Disusun Oleh :
Yoshiko Ricky Ananda (07111840000084)
Firlan Arya Wahyudi (07111840000142
Dosen Pengajar :
Dr.Eng.Ardyono Priyadi,S.T.,M.Eng.
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur tak henti kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
atas perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah yang
berjudul Overhead Power Transmission hingga selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pada mata kuliah Transmisi dan Peralatan Tegangan Tinggi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang transmisi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Eng.Ardyono
Priyadi,S.T.,M.Eng., selaku dosen mata kuliah Transmisi dan Peralatan Tegangan
Tinggi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang sedang saya tekuni.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kami sendiri maupun orang
lain. Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Dasar Sistem Transmisi Udara 6
2.2 Transformator 9
2.2.1 Three-Winding Transformers 9
2.2.2 Autotransformator 11
2.2.3 Transformasi Delta-Wye dan Wye-Delta 14
2.3 Konstanta Saluran Transmisi 15
2.3.1 Resistansi 15
2.3.2 Induktansi dan Reaktansi Induktif 16
2.3.3 Kapasitansi dan Reaktansi Kapasitif 18
2.4 Rangkaian Ekuivalen Untuk Saluran Transmisi 22
2.4.1 Saluran Transmisi Pendek 22
2.4.2 Saluran Transmisi Menengah 25
2.4.3 Saluran Transmisi Panjang 27
2.5 Konduktor Dibundel 31
2.6 Efek dari Pentanahan pada Kapasitansi Saluran Tiga Fase 33
2.7 Efek Lingkungan dari Saluran Transmisi Udara 34
BAB III KESIMPULAN 35
DAFTAR PUSTAKA 36
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari pasti semua orang sangat membutuhkan listrik
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Listrik merupakan suatu kebutuhan
yang sangat penting karena manusia sangat bergantung pada listrik dalam
kegiatan sehari-hari. Sejak adanya listrik perkembangan teknologi sangat pesat
dalam berbagai bidang tetapi listrik itu sendiri dihasilkan dari pembangkit dari
berbagai energi alam. Sebelum adanya listrik hampir semua benda dan alat bantu
manusia dalam kehidupan sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun
alam.
Listrik sendiri disediakan oleh PLN yang merupakan penyedia listrik dengan
menghasilkan listrik dengan cara mengubah energi mekanik menjadi energi listrik
menggunakan generator dari pembangkit. Dalam penyaluran listrik ke rumah-
rumah dibutuhkan proses penyaluran dari pembangkit. Penyaluran listrik awalnya
berasal dari pembangkit kemudian disalurkan ke saluran transmisi, lalu menuju ke
gardu induk (GI), lalu diteruskan menuju saluran distribusi, dan kemudian listrik
dapat disalurkan menuju rumah-rumah.
Saluran transmisi sendiri merupakan bagian yang penting dalam penyaluran
listrik. Saluran transmisi merupakan media untuk menyalurkan tenaga listrik dari
pembangkit listrik hingga ke saluran distribusi listrik sehingga dapat disalurkan
sampai ke konsumen. Berdasarkan kapasitas yang disalurkan, saluran transmisi
terbagi menjadi 3 jenis yaitu Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
dengan rentan tegangan 200KV - 500KV, Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dengan rentan tegangan 30KV - 150KV, dan Saluran Kabel Tegangan
Tinggi (SKTT) dengan rentan tegangan 30KV-150KV. Setelah dari saluran
transmisi, energi listrik diturunkan tegangannya di gardu induk agar listrik dapat
disalurkan ke konsumen. Di gardu induk tegangan diturunkan oleh transformator
daya dari 150KV menjadi 20KV atau dari 500KV menjadi 150KV atau 70KV.
Transformator sendiri menjadi elemen penting dalam pendistribusian energi listrik
agar energi listrik dapat digunakan oleh konsumen.
4
Komponen saluran transmisi terdiri dari 3 bagian yaitu konduktor, isolator,
dan infrastruktur. Saluran transmisi terdapat 3 jenis berdasarkan jenis
penyalurannya yaitu Transmisi Saluran Udara (Overhead Power Transmission),
Transmisi Saluran Bawah Tanah (Underground Power Transmission), dan
Transmisi Saluran Kabel Bawah Laut (Sub Marine Cable). Antara ketiga jenis
penyaluran tersebut, saat ini yang paling banyak digunakan adalah Transmisi
Saluran Udara (Overhead Power Transmission). Transmisi Saluran Udara
(Overhead Power Transmission) saat ini banyak digunakan karena harga
pembuatannya yang murah dan perawatannya yang mudah jika dibandingkan
dengan Transmisi Saluran Bawah Tanah (Underground Power Transmission).
Transmisi Saluran Udara (Overhead Power Transmission) biasanya menggunakan
HVAC dalam penyalurannya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami dapatkan dalam pembuatan makalah
overhead power transmission yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara perhitungan konduktor pada saluran transmisi
udara.
2. Untuk mengetahui perbedaan macam-macam jenis transformator.
3. Untuk mengetahui perbedaan perhitungan pada saluran transmisi udara
pendek, menengah, dan panjang.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dasar Sistem Transmisi Udara
Saluran transmisi dibagi menjadi 2 yaitu overhead power transmission dan
underground power transmission. Overhead Power Transmission System adalah
struktur yang digunakan dalam transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk
mengirimkan energi listrik melintasi jarak yang jauh. Ini terdiri dari satu atau
lebih kabel listrik tidak berinsulasi (biasanya kelipatan tiga untuk daya tiga fase)
yang digantung oleh menara atau tiang. Dikarenakan sebagian besar insulasi
disediakan oleh udara sekitarnya maka transmisi saluran udara umumnya
merupakan metode transmisi daya yang paling murah untuk energi listrik dalam
jumlah besar.
Jenis saluran transmisi tenaga listrik terdapat dua macam, yaitu saluran
transmisi kabel bawah tanah (Underground Transmission Line) dan saluran
transmisi udara (Overhead Transmission Line). Perbedaan antara saluran
transmisi bawah tanah dan saluran transmisi udara yaitu pada saluran transmisi
bawah tanah memperlukan investasi yang lebih mahal karena membutuhkan
penggalian tanah untuk penyambungan kabel sehingga penyambungan kabel lebih
sulit, lalu sulit mencari lokasi gangguan karena saluran ditanam di dalam tanah,
untuk keuntungannya saluran memiliki kapasitas elektro statis lebih besar, tidak
terpengaruh oleh cuaca, dan menambah estetika pada tata letak ruang kota atau
daerah karena saluran ditanam di bawah tanah. Sedangkan untuk saluran transmisi
udara lebih murah karena tidak memerlukan penggalian tanah sehingga
penyambungan kabel lebih mudah, dan mudah mencari gangguan karena saluran
terlihat, untuk kekurangannya yaitu memerlukan tempat yang luas untuk
penempatan tower saluran transmisi, dan lebih mudah terkena gangguan karena
tidak terlindungi di ruang terbuka.
6
Saluran udara berdasarkan klasifikasi tegangannya dibagi menjadi 4 yaitu
saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) dimana tegangan yang mengalir
pada saluran yaitu antara 200 KV-500 KV, saluran udara tegangan tinggi (SUTT)
dimana tegangan yang mengalir pada saluran yaitu antara 30 KV-150 KV, saluran
udara tegangan menengah (SUTM) dimana tegangan yang mengalir pada saluran
yaitu antara 6 KV-20 KV, dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) dimana
tegangan yang mengalir pada saluran yaitu antara 40 Volt-1000 Volt. SUTET
memiliki tower / menara yang besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas,
memerlukan isolator yang banyak sehingga pembangunannya membutuhkan
biaya yang besar. Pada SUTT terdapat system transmisi yang dihubungkan secara
ring system atau interconnection system untuk mengatasi drop tegangan yang
terlalu besar akibat jarak transmisi lebih dari 100 km. Transmisi SUTM digunakan
pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan dari
Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke
Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen). Transmisi SUTR adalah bagian
hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang
langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen dan di
Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt serta
transmisi SUTR ini pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).
Bagian-bagian saluran transmisi udara terdiri dari konduktor penghantar
atau kawat yang berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Kawat penghantar terbuat dari bahan tembaga atau alumunium
yang memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu pada bahan tembaga memiliki
konduktivitas (100%) lebih baik daripada alumunium (61%), namun
kelemahannya pada tembaga yaitu untuk besar tahanan yang sama memiliki berat
yang lebih berat dari alumunium, dan harga dari tembaga lebih mahal dari
alumunium. Jenis konduktor saluran transmisi yang menggunakan bahan tembaga
yaitu Barecopper (BC) yang memiliki konduktivitas yang tinggi dan kekuatan
mekanik yang cukup baik. Sedangkan jenis konduktor saluran transmisi yang
berbahan alumunium yaitu Alumunium Conductor Steel Reinforced (ACSR) yang
cocok untuk daerah yang udaranya mengandug kadara belerang tinggi karena
7
konduktor steelnya dilapisi dengan alumunium, lalu ada konduktor jenis Thermal
Alumunium Conductor Steel Reinforced (TACSR) yang cocok digunakan ketika
kapasitas penyaluran/beban sistem tinggi.
8
dukungan yang andal untuk konduktor, ketahanan terhadap badai, beban es,
gempa bumi dan potensi kerusakan lainnya penyebab. Saat ini saluran udara
secara rutin dioperasikan pada tegangan melebihi 765.000 volt antar konduktor.
Menurut fungsinya, tower terdapat bebarapa jenis yaitu Dead End Tower, Section
Tower, Suspension Tower, Tension Tower, Transposition Tower, Gantry Tower,
dan Combined Tower. Dead End Tower yaitu berlokasi didekat gardu induk yang
berfungsi untuk menanggung gaya tarik, Section Tower yaitu penyekat antara
sejumlah tower penyangga lainnya karena mudah saat pembangunan (penarikan
kawat), Suspension Tower yaitu tower penegang yang berfungsi untuk
menanggung sepenuhnya daya berat dan umumnya tidak memiliki sudut belokan,
Tension Tower yaitu yang menanggung gaya tarik lebih besar dari pada gaya berat
dan umumnya mempunyai sudut belokan, Transposition Tower yaitu digunakan
sebagat tempat melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki
impedansi pada transmisi, Gantry Tower yaitu berbentuk portal dan digunakan
pada persilangan antara dua saluran transmisi, dan Combined Tower yang
digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang berbeda tegangan operasinya.
Sedangkan menurut konstruksinya, tower dibagi menjadi tiga macam yaitu
Lattice Tower, Tubular Steel Pole, dan Wooden Pole.
Jika terdapat saluran transmisi overhead seimbang tiga fasa pendek yang
menghubungkan bus i dan bus j serta diasumsikan bahwa tegangan bus V i dan V j
diberikan dalam nilai fasa (yaitu, nilai saluran ke netral) dan impedansi saluran
adalah Z=R+ jX tiap fasa. Dengan saluran transmisi pendek, arus setiap saluran
dapat diasumsikan kira-kira sama pada setiap titik dalam saluran. Dengan begitu
daya kompleks tiap fase * yang ditransmisikan dari bus i ke bus j dapat
dinyatakan sebagai berikut :
V ¿i −V ¿j
¿
Sij =Pij + j Qij =V i I =V i( Z¿ )
Sedangkan untuk daya aktif dan daya reaktif tiap fasa dapat dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut:
1 2
2 ( | i|
Pij = 2
R V −R|V i||V j|cos cos γ + X |V i||V j|sin sin γ )
R +X
9
1 2
2 ( | i|
Q ij = 2
X V − X|V i||V j|cos cos γ −R|V i||V j|sin sin γ )
R +X
2.2 Transformator
2.2.1 Three-Winding Transformers
Pada transformator tiga belitan memiliki tiga belitan dimana terdiri dari dua
buah belitan LV dan satu buah belitan HV. Transformator ini menggunakan tipe
inti (core type), untuk mengurangi fluks bocor pada transformator. Keuntungan
lain adalah mempunyai volume inti yang lebih kecil, sehingga diperoleh rugi besi
yang lebih kecil dan konstruksi dari inti lebih sederhana.
Gambar 2.1 Three-winding transformer satu fasa : (a) diagram winding and (b)
rangkaian ekivalen
Pada gambar 2.1 (a), merupakan sebuah three-winding transformers satu fasa
dimana biasanya digunakan di sebagian besar gardu induk (transmisi) untuk
mengurangi tegangan transmisi ke level tegangan subtransmisi. Jika impedansi
eksitasi diabaikan, rangkaian ekivalen dari three-winding transformer dapat
diwakili oleh wye impedansi seperti pada gambar 2.1 (b), di mana belitan primer,
sekunder, dan tersier dilambangkan dengan P, S, dan T. Jika dilihat titik 0 adalah
fiktif dan tidak terkait dengan netral sistem. Belitan tersier dari sebuah tiga fasa
dan bank three-winding transformers biasanya dihubungkan dalam bentuk delta
dan dapat digunakan untuk menyediakan jalur untuk arus urutan-nol, distribusi
daya dalam pabrik, dan aplikasi koreksi faktor daya kapasitor atau reaktor. Jika
dilihat dari gambar 2.1 (b) dapat ditentukan impedansi salah satu cabang dengan
mempertimbangkan impedansi hubung-singkat antara pasangan belitan dengan
ketiga terbuka. Berikut merupakan persamaan untuk mencari impedansi salah satu
cabang :
10
Z PS=Z P + Z S
ZTS =Z T + Z S
Z PT =Z P + Z T
1
Z P= (Z PS+ Z PT −Z TS )
2
1
Z S= (Z PS+ Z TS −Z PT )
2
1
ZT = ( Z TS + Z PT −Z PS)
2
dimana,
ZPS adalah kebocoran impedansi yang diukur secara primer dengan hubung
singkat sekunder dan tersier terbuka
ZPT adalah kebocoran impedansi yang diukur secara primer dengan hubung
singkat tersier dan sekunder terbuka
ZTS adalah kebocoran impedansi yang diukur secara sekunder dengan hubung
singkat tersier dan primer terbuka
ZP adalah impedansi belitan primer
ZS adalah impedansi belitan sekunder
ZT adalah impedansi belitan tersier.
Pada kebanyakan transformator besar nilai ZS sangat kecil hingga bisa
bernilai negatif. Semua impedansi, seperti yang didefinisikan sebelumnya, harus
diekspresikan pada basis kilovolt-ampere yang sama. Untuk bank transformator
tiga fasa three-winding dengan belitan terhubung delta atau wye sesuai dengan
diagram urutan positif dan negatif selalu sama.
2.2.2 Autotransformator
Autotransformator adalah trafo yang hanya terdiri dari satu lilitan yang
berlanjut secara listrik, biasanya lilitan primer trafo ini juga lilitan sekunder. Trafo
ini tidak dapat memberikan isolasi listrik antara lilitan primer dan sekunder.
Gulungan primer dan sekunder dari Autotransformator dihubungkan bersama
secara elektrik dan magnetis mengurangi biaya dibandingkan transformator
konvensional.
11
Berbeda dengan transformator tegangan sebelumnya yang memiliki dua
gulungan yang diisolasi secara elektrik yang disebut: primer dan sekunder,
Autotransformator hanya memiliki satu belitan tegangan tunggal yang umum
untuk kedua sisi. Belitan tunggal ini "disadap/tapped" pada berbagai titik
sepanjang panjangnya untuk memberikan persentase supply tegangan primer
melintasi beban sekundernya. Kemudian autotransformator memiliki inti magnetis
yang biasa tetapi hanya memiliki satu belitan, yang umum untuk rangkaian primer
dan sekunder. Oleh karena itu dalam autotransformator gulungan primer dan
sekunder dihubungkan bersama secara elektrik dan magnet. Keuntungan utama
dari desain transformator jenis ini adalah dapat dibuat jauh lebih murah untuk
tingkat VA yang sama, tetapi kelemahan terbesar dari autotransformator adalah
tidak memiliki isolasi belitan primer/sekunder dari transformator gulungan ganda
konvensional.
Bagian belitan yang ditunjuk sebagai bagian primer belitan dihubungkan ke
sumber daya AC dengan bagian sekunder dari belitan primer. Autotransformator
juga dapat digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan supply dengan
membalik koneksi. Jika primer adalah total belitan dan terhubung ke supply, dan
rangkaian sekunder terhubung hanya pada sebagian dari belitan, maka tegangan
sekunder adalah "step-down".
12
disebut belitan seri dan, dikombinasikan dengan belitan umum, membentuk
belitan umum seri antara terminal HV.
Autotransformer semakin banyak digunakan untuk menghubungkan dua
saluran transmisi HV yang beroperasi pada tegangan yang berbeda. Sebuah
autotransformer memiliki dua set rasio yang terpisah, yaitu rasio rangkaian dan
rasio belitan. Untuk rasio rangkaian, pertimbangkan rangkaian ekivalen dari
autotransformer ideal (mengabaikan kerugian) dapat dilihat dari gambar 2.2. Jika
dilihat dari terminalnya, rasio tegangan dan arus dapatkan persamaannya yaitu :
V 1 N 1 I 2 N c+ N s
a= = = =
V 2 N2 I1 Nc
Untuk rasio belitan, pertimbangkan tegangan dan arus dari seri dan belitan
umum. Oleh karena itu, rasio tegangan dan arus dapat dinyatakan sebagai :
V s N s Ic
= = =a−1
V c Nc I s
Swindings=V s I s =V c I c
13
Bank autotransformer tiga fase umumnya memiliki belitan utama yang terhubung
dengan wye, yang netralnya biasanya terhubung dengan kuat ke bumi. Selain itu,
merupakan praktik umum untuk menyertakan belitan ketiga yang terhubung
dalam delta, yang disebut belitan tersier. Sebuah autotransformer tidak pernah
digunakan sebagai trafo distribusi karena kurangnya isolasi dapat menyebabkan
tegangan tinggi yang berbahaya di lokasi pelanggan jika netral terbuka.
Autotransformer umumnya digunakan untuk mengubah satu voltase transmisi
ke voltase lain jika rasionya 2:1 atau kurang. Mereka digunakan di gardu
transmisi untuk mengubah dari satu HV ke HV lain atau dari tegangan transmisi
ke tegangan gardu induk. Mereka biasanya terhubung dalam wye dengan netral
yang kokoh, memiliki tersier terhubung-delta untuk penekanan harmonik. Tersier
juga digunakan untuk menyediakan suplai tegangan distribusi di stasiun.
Transformator otomatis lebih baik daripada transformator dua belitan dengan
peringkat MVA yang sama dalam hal biaya yang lebih rendah, ukuran yang lebih
kecil dan bobot yang lebih ringan, regulasi yang lebih baik, dan persyaratan
pendinginan. Kerugian utama mereka adalah impedansinya rendah. Karena itu,
jika terjadi kesalahan, arus gangguan lebih tinggi daripada kesalahan pada
transformator dua belitan yang setara.
2.2.3 Transformasi Delta-Wye dan Wye-Delta
14
delta ke wye atau wye ke delta. Jika impedansi Z ab, Zbc, dan Zca terhubung dalam
bentuk delta, dan Za, Zb, dan Zc terhubung dalam bentuk wye, berikut merupakan
rumus pengubahannya :
Delta ke wye :
Z ab Z ca
Z a=
Z ab +Z bc +Z ca
Z ab Z ba
Z b=
Z ab +Z bc +Z ca
Z bc Z ca
Z c=
Z ab+ Z bc + Z ca
15
2.3.1 Resistansi
Resistansi adalah kemampuan suatu bahan benda untuk menghambat atau
mencegah aliran arus listrik. Arus listrik sendiri adalah banyaknya muatan listrik
yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik dalam tiap satuan waktu karena
adanya pergerakan elektron-elektron pada konduktor. Oleh karena itu, resistansi
diartikan sebagai penghambat aliran elektron dalam konduktor. Nilai resistansi
atau nilai hambatan dalam suatu rangkaian listrik diukur dengan satuan Ohm atau
dilambangkan dengan simbol Ω
Untuk menentukan nilai resistansi dc sebuah konduktor bisa didapat melalui
rumus berikut :
ρl
Rdc = Ω
A
dengan,
ρ adalah nilai resistivitas konduktor
l adalah Panjang konduktor
A adalah luas penampang konduktor
Nilai resistansi sebuah konduktor pada keadaan suhu tertentu dapat
dintentukan dengan persamaan berikut :
R 2 T 0 +t 2
=
R 1 T 0 +t 1
dimana,
R1 adalah nilai resistansi konduktor pada suhu t 1
R2 adalah nilai resistansi konduktor pada suhu t 2
t 1 , t 2 adalah suhu konduktor pada derajat celcius
T 0 adalah konstanta bervariasi tergantung dengan bahan konduktor
16
(inductive reactance). Jadi yang dimaksud dengan reaktansi induktif atau
inductive reactance adalah hambatan atau tahanan Induktor terhadap arus listrik
AC (sinyal AC). Nilai Reaktansi Induktif dinyatakan dengan Ohm (Ω).
Sedangkan induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen
yang menyebabkan timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan
arus yang melewati rangkaian (self-inductance) atau akibat perubahan arus yang
melewati rangkaian tetangga yang dihubungkan secara magnetis (induktansi
bersama atau mutual inductance). Pada kedua keadaan tersebut, perubahan arus
berarti ada perubahan medan magnetik, yang kemudian menghasilkan ggl.
Untuk induktansi dan reaktansi induktif, overhead lines dibagi 2 macam
fasa yaitu single-phase overhead lines dan three-phase overhead lines.
⮚ Single-Phase Overhead Lines
Penurunan tegangan pada saluran fasa tunggal akibat impedansi loop
pada 60 Hz adalah
Dm
(
VD=2 l R+ j0,2794
Ds
I)
dimana,
VD adalah drop tegangan impedansi saluran dalam volt
l adalah Panjang saluran dalam mil
R adalah resistansi setiap konduktor dalam ohm per mil
Dm adalah ekivalen atau jarak rata-rata geometris (GMD) antara pusat
konduktor dalam inci
Ds adalah radius rata-rata geometris (GMR) atau self-GMD dari satu
konduktor dalam inci
I adalah arus fasa dalam ampere
17
Gambar 2.4 Medan magnet dari jalur satu fasa
Induktansi konduktor dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dm D
L=2 x 10−7 ln ln H /m or L=0,7411 m mH /mi
Ds Ds
Dm
X L =2 πfL=2,02 x 10−3 f ln ln Ω /mi
Ds
−3 Dm
X L =4,657 x 10 f log log Ω/mi
Ds
D eq ≜ D m=( D ab x Dbc x D ca )1 /3
18
Gambar 2.5 Siklus transposisi jalur tiga fasa
Operasi transposisi, yaitu bertukar posisi konduktor, biasanya dilakukan
di stasiun switching. Oleh karena itu, induktansi rata-rata per fase adalah
Deq D
La=2 x 10−7 ln ln H /m or La=0,7411 eq mH /mi
Ds Ds
D eq
X L =0,1213 ln ln Ω/ mi
Ds
D eq
X L =0,2794 Ω /mi
Ds
19
Pada pengisian dan pembuangan muatan kapasitor yang diberikan
tegangan AC (tegangan bolak-balik), arus listrik yang mengalir melewati
kapasitor tersebut dibatasi oleh resistansi pada kapasitor itu sendiri. Resistansi
Kapasitor ini dikenal dengan istilah Reaktansi Kapasitif atau dalam bahasa
Inggris disebut dengan Capacitive Reactance yang biasanya dilambangkan
dengan simbol Xc dengan satuan Ohm (Ω). Dengan kata lain, Reaktansi
Kapasitif atau Capacitive Reactance ini dapat diartikan sebagai Hambatan
yang timbul pada Kapasitor yang dilewati oleh arus bolak-balik (arus AC).
Berbeda dengan nilai Resistansi yang memiliki nilai tetap (10Ω, 100 Ω, 1kΩ,
10kΩ, 100kΩ dan lain-lain), Reaktansi Kapasitif ini memiliki nilai yang
bervariasi tergantung pada frekuensi tegangan AC yang diberikannya. Jadi
pada dasarnya, setiap perubahan frekuensi yang diaplikasikan ke kapasitor
akan memberikan efek yang besar terhadap nilai Reaktansis Kapasitif pada
kapasitor tersebut. Semakin tinggi Frekuensi (f) yang diaplikasikan pada
Kapasitor semakin rendah nilai Reaktansi Kapasitifnya. Sebaliknya, semakin
rendah frekuensi tegangan AC yang melalui Kapasitor tersebut, semakin
tinggi nilai Reaktansi Kapasitif.
Untuk kapasitansi dan reaktansi kapasitif, overhead lines dibagi 2 macam
fasa yaitu single-phase overhead lines dan three-phase overhead lines.
⮚ Single-Phase Overhead Lines
Untuk nilai kapasitansi antara konduktor dapat ditemukan melalui
persamaan berikut :
qa 2 πε
C ab= = F /m
V ab D
2
( )
ln ln
ra x rb
20
Gambar 2.6 Kapasitansi dari saluran satu fasa
Pada gambar 2.6, kapasitansi dari titik a ke titik b dengan r a =r b dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut :
0,0241
C ab= µF /km
D
( )
r
0,0388
C N =C aN =C bN = µF /mi
D
( )
r
21
1
X c=
2 π f CN
Untuk mencari arus charging pada line atau saluran bisa didapatkan dari
persamaan berikut ini :
I c = jω Cab V ab A /mi
0,0388
CN= µF /mi
D
r
0,0388
CN= µF /mi
D eq
r
22
dimana,
D eq =D m= ( D ab x D bc x D ca )1/ 3
Untuk mencari arus charging tiap fasa bisa didapatkan dari persamaan
berikut ini :
I c = jω C N V an A /mi
Z=R+ j X L
dimana Z adalah total impedansi per fasa dalam ohm, R adalah resistansi dalam
ohm, dan XL adalah jumlah induktif reaktansi pada satu konduktor dalam ohm.
23
Arus dari sumber menyulang kepada bagian penerima, sehingga pada
saluran transmisi pendek diatas dapat digambarkan dalam persamaan
V S =V R + I R Z
1
2 2 2
V S =[ ( V R + IR cos cos θ R + IX sin sinθ R ) + ( IX cos cos θ R ± IR sin sin θ R ) ]
dan sudut beban
δ =θ S−θ R
[ V S I S ] =[ A B C D ] [ V R I R ]
Dan AD-BC=1, dimana
[ V S I S ] =[ 1 Z 0 1 ] [ V R I R ]
2.4.1.1 Steady-State Power Limit
Impedansi saluran transmisi pendek diasumsikan sebagai Z=Z ∠θ. Oleh
karena itu, daya nyata dan daya reaktif yang dikirimkan pada saat kondisi Steady
State ke ujung penerima saluran transmisi dapat dinyatakan sebagai
VS xV R V 2R
P R= cos cos(θ−δ )− cos cos θ
Z Z
24
VS xV R V 2R
Q R= sin sin (θ−δ)− sin sinθ
Z Z
Jika VS dan VR adalah tegangan saluran ke netral, maka nilai P R dan QR
memberikan nilai daya nyata dan reaktif per fasa dan jika nilai tersebut dikalikan
dengan 3 atau nilai saluran ke saluran V R dan VR digunakan, maka memberikan
daya nyata dan reaktif tiga fasa yang dikirim ke beban seimbang di ujung
penerima saluran. Nilai daya nyata maksimum dan daya reaktif maksimum dapat
diperoleh ketika δ =θ dan dapat dinyatakan sebagai
V 2R V S
P R ,max = (
2
Z VR
Z −R )
−V 2R
Q R ,max = sin (θ)
Z
Dengan cara yang sama, daya nyata dan daya reaktif untuk ujung pengirim saluran
transmisi dapat dinyatakan sebagai
V 2S V Sx VR
PS = cos cos(θ)− cos cos (θ+δ)
Z Z
V 2S V S xV R
QS = sin sin (θ)− sin sin(θ+ δ)
Z Z
Nilai daya nyata maksimum dan daya reaktif maksimum dapat diperoleh ketika
nilai δ +θ=180 ° dan dapat dinyatakan sebagai
V 2S x R V S x V R
PS ,max = +
Z2 Z
V 2S
Q S ,max = sin sin(θ)
Z
2.4.2 Saluran Transmisi Menengah
Seiring bertambahnya panjang saluran dan tegangan, maka penggunaan pada
rumus saluran transmisi pendek memberikan hasil yang tidak akurat. Dengan
demikian, pengaruh arus yang bocor melalui kapasitansi harus diperhitungkan
untuk perkiraan yang lebih baik. Jadi, admitansi shunt disatukan pada beberapa
titik sepanjang garis dan direpresentasikan dengan membentuk jaringan T atau π.
Berikut contoh saluran transmisi menggunakan bentuk jaringan T
25
1 1
( ) (
V S = 1+ ZY V R + Z + Y Z 2 I R
2 4 )
1
I =Y x V + ( 1+ ZY ) I
S R R
2
1 1 1
[ ]
[ V S I S ] = 1+ 2 YZ Z + 4 Y Z 2 Y 1+ 2 YZ [ V R I R ]
1
( )
V S = 1+ YZ V R + Z x I R
2
1 1
( ) (
I S= Y + Y 2 Z V R + 1+ YZ I R
4 2 )
1 1 1
[ ]
[ V S I S ] = 1+ 2 YZ Z Y + 4 Y 2 Z 1+ 2 YZ [ V R I R ]
26
Dapat dibuktikan dengan menggunakan transformasi delta-wye, rangkaian
nominal-T dan nominal-π tidak ekivalen satu sama lain. Hasil yang lebih akurat
dapat diperoleh dengan membagi garis menjadi beberapa segmen, masing-masing
diberikan oleh rangkaian nominal-T atau nominal-π dan mengalirkan segmen
yang dihasilkan. Lalu pada rugi daya pada saluran dapat diberikan
Prugi =I 2 R
Daya reaktif yang diserap dan disuplai oleh saluran dapat dihitung sebagai berikut
Q L=Q diserap=I 2 X L
QC =Q disuplai=V 2 b
QL bervariasi kira-kira sebagai kuadrat dari arus yang melalui saluran, sedangkan
QC bervariasi kira-kira sebagai kuadrat dari tegangan saluran rata-rata. Hasilnya
adalah bahwa peningkatan tegangan transmisi menurunkan daya reaktif yang
diserap oleh saluran untuk beban berat dan meningkatkan daya reaktif yang
disuplai oleh saluran untuk beban ringan.
dimana VS adalah besarnya tegangan fase akhir pengirim (line to netral), VR,FL
adalah besarnya fase akhir penerima (tegangan line to netral) pada beban penuh
dengna konstanta VS, dan A adalah besarnya konstanta saluSran A.
27
Gambar diatas menunjukkan saluran panjang yang seragam dengan bagian
tambahan dx pada jarak x dari ujung penerima, impedansinya adalah zdx, dan
admitansi shuntnya adalah ydx, dimana z dan y adalah masing-masing impedansi
dan admitansi per unit Panjang.
γ =α + jβ
dimana α adalah konstanta atenuasi konstan (mengukur penurunan tegangan dan
arus per unit panjang) dalam nepers per unit Panjang, dan β adalah fase konstan
dalam radian per satuan panjang (perubahan sudut fasa antara dua tegangan atau
arus, pada dua titik per satuan panjang terpisah pada saluran tak hingga).
sinh sinh γl=sinh sinh( αl+ jβl)=sinh sinh αl cos cos βl + jcosh cosh αl sin sin βl
28
cosh cosh γl=cosh cosh (αl + jβl)=cosh cosh αl cos cos βl+ jsinh sinh αl sinsin βl
satuan pada βl adalah radian, dan radian adalah satuan yang ditemukan untuk βl
dengan menghitung komponen kuadrat dari γl. Selanjutnya, γl dan ZC dalam hal Y
dan Z yaitu admitansi shunt saluran total per fasa dan impedansi deret saluran
total per fasa.
V S =( cosh √ ❑ )
I S= ( sinh sinh
❑
√❑
)
2.4.3.1 Rangkaian Ekuivalen Untuk Saluran Transmisi Panjang
Dalam saluran transmisi Panjang terdapat dua model rangkaian ekuivalen yaitu
rangkaian ekuivalen model π dan model T. Berikut merupakan rangkaian
ekuivalen model π
¿ ZC sinh sinh γl
¿Z ( sinh sinh
❑
√❑
)
29
γl
2 tanh tanh( )
2
Y π=
ZC
√❑
Y π Y 2 tanh tanh ❑
=
( )
2 2 ❑
sinh sinh γl
Y T=
ZC
sinh sinh √ ❑
Y T =Y
❑
30
2.5 Konduktor Dibundel
Konduktor yang dibundel digunakan pada tegangan lebih dari 345kV yang
dimana per fase menggunakan satu, dua, atau lebih konduktor dengan penampang
total yang sama dan digantung pada setiap string isolator. Oleh karena itu, dengan
memiliki dua atau lebih konduktor per fasa yang berdekatan dibandingkan dengan
jarak antar fasa, gradien tegangan pada permukaan konduktor berkurang secara
signifikan. Bundel yang digunakan pada kisaran EHV biasanya memiliki dua,
tiga, atau empat subkonduktor. Bundel yang digunakan pada kisaran UHV juga
dapat memiliki 8, 12, dan bahkan 16 konduktor. Konduktor bundel juga disebut
konduktor dupleks, tripleks, dan seterusnya, mengacu pada jumlah subkonduktor,
dan kadang-kadang disebut sebagai konduktor berkelompok atau banyak.
31
1
b 2
D =(D s x d)
s
1
Dbs =(Ds x d 2) 3
1
b 3 4
D =1.09(Ds x d )
s
Deq H
La=2 x 10−7 ln ln b
Ds m
D eq Ω
X L =0.1213 ln ln
D bs m
Deq ≜ D m=¿
1
b 2
D =(r x d )
sC
1
DbsC =(r x d 2 ) 3
1
b 3 4
D =1.09(r x d )
s
32
2.6 Efek dari Pentanahan pada Kapasitansi Saluran Tiga Fase
Pada konduktor tiga fase diasumsikan tiap tiap konduktor dengan a, b, dan c
yang memiliki muatan qa, qb, dan qc, dan dicerminkan dengan memiliki muatan
-qa, -qb, dan -qc. Kapasitansi line to netral dapat dinyatakan dengan
2 π x 8.8538 x 10−12
CN=
D l l l F/m
( )
ln ln eq −ln ln( 12 23 31 )
r h 11 h22 h33
Jika pengaruh ground tidak diperhitungkan, maka kapasitansi line to netral adalah
33
2 π x 8.8538 x 10−12
CN=
D F/m
( )
ln ln eq
r
34
kondisi cuaca dan geometri saluran transmisi, kondisi cuaca meliputi suihu
kelembaban, tekanan barometrik, tingkat curah hujan dan kecepatan angin.
35
DAFTAR PUSTAKA
Gonen, T., 2014. Electrical Power Transmission System Engineering. 3rd ed.
Sacramento: Taylor and Francis Group.
Mulyono, H., 2019. Reposisi dan Penggantian Menara Transmisi 150 kV. Tesla,
21(2), pp. 2-6.
36