DISUSUN OLEH
YON SETIAWAN : 5182131006
RIDO HARLAN : 5181131015
FAJAR HANDOKO : 5183131015
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga atas berkat dan karunia-
Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Adapun penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan di dalam mata kuliah Sistem Transmisi
Tenaga Listrik.
Di dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................2
1.3 MANFAAT..................................................................................................................2
BAB II ISI..............................................................................................................................3
2.1 EFEK KAPASITANSI................................................................................................3
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat pembangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan tenaga air, pada
umumnya jauh letaknya dari tempat dimana tenaga listrik tersebut digunakan (pusat
beban). Tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui saluran transmisi,
saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) atau Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Thermis (PLTT) ke pusat beban.
Saluran transmisi dibedakan dari saluran distribusi karena tegangannya, sebagai
contoh : Di Indonesia saluran transmisi mempunyai tegangan diatas 20 kV dan
dibawah 20 kV adalah saluran distribusi. Di Jepang saluran transmisi mempunyai
tegangan 7 kV keatas, sedangkan saluran ditribusi 7 kV kebawah. Di Amerika Serikat
dikenal tiga jenis saluran yaitu, saluran distribusi dengan tegangan primer 4 s/d 23
kV, saluran subtransmisi dengan tegangan 13 kV s/d 138 kV dan saluran transmisi
dengan tegangan 34,50 kV keatas.
Terdapat dua kategori saluran transmisi yaitu : saluran transmisi udara (overhead
line) dan saluran transmisi kabel bawah tanah (Underground cable), saluran transmisi
udara menyalurkan tenaga listrik melalui kawat penghantar yang digantung pada
menara transmisi dengan perantaraan isolator gantung, sedangkan saluran transmisi
kabel bawah tanah menyalurkan tenaga listrik melalui kabel bawah tanah. Terdapat
pula saluran transmisi kabel laut (submarine cable) yang umumnya dipasang pada
selat, contohnya yang dipasang di selat Bali dan selat Madura.
Saluran transmisi bawah tanah tidak terpengaruh adanya cuaca buruk, taufan,
hujan angin, bahaya sambaran petir dan sebagainya. Lagi pula saluran bawah tanah
lebih indah karena tidak kelihatan, karena alasan yang terakhir ini saluran kabel
bawah tanah banyak digunakan di kota besar yang sangat padat penduduknya.
Saluran bawah tanah beaya pembangunannya jauh lebih mahal dari pada saluran
transmisi udara, serta perbaikan lebih sukar apabila terjadi gangguan hubung singkat
atau kerusakan yang lainnya, saluran transmisi kabel bawah tanah hanya digunakan
pada daerah perkotaan yang relatif padat penduduk. Menurut jenis arus yang mengalir
pada saluran transmisi dikenal sistem penyaluran arus bolak-balik (sistem AC) dan
sistem penyaluran arus searah (sistem DC)
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konstanta pada saluran transmisi
2. Apa yang dimaksud kapasitansi SaluranTransmisi.
3. Bagaimana konstanta pada Kapasitansi Saluran.
4. Bagaimana gambar rangkaian ekivalen jaringan transmisi
1.3 MANFAAT
1. Untuk mengetahui cara penghitungan konstanta pada saluran transmisi
2. Untuk efek kapasitansi pada saluran transmisi
3. Unuk mengetahui konstanta pada Kapasitansi saluran transmisi
4. Untuk mengetahui gambar rangkaian ekivalen jaringan transmisi
5
BAB II
ISI
Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar,
baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-tanah. Kapasitansi
menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang terjadi pada pelat kapasitor bila
terjadi beda potensial di antaranya.
Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan tengah yang
ditanahkan, beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan kapasitansi ke tanah
(kapasitansi ke netral), adalah muatan pada penghantar per satuan beda potensial antara
penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral untuk saluran dan kawat adalah dua
kali kapasitansi antara penghantar-penghantar.
Jika penghantar pada saluran tiga-fasa tidak terpisah dengan jarak yang sama,
kapasitansi masing-masing fasa ke netral tidak sama. Namun untuk susunan penghantar
yang biasa, ketidaksimetrisan saluran yang tidak ditrasnposisikan adalah sangat kecil,
sehingga perhitungan kapasitansi dapat dilakukakan seakan-akan semua saluran itu
ditransposisikan.
Dua buah konduktor yang dipisahkan oleh suatu medium adalah sebuah kapasitor. Dalam
hal ini jaringan transmisi udaralah merupakan dua buah plate kapasitor yang dipisahkan oleh udara
dengan yang lain. Kapasitansi ini didistribusikan sepanjang jaringan dan dipandang sebagai bentuk
kondensator yang diserikan yang tersambung antar konduktor.
I c =2 πfcv
Dimana :
Ic = arus kapasitif (Ampere)
F = frekwensi (Hz)
C = nilai kapasitansi (Farad)
V = tegangan (Volt)
Jika kapasitansi jaringan transmisi udara tinggi, arus pengisian (Current Charging) yang
mengalir pada jaringan itu besar, yang mana arus pengisian kini akan mengkompensasi komponen
6
reaktif dari arus beban karena itu jumlah arus yang mengalir pada jaringan dapat diperkecil.
Pengecilan jumlah arus yang mengalir pada jaringan dapat menyebabkan: Memperkecil kerugian-
kerugian pada jaringan dan demikian pula dapat menambah effesiensi transmisi. Memperkecil rugi
tegangan atau memperbaiki regulasi tegangan.Keuntungan yang lain dari sebuah jaringan transmisi
yang mempunyai kapasitansi yang tinggi adalah menambah kapasitas beban dan memperbaiki
faktor daya. Sebuah jaringan transmisi udara 1 phase dengan 2 buah konduktor yang paralel
masing-masing mempunyai jari-jari r meter dan ditempatkan di udara dengan jarak d meter
(dianggap d lebih panjang dibandingkan r). Jika konduktor A mempunyai sebuah muatan + Q farad
per meter maka konduktor B akan mempunyai sebuah muatan –Q farad per meter.
Is R L Ir
Vs Vr
Gambar. Rangkaian Ekivalen Saluran Transmisi Pendek
Impedansi seri : Z = R + jX
Admitansi paralel : Y = G + jB = 0 (diabaikan)
Dimana : VS - tegangan pada sisi kirim (tegangan tiap fasa)
Vr - tegangan pada sisi terima (tegangan tiap fasa)
Z - Impedansi seri dari saluran(Ω)
Y - admitansi paralel dari saluran (mho)
R - Tahanan saluran(Ω)
X - Reaktansi saluran(Ω)
X = ωL = 2π fL
G - konduktansi bocor saluran (mho)
B - suseptansi saluran(mho)
B = ωC = 2π fC
Dari rangkaian pengganti saluran transmisi pendek dapat diperoleh persamaan:
Vs = Vr + Z
Ir Is =Ir
Gambar diagram fasor tegangan saluran transmisi pendek. Dalam saluran
7
transmisi pendek tersebut dimisalkan beban listriknya merupakan beban yang bersifat
induktif.
8
Dari rangkaian nominal π diperoleh persamaan :
ZY
(
V s = 1+
2 )
V r + Z Ir
ZY ZY
I s=Y 1+( 4 ) (
V r + 1+ )
I
2 r
9
a. Rangkaian pengganti nominal(T)
Saluran transmisi menengah nominal T yaitu saluran transmisi dengan
kapasitansi dipusatkan pada satu titik dan impedansi serinya terbagi dua
pada kedua cabangserinya.
10
rangkaiannya dapat diandaikan sebagai rangkaian dengan konstanta saluran yang
didistribusikan, agar diperoleh hasil perhitungan yang lebih teliti.
Saluran transmisi panjang didefinisikan sebagai saluran transmisi yang
panjangnya lebih besar dari 250 kmdigolong pada transmisi panjang, besarnya reaktansi
kapasitif paralalel dan konduktansi semakin kecil sehingga arus bocor semakin besar. Jadi
pada saluran panjang ini semua parameter R, L, C, dan G diperhitungkan secara
terdistribusi sepanjang saluran.Sama halnya dengan saluran transmisi menengah pada
metode penyelesaian saluran transmisi panjang juga menggunakan metode nominal T dan
nominal PI
Persamaan tegangan dan arus pada saluran transmisi panjang :
Dapat ditinjau dari bagian kecil dx yang berjarak x dari sisi terima.
Impedansi seri adalah Z1 dx
Admitansi paralel adalah Y1 dx
Z1 dan Y1 adalah impedansi dan admitansi per satuan panjang [ V (x) +
dv (x) ] – V (x) = dv (x) = [ I (x) + dI (x)] Z1 dx
I (x) Z1 dx
11
Penyelesaian dari kedua persamaan differential (1) dan (2) diatas adalah :
V (x) = a cosh x + b sinh x
I (x) = c cosh x + d sinh x
12
13
14
15
2.2.4 Panjang Maksimum SaluranTransmisi.
Persamaan tegangan saluran transmisi panjang, secara umum dapat dituliskan:
16
Persamaan gelombang tersebut adalah persamaan gelombang berjalan, dengan ciri-
ciri, suku pertama (VF) merupakan gelombang tegangan datang, apabila (x) bertambah
besar maka amplitudo semakin besar dan sudut fasa semakin maju.
Suku kedua (VR) merupakan gelombang tegangan pantul, apabila (x) bertambah besar
maka amplitudo semakin kecil dan sudut fasa semakin mundur.
Seperti pada gelombang elektromaknetig, getaran dan gelombang cahaya, maka
gelombang berjalan tersebut mempunyai panjang gelombang :
2.p
l=
b
17
Panjang saluran transmisi :
18
Gambar 5.6. Rangkaian Kutub Empat
Persamaan umum saluran transmisi dapat dituliskan :
Vs = A Vr + B
Ir Is = C Vr +
D Ir
Apabila ditulis dalam bentuk matrik :
19
Rangkaian nominal T :
20
Gambar Hubungan Seri Rangkaian Kutub Empat
Rangkaian kutub empat (1), mempunyai persamaan :
21
EFEK KORONA PADA TRANSMISI
1. Proses terjadinya korona
Bila dua kawat sejajar yang penampangnya kecil (dibandingkan dengan jarak antara
kedua kawat tersebut) diberi tegangan bolak-balik, maka korona dapat terjadi. Pada
tegangan yang cukup rendah tidak terlihat tanda apa-apa. Korona merupakan perpendaran
cahaya yang diakibatkan karena nilai kuat medan listrik lebih besar daripada nilai kuat
medan udara disekitar konduktor.
Bila tegangan dinaikkan, maka korona terjadi secarabertahap. Pertama kali, kawat
kelihatan bercahaya, mengeluarkan suara mendesis (hissing) dan berbau Ozon. Warna
cahaya adalah ungu (Violet) muda. Bila tegangan dinaikkan terus, maka karakteristik di
atas makin nyata kelihatan, terutama pada bagian yang kasar, runcing atau kotor. Cahaya
bertambah besar dan terang. Bila tegangan masih juga dinaikkan, maka terjadi busur api.
Korona mengeluarkan panas, hal ini dapat dibuktikan dari pengukuran dengan wattmeter.
Dalam keadaan udara lembab, korona menghasilkan asam nitrogen (nitrous acid), yang
menyebabkan kawat menjadi berkarat bila kehilangan daya cukup besar.
Korona terjadi karena adanya ionisasi dalam udara, yaitu adanya kehilangan electron
dari molekul udara. Oleh karena lepasnya electron bebas ini mengalami gaya yang
mempercepat geraknya, sehingga terjadilah tabrakan dengan molekul lain. Akibatnya
ialah timbulnya ion-ion dan elektron-elektron baru. Proses ini berjalan terus-menerus dan
jumlah elektron dan ion bebas menjadi berlipat-ganda bila gradien tegangan cukup besar,
peristiwa ini disebut korona.
2. Efek korona pada saluran transmisi
Ketika arus bolak balik (AC) mengaliri konduktor dari sebuah saluran transmisi
dengan jarak antara konduktor ke konduktor yang lain lebih besar dibandingkan
dengandiameter konduktor itu sendiri, maka udara disekitar konduktor yang terdiri dari
ion-ion mengalami stres dielektrik.
Ketika tegangan pada saluran transmisi tersebut masih rendah, stres dielektrik yang
dialami oleh udara disekeliling konduktor tersebut tidak cukup untuk mengionisasi udara
disekitar konduktor. Tapi ketika tegangan pada saluran transmisi ditingkatkan melebihi
nilai ambang batas sekitar 30 kV yang dikenal sebagai titik critical disruptive voltage,
maka udara disekitar konduktor mengalami stres cukup tinggi sehingga terjadi ionisasi
terhadap ion-ion yang dikandung didalam udara tersebut. Terjadinya ionisasi pada ion-ion
diudara disekitar konduktor akan menimbulkan cahaya redup bersamaan dengan suara
mendesis disertai dengan pembebasan ozon, yang mudah diidentifikasi karena baunya
yang khas.
Efek korona pada saluran transmisi dapat menyebabkan :
a. Gangguan berisik
b. Rugi rugi daya
c. Rugi rugi tegangan
d. Kerusakan material peralatan listrik disekitar salura trasmisi
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat pembinaan smk. 2013. Teknik transmisi listrik. Jakarta: departemen pendidikan
nasional.
Aslimeri, dkk. 2008. Teknik transmisi tenaga listrik jilid 1. Jakarta: direktorat pembinaan
smk.
24