PENGERTIAN UMUM
1
1.2. PRINSIP KERJA
Potensi mekanik (air, uap, gas, panas bumi, nuklir, dan lain-lain) menggerakkan
turbin yang porosnya (as-nya) dikopel dengan generator. Dari generator inilah
energi listrik dihasilkan.
Khusus untuk PLTD prinsip kerjanya agak berbeda, karena mesin diesel
merupakan unit lengkap yang langsung menggerakkan generator (merupakan
suatu unit yang rigid/ kompak.
Penggerak mula (prime mover) yang berupa turbin diesel, turbin air, turbin uap,
turbin gas, dan lain-lain, menggerakkan generator sinkron, sehingga dihasilkan
energi listrik arus bolak-balik tiga fasa.
2
1.3. KOMPONEN UTAMA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Penggerak mula (prime mover), berupa :
Mesin Diesel.
Turbin (air, uap, gas).
Beserta komponen dan perlengkapannya.
Komponen listrik, antara lain :
Generator dan perelengkapannya.
Transformator dan perlengkapannya.
Peralatan proteksi.
Saluran kabel, busbar, dan lain-lain.
Dan lain sebagainya.
Komponen sipil, antara lain :
Bendungan, pipa pesat (penstock), prasarana dan sarana sipil penunjang
(untuk PLTA).
Prasarana dan sarana sipil (pondasi peralatan, jalan, cable duct, dan lain-
lain).
Gedung kontrol (control building) dan perlengkapannya.
Komponen mekanisasi, misalnya : serandang peralatan, komponen pelengkap
turbin, dan lain-lain.
3
1.4. PERMASALAHAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Masalah teknis :
Penyediaan energi primer (air, BBM, batubara, gas, panas bumi, dan lain-
lain).
Penjernihan air pendingin (untuk pembangkit termal).
Masalah limbah, misalnya :
• PLTU menghasilkan limbah yang mengandung gas SO2, CO2 dan Nox.
• PLTD dan PLTG menghasilkan limbah berupa minyak pelumas.
Masalah kebisingan (terutama PLTD dan pembangkit termal).
Masalah pengoperasian, yang pada umumnya harus beroperasi nonstop
selama 24 jam sepanjang tahun.
Pemeliharaan.
Gangguan dan kerusakan.
Pengembangan pembangkitan.
Perkembangan teknologi pembangkitan.
Masalah Non Teknis :
Masalah regulasi.
Kesulitan mendapatkan lahan.
Masalah sosial, misal : keengganan dan protes dari masyarakat.
Masalah finansial (keterbatasan kemampuan likuiditas pemerintah,
pembayaran ganti rugi yang mahal, dan lain-lain).
In-kondusifitas berbagai hal (investasi, kambtibmas, sosial, hukum, dan lain-
lain).
4
1.5. JENIS PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
5
1.6. DUA JENIS OPERASI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Untuk melayani beban dasar, pada umunya jenis pembangkit :
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit Listrik Tenaga gas (PLTG)
Pembangkit Listrik Tenaga Gas – Uap (PLTGU)
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan pembangkit Listrik Tenaga Diesel,
tergantung situasi dan kondisi.
Untuk melayani beban dalam keadaan darurat, misalnya karena gangguan listrik
dan untuk mengatasi beban puncak, pada umumnya jenis pembangkit :
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
6
1.7. BATASAN BAHASAN
Pada Bab VIII & Bab IX buku/ makalah ini, disajikan pembahasan secara khusus
tentang PLTD, mengingat :
PLTD masih banyak digunakan di sebagian besar daerah di Indonesia,
terutama di Pulau-Pulau kecil dan terisolir.
Sumber energi primer PLTD relatif lebih mudah didapat, jika dibanding
sumber energi primer yang lainnya.
Pada daerah-daerah tertentu, tidak efisien jika dibangun PLTU, PLTG,
PLTGU.
Bahkan pada daerah tertentu tidak mungkin dibangun PLTA atau PLTP,
karena memang tidak ada sumber energi primer yang digunakan.
7
Lanjutan 1.7.
Adalah pembangkit tenaga listrik dengan penggerak utama (prime mover) mesin
diesel, untuk memutar generator.
Sistem pendinginan :
PLTD kapasitas 5 MW, menggunakan sistem pendinginan radiator/ air.
PLTD kapasitas 5 MW, menggunakan sistem pendinginan Heat Exchanger.
Sirkulasi air untuk heat exchanger, diambil dari kolar air dengan cooling
tower, sungai, danau atau laut. Hal ini sangat tergantung dimana lokasi PLTD
tersebut berada.
9
2.2. SKEMA DIAGRAM
10
2.3. TYPE MESIN DIESEL PADA PLTD
Type mesin :
Type 2 langkah.
Type 4 langkah
Mesin type 2 langkah digunakan pada mesin dengan ukuran yang sangat besar
dan mempunyai putaran rendah, misal : mesin penggerakKapal Laut ukuran
besar dan PLTD kapasitas besar.
Mesin type 4 langkah digunakan pada mesin dengan ukuran yang kecil dan
mempynyai putaran tinggi, misal : mesin penggerak untuk PLTD ukuran kecil.
11
2.4. BAGAN PROSES KERJA MESIN DIESEL 2 LANGKAH
12
2.5. DIAGRAM TEKANAN ISI TEORITIS MESIN DIESEL
2 LANGKAH
13
2.6. BAGAN PROSES KERJA MESIN DIESEL 4 LANGKAH
14
2.7. DIAGRAM TEKANAN ISI TEORITIS MESIN DIESEL
4 LANGKAH
15
2.8. MINYAK PELUMAS
Minyak pelumas mempunyai fungsi yang sangat penting pada PLTD dan sangat
berpengaruh terhadap umur hidup (life time) pembangkit.
16
2.9. GARDU INDUK (SWITCH YARD)
Dengan adanya perbedaan antara tegangan yang dihasilkan oleh PLTD dengan
tegangan pada sistem penyaluran (jaring distribusi) maka diperlukan Trafo
Penaik Tegangan (Step-Up Transformer) untuk menaikkan tegangan dari 6 KV
ke 20 KV.
17
3.1. TYPE PLTA BERDASARKAN CARA MENDAPATKAN AIR
18
3.2. TYPE BENDUNGAN
19
3.3. POTONGAN TYPE BENDUNGAN
Bendungan Urugan Tanah (Earth Fill Dam) Bendungan Urugan Batu (Rock Fill Dam)
• Urugan tanah • Lapisan buntu teratur
• Saluran drainage • Urugan batu (rock fill)
• Filter halus
• Filter kasar
• Inti kedap air
• Grouting
20
Lanjutan 3.3.
21
3.4. GAMBAR PLTA
22
3.5. BAGIAN-BAGIAN PENTING PLTA
Kolam Tando
Bendungan Dam
Saluran Air
Terowongan Tekan
Surge Tank
Gedung Control
Tail Race
Gardu Induk
23
3.6. KOMPONEN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL PLTA
Mekanikal : Elektrikal :
Turbine Generator
Governor Transformer
24
3.7. TYPE TURBIN AIR
Turbin Air ada 5 type :
Impulse Turbine Pelton Turbine
Turbine Reaksi
• Francis Turbine
• Propeler Turbine
Turbine Kaplan
Cara kerjanya sama dengan Propeler Turbine hanya propeler dapat diubah-
ubah sesuai daya yang diperlukan.
Turbine Deriaz
Cara kerjanya sama dengan Turbine Kaplan, sudutnya berbentuk diagonal
dapat digunakan sebagai Turbine dan Pompa.
Turbine Turbular
Dipakai pada tinggi terjun yang sangat rendah. Turbine inimerupakan
perkembangan dari Turbine Propeler.
25
Lanjutan 3.7.
26
3.8. GENERATOR
Pemasangan generator :
Untuk daya kecil dipasang horizontal.
Untuk daya besar dipasang vertikal, karena diperlukan pondasi yang lebih
kecil, dengan sistem pondasi yang lebih rendah.
27
3.9. SUSUNAN BEARING UNTUK TURBIN GENERATOR
28
3.10. RUMUS DAN PERHITUNGAN
Dimana :
9,8 = Gaya Gravitasi (m/sec2)
29
Lanjutan 3.10.
Hubungan antara jumlah Pole Generator dan Rotasi Mesin Turbine adalah :
Dimana :
R.f N = Putaran Mesin (RPM)
N=
P F = Frequency
P = Jumlah Pole
30
Lanjutan 3.10.
Kecepatan Turbine dapat digunakan rumus :
NS.Hd 5/4
N=
Pt
Dimana :
NS = Spesific Speed (m-kw)
Hd = Design Head (m)
Pt = Turbine Output (kw)
20.000
NS ≤
Hd + 20
+ 30 Francis Turbine
NS ≤
Hd + 20
+ 50 Propeler Turbine
NS ≤
Hd + 20
+ 12 - 23 Pelton
31
Lanjutan 3.10.
15.000 – 80.000 11
> 150.000 18 - 21
32
Lanjutan 3.10.
33
Lanjutan 3.10.
34
Lanjutan 3.10.
35
3.11. KATUB PINTU AIR
Ada 4 macam Katub Air yang disesuaikan dengan tinggi terjun air dan
dimensi Katub Masuk :
Susunan Utama Pada Katub Masuk
36
Lanjutan 3.11.
37
4.1. UMUM
38
4.2. SIKLUS BRITON
(ABSOLUTE TEMP)
Siklus Bryton
Udara Luar masuk ke kompresor
Udara saat keluar kompresor
Udara panas masuk turbine
Udara/ gas buang.
39
4.3. GAMBAR DIAGRAM PLTG
40
5.1. PRINSIP DASAR PLTGU
Karena temperatur gas buang dari PLTG cukup tinggi, panas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap yang selanjutnya
akan menghasilkan uap.
Selain itu uap panas tersebut juga dapat untuk menggerakkan turbine
uap untuk memutar generator. Proses ini disebut PLTGU (Pusat Listrik
Tenaga Gas Uap).
Pada PLTGU > 100 MW temperatur gas buang bisa mencapai 1.250 0C.
41
5.2. KEUNTUNGAN PLTGU TERHADAP PLTU
42
5.3. KONFIGURASI PLTGU
Konfigurasi PLTGU :
2 Gas buang
2 HRSG
1 Turbine Uap
3 Gas Turbine
3 HRSG
1 Turbine Uap
43
Lanjutan 5.3.
44
5.4. KOMPONEN UTAMA PLTGU
Kompresor :
Udara yang dimampatkan dalam proses pengubahan energi keluar Gas
Turbine, ratio ~ 9.
Ruang Bakar :
Udara yang bertekanan dari kompresor disemprot bahn bakar. Hasil
pembakaran bertekanan tinggi digunakan untuk memutar turbin.
Turbine :
Energi panas dalam ruang bakar diubah oleh turbine menjadi enerji
mekanik.
Bahan Bakar :
Bahan bakar yang terbaik adalah Gas
Bahan bakar cair adalah HSD dengan kandungan Na, K, Vanadium kecil
untuk mencegah korosi pada sudu
45
Lanjutan 5.4.
Start Up :
Untuk memutar turbin perlu mesin dari luar berupa mesin diesel atau
motor listrik dengan daya ~ 300 ~ 500 HP.
HRSG :
Heat Recovery Steam Generator
Gas buangdari turbin ~ 1.250 0C dipakai untuk memanaskan ketel. Uap
panas dapat digunakan untuk industri atau untuk memutar turine uap
yang dihubungkan dengan generator.
Bahan bakar :
- Natural Gas
- Diesel Oil
- Crude Oil dengan fuel treatment pencucian dan
- Heavy Oil penambahan additive
46
5.5. DIAGRAM KONSEP KERJA PLTGU
47
5.6. PROSES PENGUBAHAN ENERGI PADA PLTGU
48
Lanjutan 5.6.
49
Lanjutan 5.6.
Keterangan :
PLTU - Pusat Listrik Tenaga Uap
PLTG - Pusat Listrik Tenaga Gas
HRSG - Head Recovery Steam Generator/ Ketel
PLTGU - Pusat Listrik Tenaga Gas Uap
AB - Air Ketel
BB - Bahan Bakar
Ud - Udara Energi Termal (Uap)
MU - Energi Mekanis Tenaga Uap
EU - Energi Listrik Tenaga Uap/Dari Proses Gas
AC - Air Kondenser
MG - Energi Mekanis Tenaga Gas
EG - Energi Listrik Tenaga Gas / Dari Proses Gas
GBB - Gas Buang Ketel
GBT - Gas Buang Turbin Gas
GBH - Gas BUang HRSG
U - Uap
G - Gas
50
5.7. DIAGRAM SISTEM TEKANAN TUNGGAL
51
5.8. PRINSIP DIAGRAM PLTGU
52
Lanjutan 5.9.
53
6.1. PENGERTIAN UMUM
PLTU adalah Pusat Listrik dengan penggerak utama turbin dengan uap
yang diproduksi oleh ketel melalui proses pembakaran.
54
Lanjutan 6.1.
55
6.2. TYPE KETEL UAP
Makin tinggi tekanan uap, akan menghasilkan daya yang makin besar.
56
6.3. BLOCK DIAGRAM OF ENERGY CONVERSION
57
6.4. SIMPLIFIED DIAGRAM OF COAL FIRED POWER PLAN
58
6.5. COAL HANDLING SYSTEM
59
6.6. TURBIN KONDENSASI DENGAN 2 DAN 4
ALIRAN TEKANAN RENDAH
60
6.7. KRITERIA SISTEM TEGANGAN
61
7.1. KONFIGURASI PROTEKSI GENERATOR
62
7.2. PROTEKSI PADA TRAFO PUSAT LISTRIK > 5 MW
63
Lanjutan 7.2.
64
7.3. SISTEM KELISTRIKAN PADA GENERATOR
Pada umumnya pada pembangkit tenaga listrik menggunakan generator
sinkron tiga fasa.
Tegangan keluaran (output voltage) yang dihasilkan generator, sampai saat ini
maksimum 23 KV.
Karena akan disalurkan pada jarak yang jauh, maka tegangannya dinaikkan
(70 KV, 150 KV, dan seterusnya) dengan menggunakan transformator penaik
tegangan (step up transformer).
Selanjutnya disalurkan melalui pemutus tenaga (PMT) ke rel atau busbar (lihat
gambar 7.1.).
Gambar 7.2. : Pembangkit Tenaga Listrik Rel Tunggal dengan PMS seksi.
66
Lanjutan 7.4
Rel Ganda Dengan Satu PMT :
Pada umumnya dilengkapi PMT dan PMS
Fungsi PMT dan PMS tersebut adalah, untuk menghubungkan rel 1 dan
rel 2 (lihat gambar 7.3.).
Model rel ini memiliki keandalan dan fleksibilitas operasi yang lebih baik
jika dibanding dengan rel tunggal.
Gambar 7.4. : Pembangkit Tenaga Listrik Rel Ganda Dengan menggunakan Dua PMT.
68
Lanjutan 7.4
Rel Dengan PMT 1 ½ :
Pada dasarnya rel dengan PMT 1 ½ adalah rel ganda dengan 3 PMT di
antara dua rel tersebut.
Dibandingkan dengan rel-rel yang lain, jenis ini memiliki keandalan
paling tinggi.
Gambar 7.5. : Pembangkit Tenaga Listrik Rel Ganda Yang Menggunakan PMT 1 ½.
69
7.5. SALURAN KABEL ANTARA GENERATOR DAN REL
Dihubungkan dengan menggunakan kabel yang terletak pada saluran khusus
dalam tanah. Apabila ditempatkan di atas tanah, maka harus diletakkan pada
rak penyangga kabel yang melindungi kabel secara mekanis.
Pada bagian ini umumnya terdapat trafo arus (CT) dan trafo tegangan (PT),
yang berfungsi sebagai alat pengukur dan proteksi.
Sesudah melalui trafo arus dan trafo tegangan, kabel dihubungkan ke sakelar
tenaga (PMT) dan sakelar pemisah (PMS), sebelum dihubungkan ke rel.
71
7.7. INSTALASI PEMAKAIAN SENDIRI
Energi listrik untuk pemakaian sendiri, digunakan untuk :
Lampu penerangan.
Air conditioning (penyejuk udara).
Menjalankan alat-alat bantu unit pembangkit , antara lain : pompa air
pendingin, pompa minyak pelumas, pompa transfer bahan bakar
minyak, mesin pengangkat, dan lain-lain.
Alat-alat dan mesin perbengkelan yang merupakan unsur pendukung
pemeliharaan dan perbaikan pusat listrik.
Dua jenis baterai aki yang digunakan pada pembangkit tenaga listrik :
Baterai asam dengan kutub timah hitam.
Baterai basa yang menggunakan nikel cadmium sebagai kutub.
Sistem Eksitasi.
Sistem Pengukuran, dengan besaran yang diukur antara lain : Tegangan Arus,
Daya Aktif, Daya Reaktif, Energi Listrik, Sudut Fasa Q dan Frequensi.
76
Lanjutan 7.10.
Motor-Motor Listrik.
Proteksi Motor Listrik, terdiri dari :
Relai Arus Lebih dan Sekring Lebur.
Relai Stall.
Relai Tegangan Rendah/Hilang.
Relai Arus Urutan Negatif.
Saluran Keluar.
Pengaturan Tegangan.
Pengaturan Frequensi.
Perlindungan Terhadap Petir.
Proteksi Rel (Busbar).
Instalasi Penerangan/Vital.
77
8.1. U M U M
Dengan asumsi dana telah tersedia, maka jika tanah yang cukup
memenuhi syarat sudah tersedia, begitu pula jalan access menuju
tempat tersebut telah ada, berarti separuh dari persoalan sudah
terpecahkan.
82
8.3. KEGIATAN PELAKSANAAN
Penyelesaian gambar sipil & elektromekanik. Kegiatan penyelesaian
gambar ini amat penting yakni untuk mempertemukan kemauan dari
Owner dengan apa yang bisa diberikan oleh Kontraktor. Jika Owner
tidak mampu untuk melaksanakan engineering, maka kegiatan ini
dapat diserahkan kepada Konsultan, dasar yang dipegang adalah
standar yang disebut dengan kontrak ISO, IEC, ASME dan sebagainya.
83
Lanjutan 8.3
85
Lanjutan 8.3
87
9.2. SISTEM PENDINGINAN
Pendingin yang normal ialah jika temperatur dari air pada tempat yang
telah ditentukan pada beban - beban tertentu, adalah sesuai dengan
petunjuk dari pembuat mesin.
88
9.3. SISTEM BAHAN BAKAR
89
Lanjutan 9.3
Karena suatu saat bahan bakar ini harus disemprotkan lewat nozzle
ke dalam ruang pembakaran, keberadaan kotoran tersebut akan
menyumbat, mengganjal nozzle, menggerus bagian plunger injection
dan lain-lainnya, sehingga pembakaran tidak sempurna dan pompa
injection maupun yang lain-lainnya bisa rusak.
90
9.4. SISTEM UDARA MASUK/UDARA KELUAR
Seperti diketahui, media kerja mesin diesel adalah udara dan udara ini
berpengaruh terhadap effisiensi mesin diesel.
Bagi mesin diesel modern udara yang dihisap terlebih dahulu disaring
lewat saringan minyak, diberi tekanan berlebih oleh turbo charger dan
didinginkan lewat air cooler, untuk selanjutnya bekerja sebagai
komponen pembakaran. Sekaligus menjadi media kerja, dan dibuang
sebagai gas buang lewat silencer ke udara.
91
Lanjutan 9.4
Jika klep masuk dan klep buang tidak dapat duduk rapat pada saatnya
maka kompresi, pembakaran tidak akan menghasilkan BMEP (Break
Mean Effective Pressure) yang diperlukan.
92
9.5. SISTEM PROTEKSI MESIN PEMBANGKIT
93
Lanjutan 9.5
94
9.6. SISTEM VENTILASI SENTRAL
95
9.7. KEBISINGAN
Selain langsung dari mesin, suara bisa timbul dari sistem udara
masuk (Turbocharger) maupun dari sistem udar keluar (Exhaust),
sehingga untuk mencegah kebisingan dari sistem ini perlu dipasang
Silencer, baik pada udara masuk maupun udara keluar.
Hal tersebut juga berlaku bagi minyak pelumas dari Carter mesin,
sesudah penggantian dengan minyak pelumas baru. Cara
melenyapkan bisa dibakar dalam Incinerator atau cara lain.
98
Lanjutan 9.8
99
9.9. PENCEGAHAN KEBAKARAN
Alat – alat hidrant ini secara periodik harus dicek sehingga pada waktu
diperlukan dapat memberikan unjuk kerja yang diharapkan.
100
9.10. BENGKEL
101
9.11. GUDANG
Jika gudang dibuat dari bahan yang non metal sebaiknya diberi
pengaman terhadap petir (kandang faraday). Jika dibuat dari metal,
baik kerangka maupun penutupnya (dinding dan atap) sebagaimana
sentralnya tidak perlu diberi pengaman petir.
102
Lanjutan 9.11
Untuk suatu PLTD, dalam gudang ini disimpan spare parts baik untuk
keperluan scheduled maintenance maupun emergency. Berapa yang
harus tersedia untuk maksud tersebut disesuaikan dengan
kondisi/kapasitas PLTD dan dapat diketahui dari buku Instruction Manual
pembuat mesin.
Pada umumnya komponen yang terus menerus subject gerakan maupun
gesekan perlu disediakan sparenya antara lain : inlet/outlet valve,
nozzle, macam-macam spring, piston rings, crank pin/main bearing, fuel
pump, sedangkan dari generator praktis hanya bearingnya, untuk
switchgear adalah contactor-contactor, lampu-lampu maupun Heater
Elemen.
Manajemen gudang ini harus baik, sehingga jika diperlukan dapat segera
ditemukan spare parts yang diperlukan.
Penyimpanan dalam gudang harus sedemikian, sehingga selama
disimpan tidak berubah fungsinya, maupun fisiknya (tidak karatan, tidak
macet). Sebab itu untuk komponen yang memerlukan udara kering perlu
disediakan fasilitas yang relevan.
103
9.12. POWERHOUSE
Fungsi Powerhouse (rumah sentral) cukup jelas, yakni untuk
meletakkan peralatan elektromekanik, membuat suasana dimana
keperluan mesin dan operator maupun maintenance crew dapat
berlangsung lancar, tidak ada gangguan.
Untuk sentral modern dengan unit besar ventilasi secara natural tidak
bisa dilaksanakan (tidak mencukupi) .
105
Lanjutan 9.12
Karena titik nyala bahan bakar solar adalah cukup tinggi, maka mesin
diesel jauh lebih aman dari pada mesin otto. Oleh karena itu letak
tangki harian pada sentral pada ketinggian tertentu terhadap mesin
sehingga sekaligus memberikan tekanan positip untuk (booster pump
maupun Fuel Injection Pump).
106
Lanjutan 9.12
Adanya kamar kecil pada sentral PLTD adalah perlu, tetapi perlu
diadakan pengaturan yang keras agar kamar kecil tetap bersih dan
bukan merupakan gangguan.
107
9.13. PEMILIHAN PERALATAN ELEKTROMEKANIS
Kualitas sistem didasari oleh design system dan standar industri maupun
commission, sedangkan site testing sewaktu menjelang penyelesaian
kontrak, lebih bersifat pembuktian bisa berfungsi atau tidak, demikian
juga apakah kebesaran-kebesaran yang digaransikan dipenuhi atau tidak.
108
9.14. EKONOMI SUATU PLTD
109
9.15. PEMELIHARAAN PLTD
110
Lanjutan 9.15
Sebagai manager, maka Kepala Sentral harus menyusun rencana
operasional, baik untuk pembangkitan maupun pemeliharaan,
sehingga daya dan energi yang ditentukan dapat diberikan oleh PLTD
tersebut (bidang planning)
Jika PLTD didesign dengan teliti maka akan jauh dari gangguan yang
menyebabkan tidak andal, demikian juga akan membuat suasana di
dalam PLTD lebih tenang.
112
10.2. PROJECT INITIAL DESIGN
Kapasitas pembangkit.
114
10.3. SITE EVALUATION
Lokasi pembangkit.
Keadaan site.
Transportation.
115
10.4. PLANT CONFIGURATION DESIGN
116
10.5. ECONOMIC EVALUATION
Biaya pembangunan.
Biaya operasi.
Biaya pemeliharaan.
117
10.6. BASIC CONSEPTUAL DESIGN
118
10.7. DETAIL DESIGN
Perhitungan – perhitungan.
119
10.8. CONSTRUCTION PLANNING
Prosedur pengangkutan.
Prosedur penyimpanan.
Prosedur pemasangan.
120
10.9. TENDER PROCCESSING
Pengumuman tender.
Pelaksanaan lelang.
Penjelasan kantor.
Penjelasan dan peninjauan.
Pemasukan dan pembukaan tender.
Pengumuman pemenang.
121
10.10. PREPARATION
Persiapan administrasi :
Ijin – ijin.
Time schedule.
Surat menyurat.
Gambar – gambar dan petunjuk
pelaksanaan.
Koordinasi dengan instansi terkait.
Persiapan teknis :
Gudang lapangan dan direksi keet.
Mobilisasi peralatan dan material.
Lain – lain.
122
10.11. CONSTRUCTION
Civil work.
Mechanical work.
Electrical work.
123
10.12. COMMISIONING
Test individual
Test system
Uji tanpa beban
Uji beban
124