Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH TEKNIK TENAGA LISTRIK

UJI REGULATION PERFORMANCE

Dosen Pengampu: Ir. Mochammad Muqorrobin, M.Eng.

Disusun Oleh:

1. Ananda Risqi Pratama (3.31.21.3.01 / LT2D)


2. Bagas Pradita (3.31.21.3.02 / LT2D)
3. Bagus Wahyu Utomo (3.31.21.3.03 / LT2D)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2023
A. JUDUL
Pada praktikum teknik tenaga listrik yang dilaksanakan pada tanggal 16
Maret 2023, memiliki judul yaitu “Uji Regulation Performance”.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dalam pelaksanaan praktikum uji generator berbeban, yaitu:
1. Mahasiswa dapat merangkai rangkaian pada module praktik,
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja dari uji generator berbeban,
3. Mahasiswa dapat merekam karakteristik regulasi pada faktor daya yang
berbeda.

C. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


Adapun alat dan komponen yang digunakan sebagai penunjang saat
pelaksanaan praktikum, yaitu sebagai berikut:
1. DL 1013T2 Catu daya DC, (1 buah)
2. DL 1017R Beban resistif, (1 buah)
3. DL 1017L Beban induktif, (1 buah)
4. DL 1017C Beban kapasitif (1 buah)
5. DL 1023PS Motor DC shunt, (1 buah)
6. DL1026A Alternator 3 Fasa, (1 buah)
7. DL 2025DT Indikator kecepatan, (1 buah)
8. DL 2031M Generator elektronik optic, (1 buah)
9. DL 2108T01 Pengontrol tegangan eksitasi, (1 buah)
10. DL2109T27 Pengukur Faktor Daya (1 buah)
11. DL 2109T1A Ampermeter besi bergerak (1000mA), (2 buah)
12. DL 2109T2A5 Ampermeter besi bergerak (2,5A), (1 buah)
13. DL 2109T1PV Voltmeter besi bergerak (600V). (1 buah)

D. LANDASAN TEORI
1. Generator sinkron yang pada prinsipnya merupakan mesin sinkron yang
digunakan sebagai generator arus bolak balik (alternating current generators).
Generator sinkron biasanya dioperasikan bersama (atau diparalel),
membentuk sebuah power sistem yang besar untuk menyuplai energi ke
beban atau konsumen, seperti; industri, komersil, agrikultural dan domestik
serta rumah tangga. Tipe dari mesin sinkron ada dua, yaitu:
a) Rotating-armatur type: kumparan/belitan armatur ada di rotor dan medan
gaya magnet ada di stator.
b) Rotating-field type: kumparan/belitan armatur atau terminal ada di stator
dan medan gaya magnet di rotor.
Dalam hal ini Generator sinkron merupakan tipe dari rotating-field type karena
karena belitan armatr ada di stator dan medan gaya di rotor. Generator sinkron
mengkoversikan energi mekanik menjadi energi listrik. Adapun sumber dari
energi mekanik tersebut adalah prime mover baik mesin diesel, turbin uap,
turbin gas, turbin air, atau perangkat sejenis lainnya. Adapun komponen utama
generator adalah rotor dan stator.

Gambar 1. Prinsip Kerja Generator Sinkron


Karakteristik Berbeban Generator Sinkron: Vt = f (If) Bila generator diberi
beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal akan berubah-ubah
pula, hal ini disebabkan karena adanya kerugian tegangan pada:
a) Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar (Ra) menyebabkan kerugian tegangan
jatuh, Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
b) Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks
yang terjadi tidak menimbas pada jalur yang ditentukan, hal seperti
ini disebut “fluks bocor”.
c) Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat
dibebani akan menimbulkan fluks jangkar (ϕA) yang berintegrasi
dengan fluks yang dihasilkan pada kumparan medan rotor (ϕF),
sehingga akan dihasilkan suatu fluks resultan sebesar ϕR = ϕA + ϕF.

2. Diagram Fasor
Fasor digunakan untuk menggambarkan hubungan antara tegangan-
tegangan arus bolak-balik. Gambar 2. menunjukkan hubungan diantara
tegangan-tegangan arus bolak balik tersebut ketika generator mensuplai
beban resistif murni (faktor daya nol). Total tegangan EA berbeda dari
tegangan terminal Vϕ karena adanya tegangan jatuh resistif dan induktif.
Semua tegangan direferensikan terhadap Vϕ yang diasumsikan bersudut 0˚

Gambar 2. Diagram Fasor Generator Sinkron dengan Faktor Daya


Satu
Gambar 3. mengilustrasikan diagram fasor untuk generator yang
beroperasi pada faktor dayalagging dan leading. Perlu dicermati bahwa, untuk
tegangan fasa dan arus jangkar yang sama, bebanlagging membutuhkan
tegangan induksi EA yang lebih besar daripada beban leading. Oleh karena
itu, arus medan yang lebih besar dibutuhkan oleh beban lagging untuk
mendapatkan tegangan terminal yang sama dengan beban leading. Untuk
arus medan dan besar arus beban yang sama, tegangan terminal untuk beban
lagging lebih kecil daripada beban leading.

Gambar 3. Diagram Fasor Generator Sinkron pada Faktor Daya


Lagging
Pada mesin sinkron, besarnya resistansi RA sangatlah kecil
dibandingkan dengan reaktansi sinkron XS. Jika resistansi sinkron diabaikan,
maka sebuah persamaan penting untuk memperkirakan daya keluaran
generator dapat diturunkan.
Daya keluaran generator dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 3 × 𝑉𝜑 × 𝐼 × 𝑐𝑜𝑠𝜃
Dari diagram fasor terlihat bahwa:
𝐸. 𝑠𝑖𝑛𝛿
𝐼. 𝑐𝑜𝑠𝜃 =
𝑋𝑠
Sehingga persamaan akhir untuk perkiraan daya keluaran generator
adalah:
3. 𝑉𝜑. 𝑠𝑖𝑛𝛿
𝑃𝑜𝑢𝑡 =
𝑋𝑠

3. Pengaruh Perubahan Beban pada Generator yang Beroperasi Sendiri


Ketika beban meningkat, daya aktif dan / atau daya reaktif yang diambil
dari generator akan meningkat. Peningkatan beban akan meningkatkan arus
beban yang diambil dari generator. Jika arus medan tidak diubah (fluks ϕ
bernilai konstan) dan jika prime mover dijaga agar berputar pada kecepatan
mekanik yang konstan (sehingga frekuensinya tetap), maka besar dari
tegangan induksi (EA) akan bernilai konstan.
Jika generator beroperasi pada faktor daya lagging dan beban
tambahan diberikan pada faktor daya yang sama, maka besarnya IA akan
meningkat dengan sudut θ di antara IA dan Vϕ yang tetap konstan dan oleh
karenanya, tegangan reaksi jangkar jXSIA juga akan meningkat dengan tetap
menjaga konstan sudutnya. Karena jXSIA bertambah, sedangkan besar dari
EA tetap konstan (gambar 4 (a)). Maka, ketika beban dengan faktor daya
lagging bertambah, tegangan Vϕ turun dengan cukup tajam. Gambar 4 (b)
mengilustrasikan pengaruh ketika generator ditambah beban berfaktor daya
satu dan terlihat bahwa Vϕ turun sedikit. Gambar 4 (c) menggambarkan
pengaruh ketika generator diberi beban tambahan dengan faktor daya
leading, yaitu mengakibatkan tegangan Vϕ menjadi naik
Gambar 4. (a) Lagging, (b) Resisitif Murni, (c) Leading terhadapt
Tegangan Terminal
Dalam kondisi operasi normal, diinginkan agar tegangan tetap konstan
sekalipun beban berubah-ubah. Variasi tegangan terminal dapat diatasi
dengan memvariasikan besar EA, yaitu dengan memvariasikan medan
magnet (dan juga fluks) generator. Sebagai contoh, ketika bebanlagging
ditambahkan pada generator, tegangan terminal akan turun. Dengan
memperbesar arus medan IF melalui pengaturan sistem eksitasi maka EA
akan meningkat karena meningkatnya fluks sehingga, pada akhirnya
tegangan terminal juga akan meningkat. Proses ini akan terbalik untuk
menurunkan tegangan terminal. Pengaruh perubahan beban terhadap
tegangan terminal generator secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut
ini

Gambar 5. Kurva Karakteristik Generator dalam Kondisi Berbeban


4. Beban Resistif
Beban resistif (Z = R) merupakan beban resistor murni, dimana energi
listrik diubah menjadi energi panas atau mekanik dan beban ini menyerap
daya semu yang seluruhnya diubah menjadi daya aktif (Kartika I, 2017). Yang
termasuk beban resistip murni adalah lampu pijar, setrika listrik, heateratau
pemanas. Arus dan tegangan sefasa sehingga arus akan berhimpit dengan
tegangan atau sudut fasanya sama dengan nol dan faktor daya sama dengan
satu (ᶲ = 0˚ dan cos ᶲ = 1), secara vektoris dinyatakan:

Gambar 6. Vektor Hubungan V dan I pada Beban Resistif

Gambar 7. Grafik Hubungan V, I, dan P pada Beban Resistif

5. Beban Induktif
Beban induktif (Z = XL) adalah beban yang mengandung kumparan
kawat yang dililitkan pada sebuah inti besi, dimana energi listrik yang diserap
diubah menjadi medan magnet dan beban ini menyerap daya semu yang
seluruhnya diubah menjadi daya reaktif induktif (Kartika I, 2017). Yang
termasuk beban induktif adalah peralatan listrik yang menggunakan motor-
motor listrik dan ballast atau transformator. Arus akan tertinggal (lagging)
sebesar 90˚ terhadap tegangan, atau sudut fasanya sama dengan 90˚
sehingga cos ᶲ = 0, secara vektoris dinyatakan:
Gambar 8. Vektor Hubungan V dan I pada Beban Induktif

Gambar 9. Grafik Hubungan V, I, dan P pada Beban Induktif

6. Beban Kapasitif
Beban kapasitif (Z = XC) adalah beban yang mengandung suatu
rangkaian kapasitor, dimana energi listrik yang diserap menghasilkan energi
reaktif dan beban ini menyerap daya semu seluruhnya diubah menjadi daya
reaktif kapasitif. Yang termasuk beban induktif adalah kapasitor. Arus akan
mendahului(leading) sejauh 90˚terhadap tegangan, atau sudut fasanya sama
dengan 90˚ sehingga cos ᶲ = 0, secara vektoris dinyatakan:

Gambar 10. Vektor Hubungan V dan I pada Beban Kapasitif


Gambar 11. Grafik Hubungan V, I, dan P pada Beban Kapasitif

7. Prosedur Uji Regulation Performance


Pasang sirkuit sesuai dengan diagram topografi sebelumnya. Beban
resistif, induktif dan kapasitif terhubung bintang. Beban resistif akan
digunakan sebagai beban pertama untuk mendapatkan cosɸ = 1. Sebelum
memulai pengukuran, beban resistif diatur ke nilai R1. Mulai dari 0 V,
tingkatkan nilai tegangan suplai dc dan sesuaikan tegangan ini hingga
kecepatan nominal alternator tercapai. Suplai medan alternator dengan arus
exciter agar memiliki tegangan nominal pada beban R1. Ketika motor-
alternator set telah dihangatkan, mulai dari nilai R1 mengurangi beban resistif
secara bertahap hingga nilai R7, mengatur arus exciter secara berurutan
sehingga diperoleh tegangan nominal di stator
Setelah de-eksitasi alternator, beban induktif dihubungkan secara
paralel dengan beban resistif untuk mendapatkan lagging cosɸ = 0,8. Dengan
beban ohmik-induktif, pengukuran di atas diulangi dengan cara yang sama
untuk nilai R-L yang ditunjukkan. Sekali lagi setelah de-eksitasi alternator,
beban induktif diganti dengan beban kapasitif untuk mendapatkan cosɸ = 0,8
leading. Dengan beban kapasitif ohmik, pengukuran di atas diulangi dengan
cara yang sama untuk nilai R-C yang ditunjukkan.
E. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 12 Rangkaian Uji Regulation Performance

F. DATA HASIL PERCOBAAN


Adapun hasil percobaan praktikum uji generator berbeban, disajikan pada tabel
dibawah ini
Tabel 1. Hasil Uji Regulation Performance
n = 3000 (min-1) Us= 380 (V)
R IS (A) IE (mA) R-L IS (A) IE (mA) R-C IS (A) IE (mA)
R1 0,18 205 R1-L1 0,25 250 R1-C1 0,20 175
R2 0,25 225 R2-L2 0,32 270 R2-C2 0,28 190
R3 0,48 245 R3-L3 0,61 320 R3-C3 0,58 175
R4 0,70 254 R4-L4 0,91 380 R4-C4 0,89 185
R5 0,98 310 R5-L5 1,30 470 R5-C5 1,2 280
Pf Cos ɸ=1 Pf Cos ɸ=0,8 Ind. Pf Cos ɸ=0,8 Cap.
Tabel 2. Kurva Arus Eksitasi Generator Terhadap Arus Beban

Cos ɸ= 0,8 Lag. Cos ɸ=1 Cos ɸ= 0,8 Lead.


500
IE (A)

250

0
0 0,5 1 1,5 2
IS (A)

G. ANALISA DATA HASIL PERCOBAAN


Berdasarkan tabel hasil praktikum diatas, diketahui bahwa besarnya
tegangan pada setiap beban berbeda – beda. Antara beban resistif, kapasitif, dan
induktif memiliki besar arus dan tegangan yang berbeda – beda.
Langkah awal yang harus dilakukan yaitu menghasilkan kecepatan motor
penguat DC shunt sebesar 3000RPM dan tegangan line to line generator yang
dibangkitkan sebesar 380V, hal itu dilakukan untuk mendapatkan kecepatan
nominal dan arus nominal. Kecepatan motor dan besarnya arus eksitasi dijaga
tetap setabil selama melaksanakan pengukuran.
Berdasarkan tabel pengukuran beban resistif dapat diketahui bahwa
besarnya tegangan akan semakin menurun apabila beban resistif semakin
diperbesar. Menurut hukum ohm V=IxR yang menyatakan bahwa besarnya
tegangan berbandik terbalik dengan arus dan hambatan. Jadi semakin besar nilai
hambatan maka semakin besar pula arus yang dihasilkan dan semakin rendah
tegangan. Jadi, besarnya tegangan line to line pada beban resistif akan semakin
rendah apabila nilai beban resistif semakin besar.
Beban induktif dan resistif yang dibebankan secara bersama – sama
kepada generator akan menyebabkan tegangan yang dihasilkan pada generator
mengalami penurunan, semakin besar nilai induktif dan resistif maka akan
semakin kecil juga nilai dari tegangan line to linenya. Pada saat tegangan turun
maka kita harus mengatur arus eksitasi yang masuk ke generator agar tegangan
tetap stabil di nominal 380V. pada beban induktif dan resistif yang dibebankan
secara Bersama – sama jarum faktor daya meter menunjuk kea rah 0,8 lagging
yang artinya tegangan yang masuk ke beban lebih dahulu dibanding arus.
Sedangkan arus yang menuju ke beban tertinggal.
Beban kapasitif dan resistif yang dibebankan secara bersama – sama
kepada generator akan menyebabkan tegangan yang dihasilkan pada generator
mengalami penurunan, semakin besar nilai kapasitif dan resistif maka akan
semakin kecil juga nilai dari tegangan line to linenya. Pada saat tegangan turun
maka kita harus mengatur arus eksitasi yang masuk ke generator agar tegangan
tetap stabil di nominal 380V. Pada beban kapasitif dan resistif yang dibebankan
secara Bersama – sama jarum faktor daya meter menunjuk kea rah 0,8 leading
yang artinya arus yang masuk ke beban lebih dahulu dibanding tegangan.
Sedangkan tegangan yang menuju ke beban tertinggal.

H. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu Faktor daya (cos 𝜑)
adalah perbedaan sudut antara arus terhadap tegangan. Generator sinkron yang
diberi beban maka tegangan dari generator tersebut akan naik turun sesuai
dengan beban yang kita pasang, baik itu beban resistif, induktif, dan kapastif. Kita
harus dapat mempertahankan kecepatan dan arus eksitasi generator pada skala
nominal.
Beban resistif akan menyebabkan tegangan yang dihasilkan pada
generator mengalami penurunan, semakin besar nilai resistornya maka akan
semakin kecil pula nilai dari tegangan line to line nya. Pada saat menaikkan nilai
resistansinya maka tegangan generator harus kita jaga di angka 380V dengan
cara mengatur arus eksitasinya.
Pada beban Resistif dan Induktif saat nilainya diperbesar nilai tegangannya
akan semakin turun, untuk menaikkannya maka arus eksitasinya perlu ditambah.
Pada beban Resistif dan Kapasitif saat nilainya diperbesar nilai tegangannya akan
semakin turun, untuk menaikkannya maka arus eksitasinya perlu ditambah.
Beban resistif arus dan tegangannya sefasa. Beban resistif dan induktif arusnya
tertinggal terhadap tegangan. Sedangkan, beban resistif dan kapasitif arusnya
mendahului tegangan.
Beban lagging membutuhkan tegangan induksi yang lebih besar daripada
beban leading.

I. DAFTAR PUSTAKA
DE LORENZO. 2011. ALTERNATOR AND PARALLEL OPERATION DL
GTU101.1 ELECTRICAL POWER ENGINEERING. Engineering Training
Solution.
Kartika I. 2017. ANALISA RUGI – RUGI DAYA DIAKIBATKAN ARUS
KAPASITIF. Jurnal Surya Energi. 1(2): 100-112.

Anda mungkin juga menyukai