Anda di halaman 1dari 6

Page 208 of 234

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRAFO DISTRIBUSI UNTUK


IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH SERTA ESTIMASI JATUH TEGANGAN PADA
JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Alimuddin1, Suhendar2, Herudin3, Teguh Firmansyah4, Roni Sachroni5
1,2,3,4,5
Jurusan Teknik Elektro FT.UNTIRTA Cilegon, Indonesia

alimudyuntirta@yahoo.co.id1,suhendar_tebet@yahoo.com2,
herudin h3ru3rl1@yahoo.co.id3,sachrooney@gmail.com4

Abstract – The imbalance ofthe load on apower distribution terjadi pembagian beban-beban yang pada awalnya merata
system is always the case and the cause ofthe imbalance is in tetapi karena ketidakserempakkan waktu penyalaan beban-
the single phase loads on the customer and the beban tersebut maka akan menimbulkan ketidakseimbangan
wiring/connecting customers to the low voltage distribution beban[1] yang akan menimbulkan pula pembebanan lebih
systems that do not pay attention to the load on each phase. So
that will affect many things, such as: the performance of the
pada trafo distribusi. Masalah beban lebih pada trafo
transformer, the excess heat in the load phase is more, the distribusi adalah apabila penyulang yang terhubung dengan
current flowing in the neutral wire, the voltage drop at the end trafo distribusi yang membawa suatu total kVA lebih besar
of the load over the network phase. And ultimately the quality dari kapasitas nominal trafo distribusi yang diijinkan[2].
of electric power at the consumer level to decrease. In this Dan sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara
study, the load distribution is used to reduce the load tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo (fasa R, fasa S, dan
imbalance in the distribution system. Equal distribution of load fasa T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang mengalir
carried by road, moving expenses (house connections) of the pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-
heavy phase (on JTR) to the lighter phase. rugi)[1,3,4]. Karena arus beban berubah-ubah, maka losses
Results of analys is indicate the load on the transformer
condition KWSD imbalance dropped to 11.02%, 30.87% of HR
(rugi-rugi) juga tidak konstan bergantung pada beban[3].
transformers, transformer BCT at 25.22%, amounting to Hal ini terbukti dengan terjadinya jatuh tegangan di semua
4.62% BKS transformer, and transformer STCH of 12.72%. bagian sistem yang akan berubah dengan adanya perubahan
beban. Sehingga akan berdampak pada terganggunya
Keywords: Unbalanced, Drop Voltage, Over Load, Reconecting. penyediaan listrik.[7]
Tegangan ujung penerimaan ini akan semakin rendah
Abstrak – Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi apabila jarak konsumen ke pusat pelayanan cukup jauh. [8]
tenaga listrik selalu terjadi dan penyebab ketidakseimbangan Apabila jatuh tegangan yang terjadi melebihi batas toleransi
tersebut adalah pada beban-beban satu fasa pada pelanggan dan
yang diijinkan, maka secara teknis akan mengakibatkan
wiring / penyambungan pelanggan ke sistem distribusi tegangan
rendah yang tidak memperhatikan beban di masing - masing phasa.
terganggunya kinerja peralatan listrik konsumen seperti
Sehingga akan berpengaruh terhadap banyak hal, seperti: kinerja berbagai jenis lampu, alat-alat pemanas dan motor-motor
trafo, panas berlebih pada phase beban lebih, arus mengalir pada listrik. Oleh karena itu, ketidakseimbangan beban pada trafo
kawat netral, drop tegangan ujung pada jaringan phase beban lebih. distribusi perlu diperhatikan agar tidak terjadi rugi-rugi yang
Dan pada akhirnya kualitas tenaga listrik di tingkat konsumen besar pada jaringan tegangan rendah. Sehingga distribusi ke
menurun. Dalam penelitian ini, pemerataan beban digunakan untuk konsumen tidak terganggu.
menekan ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi. Pada penelitian Analisa Aliran Daya Beban Tidak
Pemerataan beban dilakukan dengan jalan, memindahkan beban Seimbang Tenaga Listrik Dengan Gauss Seidel Dan Newton
(sambungan rumah) dari phase yang berat (pada JTR) ke phase
Raphson[2]telah dijelaskan bagaimana cara penggunaan
yang lebih ringan.Hasil analisa menunjukkan Kondisi
ketidakseimbangan beban pada trafo KWSD menurun menjadi
MATLABuntuk menganalisa aliran daya pada sistem 3 bus
11,02 %, trafo SDM sebesar 30,87 %, trafo BCT sebesar 25,22 %, 3 saluran, jaringan standar IEEE 5 bus 7 saluran dan
trafo BKS sebesar 4,62 %, dan trafo STCH sebesar 12,72 %. jaringan standart IEEE 14 bus 20 saluran. Pada penelitian ini
metode aliran daya yang digunakan adalah metode Gauss-
Kata Kunci: Ketidakseimbangan, Jatuh Tegangan, Beban Lebih, Seidel dan Newton-Raphson untuk mengetahui
Pemerataan Beban. perbandingan antara metode Gauss-Seidel dan Newton-
Raphson. Namun pada penelitian ini tidak membahas proses
1. Pendahuluan perbaikan ketidakseimbangan tersebut.
Dewasa ini indonesia sedang melaksanakan Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk
pembangunan di segala bidang. Seiring dengan laju memperbaiki ketidakseimbangan beban adalah dengan
pertumbuhan pembangunan maka dituntut adanya sarana melakukan penyeimbangan yang bertujuan untuk menjaga
dan prasarana yang mendukung seperti tersedianya tenaga agar profil beban selalu berada pada batas-batas yang
listrik. Saat ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang diijinkan. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
utama, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk melakukan pemerataan beban pada tiap phasanya.
kebutuhan industri. Hal ini disebabkan karena tenaga listrik Pada penelitian sebelumnya yaitu pertama, Saudi
mudah untuk ditransportasikan dan dikonversikan ke dalam Nur (2007), Analisa Aliran Daya Beban Tidak Seimbang
bentuk tenaga yang lain. Penyediaan tenaga listrik yang Tenaga Listrik Dengan Gauss Seidel Dan NewtonRaphson
stabil dan kontinyu merupakan syarat mutlak yang harus telah dijelaskan bagaimana cara penggunaan MATLAB
dipenuhi dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik.
untuk menganalisa aliran daya pada sistem 3 bus 3 saluran,
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut,
jaringan standar IEEE 5 bus 7 saluran dan jaringan standar

The 3rd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE) Proceedings  ISBN : 978‐602‐98211‐0‐9 
Page 209 of 234
IEEE 14 bus 20 saluran. Pada penelitian ini metode aliran
daya yang digunakan adalah metode Gauss-Seidel dan
Newton-Raphsonuntuk mengetahui perbandingan antara
metode Gauss-Seidel dan Newton-Raphson. Namun pada
penelitian ini tidak membahas proses perbaikan
ketidakseimbangan tersebut.[2].Kedua,Yoakim Simamor
[2014]analisis ketidakseimbangan beban transformator
distribusi untuk identifikasi beban lebih dan estimasi rugi-
rugi pada jaringan tegangan rendah menghasilkan Persentase
pembebanan tertinggi adalah transformator 100 kVA
(ML227) pada malam hari yaitu sebesar 127,02%. Hasil
Identifikasi Beban Lebih, ada 3 transformator distribusi
berbeban lebih sepanjang penyulang atau feder KI 02 yaitu
transformator ML 059, ML354, dan ML425.Semakin besar
ketidakseimbangan beban suatu trafo, maka trafo tersebut
akan mengalami beban lebih (over load) satu phasa, Hal ini
dikarenakan semakin besarnya arus yang mengalir pada
salah satu phasa pada trafo tersebut.Berdasarkam hasil
simulasi ETAP 4.0 rugi-rugi jaringan tegangan rendah pada
penyulang yang paling besar adalah pada trafo ML059 yaitu
sebesar 1,0 kW dan 13,0 kVAR [8]. ketiga Adisuwito, dkk
(2008) Simulasi dan analisis ketidakseimbangan beban trafo
distribusi untuk identifikasi beban lebih dan estimasi rugi-
rugi pada jaringan tegangan rendah pada PLN UJ Darmo Gambar 1. Single Line DiagramPenyulang Kota Serang.
Permai APJ Surabaya Selatan menghasilkan
Tabel 1. Data Saluran Sistem Distribusi Penyulang Kota.
ketidakseimbangan beban tinggi maka lossesnya akan ikut
P. Kota Kva R S T R X L
tinggi pula. Maka dari itu penyeimbangan beban pada
KDHA 100000 121 47 48 0.4608 0.3572 1.26
jaringan diperlukan untuk mengurangi losses pada jaringan
BIP 100000
tersebut. Pada penyulang darmo permai losses daya yang 52 16 36 0.4608 0.3572 1.42968
SDM 100000 144 91 49 0.9217 0.379 0.171
terjadi pada keadaan beban tidak seimbang sebesar 53,7
SBAP 250000 53 25 64 0.9217 0.379 0.3244
kWatt dan setelah diseimbangkan menjadi 44,7kWatt. Jadi
LEP 100000 64 62 33 0.9217 0.379 0.153
dalam hal ini losses berkurang sebesar 16,75%.Keempat,
BCT 250000 344 183 299 0.9217 0.379 0.26557
Setiadji, Julius, S, dkk,(2007) semakin besar arus netral
STMK 250000 282 280 176 0.4608 0.3572 1.07939
yang mengalir di penghantar netral trafo (IN) maka semakin
besar losses pada penghantar netral trafo (PN). Demikian KWS 250000 190 129 125 0.4608 0.3572 1.61253

pula bila semakin besar arus netral yang mengalir ke tanah STCH 100000 154 175 109 0.9217 0.379 0.12996

(IG), maka semakin besar losses akibat arus netral yang SKLD 160000 115 181 165 0.2162 0.3305 0.91522

mengalir ke tanah (PG). Dengan semakin besar arus netral BAAA 100000 50 44 64 0.9217 0.379 0.37237

dan losses di trafo maka effisiensi trafo menjadi turun. Bila TRO 250000 87 113 131 0.2162 0.3305 1.06776

ukuran kawat penghantar netral dibuat sama dengan kawat TMI 250000 232 317 333 0.4608 0.3572 0.21995

penghantar fasanya (70 mm2) maka losses arus netralnya SBV 250000 230 177 258 0.9217 0.379 0.41034

akan turun.[5]. BBE 160000 94 77 112 0.4608 0.3572 0.0582


BIA 250000 214 258 180 0.4608 0.3572 0.32992
KWSD 160000 148 178 203 0.4608 0.3572 2.34643
2. Metodologi Penelitian TMIA 250000 90 66 79 0.4608 0.3572 0.60486

Riset Penelitian, yaitu menganalisa sistem yang telah ada BSB 250000 251 204 202 0.4608 0.3572 0.25772

dengan menggunakan software MATLAB 7.1 SP3 Grafic BKS 250000 291 283 351 0.9217 0.379 0.50699
User Interface (GUI) .Pada penelitian ini proses perhitungan TCH 250000 294 233 280 0.9217 0.379 0.15504
ketidakseimbangan beban dan beban lebih menggunakan TBSC 250000 180 229 213 0.4608 0.3572 0.49489
software Matlab 7.1. SP 3 GUI sementara perbaikan AAP 250000 202 212 247 0.9217 0.379 0.40212
dilakukan secara analisi perhitungan menggunakan software
DMA 250000 283 250 226 0.4608 0.3572 0.46065
Matlab 7.1. Jenis data yang digunakan penulis pada
penelitian ini berupa data primer, dan pengambilan data AAPA 50000 40 50 45 0.9217 0.379 0.11489

dilakukan pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jabar dan TBI 250000 425 466 378 0.4608 0.3572 0.21995
Banten pada penyulang Kota Serang. BAP 315000 418 361 374 0.9217 0.379 0.14663
BAA 315000 393 354 408 0.9217 0.379 0.12976
DMAB 250000 131 136 150 0.4608 0.3572 0.619

The 3rd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE) Proceedings  ISBN : 978‐602‐98211‐0‐9 
Page 210 of 234
TBS 250000 230 240 213 0.4608 0.3572 0.8798 Pada trafo KWSD dengan data sebagai berikut :
BAS 160000 154 166 168 0.9217 0.379 0.35684 IR = 148 A
LITA 160000 153 161 168 0.4608 0.3572 0.37908
IS = 178 A
IT = 203 A
= = 176,33 A
Tabel 2. Data Penghantar SUTM Penyulang Kota.
OD
| = |148-176,33| = 28,33 A
Impedance
Luas
penampang
RT
(Outside
GMR | = |178-176,33| = 1,67 A
Diameter) R-T1 R-T2 X Y | = |203-176,33| = 26,67 A
35mm2 0.25 0.75 0.00272 0.9217 0.84568 0.379 Ketidakseimbangan (%) = x 100% = 16,07 %
70 mm2 0.225 1.125 0.00426 0.4608 0.42279 0.3572 1.71517 Dengan perhitungan yang sama didapatkan nilai pada
trafo SDM yaitu sebesar 52,11 %, trafo BCT yaitu sebesar
150 mm2 0.225 1.575 0.00605 0.2162 0.19837 0.3305
33,54 %, trafo BKS yaitu sebesar 13,84 % dan trafo STCH
yaitu sebesar 25,34 %.
Mulai Untuk mengidentifikasi adanya beban lebih pada trafo
maka harus dibandingkan dengan arus nominal dengan arus
perfasa dari tiap trafo. Persamaan yang digunakan untuk
- Arus perfasa Trafo
- Reaktansi mengidentifikasi adanya beban lebih adalah persamaan 2-2,
- Induktansi
- Panjang Saluran sebagai berikut :
- Daya
S= .V.In
Perhitungan matematis In =

- Pembebanan Pada trafo KWSD dengan data sebagai berikut :


-
S = 160 kVa
Arus perphasa

V = 380 V
Hitung ketidakseimbangan beban dan
IR = 148 A
beban lebih IS = 178 A
IT = 203 A
Hitung jatuh tegangan
In = x 0,8 = 194,48 A
Tentukan pemerataan | = |148-194,48| = 46,48 A
beban perfasa
| = |178-194,48| = 16,48 A
Hitung ketidakseimbangan beban, | = |203-194,48| = 8,52 A
beban lebih jatuh tegangan
Karena nilai IT> In maka teridentifikasi adanya beban lebih
pada fasa T. Jadi besarnya beban lebih terjadi pada fasa T
trafo KWSD yaitu sebesar 8,52 A.
Apakah nilai tegangan, Dengan perhitungan yang sama didapatkan nilai pada
ketidakseimbangan
beban, beban lebih dan trafo SDM, trafo BCT, trafo BKSdan trafo STCH seperti
jatuh tegangan sesuai
dengan toleransi dan
pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Kondisi Beban Lebih Pada Trafo.

Sistem yang telah


diseimbangkan Nama Arus Ket
No In
Trafo
Selesai
  IR< In
Gambar 2. Flowchart Sistem. IR= 148 A
1 KWSD IS = 178 A 194,48 A IS< In
3. Hasil dan Pembahasan I T> I n
3.1 Hasil Analisis Ketidakseimbangan, Beban Lebih dan IT= 203 A
Jatuh Tegangan Sebelum Perbaikan IR= 144 A IR> In
Untuk menganalisa ketidakseimbangan beban pada trafo 2 SDM IS = 91 A 121,55 A IS< In
maka harus dibandingkan dengan arus deviasi dengan arus I T< I n
rata-rata tiap fasa pada trafo. Persamaan yang digunakan IT= 49 A
untuk mencari % ketidakseimbangan beban adalah IR= 344 A IR> In
persamaan 2-1,sebagai berikut : 3 BCT IS = 183 A 303,87 A IS< In
Ketidakseimbangan arus = I T< I n
IT= 299 A
IR= 291 A IR< In
x 100% IS< In
4 BKS IS = 283 A 303,87A
IT= 351 A I T> I n

The 3rd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE) Proceedings  ISBN : 978‐602‐98211‐0‐9 
Page 211 of 234
memindahkan beban (Ifasa terbesar dari Irata-rata) dari fasa
Nama yang berat (pada JTR) ke fasa yang lebihringan.
No Arus In Ket
Trafo
a. Pada trafo KWSD dengan data sebagai berikut :
IR = 148 A
IR= 154 A IR> In IS = 178 A
5 STCH IS = 175 A 121,55 A IS> In IT = 203 A
I T< I n = = 176,33 A
IT= 109 A
= 148-176,33 = -28,33 A
Untuk estimasi jatuh tegangan dalam kondisi = 178-176,33 = 1,67 A
takseimbang pada trafo maka diperlukan koefisien arus = 203-176,33 = 26,67 A
perfasa dari tiap trafo. Persamaan yang digunakan untuk
Idipindah= = 8,89 A
estimasi jatuh tegangan adalah persamaan 2-17, sebagai
berikut :
, I(A) Idipindah (A) Iperbaikan (A)
dimana IR = 148 IR = 8,89 IR = 156,89
A
IS = 178 IS = 8,89 IS = 186,89
A
P = I2. R
IT = 203 IT = -17,78 IT = 185,22
Q = I 2. X
A
IR = a.I
IS = b.I
IT = c.I (-) : artinya dipindahkan
| = |156,89-176,33| = 19,44 A
Perhitungan jatuh tegangan pada trafo KWSD | = |186,89-176,33| = 10.56 A
dengan jenis kabel saluran AAAC 70 mm2, dengan | = |185,22-176,33| = 8,89 A
data sebagai berikut :
Ketidakseimbangan (%) = x 100% = 11,02 %
R = 0,4608 Ω /km
X = 0,3572 Ω /km Jadi besarnya ketidakseimbangan pada trafo KWSD yaitu
l = 2.34643 km sebesar 11,02 %.
IR = 148 A Dengan perhitungan yang sama didapatkan nilai pada
IS = 178 A trafo SDM yaitu sebesar 30,87 %, trafo BCT yaitu sebesar
IT = 203 A 25,22 %, trafo BKS yaitu sebesar 4,62 % dan trafo STCH
yaitu sebesar 17,72 %.
= = 176,33 A
| = |148-176,33| = 28,33 A
| = |178-176,33| = 1,67 A
| = |203-176,33| = 26,67 A
ITakseimbang = = 0,1607 A
a= = 0,84 A
b= = 1,01 A
c= = 1,15 A
P = 0,4608 (0,1607)2= 0,0119 Watt
Q = 0,3572 (0,1607)2= 0,0092 Var

Gambar diatas menunjukkan grafik perbandingan


ketidakseimbangan beban Sebelum Dan Setelah
Perbaikan.Terdapat beberapa sample trafo dari Penyulang
0,65953 V Kota diantaranya adalah trafo KWSD, trafo SDM, trafo
Dengan perhitungan yang sama didapatkan nilai pada BCT, trafo BKS dan trafo STCH. Sebelum dilakukan
trafo SDM yaitu sebesar 0,26641 V, trafo BCT yaitu sebesar perbaikan yaitu pemerataan beban, kondisi
0,26630 V, trafo BKS yaitu sebesar 0,20978 V dan trafo ketidakseimbangan beban pada trafo KWSD sebesar 16,07
STCH yaitu sebesar 0,09846 V. %, trafo SDM sebesar 52,11 %,trafo BCTsebesar 33,54
%,trafo BKSsebesar 13,84 %, dan trafo STCHsebesar 25,34
3.2 Hasil Analisis Ketidakseimbangan, Beban Lebih dan %. Setelah dilakukan perbaikan yaitu pemerataan bebanpada
Jatuh Tegangan Setelah Perbaikan tiap fasanya, maka nilai ketidakseimbangan beban pada
Untuk menganalisa ketidakseimbangan beban pada trafo trafo-trafo tersebut mengalami penurunan. Kondisi
maka harus dilakukan pemerataan beban padajaringan ketidakseimbangan beban pada trafo KWSD menurun
tegangan rendah. Pemerataan beban dilakukan dengan jalan, menjadi 11,02 %, trafo SDM sebesar 30,87 %, trafo

The 3rd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE) Proceedings  ISBN : 978‐602‐98211‐0‐9 
Page 212 of 234
BCTsebesar 25,22 %,trafo BKSsebesar 4,62 %, dan trafo trafo SDM, trafo BCT, trafo BKS dan trafo STCH. Sebelum
STCHsebesar 12,72 %. dilakukan perbaikan yaitu pemerataan beban, kondisi beban
Untuk mengidentifikasi adanya beban lebih pada trafo lebih pada trafo KWSD fasa T sebesar 203 A, trafo SDM
maka harusdilakukan pemerataan beban padajaringan fasa R sebesar 144 A,trafo BCTfasa R sebesar 344 A,trafo
tegangan rendah. Pemerataan beban dilakukan dengan jalan, BKS fasa Tsebesar 351 A, dan trafo STCHfasa S sebesar
memindahkan beban (Ifasa terbesar dari Irata-rata) dari fasa 175 A. Setelah dilakukan perbaikan yaitu pemerataan
yang berat (pada JTR) ke fasa yang lebihringan. Kemudian bebanpada tiap fasanya, maka nilai ketidakseimbangan
dibandingkan dengan arus nominal dengan arus perfasa dari beban pada trafo-trafo tersebut mengalami penurunan.
tiap trafo. Persamaan yang digunakan untuk Kondisi ketidakseimbangan beban pada pada trafo KWSD
mengidentifikasi adanya beban lebih adalah persamaan 2-2, fasa T menurun menjadi 185,22 A, trafo SDM fasa R
sebagai berikut : sebesar 111,12 A, trafo BCTfasa R sebesar 298,22 A,trafo
S= .V.In BKSfasa T sebesar 322,56 A, dan trafo STCH fasa Ssebesar
155,66 A.
In =
Untuk estimasi jatuh tegangan dalam kondisi
Pada trafo KWSD dengan data sebagai berikut : takseimbang pada trafo maka harus dilakukan pemerataan
S = 160 kVa beban padajaringan tegangan rendah. Pemerataan beban
V = 380 V dilakukan dengan jalan, memindahkan beban (Ifasa terbesar
IR = 148 A dari Irata-rata) dari fasa yang berat (pada JTR) ke fasa yang
IS = 178 A lebihringan. Kemudian diperlukankan koefisien arus perfasa
IT = 203 A dari tiap trafo. Persamaan yang digunakan untuk estimasi
= = 176,33 A jatuh tegangan adalah persamaan 2-17, sebagai berikut :
,
= 148-176,33 = -28,33 A
dimana
= 178-176,33 = 1,67 A
= 203-176,33 = 26,67 A
Idipindah= = 8,89 A P = I2. R
Q = I2. X
I(A) Idipindah (A) Iperbaikan (A) IR = a.I
IR = 148 A IR = 8,89 IR = 156,89 IS = b.I
IS = 178 A IS = 8,89 IS = 186,89 IT = c.I
IT = 203 A IT = -17,78 IT = 185,22 a. Perhitungan jatuh tegangan pada trafo KWSD
dengan jenis kabel saluran AAAC 70 mm2, dengan
(-) : artinya dipindahkan data sebagai berikut :
In = x 0,8 = 194,48 A R = 0,4608 Ω /km
X = 0,3572 Ω /km
= 156,89-194,48 = -37.59 A
l = 1.61 km
= 186,89-194,48 = -7,59 A IR = 148 A
= 185,22-194,48 = -9,26 A IS = 178 A
Karena nilai IR, IS dan IT< In maka tidak IT = 203 A
teridentifikasi adanya beban lebih pada fasa R, S dan T. = = 176,33 A
Sementara besarnya beban lebih yang terjadi pada fasa T
trafo KWSD menurun sebesar 9,26 A. = 148-176,33 = -28,33 A
Dengan perhitungan yang sama didapatkan nilai = 178-176,33 = 1,67 A
pada fasa R trafo SDM menurun sebesar 10,43 A, pada fasa = 203-176,33 = 26,67 A
R trafo BCT menurun yaitu menjadi 5,65 A, pada fasa T
Idipindah= = 8,89 A
trafo BKS menurun sebesar 18,69 A dan pada fasa S trafo
STCH menurun yaitu menjadi 34,11 A I(A) Idipindah (A) Iperbaikan (A)
IR = 148 A IR = 8,89 IR = 156,89
IS = 178 A IS = 8,89 IS = 186,89
IT = 203 A IT = -17,78 IT = 185,22

(-) : artinya dipindahkan


| = |156,89-176,33| = 19,44 A
| = |186,89-176,33| = 10.56 A
| = |185,22-176,33| = 8,89 A
Ketidakseimbangan (%) = x 100% = %
ITakseimbang = = 0,1102 A

.Gam a= = 0,89 A
bar diatas menunjukkan grafik perbandingan beban lebih
Sebelum Dan Setelah Perbaikan.Terdapat beberapa sample b= = 1,06 A
trafo dari Penyulang Kota diantaranya adalah trafo KWSD,

The 3rd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE) Proceedings  ISBN : 978‐602‐98211‐0‐9 
Page 213 of 234

c= = 1,05 A 4. Arus perpindahan perphasa dapat diketahui dengan


pemerataan beban, seperti halnya pada trafo KWSD
P = 0,4608 (0,1102)2= 0,0056 Watt arus perpindahan perphasa adalah 8,89 A.
Q = 0,3572 (0,1102)2= 0,0043 Var
Daftar Pustaka
[1] Kadir, Abdul, 2006, Distibusi Dan Utulisasi
Tenaga Listrik, Edisi kedua, UI-Press, Jakarta.
0,3041 Volt [2] Marsudi, Djiteng, 2006, Operasi Sistem Tenaga
Listrik, Edisi kedua, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Jadi besarnya jatuh tegangan yang terjadi pada trafo KWSD [3] Burke, J.J.Power Distribution Engineering. Singapore :
menurun yaitu menjadi 0,3041 Volt. Marcel Dekker, Inc, 1994.p.78.
Dengan perhitungan yang sama didapatkan nilai [4] Saudi, Nur, 2007, Analisa Aliran Daya Beban
pada trafo SDM menurun yaitu menjadi 0,1659 Volt, trafo Tidak Seimbang Tenaga Listrik Dengan Gauss
BCTmenurun yaitu menjadi 0,2 Volt, trafo BKSmenurun Seuss Seidel Dan Newton Raphson, UNDIP,
yaitu menjadi 0,0698 Volt dan trafo STCHmenurun yaitu Semarang.
menjadi 0,0688 Volt [5] Setiadji, Julius, S, dkk,.2007,Pengaruh
Ketidakseimbanganbeban Terhadap Arus Netral
Dan Losses Terhadap Trafo Distribusi, Jurnal
Teknik Elektro, Volume 6,
No.1.september2007,68-73
[6] Widhianto, Dedi 2008, Simulasi Dan Analisis
Ketidaskseimbangan Beban Trafo Distribusi Untuk
Identifikasi Beban Lebih Dan Estimasi Rugi-Rugi
Pada Jaringan Tegangan Rendah Pada PLN UJ
Darmo Permai APJ Surabaya Selatan, Universitas
Kristen Petra, Surabaya.
[7] Sakti, Prasetya U, Evaluasi Pemerataan Beban
Untuk Menekan Losses Jaringan Tegangan Rendah
Di Gardu E311P Dan Gardu PM 213, PT. PLN
Gambar diatas menunjukkan grafik perbandingan (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang,
jatuh tegangan Sebelum Dan Setelah Perbaikan.Terdapat 2008.
beberapa sample trafo dari Penyulang Kota diantaranya [8] Yoakim Simamor, Panusur S.M.L. Tobing,
adalah trafo KWSD, trafo SDM, trafo BCT, trafo BKS dan 2014,Analisis Ketidakseimbangan Beban
trafo STCH. Sebelum dilakukan perbaikan yaitu pemerataan Transformator Distribusi Untuk Identifikasi Beban
beban, kondisi jatuh tegangan pada trafo KWSD sebesar Lebih Dan Estimasi Rugi-Rugi Pada Jaringan
0,65953 V, trafo SDM sebesar 0,26641 V,trafo BCTsebesar Tegangan Rendah,Jurnal SINGUDA ENSIKOM
0,26630 V,trafo BKS sebesar 0,20978 V, dan trafo Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU,
STCHsebesar 0,09846 V. Setelah dilakukan perbaikan yaitu Vol 7 No. 3/Juni 2014
pemerataan bebanpada tiap fasanya, maka nilai
ketidakseimbangan beban pada trafo-trafo tersebut
mengalami penurunan. Kondisi ketidakseimbangan beban
pada pada trafo KWSD menurun menjadi 0,3041 V, trafo
SDM sebesar 0,1659 V, trafo BCTsebesar 0,2 V,trafo
BKSsebesar 0,0698 V, dan trafo STCH sebesar 0,0688 V.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah
dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemerataan beban pada sistem distribusi penyulang
Kota mampu menurunkan % ketidakseimbangan
beban, seperti halnya pada trafo KWSD %
ketidakseimbangan menurun menjadi 11,02%
2. Pemerataan beban pada sistem distribusi penyulang
Kota mampu menurunkan beban lebih, seperti halnya
pada trafo SDM beban lebih pada fasa R menurun
menjadi 111,12 A.
3. Pemerataan beban pada sistem distribusi penyulang
Kota mampu menurunkan jatuh tegangan, seperti
halnya pada trafo BCT jatuh tegangn menurun menjadi
0,2 V.

The 3rd National Conference on Industrial Electrical and Electronics (NCIEE) Proceedings  ISBN : 978‐602‐98211‐0‐9 

Anda mungkin juga menyukai