Anda di halaman 1dari 31

I.

Judul
Mesin serempak (Altenator)

II. Tujuan
 Dapat merencanakan rangkaian dan merangkai percobaan alternator.
 Dapat menghitung daya masukan, daya keluaran, efisiensi generator
(alternator) pada pembebanan yang berubah-ubah dan sifat yang berbeda.
 Dapat memaralelkan 2 atau lebih alternator dengan langkah yang benar.

III. Teori singkat


Disebut mesin serempak karena pada mesin tersebut antara putaran medan magnet
stator dengan putaran rotor sama (ns = nr). Terdapat ciri yang lain pada mesin serempak yaitu
: mempunyai dua macam belitan utama yaitu belitan jangkar (belitan stator) dan belitan
penguat magnet (belitan rotor). Belitan stator adalah belitan tempat menghasilkan tegangan
(ggl) induksi untuk akternator dan tempat menghasilkan medan magnet putar untuk motor.
Sedangkan belitan rotor adalah belitan untuk menghasilkan garis-garis gaya magnet baik
untuk motor maupun untuk alternator. Berikut ini akan diuraikan tentang alternator.

1. Prinsip dasar . Alternator adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah daya mekanik
menjadi daya listrik arus bolak-balik. Prinsip dasar alternator adalah hukum Faraday.
2. Jumlah kutub, frekuensi dan putaran alternator. Terdapat hubungan antara frekuensi,
jumlah kutub dan jumlah putaran alternator seperti persamaan sebagai berikut :
f = pn/60
Ket : f : frekuensi yang dihasilkan (Hz)

p : Jumlah pasang kutub


n : Jumlah putaran alternator rpm
Tabel berikut merupakan suatu harga jumlah kutub dan jumlah putaran
alternator untu frekuensi yang telah ditetapkan :
Jumlah putaran (rpm)
P
f = 25 Hz f = 50 Hz f = 60 Hz
2 1500 3000 3600
4 750 11500 1600
6 500 1000 1200
8 375 750 900
10 300 600 720
12 250 500 600
16 187,5 375 450
3. Gaya gerak listrik (ggl) induksi pada lilitan stator
Besarnya ggl induksi pada lilitan stator tiap fasa adalah sebagai berikut :
E = 4,44 fp fd f Nf  volt
Ket: E : Ggl induksi lilitan stator perfasa (volt)
fp : faktor langkah
fd : faktor distribusi
f : frekuensi yang dihasilkan (Hz)
N : Jumlah penghantar lilitan perfasa
: Jumlah garis-garis gaya magnet (Wb)
4. Daya alternator
Besarnya daya keluaran alternator adalah : P out = 3 x daya /fasa
= 3 x Vf x If x cos 
5. Reaksi Jangkar
Jika alternator telah memikul beban, maka pada lilitan jangkar akan mengalir
arus dan akan menghasilkan garis-garis gaya magnet jangkar (A). Dengan
adanya garis-garis gaya magnet (flux) jangkar ini berarti di dalam jangkar
terdapat dua macam flux yaitu flux utama (U) dan flux jangkar (A). Kedua
flux ini akan menyatu menjadi flux resultante (R). Terdapat tiga sifat beban
listrik yaitu sifat induktif, resistif dan kapasitif. Dengan sifat beban yang berbeda,
akan diperoleh flux paduan yang berbeda pula yaitu sebagai berikut :

a. Sifat beban resistif, Sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I sefasa
dengan ggl induksi E, dan flux jangkar (A). tegak lurus flux utama (U).
b. Sifat beban kapasitif, Sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I mendahului
ggl induksi E dengan sudut  dan flux jangkar (A) ketinggalan dengan sudut
(90 - ) terhadap flux utama (U).
c. Sifat beban kapasitif murni, Sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I
mendahului ggl induksi E dengan sudut 90 dan flux jangkar (A) sefasa
dengan flux utama (U).
d. Sifat beban induksif murni, Sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I
ketinggalan terhadap ggl induksi E dengan sudut 90 dan flux jangkar (A)
berlawanan dengan flux utama (U).
Dengan sifat beban yang berbeda, akan diperoleh arah dan besar flux
resultante (A) yang berbeda pula dan hal ini akan mmempengaruhi ggl
induksi E yang dibangkitkan oleh lilitan jangkar.
6. Regulasi Tegangan
Regulasi tegangan adalah perbandingan antara tegangan tanpa beban dengan
tegangan pada beban penuh dan dapat ditentukan dengan rumus :
Regulasi Tegangan (VR) = (Eo – V)/V
Ket: VR : Regulasi tegangan
Eo : Tegangan perfasa tanpa beban
V : Tegangan perfasa beban penuh
Perbedaan tegangan terjadi karena beberapa hal antara lain :
a. Adanya penurunan tegangan pada lilitan jangkar akibat adanya impedansi
lilitan jangkar baik dalam bentuk hambatan murni R maupun reaktansi (X).
b. Reaksi jangkar yang timbul karena terbentuknya flux jangkar akibat
pembebanan
c. Pengaruh kemagnetan bagi alternator dengan penguat sendiri karena
perubahan tegangan.
Untuk menentukan besarnya regulasi tegangan, terdapat banyak cara yang
salah satu cara tersebut adalah dengan metode EMF (EMF method). Untuk
mencari besarnya ggl induksi tanpa beban dapat dilakukan dengan pengujian
(tes) yaitu tes hubung terbuka (open circuit tes atau OCT) dan tes hubung
singkat (short circuit tes atau SCT).

a. Tes hubung terbuka (OCT)


Pada tes ini akan dilihat karakteristik E = f(Im) untuk putaran dan frekuensi
konstan. Penggambaran grafik tersebut diperoleh dengan melakukan pengujian.
Arus penguat magnet diatur dari nol sampai dengan harga tertentu Dalam daerah
tertentu hubungan antara arus penguat magnet Im dengan ggl induksi E
merupakan garis lurus, tetapi mulai suatu harga Im tertentu ternyata penambahan
ggl induksi E pada lilitan jangkar tidak sebanding. Jika hubungan ini
digambarkanakan merupakan garis lengkung, kemudia pada suatu saat tertentu
harga ggl induksi E tidak mengalami perubahan walaupun terjadi penambahan
arus penguat magnet Im. Hal ini terjadi setelah kemagnetannya mengalami
kejenuhan.
b. Tes hubung singkat (SCT)
Dalam tes hubung singkat akan diketahui pengaruh perubahan arus penguat
magnet terhadap arus hubung singkat Isc. Harga penambahan arus Im selalu
sebanding dengan perubahan arus hubung singkat Isc. Hubungan kedua
komponen tersebut merupakan bentuk garis lurus . Dengan OCT dan SCT
diperoleh harga :
a. Impedansi serempak (Zs) = Eoc/Isc
b. Reaktansi serempak (Xs) =  Zs2 - Ra2
Eoc : Tegangan fasa tes hubung terbuka
Isc : Arus hubung singkat per fasa
Ra : Hambatan lilitan jangkar per fasa
XA : Reaktansi karena pengaruh reaksi jangkar
Besarnya tegangan tanpa beban Eo dapat ditentukan dengan rumus :
Eo = {(V cos  + I.Ra)2 + (V Sin  + I Xs) 2 }
Sedangkan untuk beban kapasitif besarnya Eo adalah :
Eo = {(V cos  + I.Ra) 2 + (V Sin  - I Xs) 2 }
7. Karakteristik luar alternator
Karakteristik luar alternator merupakan penggambaran hubungan antara
tegangan terminal alternator dengan arus beban IL atau V = f(IL). Beban pada
alternator memiliki beberapa sifat yaitu : Resistif, induktif dan kapasitif.
8. Paralel dua alternator atau lebih
Pada kondisi beban puncak alternator yang telah beroperasi kadang-kadang
tidak mampu melayaninya. Untuk itu agar pelayanan kepada konsumen tidak
terganggu, maka dilakukan pemaralelan dua atau lebih alternator. Terdapat
beberapa syarat agar dua atau lebih alternator dapat kerja paralel yaitu :
(a). Tegangan efektif alternator harus sama (b). Frekuensi harus sama, (c). Urutan
fasa harus sama dan (d). Fasa harus sama
Peralatan yang digunakan dalam memaralel dua atau lebih alternator yaitu :
a. Frekuensi meter, yaitu untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternator
b. Volt meter, yaitu untuk mengetahui tegangan masing-masing alternator
c. Tes fasa meter untuk mengetahui ururan fasa masing-masing alternator
d. Sinkronouskop, yaitu alat untuk menetapkan kapan setelah persyaratan terpenuhi
kedua alternator dapat diparalel.
Untuk mengatur frekuensi dilakukan dengan mengatur putaran tenaga
penggerak, dan untuk mengatur tegangan dilakukan dengan mengatur arus
penguat medan magnet.

IV. Gambar rangkaian


 Rangkaian Percobaan Alternator
 Rangkaian Percobaan Memaralel dua Alternator

V. Data
Tabel 1. Data tes beban kosong (OCT)
ImI 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,75

VL 2,2 36,8 72,4 112,4 144,2 168,3 193 220

Tabel 2. Data tes hubung singkat (SCT)


ImI 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

VL 0 0,7 1,5 2,3 3 3,75 4,4

Tabel 3. Tes pembebanan altenator beban resistif


Harga pengukuran Harga perhitungan
IL V P T V P Cos ɳ

0,5 213 250 2,8 213 439,6 0,426 56,86988

1 211 190 3 211 471 1,110526 40,3397


1,5 200 250 4,2 200 659,4 1,2 37,91325

2 188 300 5 188 785 1,253333 38,21656

2,5 170 350 5,8 170 910,6 1,214286 38,4362

3 149 380 6 149 942 1,176316 40,3397

3,5 114 330 5,6 114 879,2 1,209091 37,53412

Tabel 4. Tes pembebanan altenator beban induktor


Harga pengukuran
Step IL V P T

1 0 218 23 0,6

2 0,22 211 44 0,8


3 0,34 200 62 0,6

4 0,44 195 72 0,7


5 0,54 186 89 0,7

6 0,62 180 101 0,8


7 0,68 173 112 0,8

8 0,76 167 118 0,8

9 0,24 166 132 0,8


10 0,88 160 138 0,9

11 0,95 155 144 1

Tabel 5. Tes pembebanan altenator beban kapasitor


Harga pengukuran
Step IL V P

1 0,5 241 66

2 0,66 258 87
3 1,3 278 175

4 1,85 294 280

5 2,5 308 430

Hambatan lilitan stator per fasa (R-0 atau S-0,atau T-0) = 0 Ω


VI. Analisis
Contoh perhitungan pada Tes pembebanan altenator beban resistif

Vp = V perpasa pada pengukuran

T x 2π x n 2,8 x 2π x 1500
Pin = = = 439,6 Watt
60 60
V x IL 213 x 0,5
Cos φ = = = 0,426
Po 250
Po 250
ɳ= = = 56,86988
Pin 439,6

VII. Gambar grafik


Tabel 1. Data tes beban kosong (OCT)

Tabel 2. Data tes hubung singkat (SCT)

Tabel 3. Tes pembebanan altenator beban resistif


Tabel 4. Tes pembebanan altenator beban induktor

Tabel 5. Tes pembebanan altenator beban kapasitor

VIII. Jawab pertanyaan


1. Gambarkan ke dalam satu salib sumbu V = f(Im) dan Isc = f(Im) alternator !
Jawab:
2. Gambarkan karakteristik luar alternator dari berbagai sifat beban ke dalam satu salib
sumbu

3. Mengapa pada pembebanan kapasitif, semakin besara arus beban semakin besar pula
tegangan terminal generator ?
Jawab: Pada pembebanan kapasitif, semakin besar arus beban semakin besar tegangan
terminal generator. Karena sifat dari beban kapasitif yaitu arus mendahuui tegangan.
Sehingga jika alternator dibebani kapasitif, maka arus jangkar akan mendahului GGL
induksi yang dibangkitkan. Dengan arus jangkar yang mendahului tersebut akan
menghasilkan dan memperkuat fluks jangkar (𝛷a). Sehingga fluks total (𝛷R) semkin
besar. Dengan fluks total yang semakin besar maka GGL induksi yang dihasilkan generator
semakin besar juga.
4. Mengapa pada pembebanan induktif , semakin besara arus beban semakin besar pula
penurunan tegangan pada alternator ?
Jawab: Pada pembebanan induktif, semakin besar arus beban semakin kecil tegangan
terminal generator. Karena sifat dari beban induktif yaitu arus tertinggal terhadap
tegangan. Sehingga jika alternator dibebani induktif, maka arus jangkar ketinggalan
terhadap GGL induksi yang dibangkitkan. Dengan arus jangkar yang ketinggalan
tersebut, maka akan dihasilkan fluks jangkar (𝛷a) yang semakin turun. Sehingga fluks
total (𝛷R) semakin kecil. Dengan fluks total yang semakin kecil maka GGL induksi
yang dihasilkan generator semakin kecil juga.
5. Hitung efisiensi alternator pada setiap perubahan beban pada sifat beban resistif !
Jawab:
IL ɳ

0,5 56,86988

1 40,3397

1,5 37,91325

2 38,21656
2,5 38,4362

3 40,3397

3,5 37,53412
6. Ceriterakan proses pemaralelan alternator !
Jawab:
- Memastikan apakah kedua atau lebih alternator yang akan diparalelkan memiliki
besar tegangan efektif yang sama. Caranya yaitu mengukur tegangan pada setiap
alternator menggunakan voltmeter.
- Memastikan apakah besar frekuensi yang dihasilkan alternator besarnya sama.
Caranya megukur frekuensi yang dihasikan masing-masing alternator menggunakan
frekunsi meter.
- Memastikan urutan fase pada tiap alternator apakah sudah sama, untuk mengetahui
urutan fasa meggunakan tes urutan fasa.
- Untuk mengetahui kapan kedua alternator diparalelkan (tegangan kedua alternator
sefasa) dapat menggunakan sinkronoskop.
7. Mengapa pada pembebanan induktif dan kapasitif murni, daya beban = nol ?
Jawab:
Pada pembebanan induktif dan kapasitif murni daya beban = 0 karena sifat
alami dari beban kapasitif dan induktif sendiri, yaitu beda fase antara tegangan dan
arus adalah 90o sehingga besar cos φ = 0

IX. Kesimpulan
I. Judul
Motor serempak

II. Tujuan
 Dapat mengetahui prinsip menstarting motor serempak.
 Dapat menggambarkan karakteristik I = f(Im) pada motor serempak untuk
beban yang berbeda (beban 1,5 Nm dan 2 Nm).
 Dapat mengetahui pengaruh besar arus penguat magnet pada sifat motor
serempak.
 Dapat mengetahui pembebanan motor serempak pada putaran motor.

III. Teori singkat


Disebut motor serempak karena pada motor tersebut antara putaran medan
magnet stator dengan putaran rotor sama (ns = nr).
1. Prinsip dasar dan konstruksi motor serempak
Motor serempak adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah daya listrik
menjadi daya mekanik (putaran) dengan jumlah putaran rotor sama dengan jumlah
putaran medan magnet stator. Konstruksi motor serempak adalah sama dengan
konstruksi alternator.
Pada motor serempak terdapat dua sumber tegangan yang berarti terdapat dua
sumber pembangkit garis gaya magnet (flux), yaitu flux dari lilitan stator dan flux dari
lilitan penguat magnet. Diasumsikan daya motor P dan tegangan sumber V adalah
konstan (tetap). Jika arus penguat magnet besarnya sedemikian rupa sehingga arus dan
tegangan motor sefasa, ggl induksi E hampir sama dengan tegangan sumber V.
Dalam hal yang demikian motor serempak mempunyai sifat resistif (faktor daya = 1).
Jika arus penguat magnet dinaikkan dari harga semula, maka ggl induksi E akan lebih
besar dari V sehingga arus I mendahului tegangan terminal V. Hal yang demikian
berarti motor bekerja dengan sifat kapasitif. Sedangkan jika arus penguat magnet
diturunkan dari harga semula, maka ggl induksi E akan lebih kecil dari V dan arus
akan ketinggalan terhadap tegangan terminal V. Hal yang demikian berarti bahwa
motor serempak berkerja pada sifat induktif. Dengan demikian hubungan antara arus
jangkar dengan tegangan terminal V pada beban yang tetap, akan merupakan kurva
yang berbentuk V. Pada pembebanan yang berubah-ubah, jumlah putaran motor selalu
tetap.
IV. Gambar rangkaian

V. Data
Tabel 1. Pengaruh Im terhadap sifat motor untuk torsi = 1,5 Nm
Harga pengukuran Harga perhitungan
ImI I P Cos Ket VA Pin VAR

0,3 2,4 175 0,8 lag 528 525 527

0,4 2 180 0,92 lag 440 540 439

0,5 1,7 180 0,98 lag 374 540 373

0,6 1,6 185 0,99 lag 352 555 351,9

0,65 1,55 185 1 341 555

0,7 1,55 185 0,99 lead 341 555 340,9

0,75 1,6 190 0,98 lead 352 570 351

0,775 1,6 190 0,97 lead 352 570 351

0,8 1,65 190 0,96 lead 363 570 362

0,9 1,8 195 0,9 lead 396 585 395

1 2 200 0,82 lead 440 600 439

1,1 2,3 210 0,7 lead 506 630


Tabel 2. Pengaruh Im terhadap sifat motor untuk torsi = 2 Nm
Harga pengukuran Harga perhitungan
ImI I P Cos Ket VA Pin VAR

0,3 2,55 200 0,8 lag 561 600 560

0,4 2,15 200 0,92 lag 473 600 472

0,5 1,9 210 0,98 lag 418 630 417,9

0,6 1,75 210 1 385 630

0,65 1,75 212 0,99 lead 385 636 384

0,7 1,7 212 0,98 lead 374 636 373

0,75 1,75 220 0,97 lead 385 660 384

0,775 1,8 220 0,96 lead 396 660 395

0,8 1,8 220 0,95 lead 396 660 395

0,9 2 230 0,9 lead 440 690 439

1 2,1 230 0,82 lead 462 690 461

1,1 2,4 335 0,7 lead 528 705 527,9

Tabel 3. Data pembebanan motor untuk Im = 0,7 A, V = 220 volt, n = 1500 rpm
Harga pengukuran Harga perhitungan
I P T VA Pin Cos VAR Pout

2 390 4,4 440 660 0,8 439 1170

2,25 430 4,6 495 690 0,86 494 1290

2,5 510 5 550 750 0,92 549 1530

2,75 560 5,6 605 840 0,92 604 1680

3 640 6 660 900 0,96 659 1920

3,25 690 6,4 715 960 0,96 714,8 2070

3,5 760 6,8 770 1020 0,98 769 2280


Tabel 4. Data pembebanan motor untuk Im = 1 A, V = 220 volt, n = 1500 rpm
Harga pengukuran Harga perhitungan
I P T VA Pin Cos VAR Pout

2 190 3,4 440 510 0,43 439 570

2,25 245 4,2 495 630 0,49 494 735

2,5 345 5 550 750 0,62 549 1035

2,75 390 5,6 605 840 0,64 604 1170

3 455 6 660 900 0,68 659 1365

3,25 525 6,4 715 960 0,73 714,8 1575

3,5 600 7 770 1050 0,77 769 1800

VI. Analisis
 Tabel 1 dan 2
VA = V x I  V=220 volt
Diketahui V=220 volt dan I=1.9A
Maka, VA = V.I
= 220 x 2,4= 528 volt
Pin = 3 x P
Diketahui P=175 watt
Maka, Pin =3xP
= 3 x 175
= 525watt
VAR = VA x Cos
Diketahui VA=528 volt dan Cos ⱷ=0,8
Maka, VAR = VA x Cos
= 528 x 0,8
= 527 volt
 Tabel 3 dan 4 :
VA = V x I  V=220 volt
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui V=220 volt dan I=2 A
Maka, VA = V.I
= 220 x 2
= 440 volt
Pin = (2 x T x phi x n)/60
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui T=4,4 Nm, phi=3,14, dan n= 1500
Maka, Pin = (2 x 4,4 x 3,14 x 1500)/60
= 660watt
Cos = P/VA
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui P=390 watt dan VA= 220 volt
Maka, Cos = P/VA
= 390/220
= 0,8
VAR = V x I x Cos
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui cos= 1,8 I=2 A dan V= 220 volt
Maka, var = 220 x 2 x 1,8
= 439volt
Pout = 3 x P
Contoh : pada tabel 3 nomer 1 :
Diketahui P= 390 watt
Maka, Pout = 3 x P
= 1170 watt

VII. Gambar grafik


Tabel 1. Pengaruh Im terhadap sifat motor untuk torsi = 1,5 Nm
Tabel 2. Pengaruh Im terhadap sifat motor untuk torsi = 2 Nm

Tabel 3. Data pembebanan motor untuk Im = 0,7 A, V = 220 volt, n = 1500 rpm

Tabel 4. Data pembebanan motor untuk Im = 1 A, V = 220 volt, n = 1500 rpm


VIII. Jawab pertanyaan
1. Bagaimana prinsip menstarting motor serempak ?
Jawab:
Pada mulanya motor berfungsi sebagai generator, setelah melalui alternator sumber 1
phase variable dapat dimatikan dan motor bekerja dengan tegangan 3 phase setelah
melalui alternator.
2. Gambarkan karakteristik I = f(Im) pada motor serempak untuk beban yang berbeda
(beban 1,5 Nm dan 2 Nm).
Jawab:
Beban 1,5 Nm

Beban 2 Nm

3. Bagaimana pengaruh besar arus penguat magnet pada sifat motor serempak?
Jawab:
Arus penguat berpengaruh pada kecepatan putar motor, semakin kecil kecepatannya
akan semakin cepat.
4. Bagaimana pengaruh pembebanan motor serempak pada putaran motor ?
Jawab:
Pembebanan motor berpengaruh pada kecepatan motor, semakain besar beban yang
terhubung dengan motor,kecepatan akan menurun.
IX. Kesimpulan
I. Judul
MOTOR INDUKSI 3 FASA ROTOR SANKAR DAN ROTOR LILIT

II. Tujuan
 Dapat merencanakan rangkaian dan merangkai percobaan serta dapat
melakukan percobaan mesin arus bolak balik yaitu motor induksi tiga fasa.
 Dapat menghitung daya masukan, daya keluaran, efisiensi motor pada
pembebanan yang berubah-ubah
 Dapat memprediksi torsi maksimum pada suatu motor
 Dapat menggambarakan karakteristik T = f(s) untuk motor indiksi 3 fasa

III. Teori singkat


1. Prinsip kerja motor induksi 3 fasa
Jika lilitan stator pada motor induksi 3 fasa di hubungkan dengan tegangan,
maka pada lilitan jangkat akan terjadi medan magnet putar dengan kecepatan
n = (f . 60)/p. n = jumlah putaran medan magnet stator (rpm)
f = frekuensi tegangan (Hz)
p = jumlah pasang kutub

Perputaran medan magnet stator akan memotong medan magnet lilitan


jangkar, sehingga berdasarkan hokum faraday, pada lilitan jangkar akan
menghasikan ggl listrik induksi. Dengan dihubungsingkatnya lilitan rotor, maka
paa liltan rotor akan mengalir arus yang sangat besar.karena arus ini berada dalam
meda magnet, maka sesuai dengan hokum Lorentz pada lilitan rotor dibangkitkan
gaya memutar rotor, dan putaran rotor sesuai dengan arah putaran medan magnet
stator.

2. Slip motor
Jumlah putaran rotor selalu lebih rendah dari putaran magnet stator, selisih
kedua putaran tersebut disebut slip, dan besarnya dapat ditentukan dengan rumus :

s = (ns-nr)/ns s = slip motor


ns = jumlah putaran medan magnet stator (rpm)
nr = jumlah putaran rotor (rpm)
3. Frekuensi tegangan dan arus rotor
Pada saat rotor masih diam, frekuensi tegangan pada lilitan rotor sama dengan
frekuensi tegangan suplai listrik. Jika rotor sudah berputar maka frekuensi dan arus
rotor akan berubah, dimana fr = s.fs
Pada saat motor berbeban, putaran motor berubah berarti slip motor berubah pula.
Perubahan slip motor akan mempengaruhi besarnya frekuensi tegangan dan arus
lilitan rotor. Dengan perubahan frekuensi, besarnya XL akan berubah juga.
Besarnya Xrr = s.Xr0

4. GGL induksi lilitan rotor

5. Arus pada lilitan rotor

6. Daya rugi rugi daya dan efisiensi


7. Torsi motor

8. Torsi motor maksimum

9. Pengaruh perubahan tegangan terhadap torsi motor


T = (3/ /s)/((Rr/s)+Xro)
Rumus tersebut dapat dituliskan bahwa karena Eo sebanding dengan V, maka T
sebanding dengan V. sehingga jika terjadi penurunan tegangan, maka torsi motor
akan berubah pula. Maka akan dipeoleh perbandingan : Tm1/Tm2 = (V1/V2)2

10. Karakteristik motor induksi 3 fasa


Karakteristik yang penting didalam motor induksi 3 fasa adalah krakteristik
T = f(nr) atau sering disebut dengan T = f(s). untuk motor induksi motor lilit yang
dilengkapi dengan hambatan asut Rv yang dipasng seri dengan lilitan rotor,
besarnya sm sangat dipengaruhi oleh harga Rv. Adapun besarnya harga Sm tesebut
adalah Sm = (Rr+Rv)/Xro. Sehingga semakin besar harga Rv, nutk mencapai T
yang sama, slip motor semakin besar.

11. Starting motor induksi 3 fasa


Terdapat beberapa cara starting motorinduks 3 fasa :
 Starting secara langsung, kelemahanya arus start sangat tinggi bias
mencapai 7x arus nominal
 Starting menggunakan sakelar Y-
 Starting menggunakan auto trafo, keuntunganya arus yang mengalir ke
motor dapat diatur dengan cara mengatur tegangan supplay

12. Mengatur jumlah putaran motor


Untuk mengatur jumlah putarn motor indusi dapat berpedoman pada rumus
Ns = (60.f)/p, Berdasarkan pada persamaan tersebut jumlah putaran motor dapat
diatur dengan cara mengatur frekunsi tegangan atau mengatur jumlah kutub.

13. Membalik putaran motor


Putaran motor dapat terbalik jika arah putaran medan magnet stator juga
terbalik. Untk membalik putaran medan magnet stator dapat dilakukan dengan
menukar dua dari tiga penghantar fasa pada motor tersebut.

IV. Gambar rangkaian


1. Percobaan motor induksi 3 fasa rotor lilit
2. Percobaan motor induksi 3 fasa rotor sangkar

V. Data
Tabel 1. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan delta
putaran beban kosong = 1325 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S

1 5 155 1450 649,5191 151,7667 23,36601 0,033333

2 5 165 1440 649,5191 301,44 46,40972 0,04

3 5,1 180 1440 662,5094 452,16 68,24959 0,04

4 5,2 190 1430 675,4998 598,6933 88,62968 0,046667

5 5,3 210 14225 688,4902 7444,417 1081,267 -8,48333

6 5,4 220 1420 701,4806 891,76 127,1254 0,053333

7 5,7 240 1410 740,4517 1033,06 139,5175 0,06

8 5,9 225 1405 766,4325 1176,453 153,4973 0,063333


Tegangan fasa 75v, T maks = 0,4 nm

Tabel 2. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1400 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S

1 1,4 50 1445 242,4871 151,2433 62,3717 0,036667

2 1,7 70 1415 294,4486 296,2067 100,5971 0,056667

3 2 90 1400 346,4102 439,6 126,9016 0,066667

4 2,4 110 1385 415,6922 579,8533 139,491 0,076667

5 2,7 125 1360 467,6537 711,7333 152,1924 0,093333

6 2,2 155 1340 381,0512 841,52 220,8417 0,106667

7 4,1 190 1300 710,1408 952,4667 134,1236 0,133333

Tegangan fasa 100v, T maks = 0,8 nm

Tabel 3. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv +- 50%, sambungan delta
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S

1 5 150 1420 649,5191 148,6267 22,88257 0,053333

2 5 165 1385 649,5191 289,9267 44,63713 0,076667

3 5,2 175 1360 675,4998 427,04 63,21837 0,093333

4 5,2 190 1330 675,4998 556,8267 82,4318 0,113333

5 5,3 210 1300 688,4902 680,3333 98,81525 0,133333

6 5,5 225 1260 714,471 791,28 110,7505 0,16

7 5,8 240 1225 753,4421 897,5167 119,1222 0,183333

Tabel 4. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor sangkar, sambungan delta putaran
beban kosong = 1450 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S

1 4 12 1440 519,6152 150,72 29,00608 0,04

2 4 30 1430 519,6152 299,3467 57,60929 0,046667

3 4,1 15 1420 532,6056 445,88 83,71673 0,053333


4 4,2 15 1420 545,596 594,5067 108,9646 0,053333

5 4,2 60 1410 545,596 737,9 135,2466 0,06

6 4,4 102 1400 571,5768 879,2 153,8201 0,066667

7 4,4 140 1400 571,5768 1025,733 179,4568 0,066667

8 4,5 185 1390 584,5671 1163,893 199,1034 0,073333

Tegangan fasa 75v, T maks = 2,8 nm

Tabel 5. Data pengujian motor induksi 3 fasa rotor sangkar, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Data pengukuran Data perhitungan
T I P n Pin Pout ɳ S

1 1,1 35 1430 142,8942 149,6733 104,7442 0,046667

2 1,4 44 1410 181,8653 295,16 162,2959 0,06

3 2 84 1380 259,8076 433,32 166,7849 0,08

4 2,4 125 1350 311,7691 565,2 181,288 0,1

5 3 175 1310 389,7114 685,5667 175,9165 0,126667

6 2,8 225 1350 363,7307 847,8 233,0846 0,1

7 5,2 260 1090 675,4998 798,6067 118,2246 0,273333

Tegangan fasa 75v, T maks = 2,8 nm

VI. Analisis
Tabel 1. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan delta
putaran beban kosong = 1325 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 75.8,66 = 649,5191 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1450/60 = 151,76 W
in * 100% = 151,76/649,5191 = 23,36601
S = (ns-nr)/ns = (1500-1450)/1500 = 0,030

Tabel 2. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1400 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 100.2,42 = 242,487 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1445/60 = 151,24 W
in * 100% = 151,24/242,487 = 62,37
S = (ns-nr)/ns = (1500-1445)/1500 = 0,036
Tabel 3. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv +- 50%, sambungan delta
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 75.8,66 = 649,5191 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1420/60 = 148,62 W
in * 100% = 148,62 /649,5191 = 22,88
S = (ns-nr)/ns = (1500-1420)/1500 = 0,0533

Tabel 4. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor sangkar, sambungan delta putaran
beban kosong = 1450 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 75.6,92 = 519,6 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1440/60 = 150,72 W
in * 100% = 150,72/519,6 = 29,06
S = (ns-nr)/ns = (1500-1440)/1500 = 0,040

Tabel 5. Data pengujian motor induksi 3 fasa rotor sangkar, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1430 rpm.
Pin = V.√3. 𝐼 = 75.1,9 = 142,89 W
PO = T.2.n/60 = 1. 2. 3,14 . 1430/60 = 149,67333 W
in * 100% = 142,89 /149,67333 = 104,7441688
S = (ns-nr)/ns = (1500-1430)/1500 = 0,046

VII. Gambar grafik


Tabel 1. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan delta
putaran beban kosong = 1325 rpm.
Tabel 2. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv = 0, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1400 rpm.

Tabel 3. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor lilit, Rv +- 50%, sambungan delta
putaran beban kosong = 1430 rpm.

Tabel 4. Data pengujian motor induksi 3fasa rotor sangkar, sambungan delta putaran
beban kosong = 1450 rpm.
Tabel 5. Data pengujian motor induksi 3 fasa rotor sangkar, sambungan bintang
putaran beban kosong = 1430 rpm.

VIII. Jawab pertanyaan


1. Menghitung daya masukan, daya keluaran, efisiensi dan slip motor pada setiap
perubahan beban dan pada hambatan asut Rv yang berbeda pada motor induksi
3 fasa rotor lilit.
Data perhitungan
Pin Pout ɳ S

242,4871 151,2433 62,3717 0,036667

294,4486 296,2067 100,5971 0,056667

346,4102 439,6 126,9016 0,066667

415,6922 579,8533 139,491 0,076667

467,6537 711,7333 152,1924 0,093333

381,0512 841,52 220,8417 0,106667

710,1408 952,4667 134,1236 0,133333

2. Pengaruh hambatan asut Rv terhadap daya keluaran, efisiensi dan slip motor
pada motor induksi 3 fasa rotor lilit.
Hambatan asut Rv adalah hambatan yang dipasang seri dengan rotor.
Sehingga dengan mengatur Rv berarti mengatur besar hambatan rotor. Bila
hambatan rotor naik berarti impedansi rotor juga naik, sehingga besar arus
rotor akan turun. Rv hanya menambah besar resistansi pada rotor, sedangkan
reaktansi Xr tetap. Sehingga semakin besar resistansi rotor (Rr+Rv) berarti
daya yang terbuang semakin kecil. Maka daya input motor semakin besar,
sehingga efisiensi motor menjadi lebih besar. Berdasarkan persamaan Sm =
(Rr+Rv)/Xro, maka slip motor untuk mencapai torsi maksimum lebih tinggi
jika ditambah dengan Rv. Karena slip motor lebih tinggi maka putaran motor
menjadi lebih lambat, dan torsi yang dihaslkan lebih besar.

3. Pengaruh sambungan motor induksi 3 fasa rotor sangkar terhadap daya


keluaran, efisiensi dan slip motor.
Jika motor induksi 3 fasa rotor sangkar disambung bintang dan segitiga
dan juga dipasang pada tegangan VLN = 220v pada tiap masing-masing
sambungan,akan didapatkan daya keluaran, efisiensi serta slip motor yang
berbeda. Hal ini disebabkan karena dengan VLN yang sama berarti VPase pada
sambungan bintang lebih kecil. Dengan tegangan rotor (ER) yang lebih kecil
akan didapatkan arus rotor (Ir) yang lebih kecil juga (Ir = Er/Zr). Karena Ir
kecil maka daya keluaran turun sehingga efisiensi motor lebih rendah.
Berdasakan persamaan P12 = P2Cu/s, semakin kecil P12 maka s akan semakin
besar. Selain berpengaruh terhadap Ir, berdasarkan persamaan (V1/V2)2 =
T1/T2, maka jika tegangan rotor kecil maka torsi yang dihasilkan juga kecil.

4. Perkiraan torsi maksimum motor pada tegangan VLN 220V

- Pada motor lilit sambungan didapat VLN = 100V, Tmaks = 5,8 Nm


(V1/V2)2 = (T1/T2) T2 = T1V22/V12 = 5,8.2202/1002 = 28,1 Nm
- Pada motor lilit sambungan Y didapat VLN = 150V, Tmaks = 5,3 Nm
T2 = T1V22/V12 = 5,3.(220/ )2/(150/ )2 = 11,4 Nm

- Pada motor sangkar sambungan VLN = 100V, Tmaks = 3,8 Nm


2 2 2 2
T2 = T1V2 /V1 = 3,8.220 /100 = 18,39 Nm

- Pada motor sangkar sambungan Y VLN = 150V, Tmaks = 3,2 Nm


T2 = T1V22/V12 = 3,2.(220/ )2/(150/ )2 = 6,88 Nm

5. Gambar karakteristik T = f(s) motor lilit dan motor sangkar.

Xrr

T MAx

IX. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai