A.PENDAHULUAN
Empat fase perkembangan industri berdasar perkembangan teknologi yang terjadi di dunia
serta pengaruhnya terhadap pendidikan vokasi:
Fase ini adalah pergeseran dari pertanian ke fase revolusi industri dimana banyak menyerap
pekerja tak trampil, eksploitasi terhadap pekerja anak dan wanita, serta dominasi motif
keuntungan ekonomi dalam indutri (Thompson, 1973). Salah satu penanda utama era ini
adalah bertumbuhannya pabrik-pabrik yang mempekerjakan buruh murah dan industrialis
yang hanya mengejar keuntungan semata. Pendidikan vokasi tidak bisa berperan banyak
dalam fase ini karena yang dibutuhkan industri sebagian besar adalah tenaga tak trampil.
Namun tetap dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk pembuatan, perawatan dan
troubleshooting pabrik dan mesin industri. Sayangnya pendidikan vokasi belum bisa berperan
karena struktur sistem pendidikan belum terbangun baik pada era ini.
Fase ini (dimulai tahun 1800an) ditandai dengan menurunnya peran para craftman diganti
oleh operator mesin di pabrik. Craftman bergeser menjadi teknisi pabrik. Pekerjaan di pabrik
semakin sempit lingkup tugasnya (semacam spesialisasi). Pekerja tak trampil masuk kerja
tanpa pendidikan vokasi sama sekali. Pemilik pabrik sangat kecil kepeduliannya terhadap
pengembangan kualitas pekerja (Thompson, 1973). Pendidikan vokasi tidak banyak berperan
karena yang dibutuhkan industri sebagian besar adalah tenaga tak trampil. Demikian juga
untuk kebutuhan teknisi pabrik yang banyak diisi oleh craftman yang mengembangkan diri
dengan pola pemagangan secara mandiri dan tidak terkait dengan pendidikan formal.
(3) Otomatisasi menggantikan tenaga manusia pada ban berjalan
Fase ini dimulai tahun 1920, maju pesat tahun 1940. Mitos bahwa otomatisasi mengambil
alih sepenuhnya peran pekerja manusia adalah tidak benar. Yang tergerus adalah pekerjaan
klerikal dan operasional rutin, namun pekerjaan baru lain muncul yaitu pekerjaan perawatan
dan teknik. Pendidikan vokasi makin berperan karena dibutuhkan persiapan lebih matang dan
lama untuk masuk ke dunia kerja (Thompson, 1973). Tantangan semakin besar bagi
pendidikan vokasi karena semakin kompleksnya ketrampilan yang dibutuhkan para pekerja,
diperlukan program yang lebih intensif dan lama. Namun di sisi lain pekerjaan di era ini
cenderung monoton dan tidak memerlukan banyak kreatifitas. Ini ikut mempengaruhi
pendidikan vokasi saat itu.
(4) Pengenalan bahan dan proses industri yang baru dan trend miniaturisasi
Fase ini dimulai tahun 1970an. Ditandai dengan berkembangnya bahan plastik dan sintetis
serta miniaturisasi yang mendorong perkembangan teknologi mikroprosesor dan revolusi
dunia komputer, mengakibatkan perubahan besar dalam teknologi komunikasi secara global.
Perdagangan meledak, bidang yang berkembang adalah marketing dan business inventory
(Thompson, 1973). Pendidikan vokasi semakin berperan karena munculnya banyak jenis
pekerjaan baru yang semakin kompleks dan berbasis teknologi tinggi. Terjadi perpaduan
makin erat antara ketrampilan teknis dan ketrampilan sosial. Pendidikan vokasi berkembang
baik di level sekolah menengah dan juga perguruan tinggi untuk dapat memasok kebutuhan
SDM industri secara penuh.
Karakteristik knowledge workres
Knowledge Worker fasih dengan informasi faktual dan teoritis tertentu. Misalkan Guru
sekolah memiliki informasi mengenai materi pelajaran khusus, strategi pengajaran, dan teori
belajar. sales representative memerintahkan pengetahuan faktual tentang produk dia menjual
dan pengetahuan teoritis tentang bagaimana pelanggan tertarik pada produk
tersebut. Knowledge Worker mungkin perlu pendidikan formal untuk menguasai informasi
yang dibutuhkan untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu. Karena pengetahuan selalu
diciptakan dan karyawan akan memperoleh informasi tambahan secara terus menerus.
Motivasi
Sifat Knowledge Worker membutuhkan perkembangan terus-menerus, dalam hal penguasaan
informasi dan pengembangan keterampilan, harus mampu dan tetap tertarik untuk mencari
informasi, menghafal informasi itu, dan menerapkannya pada pekerjaan mereka. Karena
perkembangan teknologi baru menarik Knowledge Worker untuk mengubah terus cara
mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, orang-orang harus mempertahankan keinginan
untuk menerapkan bakat mereka terhadap menggabungkan informasi baru dan teknologi baru
ke dalam pekerjaan mereka.
Kemampuan intelektual
Knowledge Worker harus memiliki kemampuan intelektual untuk memperoleh keterampilan.
Kapasitas intelektual tersebut termasuk mereka yang peduli dengan, mengelolah pemahaman,
dan penerapan informasi khusus. Orang yang melakukan knowledge work harus memiliki
kemampuan yang dibutuhkan untuk memperoleh keterampilan komunikasi yang tepat dan
belajar bagaimana untuk mencari tahu di mana dan bagaimana informasi dapat ditemukan.
Pekerja pengetahuan mampu belajar membaca dan menulis untuk melakukan penalaran
abstrak. Mereka juga memiliki kapasitas intelektual untuk memahami nilai yang telah
diperoleh dan mempertahankan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka.
D.SIMPULAN
Bahwa tantangan yang akan dihadapi pendidikan kejuruan akibat perkembangan teknologi
dan K-worker sangat berpengaruh, sehingga siswa kejuruan harus mempersiapkan diri untuk
menciptakan peluang untuk menjadi SDM yg tanggguh dan siap bersaing.
3. Doolittle & Camp. 1999. Constructivism : The Career and Technical Education
Perspective, Journal of Vocational and Technical Education Volume 16, Number1.