Anda di halaman 1dari 10

PRAKTEK MESIN LISTRIK

PERCOBAAN MESIN SEREMPAK


(ALTERNATOR)

Disusun oleh :
Adi Purwanto
NIM : 12501241041
Kelas : A3

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

PRAKTEK
MESIN LISTRIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN MESIN
LK
SEREMPAK
03
(ALTERNATOR)

4X50
MENIT

A. TUJUAN
Setelah selesai praktek diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memiliki kemampuan mengoperasikan dan melakukan percobaan alternator untuk
mengetahui karakteristik motor.
2. Mampu menhitung daya masukan, daya keluaran, dan efisiensi alternator pada
pembebanan yang berubah-ubah.
3. Mampu menggambarkan karakteristik V=f(IL) untuk pada alternator.
B. DASAR TEORI
Disebut mesin serempak karena pada mesin tersebut antara putaran medan magnet
stator dengan putaran rotor sama (ns=nr). Terdapat ciri yang lain pada mesin serempak
yaitu belitan jangkar (belitan stator) beltan penguat magneta (belitan rotor). Belitan stator
adalah belitan tempat menghasilkan tegangan (ggl) induksi untuk alternator dan tempat
menghasikan medan magnet putar untuk motor. Sedangkan belitan rotor adalah belitan
untuk menghasilkan garis-garis gaya magnet baik untuk motor maupun untuk
alternator.berikut ini akan diuraikan tentang alternator.
1. Prinsip dasar. Alternator adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah daya
mekanik menjadi daya listrik arus bolak-balik. Prinsip dasar alternator adalah hukum
Faraday.
2. Jumlah kutub, frekuensi, dan putaran alternator. Terdapat hubungan antara
frekuensi, jumlah kutub dan jumlah putaran alternator seperti persamaan berikut:
f = frekuensi yang dihasilkan (Hz)
p = jumlah pasang kutub
n = jumlah putaran alternator (rpm)
Tabel berikut merupakan suatu harga jumlah kutub dan jumlah putaran alternator
untuk frekuensi yang telah ditetapkan:
P
2
4

f= 25 Hz
1500
750

Jumlah putaran (rpm)


f= 50Hz
3000
1500

f= 60 Hz
3600
1600

6
8
10
12
16

500
375
300
250
187,5

1000
750
600
500
375

1200
900
720
600
450

3. Gaya grak listrik (ggl) induksi pada lilitan stator


Besarnya ggl induksi pada lilitan stator tiap fasa adalah sebagai berikut:
E = ggl induksi lilitan sator per fasa (volt)
fp = factor langkah
fd = factor distribusi
f = frekuensi yang dihasilkan (hz)
nf = Jumlah penghantar lilitan per fasa
= Jumlah garis-garis gaya magnet (Wb)
4. Daya alternator
Besarnya daya keluaran alternator adalah:
Pout = 3xdaya/fasa
= Vf x If x cos
5. Reaksi jangkar
Jika alternator telah memikul beban maka pada lilitan jangkar akan mengalir arus dan
akan menghasilkan garis-garis gaya magnet jangkar ( A). Denngan adanya garisgaris gaya magnet(flux) jangkar ini di dalam jangkar terdapat dua macam flux yaitu
flux utama ( U) dan flux jangkar ( ). Kedua flux ini akan menyatu dengan flux
resultan ( ). Terdapat tiga sifat beban listrik yaitu sifat induktif, resistif, dan
kapasitif. Dengan sifat beban yang berbeda, akan diperoleh flux paduan yang berbeda
pula yaitu sebagai berikut:
a. Sifat beban resistif, sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I sefasa dengan
ggl induksi E, dan flux jangkar ( ) tegak lurus flux utama ( ).
b. Sifat beban kapasistif, sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I mendahului
dengan ggl induksi E dengan sudut , dan flux jangkar ( ) ketinggalan dengan
sudut (90-) terdapat flux utama ( ).
c. Sifat beban kapasistif murni, sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I
mendahului dengan ggl induksi E dengan sudut 90, dan flux jangkar ( ) sefasa
dengan flux utama ( ).
d. Sifat beban induktif murni, sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I
ketinggalan dengan ggl induksi E dengan sudut 90, dan flux jangkar ( )
berlawanan dengan flux utama ( ).

Dengan sifat beban beban yang berbeda, akan diperoleh arah dan besar flux resultante
( ) yang berbeda pula dan hal ini akan mempengaruhi ggl induksi oleh lilitan
jangkar.
6. Regulasi tegangan
Regulasi tegangan adalah perbandingan antara tegangan antara tegangan tanpa beban dengan
tegangan pada beban penuh dan dapat ditentukan dengan rumus :
Regulasi tegangan (VR)= (Eo-V)/V

VR= regulasi tegangan


Eo = tegangan perfasa tanpa beban
V = tegangan perfasa beban penuh

Perbedaan tegangan terjadi karena beberapa hal antara lain :


a. Adanya penurunan tegangan pada lilitan jangkar akibat adanya impedansi lilitan
jangkar baik dalam bentuk hambatan murni R maupun reaktansi (X)
b. Reaksi jangkar yang timbul karena terbentuknya flux jangkar akibat pembebanan.
c. Pengaruh kemagnetan bagi alternator dengan penguat sendiri karena perubahan
tegangan.
Untuk menentukan besarnya regulasi tegangan terdapat banyak cara yang salah satu
cara tersebut adalah dengan metode EMF (EMF method). Untuk mencari besarnya ggl
induksi tanpa beban dapat dilakukan dengan pengujian (tes) yaitu tes hubung terbuka
(open circuit tes atau OCT) dan tes hubung singkat (short circuit tes atau SCT).
a. Tes hubung terbuka (OCT)
Pada tes ini akan dilihat karakteristik E= f(Im) untuk putaran dan frekuensi
konstan. Penggambaran grafik tersebut diperoleh dengan melakukan pengujian.
Arus penguat magnet diatur dari nol sampai harga tertentu. Dalam daerah tertentu
hubungan antara arus penguat magnet Im dengan ggl induksi E merupakan garis
lurus, tetapi mulai suatu harga Im tertentu ternyata penambahan ggl induksi E
pada ilitan jangkar tidak sebanding. Jika hubungan ini digambarkan
merupakangaris lengkung, kemudian pada suatu saat tertentu harga ggl iduksi E
tidak mengalami perubahan walaupun terjadi penambahan arus penguat magnet
Im. Hal ini terjadi setelah kemagnetannya mengalami kejenuhan.
b. Tes hubung singkat (SCT)
Dalam tes hubung singkat akan diketahui pengaruh perubahan arus penguat
magnet terdapat arus hubung singkat Isc. Harga penambahan arus Im selalu
sebanding dengan perubahan arus hubung singkat Isc. Hubungan kedua
komponen tersebut merupakan bentuk garis lurus. Degan OCT dan SCT
diperoleh harga:

a. Impedansi serempak (Zs) = Eoc/Isc


b. Reaktansi serempak (Xs) =
Eoc = tegangan fasa tes hubungan terbuka
Isc = arus hubung singkat per fasa
Ra = hambatan lilitan jangkar per fasa
Xa = reaksi karena pengaruh reaksi jangkar
Besarnya tegangan tanpa beban Eo dapat ditentukan dengan rumus:
*(

) +

Sedangkan untuk beban kapasitif besarnya Eo adalah


*(

) +

7. Karakteristik luar alternator


Karakteristik luar alternator merupakan penggambaran hubungan antara tegangan
terminal alternator dengan arus beban IL atau V=f(IL). Beban pada alternator
memiliki beberapa sifat yaitu: resistif, induktif, dan kapasistif.

8. Pararel dua alternator atau lebih


Pada kondisi beban puncak alternator yang telah beroperasi kadang-kadang tidak
mampu melayaninya. Untuk itu agar pelayanan kepada konsumen tidak terganggu
maka dilakukan pemararelan dua alternator atau lebih alternator. Terdapat beberapa
syarat agar dua atau lebih alternator dapat kerja parallel yaitu:
a) Tegangan efektif alternator sama
b) Fekuensi harus sama
c) Urutan fasa harus sama
d) Fasa harus sama
Peralatan yang digunakan dalam memaralel dua atau lebih alternator yaitu:
a. Frekuensimeter, yaitu untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternator
b. Voltmeter, yaitu untuk mengetahui tegangan masing-masing alternator
c. Tesfasameter, yaitu untuk mengetahui uutan fasa masing-masing alternator
d. Sinkronouskop, yaitu alat untuk menetapkan kapan setelah persyaratan terpenuhi
kedua alternator dapat diparalel.
Untuk mengatur frekuensi dilakukan dengan mengatur putaran tenaga penggerak, dan
untuk mengatur tegangan dilakukan dengan mengatur arus penguat magnet.

C. PRAKTEK
1. Gambar Rangkaian
a. Rangkaian Percobaan Alternator pada Tes Beban Kosong (OCT)

a. Rangkaian Percobaan Alternator pada Tes Hubung Singkat (SCT)

b. Rangkaian Percobaan Alternator pada Berbagai Macam Sifat Beban

2. Tabel Data
Tabel 1. Data Tes Beban Kosong (OCT)
Im 1
VL

0A
3,4 V

0,1 A
42 V

0,2 A
78 V

0,3 A
117 V

0,4 A
155 V

0,5 A
185 V

0,6 A
210 V

0,3 A
2,1 A

0,4 A
2,6 A

0,5 A
3,1 A

0,6 A
4,1 A

0,64 A
220 V

Tabel 2. Data Tes Hubung Singkat (SCT)


Im 1
Isc

0A
0A

0,1 A
0,63 A

0,2 A
1,4 A

Tabel 3. Data Tes Pembebanan Alternator Beban Resistif


IL
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,3

Harga Pengukuran
V
P
215
90
205
170
190
260
165
310
150
330
92
260
14
30

T
1,8
2,7
3,6
4,2
4,4
3,6
1.2

V
215
205
190
165
150
92
14

Harga Perhitungan
P
Cos

Tabel 3. Data Tes Pembebanan Alternator Beban Induktor


Step
1
2
3
4
5
6
7
8

IL
1,4
1,65
2,1
2,8
2,65
2,8
2,9
3

Harga Pengukuran
V
180
160
140
125
110
90
80
76

P
225
250
270
270
255
245
230
215

T
1,8
1,8
2
2
2
2
1,8
1,8

Tabel 3. Data Tes Pembebanan Alternator Beban Induktor


Harga Pengukuran
IL
V
1,6
280
2,6
340
4,6
370
6,8
390
7,2
400

Step
1
2
3
4
5

T
0,9
1,4
2,2
3,4
3,7

Hambatan lilitan satator per fasa (R-0 atau S-0, atau T-0) = 1,5

3. ANALISA DATA
Contoh perhitungan pada Tabel 3. tes pembebanan alternator beban resistif pada saat
IL= 0,5 A :

Perhitungan Impedansi Serempak (Zs) dan Reaktansi Serempak (Xs)

4. GRAFIK
Grafik VL=f(Im1)

Grafik Isc=f(Im1)

250

200

150

100

50

0
0

0.2

0.4

0.6

0.8

0.2

0.4

0.6

0.8

Dari kedua grafik diatas dapat diketahui bahwa peningkatan ataupun penurunan Im
akan berpengaruh terhadap tegangan beban (VL) dan arus hubung singkat (Isc). Kenaikan
baik dari tegangan beban ataupun arus hubung singkat berbentuk linier atau mengalami
kenaikan yang tetap terhadap peningkatan nilai Im.

Grafik V=f(IL) pada Beban Resistif,


Induktif, dan Kapasitif
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Beban Resistif
Beban Induktif
Beban Kapasitif

Tegangan dengan beban resistif dan induktif mengalami penurunan saat arus beban
ditingkatkan. Berbeda dengan kedua sifat beban sebelumnya tegangan pada beban
kapasitif mengalami peningkata seiring peningkatan arus beban. Hal ini tidak terjadi terus

menerus, pada tingka tertentu pada beban kapasitif kenaikan tegangan tidak diikuti
kenaikan arus beban, tetapi malah diikuti penurunan arus beban.

5. BAHAN DISKUSI
Pada pembebanan kapasitif semakin besar arus beban semakin besar pula tegangan
terminal generator karena pada beban kapasitif terdapat peristiwa pengisian dan
pengosongan kapasitor, saat peristiwa pengisian tegangan beban adalah murni tegangan
sumber, namun pada saat peristiwa pengosongan terjadi penambahan tegangan sumber
dengan tegangan pengosongan kapasitor. Oleh karena itu apabila arus pada kapasitor
semakin besar penambahan tegangan pada terminal generator.
Pada pembebanan induktif, semakin besar arus beban, semakin besar pula penurunan
tegangan pada alternator. Hal ini karena sifat beban ini mengakibatkan arus jangkar I
ketinggalan dengan ggl induksi E dengan sudut 90, dan flux jangkar ( ) berlawanan
dengan flux utama ( ). Oleh karena itulah saat arus beban naik, karena kedua flux
berlawanan mengakibatkan tegangan menjadi turun.

6. KESIMPULAN
1. Saat tes beban kosong (oct) pada alternator, karakteristik V=f(Im) adalah berbanding
lurus.
2. Pada alternator, karakteristik Isc=f(Im) ketika tes hubung singkat (sct) adalah
berbanding lurus.
3. Karakteristik V=f(IL) pada alternator untuk pembebanan resistif dan induktif adalah
berbanding terbalik, sedangkan untuk pembebanan kapasitif adalah berbanding lurus.

Anda mungkin juga menyukai