Anda di halaman 1dari 28

Preview

SALURAN TRANSMISI

(BAB I)

OLEH:

SATYA TRIWAHYUDI SYAM

10582161315

V TELEKOMUNIKASI

JUEUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah mengenai SALURAN TRANSMISI.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin sesuai dengan apa

yang dibutuhkan. Terlepas deari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa

masih ada banyak kekurangan yang ada pada makalah ini.Sehingga kami

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki

menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi

referensi bacaan bagi pembaca.

Makassar, 22 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................1

C. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

A. Fenomena Dasar .....................................................................................3

B. Penurunan Persamaan Diferensial pada Saluran Transmisi..............8

C. Solusi Persamaan Diferensial Untuk Sinyal Harmonis.....................12

D. Perambatan Gelombang.......................................................................16

E. Konstanta Sekunder pada Saluran Transmisi....................................19

BAB III PENUTUP..........................................................................................23

A. Kesimpulan............................................................................................23

B. Saran.......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada bab ini membahas, motivasi dan fenomena dasar yang terjadi di

saluran transmisi. Fenomena penting ini terjadi terutama karena ukuran saluran

transmisi sebanding atau lebih besar dari panjang gelombang, sehingga terjadi

keterlambatan (delay) dan peredaman (attenuation) sinyal. Kondisi ini

menyebabkan saluran transmisi dipandang sebagai komponen terdistribusi.

Dengan mengamati potongan kecil dari saluran transmisi, akan diturunka

dua buah persamaan diferensial. Di bab ini solusi akan diberikan di wilayah

frekuensi, yang menunjukkan adanya perambatan gelombang baik ke kiri atau ke

kanan. Beberapa besaran penting, seperti impedansi gelombang, konstanta

perambatan, konstanta peredaman dan konstanta phasa di perkenalkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja fenomena dasar dalam saluran transmisi?

2. Bagaimana penurunan persamaan diferensial pada saluran transmisi?

3. Apa solusi persamaan diferensial untuk sinyal harmonis?

4. Apa itu perambatan gelombang?

5. Apa konstanta sekunder pada saluran transmisi?

1
C. Tujuan

1. Menambah pengetahuan tentang fenomena dasar dalam saluran transmisi.

2. Dapat mengetahui penurunan persamaan diferensial pada saluran

transmisi.

3. Mengetahui solusi persamaan diferensial pada sinyal harmonis.

4. Dapat mengetahui tentang perambatan gelombang.

5. Mengetahui rentang konstanta sekunder pada saluran transmisi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fenomena dasar

Saluran transmisi adalah penghantar, baik berupa konduktor ataupun

isulator (dielektrika), yang digunakan untuk menghubungkan suatu pembangkit

sinyal, disebut juga sumber dengan sebuah penerima/pemakai, atau disebut juga

beban. Karena sinyal elektrik merambat hanya dengan kecepatan cahaya, maka

sinyal elektrik juga memerlukan suatu waktu tempuh tertentu untuk merambat

dari suatu tempat, misalnya dari sumber, ke tempat yang lain, misalnya beban.

Jika sinyal elektrik ini berubah secara cepat dengan waktu (berfrekuensi

tinggi), waktu tempuh diatas menjadi signifikan. Waktu tempuh (delay) yang

terjadi harus diperhatikan, sinyal yang keluar dari saluran transmisi tidaklah sama

dengan apa yang yang dimasukkan pada bagian inputnya. Selain itu saluran

transmisi yang dipergunakan biasanya mengandungkerugian, sehingga sinyal

yang masuk akan mengalami peredaman (attenuation) daa perambatannya,

amplitude sinyal yangelalui saluran transmisi yang mengandung kerugian itu akan

mengecil (lossytransission line).

Kebanyakan fenomena yang bisa ditemukan di teknik elektro dan di

elektronika bisa dijabarkan dengan bantuan mode atau rangkaian pengganti yang

bersifat terkonsentrasi pada suatu elemen single tertentu (lumped elements). Hal

ini boleh dilakukan dan juga sebaiknya diakukan , kiak panjang gelombang dari

sinyal yang diamati jauh lebih besar dari geometri sistem (rangkaian) yang

3
diamati. Contoh dari beberapa model yang dikena pada frekuensi rendah adalah

resistor R, indukto L dan kapasitor C. Dalam standar pembahasan di teknik eektro

persamaan- persamaan tersebut menghubungkan tegangan dan arus pada

komponen R, L dan C dalam bentuk phasor.

Jika rangkaian itu mempunyai sebuah dimensi yang besar dibandingkan

dengan panjang gelombang sinyal; misalnya kasus kabel penghubung pada

aplikasi berfrekuensi tinggi, maka model yang bersifat terdistribusi (distributed

elements) harus digunakan. Struktur kabel mempunyai dimensi panjang yang

lebih besar dari panjang gelombang sinyal, tetapi berpenampang kecil.

Konsekuensi dari kondisi ini adalah pada bidang penampang (bidang transversal)

perhitungan bisa dilakukan seperti pada kasus frekuensi rendah, sedangkan pada

bidang sumbunya (axial atau longitudinal) harus dipandangsebagai struktur

terdistribusi.

Jenis sauran transmisi lainnya memiiki penampang yang besar, sehingga

jenis saluran transmisi ini harus dipandang sebagai struktur tiga dimensi, dan cara

pembahasannya harus menggunakan persamaan Maxwell secara lengkap.

Persamaan Maxwell adalah teori umum yang bisa menjawab semua permasalahan

dan yang bisa menggambarkan semua fenomena yang ada di elektromagntik.

Model struktur terdistribusi dan model frekuensi rendah (R, L dan C) adalah kasus

khusus dari teori Maxwell, yang keberlakuan kedua model itu hanya terbatas pada

kasusnya. Kedua model ini digunakan karena tingkat kompleksitas matematis

yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan teori Maxwell.

4
Taabel 1.1 (jenis saluran transmisi, bentuk dasar, penggunaan serta

frekuensi kerja

5
6
Tabel diatas menunjukkan beberapa tipe saluran transmisi yang akan

dibahas. Empat tipe yang pertama, kabel parallel ganda kabel coaxial, pengantar

pipih, dan penghantar multi konduktor, memiliki jumlah konduktor yang lebih

dari satu. Penghantar ini mampu untuk melewatkan sinyal yang berfrekuensi nol

(sinyal arus searah).

Jika frekuensi sinyal yang melaluinya masih cukup kecil, atau dengan kata

lain panjang gelombangnya masih cukup besar dibandingkan dengan dimensi

penampangnya, sinyal merambat di saluran transmisi ini dengan modus dasar

(fundamental mode). Tetapi jika frekuensi sinyal cukup besar, sehingga panjang

gelombang sinyal sebanding dengan atau bahkan lebih kecil dari dimensi saluran

transmisi, disamping modus dasar, modus yang lebih tinggi (higher modus) akan

mampu merambat, biasanya kondisi ini dihindari.

Demikian juga halnya saluran transmisi dielektrik yang dipakai untuk

aplikasi serat optic. Konsep arus dan tegangan tidak bisa dipergunakan. Kita

hanya bisa enggunakan konsep yang lebih umum berlaku, yaitu medan listrik dan

medan magnet. Kabel serat optic digunakan terutama karena faktor peredaman

yang kecil dan kemampuanya mengirimkan data dengan kecepat tinggi (higher

data rate).

7
Gambar 1.1 (kabel yang dialiri arus listrik l memiliki medan magnet.

Seperti yang divisuaisasikam di gambar di atas jika di dalam kabel

tersebut terbentuk medan magnet. Jika arus yang mengalir di kabel itu merupakan

arus yang berubah dengan waktu, maka secara berbanding lurus, medan magnet

yang terbentuk akan berubah dengan fungsi waktu yang sama dengannya. Arus

listrik ini menghasilkan energy magnet yang tersimpan disekitar kabel tersebut

yang konsentrasi energinya mengecil dengan jarak induktansi, L, diperkenalkan

sebagai kuantitas yang menggambarkan seberapa besar energimagnet bisa

disimpan distruktur tersebut, jika arus l dialirkan mealuinya.

Untuk menggambarkan fenomena elektromagnetik di saluran transmisi

secara akurat dan lengkap, kita harus mencari solusinya, yang seperti disinggung

diatas, dari persamaan Maxwell dan dengan kondisi batas yang dimiliki saluran

transmisi tersebut. Yang kita lakukan sekarang adalah menggunakan metode

pendekatan sederhana, yaitu dengan menggunakan rangkaian pengganti berupa

inductor dan kapasitor, yang baik secara kualitatif dan juga kuantitatif

memberikan hasil yang cukup akurat untuk banyak sekali aplikasi.

8
Gambar 1.2 (kabel pendek tak mengandung kerugian (lossless) dan

modelnya dengan inductor dan kapasitor.

Sepotong saluran transmisi yang pendek (panjang kawat << panjang

gelombang) bisa dimodelkan dengan bantuan sebuah inductor dan kapasitor

seperti ditunjukkan pada gambar 1.2. Seperti pada gambar diatas model yang

sebelah kanan, yaitu inductor serial yang diikuti dengan kapasitor menyilang.

Model-model lain seperti kapasitor menyilang diikuti dengan inductor serial bisa

pula dipergunakan, dan menghasilkan efek yang sama.

B. Penurunan Persamaan Diferensial pada Saluran Transmisi

Pada bagian sebelum dibahas pada gambar 1.2, kabel yang cukup pendek

bisa dimodelkan dengan bantuan inductor yang serial dan kapasitor yang

menyilang. Penggunaan model ini diperbolehkan jika kabel tersebut cukup pendek

(s << λ). Gambar 1.2 adalah model untuk saluran transmisi yang tidak

mengandung kerugian (lossless transmission line). Tetapi secari umum setiap

saluran transmisi mengandung kerugian, yang efek utamanya akan terlihat pada

pengecilan amplitude sinyal yang ditansmisikan.

9
Mengapa kerugian bisa muncul? Karena dipergunakannya konduktor yang

tidak ideal sebagai materi penyusun kabel, sehingga di sepanjang lintasan jalur

mengalirnya arus terbentuk resistansi Ry yang akan mengubah sebagian energy

listrik yang lewat ke panas. Dengan pemikiran ini, dipasangkanlah sebuah resistor

serial dengan inductor sebagai model kerugian akibat konduktor yang tidak ideal

(Gambar 2.1). Selain itu mungkin pula terjadi sumber kerugian lainnya, yaitu

akibat ‘kebocoran’ isolasi antar penghantar.

Gambar 2.1 (model saluran transmisi dengan kerugian)

Sebagai tambahan di gambar diatas juga terlihat arus dan tegangan diawal

dan di akhir potongan saluran transmisi tersebut jadi sepotong saluran transmisi

yang awalnya terletak pada posisi z dan ujungnya pada posisi z + Δz (panjang s

diganti dengan Δz) diamati dan dimodelkan dengan keempat komponen

terkonsentrasi (Gambar 2.1).

10
Secara umum arus dan tegangan ini merupakan fungsi waktu dan posisi,

yang merupakan syarat terbentuknya gelombang. Karena dimensi potongan

saluran transmisi ini cukup kecil dibandingkan dengan panjang gelombang (Δz <<

λ), maka hukum-hukum yang dikenal pada rangkaian listrik berfrekuensi rendah

bisa dipergunakan, yaitu hukum Ohm, hukum tegangan induksi, hukum muatan

induksi dan hukum kirrchoff.

v = R ∙i (1.1)

∂i
v = L∙ (1.2)
∂t

∂v
i = C∙ (1.3)
∂t

sepanjang sebuah simpul (loop) ∑ v= 0


(1.4)

∑ v=0 pada sebuah titik (node) (1.5)

Dengan menggunakan persamaan (1.4) hukum kirrchoff tegangan

(Kirrchoff’s Voltage Law/KVL) yang diaplikasikan sepanjang simpul terdefinisi

di Gambar 2.2, didapatkan:

∂i
−v ( z ) + Rs ∙+ Ls ∙ +v ( z+ ∆ z )=0
∂t

∂i
(
v ( z +∆ z )−v ( z )=− R s ∙ i+ L s ∙
∂t )
v ( z+ ∆ z )−v ( z ) ∂i 1
∆z (
=− R s ∙ i+ Ls ∙
∂t ∆ z ) (1.6)

11
Gambar 2.2 (Pendefinisian titik dan simpul untuk pengguna hukum

kirrchoff

Hukum kirrchoff arus (Kirrchoff’s Current Law/KCL) yang diberikan

dipersamaan (1.5), bila diaplikasikan pada titik A di Gambar 2.2 akan

menghasilkan:

(1.7)

Persamaan (1.6) dan (1.7) menjadi:

(1.8)

12
Dengan besaran ∆ z →0, karena yang kita amati memang saluran transmisi

yang sangat pendek, dengan nilai batas menuju nol, maka dari keduanya

didapatkan:

(1.9)

Pada persamaan (1.9) diatas adalah persamaan-persamaan diferensial dari

saluran transmisi. Mereka membentuk sebuah sistem persamaan diferensial parsial

ordo kesatu (system of partial differential equations of first order). Persamaan

pertama membahas tentang drop tegangan yang menghasilkan hubungan

perubahan tegangan sepanjang saluran transmisi dengan arus dan perubahan arus

dengan waktu. Persamaan kedua dihasilkan dari aliran arus yang berhubungan

dengan tegangan antara kawat saluran transmisi dan perubahannya berdasarkan

waktu.

C. Solusi Persamaan Diferensial Untuk Sinyal Harmonis

Solusi secara umum dari sistem persamaan diferensial di atas akan dibahas

nanti. Sekarang hanya akan dibahas solusi untuk kasus keadaan terayun, atau

sinyal yang kontinyu dengan menggunakan sinyal harmonis (fungsi sinus).

13
Mengapa kita peru melakukan pendekatan dengan funsi sinus? Karena,

pendekatan yang diakukan ini akan memperudah penyelesaian persamaan

diferensial di atas secara signifikan. Pertanyaan berikutnya adalah: Apakah

dengan, mereduksi pengamatan sinyal pada fungsi sinus bisa membatasi ruang

lingkup pembahsan secara umum? Pada dasrnya dengan transformasi Fourier

hampir segala bentuk sinyal bisa direkonstruksi dengan pendekatan sinyal

harmonis ini. Walaupun dengan alternative ini akan muncul beberapa pekerjaan

tambahan, dan beberapa bentuk sinyal tidak mungkin atau sangat sulit

direkonstruksi dengan fungsi harmonis. Tetapi karena alasan yang pertamalah,

pendekatan sinyal harmonis (wilayah frekuensi/Frequency domain).tetap menjadi

piihan dan banyak kasus.

Pada penggunaansinyal harmonis diandaikan terdapat sinyal dengan

frekuensi putar ω yang merambat di saluran transmisi. Arus dantegangan yang

merupakan fungsi waktu,

(1.10)

Yang mana i ° dan v° amplitudo fungsi arus dan tegangan, dengan φ, dan φ v

phasanya. Fungsi arus bisa dipresentasikan menjadi:

(1.11)

14
Re adalah operator yang mengambil nilai riil (real part) dari argument

didaamnya. Fungsi arus dan tegangan bisa dituliskan menjadi:

(1.12)

Di dalam I dan V tidak terdapat lagi informasi tentang waktu, tetapi

sebagai konsekuensi besaran tersebut secara uum bernilai kompleks (memiliki

nilai riil dan imajiner).

Representasi secara fungsi sinus/kosinus atau wilayah waktu ekuivalen

dengan representasi secara phasor atau wilayah frekuensi. Karena memang kita

sedang membahas fungsi yang sama. Pada penggunaan bentuk sinus/kosinus dan

bilangan kompleks ada hal penting yang harus selalu diingat. Pada representasi

sinus/kosinus tidak boleh muncul satuan imajiner j dan pada representasi phasor

tidak boleh muncul variabel waktu t.

Persamaan diferensial menjadi:

(1.13)

Persamaan ini dinamakan persamaan gelombang, adalah persamaan

diferensial yang umum dikenal di matematika, biasanya solusi dari persamaan itu

diberikan dalam bentuk tabel atau daftar panjang bersamaan dengan persamaan-

persamaan lainya.

15
Solusi umum dari persamaa diferensial (1.13) adalah:

V1 dan V2 adalah konstanta yang muncul dalam setiap peintegralan, yang

masih harus dicari nilainya. Nilai V1 danV2 ditentukan dengan bantuan syarat

batas (boundary conditions) yang bisa diberikan pada awal dan atau akhrir dari

kawat saluran transmisi tersebut (Gambar 3.1). Nilai besaran arus dan tegangan ini

bisa diukur, atau diberikan sebagai suatu batasan dalam perancangan.

Gambar 3.1 (tegangan dan arus sebagai kondisi batas di awal dan di akhir

kawat).

Jika diketahui arus dan tegangan pada awal sluran transmisi, yaitu:

V(z = 0) = Va dan I(z = 0) = Ia , dengan memasukkannya ke persamaan

tegangan dan arus untuk z = 0, didapatkan:

(1.14)

16
Maka dari persamaan diatas didapatkan V1 dan V2 sebagai berikut:

(1.15)

Dengan digunakannya syarat batas, telah tuntaslah didapatkan sebuah

persamaan arus yang merupakan fungsi posisi, sehingga jika ditanya atau

diinginkan nilai tegangan dan arus di suatu posisi tertentu kita bisa

menghitungnya dengan memasukkan nilai posisi z ke persamaan yang diturunkan

tersebut. Sekarang bagaimanakah kita bisa juga mengetahui nilai suatu tegangan

atau arus di suatu posisi pada waktu tertentu.

D. Perambatan Gelombang

Sebelum masuk pada pengamatan tegangan dan arus sebagai gelombang

yang merambat sepanjang saluran transmisi (fungsi posisi dan waktu), sekarang

kita akan membahas dahulu parameter konstanta perambatan yang sebelumnya

diperkenalkan.

Konstanta perambatan secara umum adalah sebuah besaran bernilai

kompleks, besaran yang memiliki nilai riil dan imajiner. Hal ini dikarenakan

konstanta perambatan dihasilkan dari akar dari hasil kali dua bilangan kompleks,

Oleh karna itu besaran ini bisa juga dituliskan sebagai berikut:

(1.16)

17
∝ adalah konstanta peredaman dan β adalah konstanta phasa. Keduanya

ditentukan oleh sifat karakteristik dari tipe dan ukuran dari saluran transmisi yang

dipergunakan, dan frekuensi dari sinyal yang ditransmisikan melaluinya.

Penamaan masing-masing kuantitas ini akan menjadi jelas setelah kita melihat

nanti, apa pengaruh mereka terhadap besaran tegangan dan arus.

Gambar 4.1 (bentuk sinyal-sinyal yang merambat pada suatu saluran transmisi

yang mengandung kerugian yang berbeda-beda, pada suatu momen waktu

tertentu. Arah panah menunjukkan kurva untuk ∝ yang membesar.

Gelombang tegangan terdiri dari dua tegangan bagian.tegangan bagian

pertama, dengan faktor e−σ z akan mengalami pengecilan pada amplitudonya

dengan bertambahnya besar z (karena ∝ selalu bernilai positif, seperti yang akan

kita lihat nanti). Sedangkan tegangan bagian kedua dengan faktor e +σz, apitudonya

akan mengecil dengan mengecilnya posisi pengamatan z.

Gambar 4.1 menunjukkan sebuah distribusi tegangan bagian pertama di

sepanjang kawat pada suatu titik waktu tertentu misal pada t 0,

18
v1 ( t=t 0 , z )=V 1 ∙ e−σz ∙ cos ⁡(ωt 0−βz +ψ 1 ) hanya fungsi posisi dengan membesarnya

z, besar amplitude tegangan secara monoton eksponsial mengecil dikarenakan

faktor e−σz yang disebutkan diatas. Jika nilai ∝ membesar, amplitude tegangan

akan dengan cepat mengecil, sehingga konstanta ∝ dinamakan konstanta peredam.

Perbandingan perubahan posisi dengan perubahan waktu adalah definisi

dari kecepatan, dan di sini karena yang diamati adalah pergerakan dari argument

atau phasa dari suatu fungsi tegangan, maka didefinisikan sebagi kecepatan phasa.

(1.17)

Jadi argument ωt− βz+ψ 1 harus tetap konstan jika kita mengamati titik-

titik pada nilai cosines yang sama, sehingga dengan berjalannya waktu (t

membesar) nilai z harus membesar (titik-titik pengamatan bergerak kea rah positif

z). Tegangan bagian pertama melukiskan perambatan gelombang kea rah positif z.

Gambar 4.2 (pergerakan gelombang kea rah negative z atau kekiri).

19
Jadi faktor peredaman e−οz utuk perambatan gelombang kea rah kanan,

atau positif z sedangkan e +οz untuk perambatan ke kiri, atau negative z. sehingga

selalu terjadi peredaman dan bukanlah pembesaran amplitude. Sedangkan dengan

argument, ω ∙ t+ β ∙ z +ψ 1 atau dalam bentuk phasor menandakan perambatan

gelombang kea rah kanan (positif z), dan argument yang kedua ω ∙ t+ β ∙ z +ψ 2 atau

dalam bentuk phasor , menandakan perambatan gelombang ke arah kiri atau

negative z.

Jadi baik tegangan maupun arus secara keseluruhan tersusun dari tegangan

atau arus yang merambat kea rah positif z dan tegangan atau arus yang merambat

kea rah negative z. pasangan tegangan dan arus ini merupakan suatu kesatuan

yang bergerak membentuk gelombang elektromagnetik.

Perbandingan gelombang tegangan dan arus yang merambat kea rah

positif z berniai Z0. Nilai ini berlaku di sepanjang saluran transmisi tersebut. Dari

teori rangkaian listrik kita mengenal perbandingan tegangan dan arus pada sustu

komponen didefinisikan sebagai impedansi dari komponen itu. Oleh sebab itu

pembahasan saluran transmisi Z0 dinamakan impedansi gelombang.

E. Konstanta Sekunder pada Sauran Transmisi

Konstanta perambatan gelombang γ dan ipedansi gelombang Z0 bisa

dihitung jika konstanta primeyaitu R’,G’,L’ dan C’, dikenal. Oleh sebab itu,

komstanta perambatan dan impedansi gelombang dinamakan konstanta sekunder.

20
dengan untukeisahkan komponen riil dan

imaginernya, persamaan di atas dikuadratkan

Komponen riil di atasadalah dannilai mutak dari konstanta

perambatan adalah jika kedua persamaan terakhir

dijumlahkansatu dengan ainnya akan didapatkan

(1.18)

Dengan cara penulisan lain, yaitu dengan pendifinisian sudut kerugian ϑdan δ

dengan maka konstanta perambatan menjadi konstanta

atenuasi dan konstanta phasa menjadi

dan impedansi gelombang menjadi

21
Berikut ini bisa dilakukan perhitungan-perhitungan pendekatan untuk

kasus-kasus yang khusus:

Impedansi Gelombang

1) Pada frekuensi tinggi ω C ' ≫ G ' dan ω L' ≫ R '

L'
Z° =
√ C'

2) Pada frekuensi rendah R' ≫ ω L' danG ' ≈ 0.

R'
Z° =
√ jωC '

Konstanta Peredaman

1) Saluran transmisi yang tak mengandung kerugian, atau R’ = 0 dan G’ =

0, memiliki α =0

2) Pada saluran transmisi yang mengandung kerugian kecil sering kali

berlaku kondisi ω L' ≫ R' dan ω C' ≫G '

22
Untuk kasus ini, konstanta peredaman bukan merupakan fungsi dari

frekuensi.

3) Ketidak-tergantungan konstanta peredaman juga bisa terjadi, jika

R' G'
konstanta peredaman menjadi ∝=R ' C ' =G ' L'
berlaku =
L' C' L'√ C' √
4) Pada frekuensi yang rendah, ω L' ≪ R' danG ' =0 berlaku

ωC ' R '
∝≈
√ 2

Konstanta Phasa

1) Kasus saluran transmisi tak mengandung kerugian β=ω √ L ' C '

ωC ' R '
2) Pada frekuensi yang rendah β=ω
√ 2

3) Pada frekuensi tinggi β=ω √ L ' C '

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jika sinyal elektrik ini berubah secara cepat dengan waktu (berfrekuensi
tinggi), waktu tempuh diatas menjadi signifikan. Waktu tempuh (delay) yang
terjadi harus diperhatikan, sinyal yang keluar dari saluran transmisi tidaklah sama
dengan apa yang yang dimasukkan pada bagian inputnya. Selain itu saluran
transmisi yang dipergunakan biasanya mengandungkerugian, sehingga sinyal
yang masuk akan mengalami peredaman (attenuation) daa perambatannya,
amplitude sinyal yangelalui saluran transmisi yang mengandung kerugian itu akan
mengecil (lossytransission line).

Secara umum arus dan tegangan ini merupakan fungsi waktu dan posisi,
yang merupakan syarat terbentuknya gelombang. Karena dimensi potongan
saluran transmisi ini cukup kecil dibandingkan dengan panjang gelombang (Δz <<
λ), maka hukum-hukum yang dikenal pada rangkaian listrik berfrekuensi rendah
bisa dipergunakan, yaitu hukum Ohm, hukum tegangan induksi, hukum muatan
induksi dan hukum kirrchoff.

B. Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, Mudrik. 2009. Saluran Transmisi Telekomunikasi. Graha Ilmu.

25

Anda mungkin juga menyukai