, 2, 3, 28 dan 37 UUD 1945.

 Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan berasal dari kata adil yang berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya atau sesuai
kadarnya, bisa juga seimbang. Adil pada hakikatnya adalah berlaku adil (menyangkut hak
dan kewajiban) tehadap diri sendiri dan diluar diri sendiri (adil terhadap Tuhan, sesama
manusia, alam sekitar, dan lain-lain. Adil disini bearti keadilan yang berlaku untuk seluruh
warga negara Indonesia di segala bidang kehidupan, baik berupa material atau spiritual.

Jadi sila kelima berarti keadilan yang berhak di dapatkan oleh setiap warga negara Indonesia,
baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berupa keadilan dalam bidang
politik, hukum, ekonomi, kebudayaan pertahanan dan keamanan. Hakikat sila ini sesuai
dengan pembukaan UUD 1945 dan pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD 1945.

C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur yang memiliki fungsi
tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan ketergantungan. Filsafat adalah upaya
manusia mencari kebijaksanaan hidup dalam membangun peradaban manusia. Pancasila adalah
ideologi dasar dalam kehidupan bernegara Indonesia.

Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan yang dapat ditunjukk
an untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama; dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945,
Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia
Merdeka. Adapun isi pidatonya adalah sebagai berikut:

“Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka
Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai
perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu
Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu”. (Soekarno,
1985: 7).
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil perenungan
yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula
dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan
tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan.

Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi:

12
1. Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara
runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan di dalamnya. Pancasila
sebagai system filsafat, bagian-bagiannya tidak saling bertentangan, meskipun berbeda,
bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri;
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala
yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan
suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di Indonesia.
3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan
mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai
peranggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis,
serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara pada
permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar
yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam
sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI. (Bakry, 1994: 13--15).

Sastrapratedja menegaskan bahwa fungsi utama Pancasila adalah menjadi dasar negara dan dapat
disebut sebagai dasar filsafat. Dasar filsafat adalah dasar hidup kenegaraan atau ideologi negara.
Pancasila adalah dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan
dengan hidup kenegaraan, seperti perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian nasional,
hidup berbangsa, hubungan warga negara dengan negara, hubungan antarsesama warga negara,
serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejateraan bersama. Oleh karena itu, Pancasila harus
menjadi operasional dalam penentuan kebijakan-kebijakan dalam bidang-bidang tersebut di atas
dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan Negara.

Istilah Philosphische Grondslag dan Weltanschauung merupakan dua istilah yang sarat dengan
nilai-nilai filosofis. Driyarkara membedakan antara filsafat dan Weltanschauung. Filsafat lebih
bersifat teoritis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realita dengan sedalam-
dalamnya untuk memperoleh kebenaran. Weltanschauung lebih mengacu pada pandangan hidup
yang bersifat praktis. Driyarkara menegaskan bahwa weltanschauung belum tentu didahului oleh
filsafat karena pada masyarakat primitif terdapat pandangan hidup (Weltanschauung) yang tidak
didahului rumusan filsafat. Filsafat berada dalam lingkup ilmu, sedangkan weltanshauung
berada di dalam lingkungan hidup manusia, bahkan banyak pula bagian dari filsafat (seperti:
sejarah filsafat, teori-teori tentang alam) yang tidak langsung terkait dengan sikap hidup.
(Driyarkara, tt: 27).

Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di
13
Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus
mendasari seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh: Undang-Undang No.
44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara
tatanan kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-
undang tersebut memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan
untuk menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai agama dan martabat
kemanusiaan.

Kedua; Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu
yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian disepakati
sebagai dasar filsafat Negara (Philosophische Grondslag). Weltanschauung merupakan sebuah
pandangan dunia (world-view). Hal ini menyitir pengertian filsafat oleh J. A. Leighton
sebagaimana dikutip The Liang Gie, ”A complete philosophy includes a worldview or a
reasoned conception of the whole cosmos, and a life-view or doctrine of the values, meanings,
and purposes of human life” (The Liang Gie, 1977: 8). Ajaran tentang nilai, makna, dan tujuan
hidup manusia yang terpatri dalam Weltanschauung itu menyebar dalam berbagai pemikiran dan
kebudayaan Bangsa Indonesia.

Mengapa manusia memerlukan filsafat? Jawaban atas pertanyaan tersebut dikemukakan Titus,
Smith and Nolan sebagai berikut:

1. Manusia telah memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan
teknologi, telah mengembangkan bermacam-macam teknik untuk memperoleh ketenteraman
(security) dan kenikmatan (comfort). Akan tetapi, pada waktu yang sama manusia merasa
tidak tenteram dan gelisah karena mereka tidak tahu dengan pasti makna hidup mereka dan
arah harus tempuh dalam kehidupan mereka.
2. Filsafat melalui kerjasama dengan disiplin ilmu lain memainkan peran
yang sangat penting untuk membimbing manusia kepada keinginan-keinginan dan aspirasi
mereka. (Titus, 1984: 24). Dengan demikian, manusia dapat memahami pentingnya peran
filsafat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Filsafat pun memiliki beberapa faedah yang perlu diketahui dan dipahami sebagai berikut:

1. Faedah terbesar dari filsafat adalah untuk menjajagi kemungkinan


adanya pemecahan-pemecahan terhadap problem kehidupan manusia. Jika pemecahan itu
sudah diidentifikasikan dan diselidiki, maka menjadi mudahlah bagi manusia untuk
mendapatkan pemecahan persoalan atau untuk meneruskan mempertimbangkan jawaban-
jawaban tersebut.

14
2. Filsafat adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang
menjadi dasar perbuatan manusia. Ide-ide filsafat membentuk pengalaman-pengalaman
manusia pada waktu sekarang.
3. Filsafat adalah kemampuan untuk memperluas bidang-bidang kesadaran
manusia agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat membedakan, lebih kritis, dan lebih
pandai” (Titus, 1984: 26).

Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai dasar Negara ditunjukkan pada
beberapa aspek. Diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar


mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik.
2. Agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional
dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara.
3. Agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan
yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta
memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional (Sastrapratedja, 2001: 3).

Pertanggungjawaban rasional, penjabaran operasional, ruang dialog, dan kerangka evaluasi


merupakan beberapa aspek yang diperlukan bagi pengolahan filosofis Pancasila, meskipun masih
ada beberapa aspek lagi yang masih dapat dipertimbangkan.

Adapun alasan diperlukannya kajian pancasila sebagai sistem filsafat ialah sebagai berikut:

1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan


Genetivus Subjectivus
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek
yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat. Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk
menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila


Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang
mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan
aksiologis. Ontologi menurut Aritoteles merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan disiplin ilmu-ilmu
yang membahas sesuatu secara khusus. Ontologi membahas tentang hakikat yang paling

15
dalam dari sesuatu yang ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga
dengan istilah substansi. Inti persoalan ontologi adalah menganalisis tentang substansi.
(Taylor, 1955: 42).

3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila


Epistemologis terkait dengan sarana dan sumber pengetahuan (knowledge). Landasan
epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman (empiris) bangsa
Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Littlejohn and Foss menyatakan bahwa
epistemologi merupakan cabang filosofi yang mempelajari pengetahuan atau bagaimana
orang-orang dapat mengetahui tentang sesuatu atau apa-apa yang mereka ketahui.

4. Landasan Aksiologis Pancasila


Aksiologis terkait dengan masalah nilai (value). Menegaskan bahwa nilai itu merupakan
kualitas yang tidak real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, ia membutuhkan
pengemban untuk berada. Littlejohn and Foss mengatakan bahwa aksiologi merupakan
cabang filosofi yang berhubungan dengan penelitian tentang nilai-nilai. Landasan aksiologis
Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

Jadi, pentingnya pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan pertanggungjawaban
rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik; agar
dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam penyelenggaraan negara; agar
dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.

16
 Hasil Analisis

PERSAMAAN
NO JUDUL PENELITIAN PERBEDAAN MATERI
MATERI

1. Pengertian filsafat Baik melalui internet  Buku :


Pancasila maupun buku yang 
kami gunakan sebagai Menjelaskan pengertian filsafat
 https://olympics30.co acuan sama-sama pancasila dalam arti formal, informal,
m/filsafat-pancasila/ membahas mengenai komprehensif, analisis linguistik, dan
pengertian dari filsafat aktual fundamental.
 Pendidikan Pancasila pancasila.
untuk Perguruan Internet :
Tinggi
Menjelaskan pengertian pancasila
secara umum, serta menurut tokoh
atau para ahli dari dalam negeri.

2. Hakikat sila-sila Baik melalui internet  Buku :


Pancasila maupun buku yang 
kami gunakan sebagai Menjelaskan hakikat sila-sila
 http://bangshanip.blogs acuan sama-sama pancasila menurut Yudi-Latif.
pot.com/2016/12/norma membahas mengenai
l-0-false-false-false-in- Hakikat Sila-sila Internet :
x-none-ar_16.html Pancasila
Menjelaskan hakikat sila-sila
 Pendidikan Pancasila pancasila menurut UUD 1945.
untuk Perguruan
Tinggi

3. Pancasila sebagai sistem Baik melalui internet  Buku :


filsafat maupun buku yang 
kami gunakan sebagai Menjelaskan mengenai pancasila
 https://www.kompasi acuan sama-sama sebagai sistem filsafat menurut para
ana.com/brianjohanes membahas mengenai tokoh atau ahli.
7627/5ceb56e195760 Pancasila sebagai
e301c7e64f2/pancasil sistem filsafat. Internet :
a-sebagai-sistem-
filsafat?page=all Menjelaskan mengenai pancasila
sebagai sistem filsafat secara umum.

17
 Pendidikan Pancasila
untuk Perguruan
Tinggi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai)
yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari
seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pancasila sebagai sistem filsafat pun sangat penting sebab dapat memberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-
prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
penyelenggaraan negara; agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala
kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.

B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, sudah sepatutnya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk
selalu mengkaji dan mengembangkan Pancasila dalam berkehidupan dan bermasyarakat. Sebab,
Pancasila merupakan dasar negara dan pedoman dalam tata berkelakuan.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://leman2311.wordpress.com/2018/05/19/dinamika-dan-tantangan-pendidikan-pancasila/
(14.03)

https://dhanyrachmadi17.wordpress.com/latar-belakang-landasan-dan-tujuan-pendidikan-
pancasila/ (14.05)

https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2016/09/dasar-dan-tujuan-pendidikan-pancasila-di-
perguruan-tinggi.html (14.07)

https://manfaat.co.id/manfaat-pendidikan-pancasila (14.09)

https://olympics30.com/filsafat-pancasila/ (14.11)

http://bangshanip.blogspot.com/2016/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar_16.html (14.17)

https://www.kompasiana.com/brianjohanes7627/5ceb56e195760e301c7e64f2/pancasila-sebagai-
sistem-filsafat?page=all (14.19)

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia; Direktorat Jendral dan
Kemahasiswaan; Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi 2016. (08.18)

19
20

Anda mungkin juga menyukai