Anda di halaman 1dari 18

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan energi dewasa ini semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan adanya indikasi
terjadinya krisis energi di dunia. Salah satu penyebab dari krisis energi
tersebut adalah masih besarnya tingkat ketergantungan pada sumber energi
fosil terutama minyak bumi. Padahal sudah diketahui bahwa sumber energi
fosil merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaruhi. Seperti diketahui
bahwa cadangan minyak bumi yang tersedia dibumi terbatas. Oleh karena itu
perlu dilakukan upaya agar tercipta keseimbangan energi yang baik.
Energi alternatif adalah solusi untuk meningkatkan peran energi
terbarukan dalam rangka menjamin keamanan pasokan energi untuk
memenuhi kebutuhan energi nasional yang semakin meningkat secara
berkelanjutan, baik untuk kegunaan di bidang pembangkitan energi listrik
maupun di bidang transportasi.
Seperti diketahui, kegiatan penyediaan tenaga listrik dan transportasi
merupakan kegiatan penyediaan sarana dan komoditas penggerak roda
perekonomian nasional yang vital dan strategis guna meningkatkan pasokan
energi terbarukan dalam memenuhi kebutuhan energi nasional yang semakin
meningkat secara efisien, terjangkau, dan berkelanjutan.
Hybrid System atau Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH)
merupakan salah satu alternatif sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan
pada daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh sistem pembangkit besar
seperti jaringan PLN atau PLTD. PLTH ini memanfaatkan renewable energy
sebagai sumber utama (primer) yang dikombinasikan dengan Diesel Generator
sebagai sumber energi cadangan (sekunder). Pada PLTH, renewable energy
yang digunakan dapat berasal dari energi matahari, angin, dan lain-lain
yang dikombinasikan dengan Diesel-Generator Set sehingga menjadi suatu
pembangkit yang lebih efektif, efisien dan handal untuk dapat mensuplai
kebutuhan energi listrik pada setiap waktu tanpa terkendala cuaca maupun
musim yang sedang terjadi pada saat itu.

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 1


Dari uraian di atas penulis dapat menjadikan judul pada makalah ini
dengan “PLTH Sebagai Sumber Energi Listrik Untuk Desa Wisata Srandakan,
Pandansimo, Bantul”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian tentang PLTH ?
2. Bagaimana proses pembangkitan tenaga listrik pada PLTH Pandansimo,
Bantul ?
3. Bagaimana pemanfaatan PLTH Pandansimo, Bantul untuk Desa Wisata
Srandakan, Pandansimo, Bantul ?
4. Bagaimana prospek kedepan dari PLTH Pandansimo, Bantul ?

1.3 Tujuan
Dari uraian rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang pengertian tentang PLTH.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembangkitan tenaga listrik pada
PLTH Pandansimo, Bantul.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan PLTH Pandansimo, Bantul
untuk Desa Wisata Srandakan, Pandansimo, Bantul.
4. Untuk mengetahui bagaimana prospek kedepan dari PLTH Pandansimo,
Bantul.

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 2


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PLTH


Hybrid System atau Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH)
merupakan salah satu alternatif sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan
pada daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh sistem pembangkit besar
seperti jaringan PLN atau PLTD. PLTH ini memanfaatkan renewable energy
sebagai sumber utama (primer) yang dikombinasikan dengan Diesel
Generator sebagai sumber energi cadangan (sekunder).
Pada PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari
energi matahari, angin, dan lain-lain yang dikombinasikan dengan Diesel-
Generator Set sehingga menjadi suatu pembangkit yang lebih efisien, efektif
dan handal untuk dapat mensuplai kebutuhan energi listrik baik sebagai
penerangan rumah atau kebutuhan peralatan listrik yang lain seperti TV,
pompa air, strika listrik serta kebutuhan industri kecil di daerah tersebut.
Dengan adanya kombinasi dari sumber-sumber energi tersebut, diharapkan
dapat menyediakan catu daya listrik yang kontinyu dengan efisiensi yang
paling optimal.

Gambar 1. sistem PLTH kombinasi Tenaga Surya, Tenaga Angin, dan


Diesel Generator

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 3


2.1.1 Prinsip Kerja PLTH
Cara kerja Pembangkit Listrik Sistem Hybrid Tenaga Surya,
Tenaga Angin dan Diesel sangat tergantung dari bentuk beban atau
fluktuasi pemakain energi (load profile) yang mana selama 24 jam
distribusi beban tidak merata untuk setiap waktunya. Load profil ini
sangat dipengaruhi penyediaan energinya. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka kombinasi sumber energi antara Sumber
energi terbarukan dan Diesel Generator atau disebut Pembangkit Listrik
Sistem Hibrida adalah salah satu solusi paling cocok untuk sistem
pembangkitan yang terisolir dengan jaringan yang lebih besar seperti
jaringan PLN.
Pada umumnya PLTH bekerja sesuai urutan sebagai berikut :
1. Pada kodisi beban rendah, maka beban disuplai 100% dari baterai
dan PV module, selama kondisi baterai masih penuh sehingga diesel
tidak perlu beroperasi.
2. Untuk beban diatas 75% beban inverter (tergantung setting
parameter) atau kondisi baterai sudah kosong sampai level yang
disyaratkan, diesel mulai beroperasi untuk mensuplai beban dan
sebagian mengisi baterai sampai beban diesel mencapai 70-80%
kapasitasnya (tergantung setting parameter). Pada kondisi ini Hybrid
Controller bekerja sebagai charger (merubah tegangan AC dari
generator menjadi tegangan DC) untuk mengisi baterai.
3. Pada kondisi beban puncak baik diesel maupun inverter akan
beroperasi dua-duanya untuk menuju paralel sistem apabila kapasitas
terpasang diesel tidak mampu sampai beban puncak. Jika kapasitas
genset cukup untuk mensuplai beban puncak, maka inverter tidak
akan beroperasi paralel dengan genset.
Semua proses kerja tersebut diatas diatur oleh System Command
Unit yang terdapat pada Hybrid Controller. Proses kontrol ini bukan
sekedar mengaktifkan dan menonaktifkan diesel tetapi yang utama
adalah pengaturan energi agar pemakain BBM diesel menjadi efisien.
Parameter pemakaian BBM dinyatakan dengan Specified Fuel

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 4


Consumption (SFC),yaitu besar atau volume bahan bakar untuk dapat
menghasilkan energi tertentu dari suatu diesel-generator. Nilai SFC
tergantung efisiensi engine dan berapa persen daya yang dipikul oleh
engine terhadap kapasitas maksimumnya, yang nilainya antara 0.25 -
0.5 liter/kWh. Nilai optimum diperoleh saat pembebanan genset 75%-
80%.

2.2 Proses Pembangkitan PLTH Pandansimo, Bantul


Pembangkit listrik tenaga hybrid yang berlokasi di kawasan Pantai
Baru Pandansimo ini ada dua kombinasi pembangkit yaitu PLTB dan PLTS.
Pada PLTB kincir yang digunakan merupakan Kincir angin / Turbin Angin
putaran rendah, dapat dilihat dari spesifikasi turbin bahwa rata-rata turbin
angin yang digunakan adalah turbin angin kapasitas daya 1 kW. Ini berarti
kecepatan angin maksimum 12 m/s, daya yang dihasilkan turbin kapasitas
maksimal 1 kW. Dikarenakan kecepatan rata-rata angin tahunan di kwasan
pesisir pantai baru sekitar 5 m/s dalam kondisi cuaca normal.
Perancangan PLTH Pandansimo ini terbagi menjadi tiga grup, yaitu
grup 1, grup 2 dan grup KKP. Grup 1 atau grup barat terdiri dari 21 unit
kincir angin 1 kW/240 V dan panel surya 150 unit @ 100 W/120 V.
Grup 2 atau grup timur terdiri dari 3 sistem yaitu sistem 48 V, sistem
240 V dan sistem 120 V. Pada sistem 48 V terdapat 6 unit turbin angin @ 1
kW. Pada sistem 240 V dengan 2 unit turbin angin @ 2,5 kW, 2 unit turbin
angin @ 10 kW, 1 unit turbin angin @ 5 kW dan panel surya 40 unit @100
W. Pada sistem 120 V dengan 2 turbin angin @ 2 kW.
Grup KKP menggunakan sistem 48 V dengan 48 unit panel surya @
220 W dan 10 unit panel surya @ 180 W. Dari ketiga grup tersebut dihasilkan
total daya pembangkitan sebesar 88 kW.

2.2.1 Pembangkitan PLTB


Energi angin merupakan salah satu potensi energi terbarukan
yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan
energi listrik domestik, khususnya wilayah terpencil. Pembangkit

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 5


energi angin yang biasa disebut Pembangkit Listrik Tenaga Angin ini
bebas polusi dan sumber energinya yaitu angin tersedia di mana pun,
maka pembangkit ini dapat menjawab masalah lingkungan hidup dan
ketersediaan sumber energi.
Dari data Blueprint Energi Nasional, Departemen ESDM RI
dapat dilihat bahwa potensi PLTB di Indonesia sangat menarik untuk
dikembangkan karena dari potensi sebesar 9,29 GW, baru sekitar 0,5
GW yang dikembangkan, yang berarti baru sekitar 5,38%. Secara
implisit, hal ini menyiratkan bahwa jumlah penelitian dan jumlah
peneliti yang tertarik mengembangkan teknologi ini masih sangat
sedikit. Prospek pengembangan teknologi ini masih sangat tinggi.
Beberapa wilayah di Indonesia disinyalir dapat berkontribusi besar
terhadap penggunaan pembangkit listrik tenaga angin diantaranya
wilayah NTT, Maluku, dan beberapa wilayah Indonesia bagian timur.
Namun dari survey dan studi literatur dari Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN), pengembangan teknologi
Pembangkit listrik Tenaga Angin di Indonesia menghadapi beberapa
masalah penting yang harus dipecahkan karena menghambat
pengembangan dan mengurangi minat masyarakat untuk memakai
energi angin ini, yaitu:
1. Rendahnya distribusi kecepatan angin di Indonesia. Daerah di
Indonesia rata-rata hanya memiliki kecepatan angin pada kisaran
2,5 – 6 m/s.
2. Besarnya fluktuasi kecepatan angin di Indonesia yang berarti
profil kecepatan angin selalu berubah secara drastis dengan
interval yang cepat.

Gambar 2. Peta potensi angin Indonesia

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 6


Pada peta persebaran potensi angin Indonesia dapat dilihat
bahwa distribusi kecepatannya relatif rendah. Dengan rata-rata
kecepatan angin yang rendah, generator yang dipasang harus
dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin yang
rendah (yang kemungkinan terjadinya paling besar). Masalahnya,
karena fluktuasi kecepatan angin di Indonesia cukup besar, kecepatan
angin sering melonjak tinggi selama beberapa saat. Jika kita
merancang generator untuk berputar secara optimal pada kecepatan
angin rendah, generator tidak akan kuat menahan kecepatan angin
yang tinggi akibatnya generator akan rusak.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin merupakan pembangkit
listrik yang mengkonversikan energi angin sebagi sumber energi
menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir
angin. Kincir yang digerakan oleh angin akan menggerakan generator
yang ada di dalam kincir tersebut sehingga akan mengahasilkan energi
listrik. Kecepatan angin sangat mempengaruhi jumlah enegi listrik
yang akan dihasilkan.
Pada sistem pembangkitan listrik dengan tenaga angin ini yang
dibangkitkan dari grup 1 maupun grup 2 dapat menghasilkan daya
listrik. Pada grup 1 atau grup barat yang terdiri dari 21 unit kincir
angin 1 kW/240 V dihasilkan daya sebesar 21 kW. Pada grup 2 atau
grup timur terdiri dari 3 sistem yaitu sistem 48 V, sistem 240 V dan
sistem 120 V. Pada sistem 48 V terdapat 6 unit turbin angin @ 1 kW.
Pada sistem 240 V dengan 2 unit turbin angin @ 2,5 kW, 2 unit turbin
angin @ 10 kW, 1 unit turbin angin @ 5 kW. Pada sistem 120 V
dengan 2 turbin angin @ 2 kW. Daya yang dihasilkan dari
pembangkitan tenaga listrik grup 2 sebesar 36 kW. Jadi total daya
pembangkitan listrik dengan tenaga angin menghasilkan daya sebesar
57 kW.
Beberapa komponen yang digunakan pada sistem
pembangkitan listrik tenaga angin :

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 7


a. Turbin Angin
Turbin angin yang digunakan pada PLTH Pandansimo, Bantul
memiliki spesifikasi sebagi berikut :

b. Box Kontrol Turbin Angin


Fungsi dari box kontrol sendiri adalah untuk mengatur kecepatan
putaran pada kincir dan supply tegangan dari turbin angin ke panel
beban atau rumah induk.

Gambar 3. Box kontrol turbin angin

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 8


c. Dummy Load
Merupakan tempat untuk pembuangan tegangan berlebih yang
dihasilkan oleh pembangkit. Apabila tegangan yang dihasilkan
pembangkit mencapai sekitar 260 V, maka tegangan akan dialihkan
ke dumy load.

Gambar 4. Dummy load


d. Data Logger
Merupakan suatu divice atau peranti yang dapat membaca berbagai
macam jenis sinyal input yang selanjutnya merekamnya untuk
disimpan dalam memori internal atau dihubungkan langsung
dengan komputer. Kelebihan data logger dibandingkan dengan
peranti akuisisi data umumnya adalah karena dapat dioperasikan
secara terpisah dengan komputer.

Gambar 5. Data logger

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 9


2.2.2 Pembangkitan PLTS
Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang mengkonversikan
energi matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan panel
surya. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia, paling
populer digunakan untuk listrik pedesaan (terpencil), sistem seperti ini
populer dengan sebutan SHS (Solar Home System). SHS umumnya
berupa sistem berskala kecil, dengan menggunakan modul surya 50-
100 Wp (Watt Peak) dan menghasilkan listrik harian sebesar 150-300
Wh. Karena skalanya yang kecil, sistem DC (direct current) lebih
disukai, untuk menghindari losses dan self consumption akibat
digunakannya inverter.

Gambar 6. Konfigurasi SHS

Karena sistemnya yang kecil dan dipasang secara


desentralisasi (satu rumah satu pembangkit, sehingga tidak
memerlukan jaringan distribusi) SHS ideal digunakan untuk listrik di
pedesaan dimana jarak rumah satu dengan lainnya berjauhan, dan
keperluan listriknya relatif kecil, yakni hanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar (lampu). Meskipun secara pengertian SHS dapat saja
berupa sistem yang besar (sejauh masih digunakan untuk listrik
rumah), namun kebanyakan orang cenderung tidak menggunakan
istilah SHS untuk system yang menggunakan modul lebih besar dari
100Wp (atau produksi energi harian >400Wh). Kecilnya listrik yang
dapat disediakan oleh SHS (kecil menurut definisi orang kota yang

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 10


sering menggunakan listrik jauh diatas produksi SHS, padahal bagi
orang desa listrik sejumlah itu sangat bermanfaat, karena
dibandingkan lampu minyak tanah, yakni lampu teplok/petromak),
ditambah lagi dengan relatif sulitnya mencari peralatan elektronik
rumah tangga (TV, Radio/Tape dll) yang menggunakan system DC,
membuat SHS tidak menarik untuk penggunaan di desa-desa dekat
kota atau di perkotaan, dimana kebutuhan listrik sudah tidak hanya
untuk lampu penerangan.
Pembangkit listrik tenaga hybrid yang berlokasi di kawasan
Pantai Baru Pandansimo ini ada dua kombinasi pembangkit yaitu
PLTB dan PLTS. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang
berfungsi untuk mengkonversikan energi matahari menjadi energi
listrik dengan menggunakan panel surya.
Panel Surya (PV) pembangkit listrik tenaga hybrid yang
berlokasi di kawasan Pantai Baru Pandansimo ini disusun secara seri
untuk menghasilkan tegangan, kemudian disusun secara paralel untuk
mendapatkan arus yang besar. Panel konfigurasi PV disebut array PV.
Material pada Panel Surya adalah silikon polikristal, dengan sudut
kemiringan 15° terhadap tanah ditunjukkan pada Gambar 5. Jumlah
listrik yang dihasilkan oleh PV tergantung pada jumlah Daya Puncak
(Watt Peak) yang di instalasi.
Panel Surya pada pembangkit listrik tenaga hybrid yang
berlokasi di kawasan Pantai Baru Pandansimo ini terhubung dengan
switch connector untuk melepaskan daya dari sistem ketika baterai
mencapai tegangan maksimum.
Pada sistem pembangkitan listrik dengan tenaga surya ini yang
dibangkitkan dari grup 1, grup 2 dan grup KKP dapat menghasilkan
daya listrik. Pada grup 1 atau grup barat yang terdiri dari 150 unit
panel surya @ 100 W/120 V dihasilkan daya sebesar 15 kW. Pada
grup 2 atau grup timur terdiri dari 40 unit panel surya @100 W/240 V
daya yang dihasilkan dari pembangkitan tenaga listrik grup 2 sebesar
4 kW. Pada grup KKP yang terdiri dari 48 unit panel surya @220

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 11


W/24 V dan 10 unit panel surya @180 W/24 V sehingga daya yang
dihasilkan dari pembangkitan tenaga listrik grup KKP ini sebesar 12
kW. Jadi total daya pembangkitan listrik dengan tenaga surya
menghasilkan daya sebesar 31 kW.
Beberapa komponen yang digunakan pada sistem
pembangkitan listrik tenaga surya :
a. Panel Surya

Gambar 7. PV Module PLTH Pandansimo, Bantul

Spesifikasi
Company : Skytec Solar
Model No. : SIP-220
Standard Test Condition AM : 1,5 E : 1000 W/m2
Temp. : 25oC
Rated Power (Pmax) : 220 V
Open Circuit Voltage (Voc) : 36,24 V
Short Circuit Current (Isc) : 7,93 A
Max. Power Voltage (Vpm) : 29,82 V
Max. Power Current (Ipm) : 7,39 A
System Voltage : 12 V
Max. System Voltage : 1000 V
Weight : 19 kg
Dimension : 987 x 1637 x 45 mm

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 12


b. Inverter
Inverter merupakan alat untuk mengubah arus searah (DC) menjadi
arus bolak-balik (AC). Alat ini menjadi sangat penting pada
instalasi sel surya, karena daya yang dihasilkan oleh sel surya
adalah searah, yang kemudian disimpan dalam baterai, dan
keluaran baterai pun berupa arus searah. Sedangkan peralatan
elektronik rata-rata menggunakan daya AC. Hal inilah yang
mejadikan inverter sangat penting pada instalasi sel surya.
c. Baterai
Baterai adalah suatu alat penyimpan energi listrik yang dapat diisi
(charge) setelah energi digunakan. Kapasitas atau kemampuan
menyimpaan energi ditentukan oleh semua komponen didalam
baterai seperti jenis material yang digunakan dan jenis
elektrolitenya sehingga dikenal baterai asam dan baterai alkali.
d. Off Grid Sistem
Off Grid Sistem merupakan sistem pembangkit listrik tenaga surya
untuk daerah-daerah terpencil/pedesaan yang tidak terjangkau oleh
jaringan PLN. Off Grid System disebut juga Stand-Alone PV
system yaitu sistem pembangkit listrik yang hanya mengandalkan
energi matahari sebagai satu-satunya sumber energi utama dengan
menggunakan rangkaian photovoltaic modul (Solar PV) untuk
menghasilkan energi listrik sesuai dengan kebutuhan.

2.2.3 Penyimpanan Energi Listrik


Hasil pembangkitan energi listrik dari PLTH Pandansimo
memerlukan media penyimpanan terlebih dahulu. Media penyimpanan
yang digunakan pada PLTH Pandansimo berupa baterai atau
accumulator.
Baterai atau accumulator yang digunakan pada PLTH
Pandansimo ada beberapa macam, yaitu : pada pembangkit grup 1
menggunakan 2 batarei basah 80 unit dengan kapasitas per unit 100
Ah/12 V dan 40 unit dengan kapasitas per unit 180 Ah/12 V. Pada

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 13


pembangkit grup 2 menggunakan batarei kering 40 unit dengan
kapasitas per unit 120 Ah/12 V. Pada pembangkit grup KKP
menggunakan batarei kering 72 unit dengan kapasitas per unit 1000
Ah/12. Baterai tersebut dipasang 4 rangakain paralel, dimana setiap
rangkaian berisis 20 unit baterai dipasang seri.

Gambar 8. Bank Baterai PLTH Pandansimo, Bantul

Pada baterai memiliki proses pengisian dan pengosongan


(charging atau discharging). Tegangan sebenarnya pada baterai 12 V
adalah 13,8-14,7 V. Kondisi pada baterai ini tergantung dari suhu dan
kelembaban, mengingat di PLTH tingkat kelembaban udara cukup
tinggi. Suhu tinggi menyebabakan baterai cepat rusak. Pada saat
proses pengisian baterai pada suhu ruangan melebihi 30˚C. Tegangan
yang direkomendasikan pada baterai adalah 14,1 V. Pada saat
pengisian/charging, dan suhu ruangan tetap dibawah 30˚C, maka
tegangan pada saat charge disarankan 14,4-14,7 V
Jika proses charging baterai sudah melebihi 14,7 V maka
secara otomatis baterai akan menghentikan proses pengisian.
Kapasitas baterai 105Ah, berati arus baterai akan habis dalam satu
jam, apabila beban menggunakan arus sebesar 105 A. Sedangkan
proses pengosongan/discharge baterai, level tegangan yang
direkomendasikan adalah 10,5 V. Sehingga apabila pada proses
discharging sudah mencapai pada level tersebut maka proses

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 14


discharging dihentikan. Karena jika baterai pada tegangan <10,5 V,
maka baterai akan mudah rusak.

2.3 Pemanfatan Energi Listrik PLTH Pandansimo, Bantul


Pembangkit listrik tenaga hybrid yang berlokasi di kawasan Pantai
Baru Pandansimo ini ada dua kombinasi pembangkit yaitu PLTB dan PLTS.
Perancangan PLTH Pandansimo ini terbagi menjadi tiga grup, yaitu grup 1,
grup 2 dan grup KKP. Dari ketiga grup tersebut dihasilkan total daya
pembangkitan sebesar 88 kW.
Energi listrik yang dihasilkan dari PLTH Pandansimo, Bantul
diharapkan bisa mendukung sektor pertanian, perikanan dan pariwisata yang
saat ini dikembangkan di Pantai Baru, Desa Wisata Srandakan, Pandansimo,
Bantul. Energi listrik yang dihasilkan dari PLTH Pandansimo, Bantul saat ini
digunakan sebagai sumber energi listrik utama (penerangan dll) bagi
masyarakat di Pantai Baru, Desa Wisata Srandakan, Pandansimo, Bantul.
Rincian pemakaian energi listrik hasil PLTH Pandansimo, Bantul sebagai
berikut :

Inverter Beban Jenis Beban


3,5 kW/48 V 20 Warung Kuliner dan
Grup Timur
(1 Phase) 14 Lampu PJU
3,5 kW/48 V 20 Warung Kuliner dan
Grup Tengah
(1 Phase) 14 Lampu PJU
3,5 kW/48 V 20 Warung Kuliner dan
Grup Barat
(1 Phase) 14 Lampu PJU
7,5 kW/120 V Produksi Es
2 Unit Mesin Es Kristal
(1 Phase) Kristal
1 Unit Mesin Es Kristal
7,5 kW/120 V Produksi Es
1 Unit Water Sterelizer
(1 Phase) Kristal
2 Unit Pompa Air
2 kW/48 V 20 Warung Kuliner dan
Grup Timur
(1 Phase) 14 Lampu PJU
2 kW/48 V 20 Warung Kuliner dan
Grup Tengah
(1 Phase) 14 Lampu PJU
2 kW/48 V 20 Warung Kuliner dan
Grup Barat
(1 Phase) 14 Lampu PJU

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 15


Pemanfaatan PLTH Pandansimo, Bantul selain penerangan juga
digunakan untuk pengangkatan air bersih dengan menggunakan sistem pompa
air tenaga matahari (panel surya) sebagai sumber pengairan di pertanian lahan
pasir dan kolam budidaya ikan tawar di sekitar lokasi PLTH Pandansimo,
Bantul serta untuk menghidupkan mesin produksi es balok yang sering
dimanfaatkan para nelayan.

2.4 Prospek Kedepan PLTH Pandansimo, Bantul


Pembangkit listrik tenaga hybrid yang berlokasi di kawasan Pantai
Baru Pandansimo ini ada dua kombinasi pembangkit yaitu PLTB dan PLTS.
Perancangan PLTH Pandansimo ini terbagi menjadi tiga grup, yaitu grup 1,
grup 2 dan grup KKP. Dari ketiga grup tersebut dihasilkan total daya
pembangkitan sebesar 88 kW.
Pemanfaatan teknologi dari PLTH Pandansimo, Bantul untuk
mewujudkan penggunaan sumber energi baru dan terbarukan. Angin laut dan
darat di pantai tersebut memiliki kecepatan rata-rata 3-4 meter/detik dan
intensitas sinar matahari yang besar dan tetap. PLTH Pandansimo, Bantul
nantinya juga dapat menjadi support bagi PLN dalam pelayanan listrik
kepada masyarakat dengan energi terbarukan yang telah dihasilkan. Selain
itu, PLTH Pandansimo, Bantul juga dapat digunakan sarana transfer ilmu
mengenai energi baru terbarukan kepada masyarakat, wadah bagi akademisi
untuk melakukan penelitian atau tempat riset dan nantinya juga dapat berguna
sebagai balai pelatihan perawatan dan instalasi PLTH. Dari bebrapa prospek
yang ada sehingga PLTH Pandansimo, bantul ini dapat mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui penguasaan energi terbarukan dengan wawasan
pendidikan untuk kemakmuran masyarakat.

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 16


BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan mengenai PLTH sebagai sumber energi listrik
untuk Desa Wisata Srandakan, Pandansimo, Bantul maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pada PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari energi
matahari, angin, dan lain-lain yang dikombinasikan dengan Diesel-
Generator Set sehingga menjadi suatu pembangkit yang lebih efisien,
efektif dan handal.
2. PLTH yang berlokasi di kawasan Pantai Baru Pandansimo ini ada dua
kombinasi pembangkit yaitu PLTB dan PLTS. Perancangan PLTH
Pandansimo ini terbagi menjadi tiga grup, yaitu grup 1, grup 2 dan grup
KKP. Dari ketiga grup tersebut dihasilkan total daya pembangkitan
sebesar 88 kW.
3. Energi listrik yang dihasilkan dari PLTH Pandansimo, Bantul saat ini
digunakan sebagai sumber energi listrik utama (penerangan dll) bagi
masyarakat, untuk pengangkatan air bersih dengan menggunakan sistem
pompa air tenaga matahari (panel surya) sebagai sumber pengairan di
pertanian lahan pasir dan kolam budidaya ikan tawar di sekitar lokasi
PLTH Pandansimo, Bantul serta untuk menghidupkan mesin produksi es
balok yang sering dimanfaatkan para nelayan yang diharapkan bisa
mendukung sektor pertanian, perikanan dan pariwisata.
4. Pemanfaatan teknologi dari PLTH Pandansimo, Bantul sebagai prospek
untuk mewujudkan penggunaan sumber energi baru dan terbarukan.
PLTH Pandansimo, Bantul nantinya juga dapat menjadi support bagi PLN
dalam pelayanan listrik kepada masyarakat, dapat digunakan sarana
transfer ilmu mengenai energi baru terbarukan kepada masyarakat, wadah
bagi akademisi untuk melakukan penelitian atau tempat riset. Dari
bebrapa prospek yang ada sehingga PLTH Pandansimo, bantul ini dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penguasaan energi terbarukan
dengan wawasan pendidikan untuk kemakmuran masyarakat.

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 17


3.2 Saran
Dari hasil pembahasan permasalahan dan simpulan yang telah
dipaparkan, penulis memberikan beberapa saran diantaranya :
1. Agar PLTH Pandansimo, Bantul kedepanya dapat menjadi salah satu
pembangkit yang dapat menjadi sumber energi listrik yang besar.
2. Bagi Badan Riset Teknologi Nasional agar lebih mengembangkan riset-
riset teknologi yang lain demi kemajuan bangsa Indonesia.
3. Agar PLN bisa menggandeng PLTH Pandansimo, Bantul sebagai salah
satu pembangkit yang dapat digunakan sebagai sumber energi listrik,
sehingga energi listrik PLN tidak menggunakan energi fosil seterusnya
harus ada aenergi terbarukannya.

Makalah PLTH Pandansimo, Bantul 18

Anda mungkin juga menyukai