MESIN AC
Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Motor sinkron adalah motor AC, bekerja pada kecepatan tetap pada sistem
frekuensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk pembangkitan
daya dan mmiliki torsi awal yang rendah, dan oleh karena itu motor sinkron cocok
untuk penggunaan awal dengan beban rendah, seperti kompresor udara, perubahan
frekuensi dan generator motor. Motor sinkron mampu untuk memperbaiki faktor
daya sistem, sehingga sering digunakan pada sistem yang menggunakan banyak
listrik.
II. Tujuan
a. Melakukan pengujian terhadap mesin sinkron (AC) yang dioperasikan sebagai
motor maupun sebagai generator
b. Menentukan besar arus jangkar (Ia) sebagai fungsi arus pemacu (If) dari Motor
sinkron, pada Torsi dan tegangan yang tetap
c. Menentukan karakteristik berbeban dan tanpa beban Motor Sinkron
d. Menentukan karakteristik tanpa beban generator sinkron pada putaran konstan
antara tegangan induksi tanpa beban (E0) fungsi arus medan (If).
III. Manfaat
a. Mahasiswa mampu merangkai rangkaian Mesin sinkron (AC)
b. Mahasiswa mampu mengoperasikan Mesin sinkron (AC) sebagai motor maupu
generatir
c. Mahasiswa mampu membaca nilai pada alat pengukuran
d. Mahasiswa mampu menentukan karakteristik berbeban dan tanpa beban Motor
Sinkron
e. Mahasiswa mampu menentukan karakteristik tanpa beban generator sinkron
pada putaran konstan antara tegangan induksi tanpa beban (E0) fungsi arus
medan (If).
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Motor Sinkron
Motor Sinkron (MS) hanya akan bekerja pada satu kecepatan saja, yaitu kecepatan
sinkronnya, dan kecepatan sinkron ini tergantung pada jala-jala.
120𝑓
𝑛𝑠 =
𝑝
Oleh karena itu, apabila beban berubah-ubah, kecepatan MS tidak akan berubah.
Pengaruh perubahan beban pada motor sinkron hanyalah perubahan sesaat kecepatan
putar dan fase, tetapi kemudian akan kembali ke kecepatan dan fase sinkron.
Faktor daya dari MS dipengaruhi oleh pemacunya dan oleh beban motor. Pada
suatubeban tertentu factor daya dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan melalui pemacu If.
Dan suatu MS bisa “Over excited” atau “Under excited” tergantung pemacunya, untuk
pemacu melebihi normal, terjadi pemacuan lebih, sehingga motor akan mengambil
arus “Leading”dari jala-jala. Pemacuan dapat pula dibuat sedemikian rupa sehingga MS
bekerja pada Faktor daya = 1.
Prinsip kerja dari alternator adalah apabila jangkar diberi tenaga putaran
mekanik dari luar, dan kumparan jangkar di beri eksitasi dari penguat arus searah, maka
akan timbul reaksi terhadap kumparan medan stator sehingga akan menimbulkan
tegangan.
𝑬𝟎 = 𝒄 𝒏
I. Langkah Kerja
A. Motor Sinkron tanpa beban
1. Buatlah Rangkaian seperti gambar dibawah ini
I. Data Praktikum
A. Motor Sinkron Tanpa Beban
0.14
Tanpa Beban
0.12 Berbeban
0.10
Arus Jangkar (Ia)
0.08
0.06
0.04
0.02
0.00
-0.02
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Arus Pemacu (If)
B. Kurva Karakteristik Generator Sinkron Tanpa Beban
Kurva Generator
450
400
350
300
Tegangan (E0)
250
200
150
100
50
PENUTUP
I. Pembahasan
Pada Praktikum kali ini, kami membahas mengenai mesin AC guna melakukan
pengujian terhadap mesin sinkron (AC) yang dioperasikan sebagai motor maupun
sebagai generator, menentukan besar arus jangkar (Ia) sebagai fungsi arus pemacu (If)
dari motor sinkron pada torsi dan tegangan yang tetap, menentukan karakteristik
berbeban dan tanpa beban motor sinkron (AC), dan menentukan karakteristik tanpa
beban generator sinkron (AC) pada putaran konstan antara tegangan induksi tanpa
beban (Eo) fungsi arus medan (If).
Pada percobaan pertama yaitu melakukan pengujian terhadap mesin sinkron (AC)
tanpa beban yang dioperasikan sebagai motor. Pada percobaan ini frekuensi yang
digunakan sebesar 0,05 KHz, dengan Putaran sebesar 1425 Rpm. Pada arus pemacu (If)
0,13 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0,13 A dan factor daya sebesar 0,52 Lag.
Pada arus pemacu (If) 0,2 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0,11 A dan factor daya
sebesar 0,62 Lag. Pada arus pemacu (If) 0,25 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0,11
A dan factor daya sebesar 0,64 Lag. Pada arus pemacu (If) 0,3 A didapatkan arus jangkar
(Ia) sebesar 0,1 A dan factor daya sebesar 0,7 lag. Pada arus pemacu (If) 0,4 A
didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0,08 A dan factor daya sebesar 0,86 Lag. Pada arus
pemacu (If) 0,69 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0 A dan factor daya sebesar 1.
Pada arus pemacu (If) 1,1 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0,06 A dan factor daya
sebesar 0,96 Lead. Pada arus pemacu (If) 1,2 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0,07
A dan factor daya sebesar 0,84 Lead.
Percobaan kedua yaitu melakukan pengujian terhadap mesin sinkron (AC) berbeban
yang dioperasikan sebagai motor dengan frekuensi yang digunakan sebesar 0,05 KHz, dan
Putaran sebesar 1425 Rpm.. Pada arus pemacu (If) 0,3 A didapatkan arus jangkar (Ia)
sebesar 0,12 A dan factor daya sebesar 0,62 Lag. Pada arus pemacu (If) 0,4 A didapatkan
arus jangkar (Ia) sebesar 0,09 A dan factor daya sebesar 0,73 Lag. Pada arus pemacu (If)
0,55 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0,07 A dan factor daya sebesar 0,92 Lag. Pada
arus pemacu (If) 0,8 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0 A dan factor daya sebesar1.
Pada arus pemacu (If) 0,9 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0 A dan factor daya
sebesar 0,99 Lead. Pada arus pemacu (If) 1,1 A didapatkan arus jangkar (Ia) sebesar 0,07
A dan factor daya sebesar 0,9 Lead. Pada arus pemacu (If) 1,2 A didapatkan arus jangkar
(Ia) sebesar 0,08 A dan factor daya sebesar 0,8 Lead.
Pada saat factor daya dalam kondisi Lagging, Semakin besar arus pemacunya maka
semakin kecil arus jangkarnya, sehingga If berbanding terbalik dengan Ia saat kodisi
Lagging. Namun pada saat factor daya dalam kondisi Leading, semakin besar arus
pemacunya maka semakin besar juga arus jangkarnya. Sehingga If berbanding lurus
dengan Ia saat kondisi leading.
Dari hasil data praktikum diatas dapat didapatkan hasil yang membentuk kurva
V. hal ini membuktikan bahwa percobaan yang dilakukan benar. Selain itu, pada
penggabungan antara kurva-V MS tanpa beban dan kurva-V MS berbeban telah sesuai
dengan modul yg tertera, dimana Apabila motor dibebani lebih kecil dari beban penuh,
maka untuk suatu harga If tertentu, arus input yang diperlukan lebih kecil dari arus
input pada beban penuh.
Percobaan terakhir yaitu melakukan pengujian terhadap mesin sinkron (AC) tanpa
beban yang dioperasikan sebagai generator. Dalam percobaan ini didapatkan data yaitu,
pada arus pemacu (If) sebesar 0 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 18,5 V. Pada
arus pemacu (If) sebesar 0,1 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 34,8 V. Pada arus
pemacu (If) sebesar 0,2 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 83 V. Pada arus pemacu
(If) sebesar 0,3 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 145,3 V. Pada arus pemacu (If)
sebesar 0,4 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 203,5 V. Pada arus pemacu (If)
sebesar 0,5 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 247,5 V. Pada arus pemacu (If)
sebesar 0,6 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 291 V. Pada arus pemacu (If)
sebesar 0,7 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 332,2 V. Pada arus pemacu (If)
sebesar 0,8 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 366,2 V. Pada arus pemacu (If)
sebesar 0,9 A didapatkan tegangan Induksi (E0) sebesar 400 V.
Dari percobaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai If dan E0 berbanding lurus. Dimana
semakin besar If nya maka akan semakin besar E0 nya. Sehingga kurva pemagnetan
semakin naik.
II. Kesimpulan