Judul
Mesin serempak (Altenator)
II. Tujuan
Dapat merencanakan rangkaian dan merangkai percobaan alternator.
Dapat menghitung daya masukan, daya keluaran, efisiensi generator
(alternator) pada pembebanan yang berubah-ubah dan sifat yang berbeda.
Dapat memaralelkan 2 atau lebih alternator dengan langkah yang benar.
1. Prinsip dasar . Alternator adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah daya mekanik
menjadi daya listrik arus bolak-balik. Prinsip dasar alternator adalah hukum Faraday.
2. Jumlah kutub, frekuensi dan putaran alternator. Terdapat hubungan antara frekuensi,
jumlah kutub dan jumlah putaran alternator seperti persamaan sebagai berikut :
f = pn/60
Ket : f : frekuensi yang dihasilkan (Hz)
a. Sifat beban resistif, Sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I sefasa
dengan ggl induksi E, dan flux jangkar (A). tegak lurus flux utama (U).
b. Sifat beban kapasitif, Sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I mendahului
ggl induksi E dengan sudut dan flux jangkar (A) ketinggalan dengan sudut
(90 - ) terhadap flux utama (U).
c. Sifat beban kapasitif murni, Sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I
mendahului ggl induksi E dengan sudut 90 dan flux jangkar (A) sefasa
dengan flux utama (U).
d. Sifat beban induksif murni, Sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I
ketinggalan terhadap ggl induksi E dengan sudut 90 dan flux jangkar (A)
berlawanan dengan flux utama (U).
Dengan sifat beban yang berbeda, akan diperoleh arah dan besar flux
resultante (A) yang berbeda pula dan hal ini akan mmempengaruhi ggl
induksi E yang dibangkitkan oleh lilitan jangkar.
6. Regulasi Tegangan
Regulasi tegangan adalah perbandingan antara tegangan tanpa beban dengan
tegangan pada beban penuh dan dapat ditentukan dengan rumus :
Regulasi Tegangan (VR) = (Eo – V)/V
Ket: VR : Regulasi tegangan
Eo : Tegangan perfasa tanpa beban
V : Tegangan perfasa beban penuh
Perbedaan tegangan terjadi karena beberapa hal antara lain :
a. Adanya penurunan tegangan pada lilitan jangkar akibat adanya impedansi
lilitan jangkar baik dalam bentuk hambatan murni R maupun reaktansi (X).
b. Reaksi jangkar yang timbul karena terbentuknya flux jangkar akibat
pembebanan
c. Pengaruh kemagnetan bagi alternator dengan penguat sendiri karena
perubahan tegangan.
Untuk menentukan besarnya regulasi tegangan, terdapat banyak cara yang
salah satu cara tersebut adalah dengan metode EMF (EMF method). Untuk
mencari besarnya ggl induksi tanpa beban dapat dilakukan dengan pengujian
(tes) yaitu tes hubung terbuka (open circuit tes atau OCT) dan tes hubung
singkat (short circuit tes atau SCT).
V. Data
Tabel 1. Data tes beban kosong (OCT)
ImI 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,75
1 0 218 23 0,6
1 0,5 241 66
2 0,66 258 87
3 1,3 278 175
T x 2π x n 2,8 x 2π x 1500
Pin = = = 439,6 Watt
60 60
V x IL 213 x 0,5
Cos φ = = = 0,426
Po 250
Po 250
ɳ= = = 56,86988
Pin 439,6
3. Mengapa pada pembebanan kapasitif, semakin besara arus beban semakin besar pula
tegangan terminal generator ?
Jawab: Pada pembebanan kapasitif, semakin besar arus beban semakin besar tegangan
terminal generator. Karena sifat dari beban kapasitif yaitu arus mendahuui tegangan.
Sehingga jika alternator dibebani kapasitif, maka arus jangkar akan mendahului GGL
induksi yang dibangkitkan. Dengan arus jangkar yang mendahului tersebut akan
menghasilkan dan memperkuat fluks jangkar (𝛷a). Sehingga fluks total (𝛷R) semkin
besar. Dengan fluks total yang semakin besar maka GGL induksi yang dihasilkan generator
semakin besar juga.
4. Mengapa pada pembebanan induktif , semakin besara arus beban semakin besar pula
penurunan tegangan pada alternator ?
Jawab: Pada pembebanan induktif, semakin besar arus beban semakin kecil tegangan
terminal generator. Karena sifat dari beban induktif yaitu arus tertinggal terhadap
tegangan. Sehingga jika alternator dibebani induktif, maka arus jangkar ketinggalan
terhadap GGL induksi yang dibangkitkan. Dengan arus jangkar yang ketinggalan
tersebut, maka akan dihasilkan fluks jangkar (𝛷a) yang semakin turun. Sehingga fluks
total (𝛷R) semakin kecil. Dengan fluks total yang semakin kecil maka GGL induksi
yang dihasilkan generator semakin kecil juga.
5. Hitung efisiensi alternator pada setiap perubahan beban pada sifat beban resistif !
Jawab:
IL ɳ
0,5 56,86988
1 40,3397
1,5 37,91325
2 38,21656
2,5 38,4362
3 40,3397
3,5 37,53412
6. Ceriterakan proses pemaralelan alternator !
Jawab:
- Memastikan apakah kedua atau lebih alternator yang akan diparalelkan memiliki
besar tegangan efektif yang sama. Caranya yaitu mengukur tegangan pada setiap
alternator menggunakan voltmeter.
- Memastikan apakah besar frekuensi yang dihasilkan alternator besarnya sama.
Caranya megukur frekuensi yang dihasikan masing-masing alternator menggunakan
frekunsi meter.
- Memastikan urutan fase pada tiap alternator apakah sudah sama, untuk mengetahui
urutan fasa meggunakan tes urutan fasa.
- Untuk mengetahui kapan kedua alternator diparalelkan (tegangan kedua alternator
sefasa) dapat menggunakan sinkronoskop.
7. Mengapa pada pembebanan induktif dan kapasitif murni, daya beban = nol ?
Jawab:
Pada pembebanan induktif dan kapasitif murni daya beban = 0 karena sifat
alami dari beban kapasitif dan induktif sendiri, yaitu beda fase antara tegangan dan
arus adalah 90o sehingga besar cos φ = 0
IX. Kesimpulan
I. Judul
Motor serempak
II. Tujuan
Dapat mengetahui prinsip menstarting motor serempak.
Dapat menggambarkan karakteristik I = f(Im) pada motor serempak untuk
beban yang berbeda (beban 1,5 Nm dan 2 Nm).
Dapat mengetahui pengaruh besar arus penguat magnet pada sifat motor
serempak.
Dapat mengetahui pembebanan motor serempak pada putaran motor.
V. Data
Tabel 1. Pengaruh Im terhadap sifat motor untuk torsi = 1,5 Nm
Harga pengukuran Harga perhitungan
ImI I P Cos Ket VA Pin VAR
Tabel 3. Data pembebanan motor untuk Im = 0,7 A, V = 220 volt, n = 1500 rpm
Harga pengukuran Harga perhitungan
I P T VA Pin Cos VAR Pout
VI. Analisis
Tabel 1 dan 2
VA = V x I V=220 volt
Diketahui V=220 volt dan I=1.9A
Maka, VA = V.I
= 220 x 2,4= 528 volt
Pin = 3 x P
Diketahui P=175 watt
Maka, Pin =3xP
= 3 x 175
= 525watt
VAR = VA x Cos
Diketahui VA=528 volt dan Cos ⱷ=0,8
Maka, VAR = VA x Cos
= 528 x 0,8
= 527 volt
Tabel 3 dan 4 :
VA = V x I V=220 volt
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui V=220 volt dan I=2 A
Maka, VA = V.I
= 220 x 2
= 440 volt
Pin = (2 x T x phi x n)/60
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui T=4,4 Nm, phi=3,14, dan n= 1500
Maka, Pin = (2 x 4,4 x 3,14 x 1500)/60
= 660watt
Cos = P/VA
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui P=390 watt dan VA= 220 volt
Maka, Cos = P/VA
= 390/220
= 0,8
VAR = V x I x Cos
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui cos= 1,8 I=2 A dan V= 220 volt
Maka, var = 220 x 2 x 1,8
= 439volt
Pout = 3 x P
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui P= 390 watt
Maka, Pout = 3 x P
= 1170 watt
Tabel 3. Data pembebanan motor untuk Im = 0,7 A, V = 220 volt, n = 1500 rpm
Beban 2 Nm
3. Bagaimana pengaruh besar arus penguat magnet pada sifat motor serempak?
Jawab:
Arus penguat berpengaruh pada kecepatan putar motor, semakin kecil kecepatannya
akan semakin cepat.
4. Bagaimana pengaruh pembebanan motor serempak pada putaran motor ?
Jawab:
Pembebanan motor berpengaruh pada kecepatan motor, semakain besar beban yang
terhubung dengan motor,kecepatan akan menurun.
IX. Kesimpulan
I. Judul
MOTOR INDUKSI 3 FASA ROTOR SANKAR DAN ROTOR LILIT
II. Tujuan
Dapat merencanakan rangkaian dan merangkai percobaan serta dapat
melakukan percobaan mesin arus bolak balik yaitu motor induksi tiga fasa.
Dapat menghitung daya masukan, daya keluaran, efisiensi motor pada
pembebanan yang berubah-ubah
Dapat memprediksi torsi maksimum pada suatu motor
Dapat menggambarakan karakteristik T = f(s) untuk motor indiksi 3 fasa
2. Slip motor
Jumlah putaran rotor selalu lebih rendah dari putaran magnet stator, selisih
kedua putaran tersebut disebut slip, dan besarnya dapat ditentukan dengan rumus :
V. Data
Tabel 1. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan delta
putaran beban kosong = 1325 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S
Tabel 2. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1400 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S
Tabel 3. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv +- 50%, sambungan delta
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S
Tabel 4. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor sangkar, sambungan delta putaran
beban kosong = 1450 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S
Tabel 5. Data pengujian motor induksi 3 fasa rotor sangkar, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S
VI. Analisis
Tabel 1. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan delta
putaran beban kosong = 1325 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 75.8,66 = 649,5191 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1450/60 = 151,76 W
in * 100% = 151,76/649,5191 = 23,36601
S = (ns-nr)/ns = (1500-1450)/1500 = 0,030
Tabel 2. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1400 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 100.2,42 = 242,487 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1445/60 = 151,24 W
in * 100% = 151,24/242,487 = 62,37
S = (ns-nr)/ns = (1500-1445)/1500 = 0,036
Tabel 3. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv +- 50%, sambungan delta
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 75.8,66 = 649,5191 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1420/60 = 148,62 W
in * 100% = 148,62 /649,5191 = 22,88
S = (ns-nr)/ns = (1500-1420)/1500 = 0,0533
Tabel 4. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor sangkar, sambungan delta putaran
beban kosong = 1450 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 75.6,92 = 519,6 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1440/60 = 150,72 W
in * 100% = 150,72/519,6 = 29,06
S = (ns-nr)/ns = (1500-1440)/1500 = 0,040
Tabel 5. Data pengujian motor induksi 3 fasa rotor sangkar, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 75.1,9 = 142,89 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1430/60 = 149,67333 W
in * 100% = 142,89 /149,67333 = 104,7441688
S = (ns-nr)/ns = (1500-1430)/1500 = 0,046
Tabel 3. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv +- 50%, sambungan delta
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Tabel 4. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor sangkar, sambungan delta putaran
beban kosong = 1450 rpm.
Tabel 5. Data pengujian motor induksi 3 fasa rotor sangkar, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1430 rpm.
2. Pengaruh hambatan asut Rv terhadap daya keluaran, efisiensi dan slip motor
pada motor induksi 3 fasa rotor lilit.
Hambatan asut Rv adalah hambatan yang dipasang seri dengan rotor.
Sehingga dengan mengatur Rv berarti mengatur besar hambatan rotor. Bila
hambatan rotor naik berarti impedansi rotor juga naik, sehingga besar arus
rotor akan turun. Rv hanya menambah besar resistansi pada rotor, sedangkan
reaktansi Xr tetap. Sehingga semakin besar resistansi rotor (Rr+Rv) berarti
daya yang terbuang semakin kecil. Maka daya input motor semakin besar,
sehingga efisiensi motor menjadi lebih besar. Berdasarkan persamaan Sm =
(Rr+Rv)/Xro, maka slip motor untuk mencapai torsi maksimum lebih tinggi
jika ditambah dengan Rv. Karena slip motor lebih tinggi maka putaran motor
menjadi lebih lambat, dan torsi yang dihaslkan lebih besar.
Xrr
T MAx
IX. Kesimpulan