Anda di halaman 1dari 12

Praktikum Mesin-Mesin Listrik

KONSTANTA TRANSFORMASI [1]

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika.  Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara lain untuk :  
Gandengan impedansi antara sumber dan beban; Untuk menghambat arus searah sambil
tetap melakukan arus bolak balik antara rangkaian; Menaikkan atau menurunkan
tegangan AC. Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan
menjadi : Transformator daya ; Transformator distribusi; Transformator pengukuran:
yang terdiri dari transformator arus dan transformator tegangan. Berdasarkan frekuensi
kerja, transformator dapat dikelompokkan menjadi : Trafo frekuensi daya (50 – 60) Hz;
Trafo frekuensi pendengaran (20 Hz – 20 KHz); Trafo Middle Frekuensi (455 KHz) 4.
Trafo Radio Frekuensi ( >455 KHz).

PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR[2]


Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat
induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan secara
magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance)  rendah. apabila kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan
muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan
tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka
di kumparan primer terjadi induksi (self- induction) dan terjadi pula induksi di
kumparan sekunder karena pengaruh  induksi dari kumparan primer atau disebut
sebagai induksi bersama (mutualinduction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet
di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di
bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi). Perlu
diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat ditransformasikan
oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika, transformator digunakan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah
sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara rangkaian. Tujuan utama menggunakan
inti pada transformator adalah untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari
rangkaian magnetis (common magnetic circuit).

KEADAAN TRANSFORMATOR TANPA BEBAN[3]


Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1
yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer Io  yang  juga sinusoidal dan dengan
menganggap belitan N1 reaktif murni. Io akan tertinggal  90o dari V1. Arus primer Io
menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga  berbentuk sinusoidal.

KEADAAN TRANSFORMATOR DENGAN BEBAN[3]


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban 𝑍𝐿, 𝐼2 mengalir pada 
kumparan sekunder. Arus beban 𝐼2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) 𝑁2
𝐼2 yang cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus
pemagnetan. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer
harus mengalir arus 𝐼2', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban 𝐼2,
hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer.

Ada beberapa jenis Trafo yang digunakan dalam sistem kelistrikan untuk
keperluan yang berbeda-beda. Keperluan-keperluan tersebut diantaranya seperti trafo
yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan untuk keperluan distribusi dan
transmisi tenaga listrik. Perangkat yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan Transformer ini dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa jenis, diantaranya
seperti pengklasifikasian berdasarkan level tegangan, berdasarkan media atau bahan inti
(core) trafo yang digunakan, berdasarkan pengaturan lilitan, berdasarkan
penggunaannya dan juga berdasarkan tempat penggunaannya.[4]
Berikut ini adalah beberapa jenis Trafo berdasarkan masing-masing
pengklasifikasiannya:
1. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Level Tegangan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Trafo yang diklasifikasikan berdasarkan level tegangan ini merupakan trafo
yang paling umum dan sering kita gunakan. Pengklasfikasian ini pada dasarnya
tergantung pada rasio jumlah gulungan di kumparan Primer dengan jumlah
kumparan Sekundernya. Jenis Trafo berdasarkan Level tegangan ini diantaranya
adalah Trafo Step Up dan Trafo Step Down :
a) Trafo Step Up
Seperti namanya, Trafo Step Up adalah Trafo yang berfungsi untuk
menaikan taraf atau level tegangan AC dari rendah ke taraf yang lebih
tinggi. Tegangan Sekunder sebagai tegangan Output yang lebih tinggi
dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak jumlah lilitan di
kumparan sekundernya daripada jumlah lilitan di kumparan
primernya. Pada pembangkit listrik, Trafo jenis ini digunakan sebagai
penghubung trafo generator ke grid.
b) Trafo Step Down
Trafo step-down adalah trafo yang digunakan untuk mengurangi
level tegangan AC dari tinggi ke rendah. Pada tipe transformator ini,
rasio jumlah putaran pada kumparan primer lebih besar daripada
jumlah putaran pada kumparan sekunder.
Transformator step-down digunakan untuk mengubah jaringan
bertegangan rendah yang dapat digunakan untuk peralatan rumah
tangga. Misalnya, untuk mengurangi tingkat tegangan listrik PLN
(220V) ke tingkat tegangan yang dapat diatur dengan perangkat
elektronik rumah.

2. Jenis-jenis Transformator berdasarkan bahan Inti (core) yang Digunakan


Berdasarkan media atau bahan Inti yang digunakan untuk lilitan primer
dan lilitan sekunder, Trafo dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Trafo
berinti Udara (Air Core) dan Trafo berinti Besi (Iron Core)
a) Trafo berinti Udara (Air Core Transformer)

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Pada Trafo yang berinti Udara, Gulungan Primer dan Gulungan
Sekunder dililitkan pada inti berbahan non-magnetik yang biasanya
berbentuk tabung yang berongga. Bahan non-magnetik yang dimaksud
tersebut dapat berupa bahan kertas ataupun karton. Ini artinya, hubungan
fluks antara gulungan primer dan gulungan sekunder adalah melalui
udara. Tingkat kopling atau induktansi mutual diantara lilitan-lilitan
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan Trafo yang berinti besi.
Kerugian Histerisis dan kerugian arus eddy yang biasanya terjadi pada
trafo inti besi dapat dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan pada trafo
yang berinti udara ini. Trafo inti udara ini biasanya digunakan pada
rangkaian frekuensi tinggi.
b) Trafo berinti Besi (Iron Core Transformer)
Pada Trafo berinti Besi, gulungan primer dan gulungan sekunder
dililitkan pada inti lempengan-lempengan besi tipis yang dilaminasi.
Trafo inti besi memiliki efisiensi yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan trafo yang berinti udara. Hal ini dikarenakan bahan besi
mengandung sifat magnetik dan juga konduktif sehingga mempermudah
jalannya fluks magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta
untuk mengurangi suhu panas yang ditimbulkan. Trafo yang berinti besi
biasanya digunakan pada aplikasi frekuensi rendah.

3. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Pengaturan Lilitannya


a) Trafo Otomatis (Auto Transformer)
Auto Transformer atau Trafo Otomatis adalah Trafo listrik yang
hanya memiliki satu kumparan dimana kumparan primer dan kumparan
sekundernya digabung dalam 1 rangkaian yang terhubung secara fisik
dan magnetis. Pengaturan lilitan ini sangat berbeda dengan Trafo
standar pada umumnya yang terdiri dari dua kumparan atau gulungan
yang ditempatkan pada dua sisi berbeda yaitu kumparan Primer dan
kumparan sekunder.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Trafo Otomatis ini sering digunakan sebagai trafo step up dan
step down yang berfungsi untuk menaikan tegangan maupun
menuruntegangan pada kisaran 100V-110V-120V dan kisaran 220V-
230V-240V bahkan pada kisaran 110V hingga 220V.

4.  Jenis-jenis Transformator berdasarkan Penggunaannya


Trafo dapat digunakan untuk melakukan berbagai fungsi sesuai dengan
kebutuhannya. Trafo jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi Trafo daya, trafo
distribusi, trafo pengukuran dan trafo proteksi

a) Trafo Daya (Power Transformer)


Transformator Daya adalah jenis trafo yang berukuran besar dan
digunakan untuk aplikasi transfer daya tinggi yang mencapai hingga 33
Kilo Volt. Trafo daya ini sering digunakan di stasiun pembangkit listrik
dan gardu transmisi. Trafo Daya biasanya memiliki tingkat insulasi
yang tinggi.
b) Trafo Distribusi (Distribution Transformer)
Trafo Distribusi atau Distribution Transformer digunakan untuk
mendistribusikan energi listrik dari pembangkit listrik ke daerah
perumahan ataupun lokasi industri. Pada dasarnya, Trafo Distribusi ini
mendistribusikan energi listrik pada tegangan rendah yang kurang dari
33 kilo Volt untuk keperluan rumah tangga ataupun industri yang
berada dalam kisaran tegangan 220V hingga 440V.
c) Trafo Pengukuran (Measurement Transformer)
Trafo Pengukuran atau dalam bahasa Inggris disebut dengan
Measurement Transformer atau Instrument Transformer ini digunakan
untuk mengukur kuantitas tegangan, arus listrik dan daya yang biasanya
diklasifikasikan menjadi trafo tegangan dan trafo arus listrik dan lain-
lainnya.
d) Trafo Proteksi (Protection Transformer)

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Trafo Proteksi ini digunakan untuk melindungi komponen listrik.
Perbedaan utama antara trafo proteksi dan trafo pengukuran adalah
pada akurasinya. Dimana trafo proteksi harus lebih akurat jika
dibandingkan dengan trafo pengukuran.[5]

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
TRANSFORMATOR DENGAN SEKUNDER TERHUBUNG SERI DAN
PARALEL
Transformator merupakan suatu alat yang dapat mengubah tegangan, yaitu dapat
menaikkan atau menurunkan GGL (tegangan) sumber berdasarkan prinsip imbas
elektromagnetik. Dikarenakan terkadang ada keperluan menggunakan tegangan yang
lebih tinggi atau keperluan arus yang lebih besar tidak bisa didapatkan lantaran
terbatasnya ketersediaan trafo. Jika sudah seperti ini maka diperlukan upaya
“modifikasi” supaya masalah-masalah seperti itu dapat teratasi. Dua buah trafo jika
disusun secara paralel dapat menghasilkan arus yang dua kali lipat besarnya. Misalkan
jika setiap trafo menghasilkan 7A maka setelah disusun paralel kedua trafo itu akan
menghasilkan arus sebesar 14A secara bersama-sama. Dua trafo yang dapat disusun
seperti ini haruslah dua trafo yang benar-benar identik, yaitu jumlah serta arah gulungan
primer dan sekundernya adalah sama antara satu dengan lainnya.[6]
Ketika dua trafo disusun secara seri dapat menghasilkan tegangan yang dua kali
lipat besarnya. Sebagaimana pada penyusunan trafo secara paralel, dua trafo yang
digunakan untuk keperluan ini juga sebaiknya type yang sama untuk menghindari
timbulnya permasalahan. Suatu rangkaian magnetik terdiri dari kerangka yang sebagian
besar tersusun dari bahan magnetik berpermeabilitas tinggi. Adanya bahan berpeabilitas
tinggi ini menyebabkan fluks magnetik terkurung pada jalan yang dibatsi oleh kerangka
tersebut, sebagaimana dengan terkurungnya arus listrik dalam konduktor pada rangkaian
listrik. Sebagai contoh yang sederhana adalah sebuah transformator, pada kumparan ini
menimbulkan medan magnetik dalam inti. Medan magnetik dapat divisualisasikan
dengan garis-garis fluks yang membentuk lingkaran tertutup yang terangkum oleh
kumparan. Hubungan dasar antara arus (i) dan intensitas medan magnet (H) menyatakan
bahwa, integral garis H mengelilingi jalan yang tertutup sama dengan arus total yang
terkurung oleh jalan tersebut. Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan
sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun
berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance)
rendah.
Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi
(self- induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutualinduction)
yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah
arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer
keseluruhan (secara magnetisasi). Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus
bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang
elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan
beban untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic
circuit).[7]
Ada dua perbedaan bentuk inti transformator yang biasa digunakan yang
dinamakan tipe inti (core type) dan tipe cangkang (eggshell type) seperti ditunjukan
pada gambar dibawah ini inti dari kedua tipe ini dibuat dari baja khusus berkerugian
rendah dan dilaminasi untuk mengurangi kerugian inti. Pada kontruksi tipe ini yang
ditunjukan dalam gambar b, lilitan mengelilingi inti besi yang
berlaminasi.Transformator komersial tidak dibentuk secara demikian karena sebagian
besar fluksi yang dihasilkan lilitan primer tidak memotong lilitan sekunder ,atau
dikatakan bahwa transformator mempunyai kebocoran fluksi yang besar. Untuk
menjaga agar kebocoran fluksi serendah mungkin,lilitan dibagi dua dan ditempatkan
pada masing-masing kakinya. Transformator kontruksi tipe cangkang dinyatakan dalam
gambar a,dalam kontruksi ini inti besi mengelilingi lilitan.Rakitan inti dan kumparan
dari transformator tersebut biasanya dirancang untuk dicelupkan dalam minyak isolasi
didalam tangki baja.Selain itu sifat isolasi ini,minyak juga menyalurkan panas dari inti
dan kumparan kepermukaan tangki dan dibuang keudara disekitarnya.
Pada trafo dengan inti besi berbentuk shell( kumparan dikelilingi oleh inti besi. )
fluks magnetik pada inti besi tipe shell akan terbelah dua. Sementara kumparan primer
dan kumparan sekunder digulung bersamaan. Untuk trafo yang memiliki inti besi tipe
tertutup. Tidak ada pembagian fluks magnetik.Kumparan primer dan kumparan
sekunder terpisah dan dihubungkan dengan inti.[8]

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Pada tahun 1831 Michael Faraday menemukan bahwa interaksi antara medan
magnet dengan rangkaian listrik dapat menghasilkan gerak-gerak listrik. Fenomena
inilah yang sekarang kita sebut dengan induksi elektromagnetik untuk memprediksi
fenomena induksi elektromagnetik tersebut.Seperti yang sudah kita ketahui bahwa
transformator atau trafo bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Berdasarkan pada hukum tersebut maka apabila sebuah kumparan (primer)
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik (AC) maka akan timbul fluks bolak-
balik pada inti yang terbungkus kumparan. Kumparan tersebut membuat jaringan
tertutup, sehingga mengalirlah arus primer.Karena adanya fluks pada kumparan primer,
maka pada kumparan primer terjadi induksi senditri (self induction). Selain untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan, transformator juga digunakan sebagai isolasi,
dimana tegangan sama dengan tegangan keluar, dengan kumparan terpisah tidak terikat
secara elektrik satu sama lain. Hubungan antara tegangan primer dan tegangan sekunder
ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder[9]
Transformator 3 fasa pada dasarya merupakan Transformator 1 fase yang telah
disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan
sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan hubungan segitiga
bintang (delta dan Y). Sedangkan pada belitan sekundernya dapat dilayani dengan
segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Y dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam
bentuk khusus yaitu hubungan open-delta (koneksi VV).
Secara umum ada 3 macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa
yaitu:
a. Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang artinya hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung-
ujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung-
ujung lilitan merupakan titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan kumparan
yang bintang yaitu; IA, IB, IC masing-masing berbeda 120 ° Transformator tiga
phasa hubungan bintang.
b. Hubungan Segitiga / Delta (Δ)
Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana cara
penyambungannya adalah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan ujung

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga dan akhir
fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama. Transformator tegangan tiga phasa
dengan kumparan yang melayani segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-masing
berbeda 120 °. Transformator tiga phasa hubungan segitiga delta.
c. Hubungan Zig-Zag
Transformator zig-zag merupakan transformator dengan tujuan khusus. Salah
satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak
memiliki titik netral. Pada transformator zig-zag masing-masing lilitan tiga fasa
dibagi menjadi dua bagian dan masing-masing ditempatkan pada kaki yang
berlainan.
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer Io yang juga sinusoidal
dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. Io akan tertinggal 90o dari V1.
Arus primer Io menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga berbentuk
sinusoidal.Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban 𝑍𝐿, 𝐼2 mengalir
pada kumparan sekunder. Arus beban 𝐼2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet
(ggm) 𝑁2 𝐼2 yang cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat
arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan
primer harus mengalir arus 𝐼2', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus
beban 𝐼2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer.
Trafo yang diklasifikasikan berdasarkan level tegangan ini merupakan trafo
yang paling umum dan sering kita gunakan. Pengklasfikasian ini pada dasarnya
tergantung pada rasio jumlah gulungan di kumparan Primer dengan jumlah
kumparan Sekundernya. Jenis Trafo berdasarkan Level tegangan ini diantaranya
adalah Trafo Step Up dan Trafo Step Down
Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Parallel

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 1.3.10 Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Parallel

Di sini kita menjaga agar kedua gulungan primer tetap sama tetapi dua belitan
sekunder sekarang terhubung dalam kombinasi paralel. Seperti sebelumnya, kedua
gulungan sekunder masing-masing memiliki nilai 12V, 2.5A, oleh karena itu
tegangan terminal sekunder akan sama pada 12 Volt tetapi arus bertambah.
Kemudian untuk sekunder terhubung paralel, output dalam contoh kita di atas diberi
peringkat 12 Volts, 5.0 Amps C.

Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Seri [10]

Gambar 1.3.11 Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Seri


Seperti gambar di atas , dua belitan primer bertegangan 120V
dihubungkan bersama-sama secara seri pada supply 240V karena kedua belitan itu
identik, setengah tegangan supply, yaitu 120V, dijatuhkan pada setiap belitan dan
arus primer yang sama mengalir melalui keduanya. Kedua belitan sekunder dengan
nilai 12V, 2.5A masing-masing dihubungkan secara seri dengan tegangan terminal
sekunder adalah jumlah dari dua tegangan belitan individu yang menghasilkan 24
Volt[11]

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1988.
[2] D. Irawanto, “Pengertian Transformator dan Prinsip Kerja,” 2013.
http://mastergreen.co.id/pengertian-transformator-trafo-dan-prinsiipkerjanya/.
[3] M. F. Safala, “Penstabilan Tegangan Sekunder Pada Transformator Daya 150/20
Kv Akibat Jatuh Tegangan,” Tek. Elektro Univ. Negeri Semarang, pp. 13–14,
2016.
[4] D. Kho, “Pengertian Transformator (Trafo) dan Prinsip Kerjanya,” 2017.
https://teknikelektronika.com/pengertian-transformator-prinsip-kerja-trafo/.
[5] Anonim, “Jenis Jenis Transformator,” 2015. https://teknikelektronika.com/jenis-
jenis-transformator-trafo/.
[6] P. R, “Transformator,” 2018. https://www.academia.edu/7527100/Transformator.
[7] S. D, Teori Transformator. yogyakarta: ANDI OFFSET YOGYAKARTA, 1991.
[8] G. Bintoro, Dasar dasar pekerjaan las. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
[9] Abdul, “Belitan Ganda pada Transformator,” 2019. .
[10] A. Gatot Bintoro, Dasar-Dasar Pekerjaan Las. Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Lab. Mesin-mesin Listrik

Anda mungkin juga menyukai