Anda di halaman 1dari 14

Tugas Individu

MAKALAH TRANSMISI DAYA ELEKTRIK


“Perhitungan R, L, C pada Saluran Transmisi”

Oleh

SITTI YUNIAR FAHMIANTI FIKI


A1K1 18 062
KETEKNIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Transmisi Daya Eletrik yang berjudul “Perhitungan R, L, C pada
Saluran Transmisi” dan berkat rahmat-Nya juga yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya, serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah S.A.W. Penulis menuliskan dengan mengambil dari beberapa sumber
buku maupun internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber media
informasi lainnya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna, menambah wawasan


serta pengetahuan kita mengenai judul makalah ini dan dapat lebih memahami
mengenai sub materi pokok pada makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

Kendari, 30 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II  PEMBAHASAN
A. Definisi Saluran Trasnmisi 3
B. Klasifikasi Saluran Transmisi 3
C. Macam-Macam Saluran Transmisi 4
D. Perhitungan R, L, C pada Saluran Transmisi 4
BAB III  PENUTUP              
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saluran transmisi adalah penghantar, baik berupa konduktor ataupun
isolator (dielektrika), yang digunakan untuk menghubungkan suatu
pembangkit sinyal, disebut juga sumber, dengan sebuah penerima/pemakai
atau disebut juga beban. Karena sinyal elektrik merambat hanya dengan
kecepatan cahaya, maka sinyal elektrik juga memerlukan suatu waktu tempuh
tertentu untuk merambat dari suatu tempat, misalnya beban.
Dalam sistem transmisi data, saluran transmisi adalah jalur fisik antara
pemancar dan penerima. Baik sinyal analog maupun digital dapat
dipancarkan melalui saluran transmisi yang sesuai. Seiring dengan
perkembangan teknologi khususnya bidang telekomunikasi yang begitu pesat,
semakin banyak pilihan yang ditawarkan. Tentu saja sesuai dengan
kebutuhan, saluran transmisi digunakan pada setiap bidang kelistrikan karena
merupakan bagian yang mendasar untuk menyampaikan data ke tujuan yang
diinginkan.
Tenaga listrik ini dapat disalurkan dengan beberapa tegangan nominal.
Berdasarkan dokumen IEC (International Electrotechnical Commission)
60038, tegangan transmisi dapat dikelompokkan menjadi : tegangan
menengah (1kV - 35kV), tegangan tinggi (35kV – 230 kV) dan tegangan
ekstra tinggi (230kV – 800kV) dan tegangan ultra tinggi (di atas 800kV).
Menurut jenis arus yang dialirkan, saluran transmisi dapat dibedakan menjadi
2 (dua) jenis, yaitu sistem arus bolak-balik (A.C./alternating current) dan
sistem arus searah (D.C./direct current). Di dalam sistem A.C penaikan dan
penurunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan
transformator. Pada sistem ini terdapat A.C satu fasa dan tiga fasa. Sistem
tiga fasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem satu fasa karena
daya yang disalurkan lebih besar, nilai sesaatnya konstan dan medan magnet
putarnya mudah diabaikan. Berhubungan dengan keuntungan-keuntugannya,

1
sistem A.C paling banyak digunakan. Namun, sejak beberapa tahun terakhir
ini penyaluran arus searah mulai dikembangkan karena, isolasinya lebih
sederhana, daya-guna yang tinggi serta tidak ada masalah stabilitas, sehingga
dimungkinkan penyaluran jarak jauh. Penyaluran tenaga listrik dengan sistem
D.C baru dianggap ekonomis bila jarak saluran udara lebih dari 640 km atau
saluran bawah tanah lebih panjang dari 50 Km.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan saluran transmisi?
2. Bagaimana klasifikasi saluran transmisi?
3. Jelaskan macam-macam saluran transmisi?
4. Bagaimana perhitungan R, L, C pada saluran transmisi?
C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan saluran transmisi
2. Untuk mengetahui klasifikasi saluran transmisi
3. Untuk mengetahui macam-macam saluran transmisi
4. Untuk mengetahui perhitungan R, L, C pada saluran transmisi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Saluran Transmisi


Saluran transmisi adalah media yang dapat digunakan untuk
mengirimkan informasi dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam jaringan,
semua media yang dapat menyalurkan gelombang listrik atau elektromagnetik
atau cahaya dapat dipakai sebagai media pengirim, baik untuk pengiriman
dan penerimaan data. Pilihan media transmisi (pengirim) untuk keperluan
komunikasi data tergantung pada beberapa faktor, seperti harga, performance
jaringan yang dikehendaki, ada atau tidaknya medium tersebut.

Saluran transimi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : saluran


udara (overhead line) dan saluran bawah tanah (underground). Sistem saluran
udara menyalurkan tenaga listrik melalui penghantar-penghantar yang
digantung pada tiang-tiang transmisi dengan perantaraan isolator-isolator,
sedangkan sistem saluran bawah tanah meyalurkan tenaga listrik melalui
kabel-kabel bawah tanah.

B. Klasifikasi Saluran Transmisi


Secara umum saluran transmisi dapat diklasifiksikan menjadi:
1. Power Transmission Line (Saluran Transmisi Daya) adalah saluran yang
digunakan untuk mencatu (mensupply) daya komersial dari sumber
pencatu ke pemakai catuan (konsumen). Dengan kata lain saluran jenis
ini adalah saluran yang difungsikan untuk menyalurkan catu daya atau
tegangan listrik.
2. Radio Transmission Line (Saluran Transmisi Radio) adalah saluran atau
kawat yang berfungsi menghubungkan pemancar radio (radio transmitter)
dengan antena atau juga sebaliknya pada sisi terima menghubungkan
antena dengan pesawat penerima radio (radio receiver). Saluran ini
dikenal juga dengan nama saluran feeder (feeder line).

3
3. Communication Transmission Line (Saluran Transmisi Komunikasi)
adalah saluran atau kabel yang dipergunakan dalam transmisi informasi
dalam bentuk sinyal telepon (pembicaraan), telegraf, musik, data, televisi
dan sebagainya dari suatu titik ke titik lain. Communication Transmission
line dapat dibedakan menjadi:
a. Subscriber line (saluran pelanggan) : menghubungkan antara
pelanggan dengan sentral telepon.
b. Junction line (saluran junction) : menghubungkan suatu sentral
telepon dengan sentral telepon lainnya yang berada dalam satu
wilayah.
c. Trunk line (saluran trunk) : menghubungkan suatu sentral telepon
dengan sentral telepon lainnya pada wilayah (kota) yang berbeda.

C. Macam-Macam Saluran Transmisi


Dalam bidang telekomunikasi, media penghubung atau saluran
transmisi, dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu :
1. Saluran fisik, yaitu saluran yang mempunyai bentuk serta ukuran fisik
(solid).
2. Saluran non fisik, yaitu saluran yang tidak berbentuk, dan hanya ada satu
di alam, yaitu udara. Sinyal akan merambat melalui udara dengan
frekuensi yang berbeda. Rambatan sinyal juga ditentukan dengan panjang
gelombang.Kecepatan rambat sinyal pada media udara sama dengan
kecepatan cahaya, yaitu,  c  =  2,99792458 x 108 m/detik

D. Perhitungan R, L, C pada Saluran Transmisi


Konstanta primer saluran dapat didefinisikan sebagai paramater
konstan yang timbul karena adanya sifat listrik pada saluran tersebut yaitu:
 Sifat tahanan (resistansi) seri per satuan panjang R/l (Ω/m)
 Sifat lilitan (induktansi) seri per satuan panjang L/l (H/m)
 Sifat kapasitansi paralel per satuan panjang C/l (F/m)

4
1. Sifat Resistansi Seri (R)
Resistansi efektif ( R ) dari suatu penghantar adalah
P
R= 2
(Ω)
|I| (2.1)
Dimana:
P = rugi daya pada penghantar ( Watt )
I = arus yang mengalir (Ampere)

Resistansi efektif sama dengan resistansi dari saluran jika terdapat


distribusi arus yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Distribusi
arus yang merata di seluruh penampang suatu penghantar hanya terdapat
pada arus searah, sedangkan tidak pada arus bolak-balik (ac).
Resistansi dc dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini
ρl
R0 = (Ω)
A (2.2)
Dimana:
ρ = resistivitas penghantar (? . m)
l = panjang penghantar (m)
A = luas penampang ( m2)
Dengan meningkatnya frekuensi arus bolak-balik, distribusi arus
makin tidak merata (nonuniform). Peningkatan frekuensi ini juga
mengakibatkan tidak meratanya kerapatan arus (current density), disebut
juga efek kulit (skin effect).
Untuk penghantar dengan jari-jari yang cukup besar ada
kemungkinan terjadi kerapatan arus yang berisolasi terhadap jarak radial
dari titik-tengah penampang penghantar. Fluks bolak-balik mengimbaskan
tegangan yang lebih tinggi pada serat-serat di bagian dalam daripada di
sekitar permukaan penghantar, karena fluks yang meliputi serat dekat
permukaan penghantar lebih sedikit daripada fluks yang meliputi serat di
bagian dalam penghantar. Berdasarkan hukum Lenz, tegangan yang
diimbaskan akan melawan perubahan arus yang menyebabkannya, dan

5
meningkatnya tegangan imbas pada serat-serat di bagian dalam
menyebabkan meningkatnya kerapatan arus pada serat-serat yang lebih
dekat ke permukaan penghantar dan karena itu resistansi efektifnya
meningkat. Sehingga dapat dikatakan pada arus bolak-balik arus
cenderung mengalir melalui permukaan penghantar.
Perhitungan resistansi total suatu saluran transmisi ditentukan oleh
jenis penghantar pabrikan, biasanya pabrikan akan memberikan tabel
karakteristik listrik dari penghantar yang dibuatnya, termasuk diantaranya
nilai resistansi ac penghantar dalam satuan Ω/km (Standar Internasional)
atau Ω/mi (American Standart). Nilai resistansi juga dipengaruhi oleh
suhu, ditunjukkan oleh persamaan berikut
R2 =R1 [ 1+α ( T 2 −T 1 ) ] (2.3)
dimana R1 dan R2 adalah resistansi pada suhu T1 dan T2 , dan α adalah
koefisien suhu dari resistansi, yang nilainya tergantung dari bahan
konduktor.

2. Sifat Induktansi Seri (L)


Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan
yang diimbaskan oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus
[2]. Persamaan awal yang dapat menjelaskan induktansi adalah
menghubungkan tegangan imbas dengan kecepatan perubahan fluks yang
meliputi suatu rangkaian.
Tegangan imbas adalah

e=
dt (2.4)
Dimana:
e = tegangan imbas (volt )
τ = banyaknya fluks gandeng rangkaian (weber-turns )

Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian masing-masing weber


dari fluks dan jumlah lilitan dari rangkaian yang digandengkannya.

6
Jika arus pada rangkaian berubah-ubah, medan magnet yang
ditimbulkannya akan turut berubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media di
mana medan magnet ditimbulkan mempunyai permeabilitas yang
konstan, banyaknya fluks gandeng berbanding lurus dengan arus, dan
karena itu tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan
arus,
di
e=L
dt (2.5)
Dimana:
e = konstanta kesebandingan
L= induktansi ( H )
di
= kecepatan perubahan arus ( A/s)
dt
Dari Persamaan 2.3 dan 2.4 maka didapat persamaan umum
induktansi saluran dalam satuan Henry, yaitu:
τ
L=
i (2.6)
dengan i adalah arus yang mengalir pada saluran transmisi dalam
satuan ampere (A).
Induktansi timbal-balik antara dua rangkaian didefenisikan sebagai
fluks gandeng pada rangkaian pertama yang disebabkan oleh arus pada
rangkaian kedua per ampere arus yang mengalir di rangkaian kedua.
Jika arus I2 menghasilkan fluks gandeng dengan rangkaian 1
sebanyak ψ 12 , maka induktansi timbal-baliknya adalah
ψ 12
M 12 = (H )
I2 (2.7)
Dimana:

ψ 12 = fluks gandeng yang dihasilka n I 2 terhadap rangkaian 1 ( Wbt )


I 2 = arus yang mengalir pada rangkaian kedua .

Pada saluran tiga fasa induktansi rata-rata satu penghantar pada


suatu saluran ditentukan dengan persamaan

7
D eq
La =2×10−7 ln ( H /m ) untuk penghantar tunggal
Ds
D eq
La =2×10−7 ln ( H /m ) untuk penghantar berkas
D bs

3. Sifat Kapasitansi Paralel (C)


Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial
antara penghantar, baik antara penghantar-penghantar maupun antara
penghantar-tanah. Kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut
bermuatan seperti yang terjadi pada pelat kapasitor bila terjadi beda
potensial di antaranya. Untuk menentukan nilai kapasitansi antara
penghantar-penghantar ditentukan dengan persamaan
πk
C ab= ( F /m)
ln( )
D
r (2.8)
Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai
sadapan tengah yang ditanahkan, beda potensial antara kedua
penghantar tersebut dan kapasitansi ke tanah (kapasitansi ke netral),
adalah muatan pada penghantar per satuan beda potensial antara
penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral untuk saluran dan
kawat adalah dua kali kapasitansi antara penghantar-penghantar
2 πk
C an= ( F / m)
ln( )
D
r (2.9)

Dimana:

C ab= kapasitansi anatara pengantara−b ( F/m)


C ab= kapasitansi anatara pengantar−tanah (F/m )
k = permeabilitan bahan dielektrik
D = jarak antara penghantar (m)
r = jari-jari antara penghantar (m)

Persamaan (2.9) juga dapat digunakan untuk menentukakan

8
kapasitansi saluran tiga-fasa dengan jarak pemisah yang sama. Jika
penghantar pada saluran tiga-fasa tidak terpisah dengan jarak yang sama,
kapasitansi masing-masing fasa ke netral tidak sama. Namun untuk
susunan penghantar yang biasa, ketidaksimetrisan saluran yang tidak
ditrasnposisikan adalah sangat kecil, sehingga perhitungan kapasitansi
dapat dilakukakan seakan-akan semua saluran itu ditransposisikan. Untuk
saluran tiga fasa yang ditransposisikan, nilai kapasitansi fasa ke netral
ditentukan dengan persamaan
πk
C n= ( F / m ) untuk penghantar tunggal
ln ( )
Deq
r

2 πk
C n= ( F / m ) untuk penghantar berkas

( )
Deq
ln b
rs c

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Saluran transmisi adalah media yang dapat digunakan untuk
mengirimkan informasi dari suatu tempat ke tempat lain. Saluran transimi
dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : saluran udara (overhead line)
dan saluran bawah tanah (underground). Secara umum saluran transmisi
dapat diklasifiksikan menjadi: Power Transmission Line, Radio Transmission
Line dan Communication Transmision Line.
Konstanta primer saluran dapat didefinisikan sebagai paramater
konstan yang timbul karena adanya sifat listrik pada saluran tersebut yaitu:
Sifat tahanan (resistansi) seri per satuan panjang R/l (Ω/m), Sifat lilitan
(induktansi) seri per satuan panjang L/l (H/m) dan Sifat kapasitansi paralel
per satuan panjang C/l (F/m).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang dapat disampaikan yaitu
hendaknya kita mempelajari dengan seksama kelebihan dan kekurangan pada
Saluran Transmisi sehingga akan mempermudah kita dalam proses
pembelajaran mengenai Saluran Transmisi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alfonsus, A.S. 2016. Parameter-parameter Saluran Transmisi. Sumatera Utara:


Departemen Teknik Elektro.

11

Anda mungkin juga menyukai