Anda di halaman 1dari 30

Minggu 7,8

HUBUNGAN ARUS DAN TEGANGAN


PADA SALURAN TRANSMISI

Toni Kusuma Wijaya, ST.,M.SI


 Masalah yang sangat penting dalam rancangan dan operasi suatu
sistem tenaga adalah pemeliharaan tegangan dalam batas-batas yang
telah ditentukan pada berbagai titik dalam sistem.

 Dalam bab ini dikembangkan rumus-rumus untuk menghitung


tegangan, arus dan daya pada setiap titik disepanjang saluran
transmisi, asal saja diketahui nilai-nilai tersebut pada suatu titik yang
biasanya adalah salah satu ujung saluran.

 Representasi Saluran

 Saluran Pendek (Gambar.1)


• Saluran kawat terbuka 60 Hz yang panjangnya kurang dari 80 km
(50 mil).
• Tidak memperhitungkan kapasitansi paralel (shunt), hanya
memperhitungkan resistensi R seri dengan induktansi L 2
 Gambar 1. Generator mencatu suatu beban Y- seimbang melalui
saluran transmisi, dimana resistansi R dan induktansi L adalah nilai-
nilai untuk seluruh panjang saluran, kapasitansi saluran diabaikan.

 Saluran panjang-menengah (medium-length)


• Panjang salurannya kira-kira 80 Km (50 mil) s/d 240 Km (150 mil)
• Penambahan setengah kapasitansi ke netral dari saluran, terpusat
3
pada masing-masing ujung rangkaian paralel.
Gambar 2. ekivalen fasa-tunggal rangkaian gambar 1 dengan
penambahan kapasitansi ke netral untuk seluruh panjang saluran yang
terbagi antara kedua ujung saluran.

 Saluran panjang
• kira-kira diatas 240 Km (150 mil) sampai 320 Km (200 mil)
• memerlukan perhitungan yang menggunakan konstanta tersebar
(distributed) jika diminta ketelitian yang tinggi, meskipun untuk
keperluan tertentu representasi dengan parameter terpusat dapat
4
digunakan.
 Biasanya saluran transmisi dioperasikan dengan beban tiga fasa
seimbang, meskipun saluran tidak dipisahkan dengan jarak yang
sama dan tidak ditransposisikan (karena ketidak-simetrisan
dianggap kecil/ fasanya dianggap seimbang)

 Untuk membedakan antara impedansi seri keseluruhan saluran


dengan impedansi seri per-satuan panjang, maka akan dipakai tata
nama sebagai berikut

z = impedansi seri persatuan panjang perfasa


y = admitansi paralel persatuan panjang perfasa ke netral
l = panjang saluran
Z = zl = impedansi seri total perfasa
Y = yl = admitansi paralel total perfasa ke netral

5
 Saluran Transmisi Pendek
Rangkaian ekivalen saluran transmisi pendek, dimana I S dan I R
merupakan arus pada ujung pengirim dan uijung penerima.
Sedangkan VS dan VR adalah tegangan saluran terhadap netral
pada ujung pengirim dan ujung penerima.

Gambar 3. Rangkaian ekivalen suatu saluran transmisi pendek


dimana resistansi R dan induktansi L adalah nilai-nilai untuk
keseluruhan panjang saluran. 6
 Jika tidak ada terdapat cabang paralel (shunt), arus pada ujung
pengirim dan penerima akan sama besarnya

IS  IR …. (1)

 Sedangkan tegangan pada ujung pengirim adalah :

VS  VR  I R Z …. (2)

dimana :
Z  zl ( impedansi seri keseluruhan saluran.)
VR = tegangan pada ujung penerima
I R = arus pada ujung penerima
7
 Regulasi Tegangan (voltage regulation) saluran pendek
adalah kenaikan tegangan pada ujung penerima, dinyatakan dalam
persentase tegangan beban penuh jika beban penuh dengan faktor
daya tertentu dilepaskan, sedangkan tegangan pada ujung pengirim
dibuat tetap

VR. NL  VR. FL
Persen Regulasi   100 %
VR. FL …. (3)

keterangan :
VR = tegangan saluran terhadap netral pada ujung penerma
VR . NL
= tegangan pada ujung penerima tanpa beban
VR . FL
= tegangan pada ujung penerima beban penuh
dan VS = tetap (tegangan saluran terhadap netral pada ujung
8
pengirim)
 Gambar 4. Diagram fasor saluran pendek, semua diagram dilukis
dengan besar VR dan I R yang sama.

 Dari gambar 4 di atas :


• untuk beban lagging (gambar 4a) dimana tegangan mendahului arus
maka diperlukan VS (tegangan ke netral pada ujung pengirim) yang
lebih besar
9
• Untuk sefasa (gambar 4b) sama dengan beban lagging, diperlukan VS
yang lebih besar walaupun tidak sebesar VS pada beban lagging.

• Untuk beban mendahului / leading (gambar 4c), diperlukan VS yang


lebih kecil untuk mempertahankan tegangan penerima tertentu.

• Nilai reaktansi induktif pada saluran transmisi diatas adalah lebih


besar dari nilai resistansinya. Gambar 4 diatas adalah benar untuk
setiap beban yang dicatu oleh suatu rangkaian yang sebagian besar
bersifat induktif.

Jadi : Regulasi yang terbesar adalah untuk faktor daya yang tertinggal
dan yang paling kecil bahkan negatif untuk faktor daya yang
mendahului (leading)

10
CONTOH SOAL

1. Suatu saluran tiga – fasa, rangkaian - tunggal 18 km 60 Hz terdiri dari


penghantar-penghantar Partridge dengan jarak pemisah yang sama
sebesar 1,6 m antara pusatnya. Saluran ini mengirimkan 2500 kW
dengan tegangan 11 kV pada beban yang seimbang.
Berapakah seharusnya tegangan pada ujung pengirim jika faktor
daya beban (a) 80 % tertinggal, (b) satu, dan (c) 90 % mendahului ?
Misalkan suhu kawat 50°C. dan XL = 2(Xa + Xd) dari tabel A1 dan
A2. 1m = 3,28084 kaki. 1 km = 0,6213 mil dan 1 kaki = 12 inci.
(Untuk jarak pemisah 1,6 m , dik : Xd = 0,2012 Ω/mil.)

11
 Saluran Transmisi Jarak Menengah
 Admitansi shunt yang biasanya merupakan Kapasitansi murni,
didalam perhitungan untuk jarak menengah dimasukan

 Jika keseluruhan admitansi shunt saluran dibagi dua (sama besar)


dan ditempatkan masing-masing pada ujung pengirim dan ujung
penerima, rangkaian yang terbentuk dinamakan π nominal

Gambar 5. Rangkaian π nominal pada saluran transmisi


jarak menengah 12
 Untuk :
Arus dalam kapasitansi pada ujung penerima : VR Y / 2
Arus pada cabang seri adalah : I R  VR Y / 2
Maka :

 Y 
VS  VR  I R  Z  VR … …. (4)
 2 
Selanjutnya :

 ZY 
VS    1 VR  Z I R … …. (5)
 2 

 Untuk menurunkan I S
Arus dalam kapasitansi shunt pada ujung pengirim : VS Y / 2 yang
dengan ditambahkan pada arus dalam cabang seri memberikan :
13
Y Y
IS  VS  VR  IR … …. (6)
2 2

 Selanjutnya dengan memasukan VS pada persamaan (5) ke


persamaan (6) maka didapat :

 ZY   ZY 
I S  VR Y 1      1 I R … ….. (7)
 4   2 
 Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk umum :

VS  A VR  B I R

I S  C VR  D I R 14
 dimana :
ZY
A  D   1
2
B  Z
 ZY 
C  Y 1  
 4 
 Konstanta ABCD dinamakan Konstanta Rangkaian Umum
transmisi tersebut.

 pada umumnya konstanta tersebut berupa bilangan kompleks

 A dan D adalah : tanpa dimensi dan keduanya akan sama bila


salurannya dilihat dari kedua ujungnya juga sama

 B dan C berturut-turut adalah Ohm dan Mho

15
 Konstanta tersebut di atas berlaku untuk jaringan empat-terminal
linier, pasif dan bilateral, yang mempunyai dua pasang terminal

 A= VS / VR dalam keadaan tanpa beban ( I R, = 0 ) demikian juga B


adalah perbandingan VS / I R , bila ujung penerima di hubung
singkat (short circuit)

 Konstanta A berguna dalam perhitungan regulasi jika VR , FL


adalah tegangan ujung penerima pada beban penuh untuk suatu
tegangan ujung pengirim VS maka :

VS / A  VR . FL
Persen Regulasi  x 100 %
VR . FL

 Konstanta ABCD digunakan karena dapat menyederhanakan


16
pekerjaan perhitungan bermacam jala-jala.
 Contoh :

17
18
CONTOH SOAL

1. Suatu saluran transmisi tiga fasa seimbang , VL-L salurannya 138 kV


melayani beban 49 MW pada faktor daya 0,85 terbelakang.
Konstanta saluran panjang 52 mil adalah Z = 95  78° ohm dan
Y = 0,0001  90° mho . Pergunakan untai nominal- π untuk
menghitung :
a. Konstanta A, B, C dan D dari saluran ?
b. Tegangan pada ujung pengiriman ?
c. Faktor daya pada ujung pengiriman ?
d. Efisiensi saluran transmisi ?

19
 Saluran Transmisi Panjang

 Untuk perhitungan saluran teransmisi panjang (lebih dari 150 mil /


240 km) dibutuhkan penyelesaian dengan ketelitian yang tinggi

 Faktanya harus memperhitungkan rangkaian parameter yang


sebenarnya tidak terpusat menjadi satu, melainkan tersebar merata
diseluruh panjang saluran.

 Gambar.6. memperlihatkan satu fasa


 dengan hubungan saluran tiga
fasa ke netral, dimana impedansi dan admitansi tersebar merata
dan uniform (Uniform distributed).

 Jika impedansi seri saluran itu adalah impedansi seri keseluruhan


(loop series impedance) dari saluran fasa tunggal , sedangkan
admitansi shunt adalah admitansi shunt antar –saluran untuk saluran
fasa tunggal itu dan bukannya admitansi shunt ke netral pada
saluran tiga fasa.
20
 Gambar 6. Diagram skema suatu saluran transmisi yang menunjukan
satu fasa dan jalur kembali netral . Ditunjukan pula tata nama untuk
saluran dan unsur panjangnya.
 dimana :
x = jarak yang diukur dari ujung penerima saluran ke unsur kecil
saluran tersebut
 x = panjang unsur kecil
Z  x = impedansi seri sepanjang unsur saluran. 21
y x = admitansi shunt
V = tegangan terhadap netral pada ujung unsur pada sisi beban,
juga merupakan rumus kompleks tegangan rms yang besar-
dan fasanya berubah dengan jarak sepanjang saluran.
V  V = tegangan pada ujung unsur pada sisi generator
V = kenaikan tegangan disepanjang unsur saluran dengan arah
yang meningkat
I = arus yang mengalir keluar dari unsur menuju beban
I  I = arus yang mengalir menuju unsur dari arah generator

 Kenaikan tegangan pada arah x yang meningkat adalah juga


merupakan hasil kali arus dalam unsur yang mengalir berlawanan
dengan arah x yang meningkat adalahI zx , jadi :

V  I zx … …. (1)
22
atau
V
 Iz …. …. (2)
x

Dan untuk x  0 , limit perbandingan diatas menjadi,

dV
 Iz
dx . … … (3)

 demikian juga arus yang mengalir keluar dari unsur menuju beban
adalah I
 Besar dan fasa arus I ini berubah dengan jarak sepanjang saluran
karena admitansi shunt yang tersebar di sepanjang saluran itu
 Arus yang mengalir menuju unsur dari arah generator adalah lebih
besar dari pada arus yang meninggalkan unsur ke arah beban.dan
besarnya selisih arus tersebut adalah I
23
 Selisih arus ini adalah Vy x yang mengalir didalam admitansi shunt
unsur, jadi :

I  Vy x …. …. (4)

 Dengan mengikuti langkah-langkah pada persamaan (1) dan


persamaan (2) didapatkan :

dI . … …. (5)
 Vy
dx

 Dengan mendeferensiasikan persamaan (3) dan (4) terhadap x


maka diperoleh :

d 2V dI
2
 z
dx dx ….. …. (6) 24
 Kemudian :

d 2I dV
 y …. …. (7)
dx 2 dx

 Jika nilai dI / dx dan dV / dx dimasukan ke persamaan (6) dan


ke persamaan (7) didapatkan :

d 2V
 yzV
dx 2 … …. (8)

 dan

d 2I
 yzI …. ….(9)
dx 2 25
 Misalnya, penyelesaian untuk V bila dideferensiasikan dua kali
terhadap x harus menghasilkan yzV , ini berarti bahwa
penyelesaiannya tentu berbentuk eksponensial .

 Maka penyelesaian persamaan (8) adalah :

V  A1 eksp ( yz x )  A2 eksp (- yz x ) …. … (10)

 Dengan dua kali mendeferensiasikan persamaan (10) terhadap x


dihasilkan :


d 2V
dx 2

 yz A1 eksp ( yz x )  A2 eksp (- yz x )  … …. (11)

26
 jika nila V yang diberikan persamaan (10) dimasukan ke persamaan
(3) maka didapatkan :

1 1
I A1 eksp ( yz x )  A2 eksp (- yzx )
z/ y z/ y …. (12)

 Konstanta A1 dan A2 dapat dihitung dengan menggunakan


x
keadaan pada ujung penerima saluran, yaitu jika = 0 ,V  VR dan
I  I R , dengan memsubtitusikan nilai-nilai ini ke dalam
persamaa(10) dan persamaan (12) diperoleh :

1
VR  A1  A2 IR  ( A1  A2 )
dan z/ y

27
 Penggantian Zc  z / y dan penyelesaian A1 memberikan :

VR  I R Z C VR  I R Z C
A1  dan A2 
2 2

 Kemudian, dengan memasukan nilai-nilai yang telah diperoleh untuk A1


dan A2 ke dalam persamaan (10) dan (12) dan memisalkan   yz
didapatkan :

VR  I R Z C x VR  I R Z C x
V     … (13)
2 2

VR / ZC  I R x VR / Z c  I R x
I     …. (14)
28
2 2
 Dimana Z c  z / y dan disebut Impedansi karakteristik, dan   yz
Yang disebut konstanta rambatan ( propagation constant)

 Persamaan (13) dan (14) memberikan nilai-nilai rms dari V dan I


dengan sudut-sudut fasanya pada setiap titik disepanjang saluran
sebagai fungsi jarak xdari ujung penerima ke titik tersebut, asal saja
VR , I R dan parameter saluran diketahui.

29
TERIMA KASIH

30

Anda mungkin juga menyukai